Anda di halaman 1dari 11

TUGAS KELOMPOK MEKANIKA TANAH

A. Kelompok

Nomor Kelompok :
Anggota Kelompok : 1.
2.
3.
4.
5.

B. Judul
Judul artikel penelitian yang kelompok kami resume yaitu “Hubungan
Koefisien Rembes dengan Swelling terhadap Variasi Butir Tanah pada Kondisi
Padat”.
C. Pendahuluan
Rembesan pada tanggul dapat menyebabkan erosi, retakan yang melebar,
longsor, bahkan keruntuhan. Hal ini dapat terjadi akibat retakan yang disebabkan
oleh penurunan pada lempung plastisitas tinggi. Rembesan merupakan indikator
penting keamanan tanggul, dan sangat penting untuk memahami kondisi yang dapat
menyebabkan rembesan untuk mencegah kecelakaan. Mekanika tanah
mengidentifikasi tiga elemen kunci yang membentuk tanah: udara, air, dan butir.
Tanah dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok berdasarkan komposisinya:
tanah berbutir halus, yang didominasi oleh lempung dan lanau, dan tanah berbutir
kasar, yang didominasi oleh pasir dan kerikil. Sifat-sifat tanah dibagi menjadi dua
kategori: sifat mekanik (seperti kohesi, sudut geser, dan kuat tekan) dan sifat fisik
(termasuk kadar air, berat jenis, ukuran butir, dan porositas).
Sifat-sifat ini terkait erat dan harus dipahami untuk memprediksi perilaku
tanah. Pekerjaan teknik sipil yang melibatkan interaksi dengan tanah memerlukan
penelitian mendalam untuk memahami sepenuhnya perilakunya. Salah satu sifat
fisik tanah adalah kemampuannya untuk memuai karena penyerapan. Jenis tanah
ini dikenal sebagai tanah mengembang atau tanah ekspansif, dan cenderung
berbutir halus. Ketika tanah mengembang, dapat menyebabkan munculnya sifat
lain, seperti permeabilitas. Sifat ini dipengaruhi oleh pori-pori yang terdapat di
dalam tanah. Pembengkakan dapat diamati selama proses perendaman setelah
pemadatan, dan perembesan dapat terjadi karena perilaku alami tanah seperti
pegas. Perilaku tanah ini terkait erat dengan kemampuannya mendukung struktur
dan harus dipertimbangkan saat menentukan perlakuan tanah.
Berdasarkan pendahuluan tersebut maka tujuan dari penulisan artikel
terssebut yaitu untuk mengetahui nilai swelling tanah dengan variasi butir yang
berbeda pada kondisi tanah yang dipadatkan, kemudian untuk memahami nilai
koefisien rembesan dengan berbagai ukuran butir tanah, dan mengetahui hubungan
antara koefisien rembesan dan swelling dengan berbagai ukuran butir tanah. dalam
kondisi padat.
D. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Tanah
Pada hakekatnya, tanah adalah gabungan unsur-unsur alam yang
terdapat di permukaan bumi yang tersusun dalam cakrawala, terdiri dari
mineral, bahan organik, air, dan udara, serta berfungsi sebagai media
tumbuh tanaman (Arifin et al., 2018). Definisi lain menurut Harjdowigeno
(2010), tanah adalah hasil dari pemecahan batuan dan penambahan bahan
organik dan organisme hidup.

Senada dengan pengertian tersebut menurut Julianto et al (2021)


menguraikan bahwa tanah merupakan campuran kompleks dari berbagai zat
alam yang dihasilkan dari proses pelapukan. Hal ini ditandai dengan adanya
agregat atau butiran, serta mineral padat yang tidak terikat secara kimiawi,
dan bahan organik yang membusuk dalam bentuk partikel padat. Selain itu,
ada berbagai cairan dan gas yang menempati rongga di antara partikel padat.
Pada hakekatnya, tanah merupakan perpaduan antara bahan organik dan
anorganik yang senantiasa mengalami perubahan akibat proses alam.

