Anda di halaman 1dari 36

MATA KULIAH

MEKANIKA TANAH I
PERTEMUAN III - VII

DOSEN : IR. M. ENDAYANTI, MT

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS DARMA AGUNG


PERTEMUAN – III

 Defenisis Tanah Lunak

Tanah lunak dapat didefenisikan sebagai tanah yang mempunyai besar ukuran

butir sangat halus atau lolos ayakan nomor 200. Sifat tanah dasar lunak adalah

gaya gesernya yang kecil, daya dukung rendah, penurunan besar,

kemampatan yang besar dan koefisien permeabilitasnya kecil. Bilamana

pembebanan konstruksi melampaui daya dukung kritis maka akan terjadi

kerusakan tanah, khususnya tanah pondasi.

 Permasalahan Tanah Lunak

Masalah yang sering dijumpai pada pembangunan konstruksi di atas tanah

lunak adalah masalah penurunan dan daya dukung yang rendah. Pemberian

beban di atas tanah lunak akan mengakibatkan terjadinya pengaliran air dan

udara dari dalam pori-pori tanah sehingga mengakibatkan menyusutnya volume

tanah.

Sebahagian besar deposit tanah yang ada di Indonesia merupakan tanah

lunak. Tanah jenis ini umumnya dapat ditemui di wilayah Sumatera,

Kalimantan, dan Irian Jaya. Ketebalan tanah lunak pada ketiga wilayah ini

dapat mencapai 30 m.

Tanah dalam pandangan teknik sipil adalah himpunan mineral, bahan organik

dan endapan-endapan yang relatif lepas (loose) yang terletak di atas batu
dasar. Tanah merupakan material yang terdiri dari agregat (butiran) padat yang

tersementasi satu sama lain dari bahan-bahan organik yang telah melapuk

disertai dengan zat cair da gas yang mengisi ruang kosong diantara partikel

padat.

Tanah menduduki peran yang sangat penting dalam sebuah konstruksi

bangunan. Fungsi utama dari tanah adalah sebagai pendukung pondasi

dengan kondisi tanah harus stabil, sehingga apabila ada sifat tanah yang

kurang mampu mendukung bangunan harus diperbaiki terlebih dahulu agar

mencapai daya dukung tanah yang diperlukan. Salah satu jenis tanah yang

mempunyai daya dukung rendah adalah jenis tanah lunak. Tanah lunak

mengandung mineral-mineral lempung dan mengandung kadar air tinggi.

Tanah lunak merupakan tanah yang berkarakteristik buruk, hal ini karena tanah

lunak memiliki tingkat kompresibilitas tinggi. Salahsatu faktor yang

menyebabkan tingginya tingkat kompresibilitas pada tanah lunak adalah karena

jenis tanah ini memiliki daya dukung yang sangat rendah dengan penurunan

yang besar selama dan setelah konstruksi di bangun. Kekuatan dan keawetan

konstruksi perkerasan jalan sangat ditentukan oleh sifat-sifat daya dukung

tanah dasar.

Tanah merupakan bagian penting dalam sistim konstruksi. Kekuatan dan

stabilitas tanah sangatlah diperlukan untuk mendukung beban konstruksi.

Menurut Bowles (1986) tanah merupakan salah satu bahan konstruksi yang

langsung tersedia dilapangan, dan apabila tanah dapat dipergunakan secara

langsung akan menjadi sangat ekonomis. Akan tetapi dalam penggunaannya

tanah sebagai bahan konstruksi kualitasnya harus dikontrol terlebih dahulu

sebelum dipakai.
Apabila tanah ditimbun secara sembarangan, hasilnya akan merupakan tanah

timbunan secara sembarang, hasilnya akan merupakan tanah timbunan

dengan berat satuan yang rendah dan mengakibatkan stabilitas yang rendah

dan penurunan tanah yang besar.

Tanah disuatu lokasi mempunyai karakteristik yang berbeda dengan tanah

dilokasi yang lain. Karateristik tanah sangat mempengaruhi besarnya daya

dukung tanah terhadap beban di atasnya. Jika karakteristik tanah dengan

kandungan mineral yang tidak kuat untuk mendukung beban di atasnya, maka

akan dapat mengakibatkan kerusakan konstruksi yang didukungnya. Jika tanah

dasar yang ada merupakan tanah lunak yang mempunyai daya dukung rendah,

maka dapat mengakibatkan kerusakan bangunan atau konstruksi di atasnya.

Selain itu penyebab kerusakan bangunan adalah kembang susut yang tinggi.

Tanah dengan nilai kembang susut yang tinggi dan air sangat berpengaruh

terhadap perilaku fisis dan mekanis tanah.

Sifat tanah dasar lunak adalah gaya gesernya yang kecil, daya dukung rendah,

penurunan besar, kemampatan yang besar dan koefisien permeabilitasnya

kecil. Bilamana pembebanan konstruksi melampaui daya dukung kritis maka

akan terjadi kerusakan tanah, khususnya tanah pondasi. Salahsatu cara yang

terbaik adalah mengganti tanah dasar tersebut dengan tanah yang cukup baik,

tetapi hal ini biasanya membutuhkan biaya yang cukup besar. Para ahli

geoteknik menoba mengatasi dengan cara merubah sifat-sifat fisik tanahya.

Perbaikan sifat fisik tanah dari tanah yang kurang baik menjadi tanah yang

mampu mendukung bangunan. Tanah merupakan komponen utama subgrade

yang memiliki karakteristik, macam, dan keadaan yang berbeda-beda,

sehingga setiap jenis tanah memiliki kekhasan perilaku.


Sifat tanah dasar mempengaruhi ketahanan lapisan di atasnya. Bentang jalan

raya yang panjang menunjukkan hamparan karakteristik tanah yang berbeda.

Apabila suatu tanah yang terdapat di lapangan bersifat sangat lepas atau

sangat mudah tertekan dengan indeks konsistensi yang tidak sesuai,

mempunyai permeabilitas yang terlalu tinggi atau tidak memiliki persyaratan

CBR (California Bearing Ratio) yang dibutuhkan untuk subgrade pada jalan

raya. Tanah tersebut harus distabilisasi dengan tindakan menambah kerapatan

tanah, menambah material yang tidak aktif sehingga mempertinggi kohesi atau

tahanan geser yang timbul, merendahkan muka air dengan membuat drainase

tanah hingga mengganti tanah-tanah yang jelek.

Tanah berbutir halus pada umumnya mempunyai kekuatan geser lebih rendah

dari tanah berbutir kasar. Kondisi seperti ini sangat tidak menguntungkan bila

tanah lempung digunakan sebagai pendukung pondasi dan bangunan. Banyak

kerugian-kerugian yang akan ditimbulkan antara lain kerusakan pada tanah

maupun konstruksi bangunan itu sendiri. Meskipun kerusakan yang ditimbulkan

tidak bersifat mendadak dan langsung namun kerugian secara material yang

diakibatkan akan cukup besar, oleh karena itu perlu diadakannya perbaikan

tanah.

Bila suatu konstruksi dibangun di atas tanah lunak maka kerusakan yang dapat

terjadi antara lain retakan (cracking) pada perkerasan jalan dan jembatan,

terangkatnya struktur plat, jembulan tanah (soil heaving), longsoran dan

sebagainya. Sehingga dalam hal ini perlu diketahui sifat-sifat fisis tanah,

kemampuan mengalirkan air, kekuatan geser, kapasitas daya dukung tanah

terhadap beban dan lain-lain.


Pada umumnya tipe dan jenis tanah lunak ditentukan oleh sifat dan karakteristik

tanah, yang meliputi perubahan volume, jumlah dan jenis kandungan mineral,

berat isi tanah, perubahan kadar air, kepadatan tanah, kondisi pembebanan,

struktur tanah, dan waktu. Braja M Das (1993) menyatakan nilai hasil pengujian

dilapangan dan di laboratorium, akan menunjukkan bahwa tanah tersebut lunak

apabila : Koefisien rembesan (k) sangat rendah < 0,0000001 cm/detik, Batas

Cair LL > 50 %, Angka Berat Spesifik Gs berkisar antara 2,6 – 2,9.

Sifat-sifat tanah lunak kurang menguntungkan untuk dijadikan lapisan tanah

dasar. Dimana tanah lunak banyak dipengaruhi oleh air. Semakin rendah kadar

air maka daya dukung tanah semakin besar. Dengan demikian, salah satu cara

untuk menstabilisasi tanah lunak adalah mengeluarkan air pori dari tanah

tersebut. Menurut Suyono, berikut ini beberapa sifat tanah lunak adalah :

1. Gaya geser kecil

2. Kemampatan besar

3. Permeabilitas tinggi

4. Tingkat kompresibilitas tinggi, disebabkan angka pori yang tinggi.

5. Kadar air yang tinggi sehingga tanah lunak memiliki daya dukung yang

sangat rendah dan memiliki penurunan yang besar selama dan setelah

konstryuksi dibangun.

Tipe tanah lunak dibagi dalam 2 tipe : lempung lunak dan gambut.

1. Lempung lunak : tanah ini mengandung mineral-mineral lempung dan

memiliki kadar air yang tinggi, yang menyebabkan kuat geser yang rendah.

2. Gambut : suatu tanah yang pembentuk utamanya terdiri dari sisa-sisa

tumbuhan, contohnya lempung organik.


PERTEMUAN – IV

 Definisi tanah lempung menurut beberapa ahli :


1. Terzaghi (1987) : Merupakan tanah dengan ukuran mikrokonis sampai
dengan sub mikrokonis yang berasal dari pelapukan unsur-unsur kimiawi
penyusun batuan. Tanah lempung sangat keras dalam keadaan kering, dan
tak mudah terkelupas hanya dengan jari tangan. Permeabilitas lempung
sangat rendah, bersifat plastis pada kadar air sedang. Di Amerika bagian
barat, untuk lempung yang keadaan plastisnya ditandai dengan wujudnya
yang bersabun atau seperti terbuat dari lilin disebut “gumbo”. Sedangkan
pada keadaan air yang lebih tinggi tanah lempung akan bersifat lengket
(kohesif) dan sangat lunak.
2. Braja M. Das (1988) : Merupakan tanah yang terdiri dari partikel-partikel
tertentu yang menghasilkan sifat plastis apabila dalam kondisi basah,
bersifat lekat dan sangat lunak, dengan kembang susut yang tinggi.
3. Bowles (1991) : Mendefinisikan tanah lempung sebagai deposit yang
mempunyai partikel berukuran lebih kecil atau sama dengan 0,002 mm
dalam jumlah lebih dari 50 %.
4. Hardiyatmo (1992) : Mengatakan sifat-sifat yang dimiliki dari tanah lempung
yaitu antara lain ukuran butiran halus lebih kecil dari 0,002 mm,
permeabilitas rendah, kenaikan air kapiler tinggi, bersifat sangat kohesif,
kadar kembang susut yang tinggi dan proses konsolidasi lambat.
5. Grim (1953) : Tanah lempung dan mineral lempung adalah tanah yang
memiliki partikel partikel mineral tertentu yang “menghasilkan sifat-sifat
plastis pada tanah bila dicampur dengan air”.
 Identifikasi Tanah Lempung (Clay)

Tanah lempung ada yang tergolong ekspansif dan non ekspansif.

Perbedaannya dapat terlihat secara kasat mata, pada saat musim kemarau,

tanah lempung ekspansif mengalami retak-retak poligonal yang tidak beraturan

pada permukaan tanah dan retakan tersebut menyebabkan rongga yang cukup

dalam. Sebaliknya, pada tanah lempung non ekspansif hanya mengalami retak-

retak pada permukaan tanpa ronggo-rongga yang dalam.

Dalam klasifikasi tanah secara umum, partikel tanah lempung memiliki diameter

2 μm atau sekitar 0,002 mm (USDA, AASHTO, USCS). Namun demikian,

dibeberapa kasus partikel berukuran antara 0,002 mm sampai 0,005 mm masih

digolongkan sebagai partikel lempung (ASTM-D-653). Disini tanah

diklasifikasikan sebagai lempung hanya berdasarkan ukuran saja, namun

belum tentu tanah dengan ukuran partikel lempung tersebut juga mengandung

mineral-mineral lempung.

Partikel-partikel dari mineral lempung umumnya berukuran koloid, merupakan

gugusan kristal berukuran mikro, yaitu < 1 μm (2 μm merupakan batas

atasnya). Tanah lempung merupakan hasil proses pelapukan mineral batuan

induknya, yang salah satu penyebabnya adalah air yang mengandung asam

atau alkali, oksigen, dan karbon dioksida.

 Lempung dan Mineral Penyusunnya

Mineral lempung merupakan senyawa aluminium silikat yang kompleks. Mineral

ini terdiri dari dua lempung kristal pembentuk kristal dasar, yaitu silika

tetrahedra dan aluminium oktahedra (Das. Braja M, 1988).