2. Jenis-Jenis Air Tanah


Berdasarkan lokasi kedalamannya, jenis air tanah dibedakan menjadi
dua kategori yaitu air tanah dangkal dan air tanah dalam. Air tanah dangkal
mengacu pada air yang terletak di bawah permukaan tanah tetapi di atas
lapisan batuan kedap air atau penghalang lainnya. Jenis air tanah ini juga
dikenal sebagai akuifer dan biasa digunakan untuk air sumur oleh penduduk
setempat. Di sisi lain, air tanah dalam terletak di bawah lapisan air tanah
dangkal dan di antara lapisan kedap air. Ini disebut sebagai akuifer dasar dan
sering dimanfaatkan sebagai sumber air minum oleh penduduk perkotaan
dan berbagai industri (Sukirman, 2014).
3. Butir Tanah
Mekanika Tanah mengkategorikan tanah menjadi empat jenis
berdasarkan ukuran butirnya yaitu kerikil, pasir, lanau, dan lempung. Tanah
berbutir kasar termasuk kerikil dan pasir, sedangkan lanau dan lempung
dianggap tanah berbutir halus. Sifat keterikatan tanah membaginya menjadi
tipe granular dan kohesif. Tanah kasar tidak kohesif, sedangkan tanah
berbutir halus kohesif. Sifat tanah berbutir kasar dipengaruhi oleh distribusi
ukuran butir, sedangkan sifat tanah berbutir halus tergantung pada batas
konsistensinya. Selain keemapat jenis tersebut, jenis tanah yang lain yaitu
tanah organik. yang terdiri dari bahan organik dari pelapukan tanaman atau
kerangkan dan kulit organisme kecil. Lebih jelasnya disajikan dalam tabel
berikut ini (Das, 1993).

Tabel 1. Jenis tanah dan ukuran butirannya


No Jenis Tanah Diameter Butiran (mm)
1. Tanah berbutir kasar
a. Kerikil 76.2-2
b. Pasir 2-0,075
2. Tanah berbutir halus
a. Lanau 0,075-0,002
b. Lempung <0,002
4. Aliran air tanah
Permeabilitas mengacu pada kemampuan bahan berpori untuk
memungkinkan lewatnya cairan seperti air atau minyak melalui ruang pori
mereka. Dalam kasus tanah, permeabilitas menggambarkan kemudahan air
mengalir melalui ruang pori tanah. Jenis aliran dalam tanah dapat berupa
laminar atau turbulen, dan ini tergantung pada faktor-faktor seperti jenis
tanah, ukuran butir, bentuk butir, kerapatan massa, dan geometri rongga
pori. Suhu juga memainkan peran penting dalam menentukan hambatan
aliran dan tegangan permukaan (Sukirman, 2014).
5. Swelling Tanah
Swelling adalah proses meningkatnya volume tanah karena jumlah
kadar airnya meningkat. Terjadinya Swelling tanah karena hal-hal beriku ini
(Iskandar et al., 2017).
a. Mekanisme Kimia Fisika Tanah
Ketika air menginfiltrasi partikel tanah seperti Montmorillonit,
menyebabkan perluasan ruang antara unit dasar. Pemuaian ini
menyebabkan ukuran volume tanah bertambah. Besarnya swelling
tanah juga ditentukan oleh kimia tanah atau banyaknya kation
dalam tanah.
b. Kebalikan Peristiwa Kapiler
Kebalikan peristiwa kapiler yaitu penurunan tegangan efektif tanah
yang dapat menyebabkan perkembangan tanah dan pemulihan
volume tanah.
E. Metode
Untuk melakukan penelitian ini, dilakukan serangkaian langkah. Pertama,
bahan disiapkan untuk digunakan. Kedua, dipelajari literatur yang relevan untuk
mendapatkan pengetahuan tentang penelitian serupa, teori mengenai
pengembangan dan koefisien rembesan, prosedur pengujian, dan teknik analisis
data. Ketiga, pengujian laboratorium dimulai dengan menyiapkan bahan uji dengan
persentase butir halus dan kasar yang bervariasi. Sifat fisik tanah diuji sebelum
dipadatkan dengan kepadatan kering maksimum. Sampel tanah kemudian diuji
pengembangannya, dan koefisien rembesan dihitung menggunakan beberapa
parameter yang diperoleh dari pengujian swelling.
F. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil penelitian