Das. Braja M (1988) menerangkan bahwa tanah lempung sebagian besar terdiri

dari partikel mikroskopis dan sub-mikroskopis (tidak dapat dilihat dengan jelas

bila hanya dengan mikroskopis biasa) yang berbentuk lempengan-lempengan

pipih dan merupakan partikel-partikel dari mika, mineral-mineral lempung (clay

mineral), dan mineral-mineral yang sangat halus lain. Tanah lempung sangat

keras dalam kondisi kering dan bersifat plastis pada kadar air sedang.

Namun pada kadar air yang lebih tinggi lempung akan bersifat lengket (kohesif)

dan sangat lunak. Kohesif menunjukan kenyataan bahwa partikel-pertikel itu

melekat satu sama lainnya sedangkan plastisitas merupakan sifat yang

memungkinkan bentuk bahan itu dirubah-rubah tanpa perubahan isi atau tanpa

kembali ke bentuk aslinya dan tanpa terjadi retakan-retakan atau terpecah-

pecah.

 Struktur Mineral Penyusun Lempung

Dalam terminologi ilmiah, lempung adalah mineral asli yang mempunyai sifat

plastis saat basah, dengan ukuran butir yang sangat halus dan

mempunyai komposisi berupa hydrous aluminium dan magnesiumsilikat dalam

jumlah yang besar. Batas atas ukuran butir untuk lempung umumnya adalah

kurang dari 2 μm (1μm = 0,000001 m), meskipun ada klasifikasi yang

menyatakan bahwa batas atas lempung adalah 0,005 m (ASTM).

Menurut Das. Braja (1988), satuan struktur dasar dari mineral lempung terdiri

dari silika tetrahedron dan aluminium oktahedron. Umumnya partikel-partikel

lempung mempunyai muatan negatif pada permukaannya. Hal ini disebabkan

oleh adanya substitusi isomorf dan oleh karena pecahnya keping partikel pada
tepi-tepinya. Muatan negatif yang lebih besar dijumpai pada partikel-partikel

yang mempunyai spesifik yang lebih besar. Jika ditinjau dari mineraloginya,

lempung terdiri dari berbagai mineral penyusun, antara lain mineral

lempung (kaolinite, montmorillonite dan illite group) dan mineral-mineral lain

yang mempunyai ukuran sesuai dengan batasan yang ada (mika group,

serpentinite group).

1. Kaolinite : merupakan hasil pelapukan sulfat atau air yang mengandung

karbonat pada temperatur sedang. Warna kaolinite murni umumnya putih,

putih kelabu, kekuning-kuningan atau kecoklat-coklatan. Kaolinite disebut

sebagai mineral lempung satu banding satu (1:1). Bagian dasar dari struktur

ini adalah lembaran tunggal silika tetrahedral yang digabung dengan satu

lembaran alumina oktahedran (gibbsite) membentuk satu unit dasar dengan

tebal kira-kira 7,2 Å (1 Å=10-10 m). Mineral kaolinite berwujud seperti

lempengan-lempengan tipis, masingmasing dengan diameter 1000 Å

sampai 20000 Å dan ketebalan dari 100 Å sampai 1000 Å dengan luasan

spesifik per unit massa ± 15 m2/gr.

2. Montmorillonite : disebut juga mineral dua banding satu (2:1) karena

satuan susunan kristalnya terbentuk dari susunan dua lempeng silika

tetrahedral mengapit satu lempeng alumina oktahedral ditengahnya.

Struktur kisinya tersusun atas satu lempeng Al2O3 diantara dua lempeng

SiO2. Karena struktur inilah Montmorillonite dapat mengembang dan

mengkerut menurut sumbu C dan mempunyai daya adsorbsi air dan kation

lebih tinggi. Tebal satuan unit adalah 9,6 Å (0,96 μm). Hubungan antara

satuan unit diikat oleh ikatan gaya Van der Walls, diantara ujung-ujung atas

dari lembaran silika itu sangat lemah, maka lapisan air (H2O) dengan kation
yang dapat bertukar dengan mudah menyusup dan memperlemah ikatan

antar satuan susunan kristal mengakibatkan antar lapisan terpisah. Ukuran

unit massa sangat besar, dapat menyerap air dengan sangat kuat, mudah

mengalami proses pengembangan.

3. Illite : Mineral illite mempunyai hubungan dengan mika biasa, sehingga

dinamakan pula hidrat–mika. Illite memiliki formasi struktur satuan kristal,

tebal dan komposisi yang hampir sama dengan montmorillonite.

Perbedaannya ada pada :

a. Pengikatan antar unit kristal terdapat pada kalium (K) yang berfungsi

sebagai penyeimbang muatan, sekaligus sebagai pengikat.

b. Terdapat ± 20 % pergantian silikon (Si) oleh aluminium (Al) pada

lempeng tetrahedral.

c. Struktur mineralnya tidak mengembang sebagaimana montmorillonite

Substitusi dari kation-kation yang berbeda pada lembaran oktahedral akan

mengakibatkan mineral lempung yang berbeda pula. Apabila ion-ion yang

disubstitusikan mempunyai ukuran yang sama disebut ishomorphous. Bila sebuah

anion dari lembaran oktahedral adalah hydroxil dan dua per tiga posisi kation diisi

oleh aluminium maka mineral tersebut disebut gibbsite dan bila magnesium

disubstitusikan kedalam lembaran aluminium dan mengisi seluruh posisi kation,

maka mineral tersebut disebut brucite.

 Sifat Umum Mineral Lempung

Air sangat mempengaruhi sifat tanah lempung, karena butiran dari tanah

lempung sangat halus, sehingga luas permukaan spesifikasinya menjadi lebih


besar. Dalam suatu partikel lempung yang ideal, muatan positif dan negatif

berada dalam posisi seimbang, selanjutnya terjadi substitusi isomorf dan

kontinuitas perpecahan susunannya, sehingga terjadi muatan negatif pada

permukaan partikel kristal lempung.

Salah satu cara untuk mengimbangi muatan negatif, partikel tanah lempung

menarik muatan positif (kation) dari garam yang ada di dalam air porinya. Hal

ini disebut dengan pertukaran ion-ion.

Pertemuan antar molekul air dan partikel lempung akan menimbulkan lekatan

yang sangat kuat, sebab air akan tertarik secara elektrik dan air akan berada

disekitar partikel lempung yang disebut air lapisan ganda, yaitu air yang berada

pada lapisan air resapan. Lapisan air inilah yang menimbulkan gaya tarik

menarik antar partikel lempung yang disebut unhindered moisture film. Molekul

bersifat dipolar, yang berarti memiliki muatan positif dan negatif pada ujung

yang berlawanan, sehingga dapat tertarik oleh permukaan lempung secara

elektrik dalam 3 kasus, yaitu :

1. Tarikan antar permukaan negatif dan partikel lempung dengan ujung positif

dipolar.

2. Tarikan antara kation-kation dalam lapisan ganda dengan muatan negatif

dari ujung dipolar. Kation-kation ini tertarik oleh permukaan partikel lempung

yang bermuatan negatif.

3. Andil atom-atom hidrogen dalam molekul air, yaitu ikatan hidrogen antara

atom oksigen dalam molekul-molekul air.

Jadi jelaslah bahwa semakin luas permukaan spesifik tanah lempung, air yang

tertarik secara elektrik disekitar partikel lempung yang disebut air lapisan ganda
jumlahnya akan semakin besar. Air lapisan ganda inilah yang menyebabkan sifat

plastis pada tanah lempung.

Konsentrasi air resapan dalam mineral lempung memberi bentuk dasar dari

susunan tanahnya sebagai berikut, tiap partikelnya terikat satu sama lain lewat

lapisan air serapannya. Selain itu jarak antara partikel juga akan mempengaruhi

hubungan tarik menarik atau tolak menolak antar partikel tanah lempung yang

diakibatkan oleh pengaruh ikatan hidrogen, gaya Van der Walls serta macam

ikatan kimia dan organiknya. Bertambahnya jarak akan mengurangi gaya antar

partikel. Ikatan antar partikel tanah yang disusun oleh mineral lempung akan

sangat dipengaruhi oleh besarnya jaringan muatan negatif pada mineral, tipe,

konsentrasi dan distribusi kation-kation yang berfungsi untuk mengimbangi

muatannya. Gaya elektrostatik (gaya tarik menarik antar partikel aluminium) yang

terjadi pada permukaan lempung (bermuatan negatif) dengan kation-kation yang

berada diantaranya, berpengaruh terhadap penyusutan ketebalan lapisan ganda

karena jumlah air yang terhidrasi menjadi berkurang.

Lempung akan bersifat labil (kembang susutnya besar) bila kation-kation yang

berada diantara partikel lempung adalah kation-kation yang lemah, atau dapat

dengan mudah digantikan oleh kation-kation yang lain atau tergeser oleh molekul-

molekul air yang konsentrasinya tinggi. Kation yang lemah adalah kation-kation

yang berasal dari garam-garam mineral yang terdapat di alam (misalnya Na+).

Sehingga akan dihasilkan gaya elektrostatis yang lemah serta jari-jari antar partikel

besar, sehingga akan didapatkan lempung yang mengembang disaat banyak air

dan menyusut pada saat air keluar dari lempung dengan perbedaan kembang

susut yang besar.


PERTEMUAN – V & VI

Perbaikan tanah lunak dilakukan jika :

1. Dijumpai lapisan tanah lunak yang cukup tebal,

2. Posisi muka air tanah yang dekat dengan permukaan tanah,

3. Beban rencana yang akan bekerja cukup besar.

Low bearing capacity

Very soft soil

Excessive settlement

Gambar. Timbunan di atas Tanah Lunak

Bila perbaikan tanah tidak dilakukan maka :

1. Akan terjadi penurunan yang cukup besar

2. Perbedaan besar penurunan

3. Permukaan konstruksi akan bergelombang

4. Waktu untuk mendisipasikan tekanan air pori cukup lama.


 Metode-Metode Perbaikan Tanah Lunak

Terdapat beberapa alternative solusi untuk timbunan di atas tanah lunak. Solusi

ini bergantung pada masalah yang dihadap antara lain :

1. Untuk masalah stabilitas, solusi yang dapat diambil adalah pengurangan

beban timbunan, peningkatan soil bearing capacity ataupun pengalihan

beban dari tanah lunak ke struktur kolom yang ditanamkan.

2. Untuk masalah penurunan, solusi untuk besarnya penurunan yang terjadi

adalah pengurangan beban timbunan, pengalihan beban dari tanah lunak

ke struktur kolom yang ditanamkan atau soil replacement. Sedangkan

percepatan waktu penurunan dapat dilakukan dengan mempercepat

drainase air pori yang mendapat excess pore water pressure akibat

pembebanan.

3. Apabila ketebalan dari lapisan tanah lunak tersebut tidak terlalu tebal, maka

pelaksanaan timbunan dapat dilakukan dengan terlebih dahulu menggali

dan membuang tanah lunak tersebut serta menggantinya dengan material

yang lebih bagus. Apabila hal ini dilakukan maka masalah stabilitas dan

penurunan dapat dihindari. Namun demikian metode ini akan efektif apabila

ketebalan lapisan lunak tersebut tidak terlalu tebal (umumnya dibatasi

maksimum 3m).

4. Apabila penggantian/pembuangan tanah lunak tersebut tidak dapat

dilakukan, maka harus dilakukan suatu rekayasa geoteknik untuk

memperbaiki lapisan tanah lunak tersebut sehingga tidak terjadi keruntuhan

dan penurunan konsolidasi yang besar dan memerlukan waktu yang lama

apabila diberikan timbunan di atasnya.


Alternative solusi di atas dapat digambarkan seperti skema di bawah ini.

Gambar. Beberapa Metode Perbaikan Tanah


Adapun metode perbaikan tanah yang dipilih akan tergantung dari beberapa faktor

seperti biaya, waktu, teknologi yang ada, ketersediaan material, dan lainnya.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut, maka perbaikan tanah yang akan dilakukan

pada pembangunan jalan Tol, perbaikan tanah lunak dan kompresibel dengan Pre-

loading menyebabkan tanah akan mengalami kompresi yang amat besar dan

meningkat kekuatannya setelah mengalami konsolidasi.

Perbaikan tanah dengan menggunakan kombinasi dari preloading dan vertical

drains, jika :

a. Penggantian tanah lunak, jika tanah lunak berada di permukaan dengan

ketebalan lebih kecil atau sama dengan 3 m.

b. Preloading, jika kondisi pertama tidak terpenuhi, penurunan diperhitungkan

terjadi lebih dari 10 cm dengan waktu penurunan di bawah 5 bulan.

c. Preloading dan vertical drain, jika waktu penurunannya di atas 5 bulan dan

penggunaan vertical drain untuk mempercepatnya.