Tabel 2. Hasil Pengujian


Tabel 3. Hasil analisa data kompaksi, swelling dan koefisien rembes

2. Pembahasan
a. Nilai swelling tanah dengan variasi butir yang berbeda pada
kondisi tanah yang dipadatkan
Berat tanah dipengaruhi oleh jumlah partikel halus yang ada
di dalamnya. Hal ini didukung oleh hasil pengujian berat jenis yang
disajikan pada Tabel 2 yang menunjukkan bahwa semakin banyak
jumlah butir halus maka semakin tinggi berat jenis tanah tersebut.
Selain itu, jenis dan jumlah mineral yang ada di dalam tanah juga
merupakan faktor yang berkontribusi terhadap perbedaan berat
jenis, sebagaimana dinyatakan dalam teori.
Nilai batas cair, batas plastis, dan indeks plastisitas diamati
lebih rendah pada variasi tanah dengan butiran halus 20%
dibandingkan dengan variasi butiran halus 40%, 60%, dan 80%. Hal
ini berarti semakin tinggi persentase butiran halus dalam tanah,
semakin besar pula nilai batas cair, batas plastis, dan indeks
plastisitasnya. Sifat kohesi tanah memainkan peran penting dalam
fenomena ini, dengan tanah berbutir halus menunjukkan kohesi
yang lebih besar daripada tanah berbutir kasar. Selain itu, tanah
berbutir halus memiliki kapasitas yang lebih tinggi untuk menyerap
air, membuatnya kurang permeabel dibandingkan tanah berbutir
kasar.
Tabel 2 menampilkan temuan pengujian yang dilakukan pada
sampel tanah. Batas Atterberg disajikan pada Gambar 1, yang
menggambarkan korelasi antara persentase partikel halus dengan
batas cair (LL) dan batas plastis (PL). Hubungan antara persentase
butiran halus dan indeks praktis (IP) digambarkan pada Gambar 2.
Kedua gambar tersebut menunjukkan peningkatan batas cair, batas
plastis, dan indeks plastisitas seiring dengan peningkatan
persentase butiran halus dalam tanah. Dengan demikian, persentase
butiran halus dalam tanah memiliki hubungan yang proporsional
dengan nilai batas cair, batas plastis, dan indeks plastisitas,
sedangkan persentase butiran halus berkorelasi dengan indeks
plastisitas. Temuan ini menyoroti pentingnya mempertimbangkan
distribusi ukuran butiran tanah saat menentukan sifat tekniknya.
Gambar 1 Gambar 2

b. Nilai koefisien rembesan dengan berbagai ukuran butir tanah


Analisis data Tabel 1 menunjukkan bahwa sampel tanah
telah dikategorikan menjadi empat kelompok berdasarkan rincian
persentasenya. Variasi jenis tanah ini akan digunakan sebagai bahan
uji untuk mengetahui sifat kembang dan rembesannya. Keempat
variasi tersebut terdiri dari 80% dengan dominasi tekstur halus,
60% dengan tekstur dominan halus, 40% dengan dominasi tekstur
halus, dan 20% dengan tekstur dominan halus.
c. Hubungan antara koefisien rembesan dan swelling dengan
berbagai ukuran butir tanah. dalam kondisi padat
Hasil dari Tabel 3 dari uji pemadatan menunjukkan bahwa
dengan meningkatnya jumlah partikel halus dalam tanah,
kandungan air juga meningkat. Namun, terdapat kontras bahwa
kepadatan kering (γd) juga meningkat, tetapi pada laju yang lebih
lambat ketika butir halus yang ada di tanah lebih sedikit.
Perbandingan ini diilustrasikan pada Gambar 3. Kepadatan kering
(γd) merupakan faktor signifikan yang mempengaruhi besarnya
pengembangan yang dapat terjadi di tanah. Ketika kepadatan kering
(γd) rendah, nilai pembengkakan menjadi tinggi. Hubungan antara
pengembangan dan kerapatan kering (γd) dipengaruhi oleh empat
variasi butiran tanah. Semakin banyak butiran halus maka nilai
swelling akan semakin tinggi dengan kepadatan yang lebih rendah
dibandingkan dengan variasi yang mengandung butiran halus lebih
sedikit.
Gambar 3

Meningkatnya kadar air, menyebabkan lebih banyak


pembengkakan di tanah. Hal ini disebabkan karena tanah jenuh
dengan air, yang menyebabkan sedikit pembengkakan yang terjadi.
Setelah tanah jenuh, tidak bisa lagi menyerap air, dan
pembengkakan akan berkurang. Hubungan kadar air dan kembang
terhadap variasi butir ditunjukkan pada Gambar 4. Semakin banyak
butir halus yang terdapat dalam tanah, maka kadar air dan nilai
kembang akan semakin tinggi. Hal ini karena daya serap air pada
tanah berbutir halus lebih besar. Secara keseluruhan, hasil uji
pemadatan mengungkapkan wawasan penting tentang hubungan
antara kadar air, kerapatan kering (γd), dan pembengkakan di
tanah.