 Stabilisasi Tanah Lunak

Stabilisasi dangkal merupakan teknik teknik stabilisasi yang sering diterapkan

di konstruksi jalan, terutama untuk memperbaiki tanah dasar (sub grade) agar

dapat memenuhi persyaratan teknik. Dengan kemajuan teknologi stabilisasi

dangkal telah berkembang sehingga menjadi alternatif untuk memperbaiki

lapisan tanah lunak dibawah permukaan.

Stabilisasi ini digunakan untuk memperbaiki lapisan tanah lunak dibawah

permukaan yang bertujuan untuk meningkatkan daya dukung tanah yang

rendah dan meningkatkan kompresibilitas serta mengurangi besarnya


penurunan (settlement) timbunan bada jalan. Gambar diatas merupakan tipe

stabilisasi dangkal untuk mengurangi penurunan.

Gambar. Stabilisasi Tanah Timbunan Untuk Mengurangi Penurunan

Dari segi kinerja, stabilisasi dangkal dapat mengurangi penurunan total dan

perbedaan penurunan, deformasi lateral, serta meningkatkan stabilitas tanah

dasar dan pondasi, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Tanah lunak

di Indonesia bervariasi mulai dari tanah inorganik, organik, sapai gambut,

sehingga masing-masing tipe tanah memiliki karakteristik yang berbeda

sehingga efektivitas stabilisasi dangkal akan berbeda. Material pencampuran

yang digunakan untuk menstabilkan lapisan permukaan akan berbeda untuk


tiap jenis tanah. Penggunaan stabilisasi ini biasa digunakan di konstruksi jalan

raya dengan tanah dasar tanah lunak.

 Settlement Pada Tanah Lunak

Jika lapisan tanah dibebani, maka tanah akan mengalami regangan atau

penurunan (settlement). Regangan yang terjadi dalam tanah ini disebabkan oleh

berubahnya susunan tanah maupun oleh pengurangan rongga pori/air di dalam

tanah tersebut. Jumlah dari regangan sepanjang kedalaman lapisan merupakan

penurunan total tanah. Penurunan akibat beban adalah jumlah total dari

penurunan segera dan penurunan konsolidasi. Penurunan segera dan konsolidasi

terjadi hampir bersamaan pada tanah berbutir kasar. Penurunan konsolidasi

(consolidation settlement) terjadi pada tanah berbutir halus memerlukan waktu

yang lama.

Menurut Hardiyatmo, Bila suatu lapisan tanah mengalami pembebanan akibat

beban diatasnya, maka tanah di dibawah beban yang bekerja tersebut akan

mengalami kenaikan tegangan, ekses dari kenaikan tegangan ini adalah terjadinya

penurunan elevasi tanah dasar (settlement). Penurunan adalah perpindahan

permukaan arah vertical yang berhubungan dengan perubahan volume pada

tahap proses konsolidasi yang disebabkan oleh penerapan suatu beban.

Penurunan konsolidasi tanah dibawah timbunan akan menyebabkan melengkung

atau turunnya permukaan atas timbunan, sehingga merusak perkerasan jalan. Bila

tanah dasar (sub grade) tidak memenuhi kekuatan untuk memikul beban

kendaraan yang lewat maka jalan tersebut akan mengalami penurunan dan badan

jalan merupakan tanah timbunan maka akan terjadi kelongsoran.


Tanah merupakan suatu material multiphase yang terdiri dari partikel tanah

padat, air, serta udara. Pemberian beban pada tanah, akan menyebabkan

meningkatnya tegangan yang bekerja pada tanah tersebut. Tegangan tambahan

yang bekerja pada tanah pada awalnya akan dipikul oleh air pori karena sifat

incompressible air. Kondisi lokasi geoteknik bias sangat berbeda karena

perubahan ketebalan dan sifat lapisan tanah, kedalaman batuan dasar dan muka

air merupakan salah satu faktor utama yang mengendalikan karakteristik geoteknik

dipermukaan tanah. Tanah merupakan materi dasar yang menerima sepenuhnya

penyaluran beban yang ditimbulkan akibat konstruksi bangunan yang dibangun

diatasnya. Tanah yang ada dipermukaan bumi mempunyai karakteristik dan sifat

yang berbeda - beda, hal ini merupakan suatu tantangan bagi perekayasa

konstruksi untuk memahami perilaku tanah yang dihadapi dalam perencanaan

konstruksi dengan jalan melakukan penyelidikan dan penelitian terhadap sifat -

sifat yang dimiliki tanah. Ada beberapa persoalan yang menyangkut tanah dasar

(sub grade) antara lain:

1. Perubahan bentuk tetap (deformasi permanent) dari macam tanah tertentu

kibat beban lalu lintas.

2. Sifat mengembang dan menyusut tanah tertentu akibat perubahan kadar air.

3. Kuat dukung tanah yang tidak merata dan sulit ditentukan secara pasti pada

daerah dengan macam tanah yang sangat berbeda sifat dan

kedudukannya.

Semua tanah yang mengalami tegangan akan mengalami regangan di dalam

kerangka tanah tersebut. Regangan ini disebabkan oleh penggulingan,

penggeseran, atau penggelinciran dan terkadang juga karena kehancuran


partikel –partikel tanah pada titik titik kontak, serta distorsi lastis. Akumulasi

tatistik dari deformasi dalam arah yang ditinjau ini merupakan regangan. Integrasi

regangan (deformasi persatuan panjang) sepanjang kedalaman yang dipengaruhi

oleh tegangan disebut penurunan. Metode penurunan seperti ini sebagian besar

tidak dapat mengembalikan tanah pada keadaan semula apabila tegangan

ditiadakan karena terjadi pengurangan angka pori yang permanen. Regangan

pada tanah berbutir kasar dan tanah berbutir halus yang kering atau jenuh

sebagian akan terjadi sesudah bekerjanyategangan. Bekerjanya tegangan

terhadap tanah yang berbutir halus yang jenuh akan menghasilkan tegangan

yang bergantung pada waktu.

Penurunan konsolidasi tanah merupakan masalah geoteknik yang sering

ditemukan pada kasus timbunan terutama pada tanah lunak. Penurunan

konsolidasi disebabkan oleh keluarnya air pori dari dalam tanah yang disebabkan

oleh peningkatan tegangan pada massa tanah. Untuk memprediksi besar

penurunan serta lama waktu konsolidasi umumnya digunakan teori konsolidasi

satu dimensi Terzaghi. Prediksi penurunan konsolidasi dengan teori ini pada

banyak kasus memberikan hasil yang lebih besar dari penurunan aktual. Salah

satu penyebabnya adalah mengabaikan perkuatan tanah yang mungkin terjadi

akibat proses penimbunan secara bertahap.

Pada umumnya konsolidasi akan berlangsung satu arah (one dimensional

consolidation) yaitu pada arah vertikal saja, karena lapisan yang mengalami

tambahan beban itu tidak dapat bergerak dalam jurusan horizontal karena ditahan

oleh tanah disekitarnya (lateral pressure). Lapisan tanah dilapangan umumnya

mempunyai material penyusun tanah yang heterogen, permeabilitas rendah


dengan partikel tanah tidak merata, hal ini membutuhkan contoh tanah yang dapat

mewakili lapisan tanah khususnya untuk menguji besarnya koefisien konsolidasi

dan indeks kompresi.

Timbunan badan jalan diatas tanah lunak akan mengalami penurunan yang

besar dankemungkinan runtuh akibat kurangnya daya dukung tanah lunak

terhadap beban timbunan. Ketika suatu lapisan tanah ada penambahan

pembebanan diatasnya (misalnya pondasi atau timbunan tanah diatasnya), maka

partikel tanah akan mengalami penambahan tegangan, penurunan muka air tanah

sehingga pada tanah terjadi penurunan (settlement). Penurunan konsolidasi

tanah di bawah timbunan akan menyebabkan melengkung atau turunnya

permukaan atas timbunan, sehinggga merusak perkerasan.

Untuk menghindari masalah ini, maka saat pembangunan timbunan,

penurunan dipercepat agar gerakan penurunan tanah selesai sebelum

dilakukannya pembangunan perkerasan jalan, hal ini umumnya dapat dilakukan

dengan drainase vertical (vertical drain) di dalam tanah lunak. Hal yang terpenting

adalah mencegah adanya penurunan tak seragam (differential settlement) yang

terjadi pada waktu pendek, karena dapat mengakibatkan kerusakan perkerasan

jalan. Secara umum, penurunan dapat diklasifikasikan menjadi 3 tahap, yaitu :

1. Penurunan seketika (Immediate Settlement), diakibatkan dari deformasi elastis

tanah kering, basah, dan jenuh air, tanpa adanya perubahan kadar air.

Umumnya, penurunan ini diturunkan dari teori elastisitas. Immediate

settlement ini biasanya terjadi selama proses konstruksi berlangsung.

2. Penurunan konsolidasi primer (Primary Consolidation Settlement), yaitu

penurunan yang disebabkan perubahan volume tanah selama periode


keluarnya air pori dari tanah. Pada penurunan ini, tegangan air pori secara

kontiniu berpindah ke dalam tegangan efektif sebagai akibat dari keluarnya air

pori. Penurunan konsolidasi ini umumnya terjadi pada lapisan tanah kohesif.

3. Penurunan konsolidasi sekunder (Secondary Consolidation Settlement),

adalah penurunan setelah tekanan air pori hilang seluruhnya. Hal ini lebih

disebabkan oleh proses pemampatan akibat penyesuaian ytang bersifat plastis

dari butir-butir tanah

Penurunan total dari tanah berbutir halus yang jenuh ialah jumlah dari

penurunan segera, penurunan konsolidasi primer, dan penurunan konsolidasi

sekunder. Bila dinyatakan dalam bentuk persamaan, penurunan total adalah :

S = Si + Sc + Ss

dengan : S : penurunan total

Si : penurunan seketika/ elastis

Sc : penurunan akibat konsolidasi primer

Ss : penurunan akibat konsolidasi sekunder

Penurunan akibat beban adalah jumlah total dari penurunan segera dan

penurunan konsolidasi. Penurunan yang terjadi pada tanah berbutir kasar dan

tanah berbutir halus kering atau tidak jenuh terjadi dengan segera sesudah

beban bekerja. Penurunan pada kondisi ini disebut penurunan egera (immediate

settlement). Penurunan segera merupakan bentuk penurunan elastis. Dalam

praktek, sangat sulit memperkirakan besarnya penurunan segera. Hal ini tidak

hanya karena tanah dalam kondisi alam tidak homogeny dan anisotropis dengan

modulus elastisitas yang bertambah dengan kedalaman, tetapi juga akibat


kesulitan dalam mengevaluasi kondisi tegangan dan regangan yang terjadi pada

lapisan tanah.

Penurunan segera banyak diperhatikan pada pondasi bangunan yang

terletak pada tanah granuler atau tanah berbutir kasar. Penurunan total dari tanah

berbutir halus yang jenuh adalah jumlah dari penurunan segera dan penurunan

konsolidasi. Penurunan konsolidasi masih dapat dibedakan lagi menjadi

penurunan akibat konsolidasi primer dan penurunan konsolidasi sekunder. Bila

lapisan tanah jenuh berpermeabilitas rendah dibebani, maka tekanan air pori

didalam tanah tersebut segera bertambah. Perbedaan tekanan air pori pada suatu

lapisan air tanah, berakibat air mengalir ke lapisan tanah dengan tekanan air pori

yang lebih rendah, yang diikuti penurunan tanahnya.

Karena permaebilitas tanah rendah, proses ini membutuhkan waktu.

Konsolidasi adalah proses berkurangnya volume atau berkurangnya rongga pori

dari tanah jenuh berpermaebilitas rendah akibat pembebanan, dimana prosesnya

dipengaruhi oleh kecepatan terperasnya air pori keluar dari rongga tanah. Proses

konsolidasi dapat diamati dengan pemasangan piezometer, untuk mencatat

perubahan tekanan air pori dengan waktunya. Besarnya penurunan dapat diukur

dengan berpedoman pada titik referensi ketinggian pada tempat tertentu

(Hardiyatmo, 2010).

Bila tanah mengalami tekanan akibat pembebanan seperti pondasi, maka

angka porinya berkurang. Selain itu tekanan akibat beban pondasi juga dapat

mengakibatkan perubahan-perubahan sifat mekanis tanah yang ain seperti

menambah tanahan geser tanah. Regangan yang terjadi dalam tanah ini

disebabkan dua akibat, yaitu berubahnya susunan tanah dan berkurangnya rongga

pori di dalam tanah tanah tersebut. Jumlah dari regangan diseluruh kedalaman
lapisan tanah, merupakan penurunan total tanah. Kebanyakan deformasi yang

terjadi disebabkan oleh air yang didesak keluar dari air tanah, sehingga

menyebabkan butiran tanah saling mendekat.