Gambar 4

Gambar 5 menunjukkan korelasi antara koefisien rembesan


dengan lama perendaman, yang menunjukkan bahwa semakin lama
waktu perendaman maka nilai koefisien rembesan semakin
meningkat, meskipun hasil yang semakin berkurang. Ini karena tanah
akhirnya mencapai titik jenuh, mengurangi permeabilitasnya. Nilai
koefisien rembesan juga dipengaruhi oleh ukuran butiran tanah,
dengan butiran yang lebih besar menghasilkan koefisien yang lebih
tinggi karena permukaannya yang kasar dan tidak mengikat yang
memfasilitasi aliran air. Namun tanah dengan variasi butiran halus
60% dan variasi butiran kasar 40% dianggap memiliki gradasi yang
baik dan nilai koefisien rembesan yang meningkat. Kepadatan tanah
juga mempengaruhi koefisien rembesan, dengan tanah yang lebih
padat mengurangi jumlah pori untuk aliran air. Permeabilitas tanah
dipengaruhi oleh adanya butiran kasar yang memungkinkan air
melewati pori-pori. Sebaliknya, tanah berbutir halus menyerap dan
menahan lebih banyak air karena gaya kapiler, menghasilkan
koefisien rembesan yang lebih kecil tetapi dengan kandungan air yang
lebih tinggi. Hal ini sejalan dengan teori Laurence D. Wesley bahwa air
tidak dapat mengalir keluar dari tanah berbutir halus hanya karena
gravitasi.

Gambar 5

Ketika tanah memiliki kadar butiran halus yang tinggi, rasio


pori akan meningkat dan koefisien rembesan biasanya akan menurun.
Hal ini disebabkan oleh kemampuan tanah menahan air melalui gaya
kapiler, yang dapat menyebabkan kohesi dan angka pori yang lebih
tinggi dibandingkan dengan tanah berbutir kasar, yang memiliki
permeabilitas lebih besar dan pori-pori yang lebih sedikit untuk
merembes air.. Hal ini menunjukkan bahwa tanah dengan persentase
butiran halus yang lebih tinggi akan mengalami swelling yang lebih
besar dan koefisien rembesan yang lebih kecil. Hal ini disebabkan
oleh sifat kohesif tanah berbutir halus dan kemampuannya menahan
air meskipun ukuran porinya kecil. Tingkat swelling dan rembesan
dalam tanah juga dapat bervariasi berdasarkan kondisi tanah, seperti
kekasarannya. Sebagai contoh, tanah yang kasar mungkin mengalami
swelling yang lebih kecil tetapi koefisien rembesan lebih besar karena
sifatnya yang tidak kohesif. Namun, tanah dengan variasi butiran yang
baik, seperti variasi 60% halus dan 40% kasar, mungkin memiliki
koefisien rembesan yang lebih kecil dan swelling yang lebih kecil
daripada variasi dengan persentase tanah berbutir halus yang lebih
tinggi, seperti 80% halus dan 20 % kasar. Hal ini karena air kurang
mampu meresap ke dalam tanah karena ukuran butirannya yang lebih
bervariasi.

G. Daftar Pustaka

Arifin, M., Putri, N., Sandrawati, A., & Harryanto, R. (2018). Soilrens, Volume 16 No.
2, Juli – Desember 2018. Soilrens, 16(2), 37–44.

Das, B. M. (1993). Mekanika Tanah (Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknis) Jilid 1.


Jakarta: Erlangga.

Harjdowigeno, S. (2010). Ilmu Tanah. Akademika Pressindo, Jakarta.

Iskandar, V. O., Priadi, E., & Aswandi. (2017). Perilaku Pengembangan Tanah
Lempung Akibat Pengurangan Beban Di Bangunan Benua Indah Pontianak.
JeLAST : Jurnal PWK, Laut, Sipil, Tambang, 4(4), 1–8.

Julianto, A., Afriani, L., Iswan, & Putra, A. D. (2021). Pengujian Permeabilitas Tanah
yang Dipadatkan dengan Metode Modified Proctor Cubir Permeameter. JRSDD,
9(4), 910–920.

Sukirman. (2014). Analisis Rembesan Pada Bendung Tipe Urugan Melalui Uji
Hidrolik Di Laboratorium Hidro FT Unsri. Jurnal Teknik Sipil Dan Lingkungan,
2(2), 238–244.
H. Jurnal Rujukan

Anda mungkin juga menyukai