Penurunan (settlement) terjadi jika tanah menerima beban diatasnya.

Settlement yang terjadi merupakan perubahan regangan sepanjang kedalaman.

Untuk tanah lunak air pori memerlukan waktu yang cukup lama untuk mengalir

keluar karena permeabilitasnya yang rendah dibanding dengan pasir. Penurunan

pondasi harus diperkirakan dengan sangat hati-hati untuk berbagai bangunan,

jembatan, jalan, menara, instalasi tenaga dan struktur- struktur biaya mahal

yang sejenis. Penurunan untuk bangunan seperti urugan, bendungan, tanggul

banjir, turap dan dinding penahan harus diperhitungkan dengan baik.

Penyelesaian permasalahan penurunan sangat diperlukan adanya data-data yang

cukup dalam menjelaskan karakteristik tanah lokasi terjadi penurunan sehingga

dapat dibuat analasis yang tepat untuk penanganan.

Dalam pembahasan suatu settlement, tidak dapat dipisahkan dengan

konsolidasi karena konsolidasi sangat berkaitan dengan settlement. Dengan

membahas settlement konsolidasi tanah, dapat mengetahui perhitungan dalam

memperkecil kmungkinan suatu penurunan tanah yang besar dalam konstruksi.

Sebelum mempelajari settlement pada konsolidasi sebaiknya pembahasan

mengenai konsolidasi hal yang pertama diketahui :

1. Konsolidasi pada tanah, bila lapisan tanah jenuh dengan permeabilitas

rendah diberi beban, tekanan air pori pada lapisan tersebut akan

bertambah. Perbedaan tekanan air pori pada lapisan tanah berakibat air

mengalir kelapisan tanah dengan tekanan air pori yang lebih rendah yang

diikuti penurunan tanahnya. Karena permeabilitas yang rendah memerlukan


waktu. Konsolidasi adalah proses pengeilan volume secara perlahan pada

tanah jenuh sempurna dengan permeabilitas rendah karena pengaliran

sebahagian air pori. Dengan kata lain, konsolidasi adalah proses

terperasnya air tanah akibat bekerjanya beban, yang terjadi sebagai fungsi

waktu karena kecilnya permeabilitas tanah. Proses ini berlangsung sampai

kelebihan tekanan air pori yang disebabkan kenaikan total telah hilang.

Kasus yang sangat sederhana adalah konsolidasi satu dimensi, dimana

kondisi regangan lateral mutlak ada. Proses konsolidasi dapat diamati

dengan pemasangan piezometer, untuk mencatat perubahan tekanan air

pori dengan waktu. Besarnya penurunan dapat diukur dengan berpedoman

pada titik referensi pada tempat tertentu.

2. Proses konsolidasi, mekanisme proses konsolidasi satu dimensi dengan

cara analisis yaitu suatu silinder berpiston berlubang dan dihubungkan

dengan pegas, diisi air sampai memenuhi silinder. Pegas dianggap bebas

dari tegangan dan tidak ada gesekan antara dinding silinder dengan tepi

piston. Pegas melukiskan tanah yang mampet, sedangkan air dalam piston

melukiskan air pori, dan lubang pada piston melukiskan kemampuan tanah

dalam meloloskan air atau permeabilitas tanahnya.

3. Pengujian konsolidasi, tujuan pengujian konsolidasi adalah menstimulasi

kompressi dari tanah akibat beban yang bekerja sehingga diperoleh taraf

karakteristik kompressi tanah yang akan dihitung untuk menghitung

settlement. Uji konsolidasi satu dimensi dengan kekangan lateral dilakukan

dilaboratorium terhadap tanah berbutir halus. Beban diberikan waktu


tertentu sesuai prosedur, dan kompressi yang terjadi akibat keluarnya air

pori. Hal yang perlu diperhatikan dalam uji konsolidasi adalah :

a. Uji konsolidasi dilakukan terhadap contoh tak terganggu.

b. Sampel yang dipilih merupakan sampel yang mewakili pada kedalaman

dan lapisan tertentu.

c. Pembebanan diberikan sesuai prosedur, biasanya kenaikan beban

berjalan sesuai dengan deret ukur yaitu 25, 50, 100, 200, 400, 800,

1600,….kpa.

d. Perhitungan settlement konsolidasi.


PERTEMUAN – VII

Semua macam tanah terdiri dari butir-butir dengan ruangan-

ruangan yang disebut pori (voids) antara butir-butir tersebut. Pori-pori

ini berhubungan satu dengan yang lainnya sehingga air dapat mengalir

melalui ruangan pori tersebut. Proses ini disebut rembesan dan

kemampuan tanah untuk dapat dirembes air disebut daya rembesan

(permeability). Ada dua hal utama dalam masalah rembesan air tanah

yaitu banyaknya air yang akan merembes dan tegangan air di dalam

tanah akibat rembesan itu.

 Daya Rembes Tanah (Permeability)

Permeabilitas didefenisikan sebagai sifat bahan berongga yang

dapat memungkinkan air untuk menembus atau merembes melalui

hubungan antar pori. Faktor utama yang mempengaruhi daya rembes

tanah adalah : angka pori, bentuk partikel, ukuran dari tanah tersebut,

dan susunan partikel tanah serta kekentalan dari air pori tanah

tersebut. Secara garis besar, semakin kecil ukuran partikel semakin

kecil pula ukuran pori dan semakin rendah koefisien permeabilitasnya.


Dalam hal ini kecepatan merembes air pada tanah berdasarkan

hukum Darcy yang dapat diperlihatkan pada gambar berikut. Pada

gambar memperlihatkan rembesan air pada suatu contoh tanah akibat

adanya perbedaan tegangan air pada kedua ujung contoh tersebut.

Menurut persamaan bernauli, tinggi energi total pada suatu titik di

dalam air yang mengalir dapat dinyatakan sebagai perjumlahan dari

tekanan, tinggi kecepatan yang tingggi elevasi atau :

P v2
h = + + z
w 2g

dimana :

h = Tinggi energi total (m)

p = tekanan ( kg/m2)

v = Kecepatan ( m /det )

g = Percepatan disebabkan oleh gravitasi ( m/dt2 )

γw = Berat volume air ( kg / m3 )

keterangan :

P
= Tinggi tekanan
w

v2
= Tinggi kecepatan
2g

Z = Tinggi elevasi

Apabila persamaan bernauli diatas dipakai untuk air yang mengalir

melalui pori-pori tanah, Bagian dari persamaan yang mengandung


tinggi kecepatan dapat diabaikan. Hal ini disebakan karena kecepatan

rembesan air di dalam tanah adalah sangat kecil.

Seperti pada gambar berikut ini yang menunjukkan hubungan

antara tekanan elevasi dan tinggi energi total dari suatu aliran air di

dalam tanah. Tabung pizometer di pasang pada titik A dan titik B.

Ketinggian air di dalam tabung pizometer A dan B disebut sebagai

muka pizometer (Pizometer Level), dari titik A dan tabung pizometer

yang dipasang pada titik tersebut. Tinggi elevasi dari suatu titik

merupakan jarak yang diukur dari suatu bidang datum yang di ambil

sembarang titik yang bersangkutan.

Kehilangan energi antara dua titik A dan B, dapat dituliskan

dengan persamaan di bawah ini :  h  hA  hB

PA PB
h = + ZA + + ZB
w w

dimana :

γw : Berat air ( gr / cm 3)

ZA : Tinggi elevasi titik A (cm)

ZB : Tinggi elevasi Titik B (cm )

PA : Tekanan pada titik A ( kg/cm2)

PB : Perbedaan tinggi muka air pada tabung (cm)

h : Perbedaan tinggi muka air pada tabung (cm)


Kehilangan energi ( h ) tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk

persamaan tanpa dimensi seperti di bawah ini :

h
i =
L

dimana :

i = gradien hidrolik

L = panjang / jarak antara titik A dan B, yaitu panjang aliran

air dimana kehilangan tekanan terjadi

Menurut hukum Darcy, rembesan air dalam tanah hampir selalu

berjalan searah “linier “, yaitu jalan atau garis yang ditempuh air

merupakan garis dengan bentuk yang teratur. Prinsip hukum Darcy

memperlihatkan rembesan air pada suatu contoh tanah akibat adanya

perbedaan tegangan air pada kedua ujung contoh tersebut. Kecepatan

aliran air di dalam tanah sebanding dengan gradien hidrolik yaitu :

v=kxi

dimana :

v : kecepatan

k : konstanta yang disebut koefisien rembesan (permeability)

Nilai k tergantung dari jenis tanah.

Kecepatan v pada rumus Darcy bukanlah kecepatan sebenarnya

pada air di dalam pori tanah. Kecepatan v ini adalah suatu angka yang
dapat dipakai secara langsung untuk menghitung banyaknya air yang

merembes dalam tanah yaitu :

q=vA

Dapat juga dijabarkan sebagai berikut :

q = A. k. I
q
atau v =
A
v = k.i

dimana :

q = Volume aliran air persatuan waktu ( cm3/ dt )

A = Luas penampang tanah yang dilalui air ( cm2 )

k = Koefisien permeabilitas ( cm/ detik )

i = Gradien Hidrolik

v = Kecepatan aliran (discange velocity )

Kecepatan yang sesungguhnya dari air dalam pori-pori

tergantung pada besarnya masing-masing pori sehingga sebenarnya

tidak merupakan nilai tertentu. Sedangkan nilai k pada hukum Darcy

merupakan suatu konstanta penting untuk pembahasan permeabilitas

tanah. Permeabilitas suatu massa tanah penting untuk :

1. Mengevaluasi jumlah rembesan (seepage) air tanah.

2. Mengevaluasi gaya angkat atau gaya rembesan di bawah struktur

hidrolik untuk analisa stabilitas.


3. Menyediakan kontrol terhadap kecepatan rembesan sehingga

partikel tanah berbutir halus tidak tererosi dari massa tanah.

4. Studi laju penurunan (konsolidasi) dimana perubahan volume tanah

pada saat proses terjadi pada suatu gradient energi tertentu.

5. Mengendalikan rembesan air tanah.

pizometer

Gambar. Hubungan Tanah Air

Gambar. Tekanan, Elevasi dan Tingi Total Energi untuk Aliran Air
di dalam tanah
Koefisien permeabilitas terutama tergantung pada ukuran rata-

rata pori yang dipengaruhi oleh distribusi ukuran partikel, bentuk

partikel, dan struktur tanah. Secara garis besar, makin kecil ukuran

partikel, makin kecil pula ukuran pori dan semakin rendah koefisien

permeabilitasnya. Berarti suatu lapisan tanah yang mengandung

butiran-butiran halus memiliki harga permeabilitas k yang lebih rendah

dari pada tanah berbutir kasar, koefisien permeabilitas merupakan

fungsi dari angka pori. Pada tanah berlapis, permeabilitas untuk aliran

sejajar lapisan lebih besar dari pada untuk aliran tegak lurus lapisan.

Koefisien permeabilitas dapat juga dinyatakan dengan rumus :

w
k = K

dimana :

k = koefisien permeabilitas

γw = berat isi air

 = Viskositas / kekentalan air

K = Koefisien absolute yang tergantung hanya pada

karakteristik partikel tanah.

Nilai k untuk berbagai type tanah berada pada rentang tertentu,

seperti pada tabel berikut. Nilai k dapat mencapai tidak terhingga,

contohnya nilai k untuk kerikil dapat mencapai 10 kali untuk tanah

lempung.
K = 10-2 . D 210. ( m/dt )

dimana : D10 = Ukuran efektif dalam mm

Pada skala mikroskopik, air merembes ke dalam tanah mengikuti

suatu alur yang berliku-liku diantara partikel tanah, tetapi secara

makroskopik, alur tersebut dapat dianggap sebagai garis lurus.

Besarnya kecepatan rata-rata aliran air ke pori-pori tanah dapat

dihitung dengan membagi volume aliran air persatuan waktu dengan

luas rata-rata pori-pori (av) pada potongan melintang normal terhadap

arah aliran air. Kecepatan ini disebut kecepatan rembesan V’ (seepage

velocity ) :

q
V’ =
Av

Porositas tanah dirumuskan sebagai berikut :

Vv
n
V

dimana : n : porositas tanah

Vv : Volume void ; V : Volume total

Tabel. Koefisien Permeabilitas k dari beberapa jenis tanah.

Jenis tanah k ( koefisen permeabilitas )


cm / detik ft / menit
Pasir Bersih 1,0 - 100 2,0 - 200
Pasir kasar 1,0 - 0,01 2,0 - 0,02
Pasir Halus 0,01 - 0,001 0,02 - 0,002
Lanau (Silt) 0,001 - 0,0001 0,002 - 0,0002
Lempung (Clay) 0,00001 0,00002
Soft Clay 0,000001 0,000002

Anda mungkin juga menyukai