KOLOID TANAH
1. Defenisi koloid tanah
Tanah adalah lapisan teratas dari suatu lahan yang sangat berguna untuk
mendukung kehidupan. Tanah terdiri dari tiga komponen penting yaitu bahan padat,
bagian cair, dan udara (Hariyanto et al. 2016). Kesuburan tanah bersifat dinamis dapat
menurun dan meningkat. Kesuburan tanah merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi produktivitas tanah untuk menyediakan air, udara, serta unsur hara secara
seimbang. Kesuburan tanah yang baik menghasilkan kualitas tanah yang terjaga dengan
baik yang nantinya berpengaruh terhadap lingkungan, ketahanan tanah terhadap erosi,
dan kesehatan manusia yang terhindar dari pengaruh logam berat (Juarti 2016).
Kesuburan tanah ditentukan oleh bahan organik tanah, tekstur tanah, kedalaman tanah,
kadar hara, koloid tanah, reaksi tanah, dan unsur meracun (Utomo et al. 2016).
Koloid tanah merupakan bahan mineral dan bahan organik dalam tanah yang
sangat halus sehingga mempunyai luas permukaan yang sangat tinggi persatuan berat
(massa). Koloid tanah terdiri dari koloid organik dan koloid anorganik. Koloid organik
tanah dikenal sebagai tanah humus yang tersusun dari sisa tanaman dan hewan yang telah
terdekomposisi, sedangkan koloid anorganik dikenal sebagai tanah liat. Tanah humus dan
liat mempunyai muatan listrik negatif yang dapat menarik ion muatan positif dari larutan
tanah. Kation-kation penting yang diserap karena tarikan elektrostatisnya sesuai dengan
tingkatannya adalah Na+ , K+ , Mg2+, dan Ca2+ (Machdar 2018). Natrium berperan
dalam pembentukan stomata dan dapat menggantikan peranan unsur kalium. Kalium
merupakan komponen yang berperan dalam proses metabolisme, seperti fotosintesis dan
respirasi. Kalium berpengaruh langsung terhadap kekeringan dan penyakit, selain itu juga
ikut dalam perkembangan akar, dan membantu transportasi hasil asimilasi dari daun ke
jaringan tumbuhan. Magnesium berperan mengaktifkan sejumlah enzim dan berperan
penting dalam sintesis protein. Magnesium merupakan unsur hara yang berperan dalam
pembentukan zat hijau daun, karbohidrat, lemak, dan minyak-minyak yang dibutuhkan
tanaman. Kalsium terlibat dalam pertumbuhan sel, merangsang pembentukan bulu-bulu
akar, mengeraskan batang tanaman, dan berperan dalam merangsang menetralisasikan
senyawa yang tidak menguntungkan pada tanah (Prihmantoro dan Indriani 2017).
Koloid tanah tidak dapat langsung dianalisis kadar kation-kationnya, namun perlu
dilakukan preparasi agar kation-kation dalam koloid tanah dapat diukur. Preparasi yang
dilakukan yaitu dengan cara perkolasi. Laboratorium Balai Penelitian Tanah
menggunakan dua metode perkolasi yaitu metode perkolasi manual dan perkolasi mesin
leaching tanah. Penggunaan dua metode tersebut dikarenakan semakin banyaknya
permintaan analisis kadar kation dalam tanah. Perkolasi yang digunakan dalam analisis
rutin tanah yaitu perkolasi manual. Perkolasi manual dilakukan didalam tabung silinder
dengan prinsip aliran perkolasi berdasarkan gaya berat dari pelarut yang digunakan
(Purwanto 2009). Perkolasi mesin leaching tanah merupakan metode perkolasi dengan
pemanfaatan mesin dalam proses perkolasi, aliran pelarut didasarkan pada tarikan dan
waktu perkolasi yang telah diatur. Perkolasi mesin leaching tanah belum digunakan
secara rutin dikarenakan pada mesin leaching tanah ada beberapa pengaturan khusus
untuk waktu dan kecepatan tarikan dalam proses perkolasi dengan masingmasing
pengaturan tersebut menghasilkan kadar yang berbeda-beda, sehingga diperlukan suatu
perbandingan metode untuk mengetahui waktu dan kecepatan tarikan yang sesuai pada
perkolasi mesin leaching tanah untuk menghasilkan kadar yang sama dengan perkolasi
manual. Perkolat hasil perkolasi dapat diukur dengan instrumen Spektrofotometri
Serapan Atom (SSA) untuk penetapan Nilai Tukar Kation (NTK) yang meliputi natrium,
kalium, magnesium, dan kalsium, sedangkan Kapasitas Tukar Kation (KTK) yang
meliputi amonium diukur dengan auto analyzer AA3 (Balai Penelitian Tanah 2009).
Perkolasi sangat mempengaruhi hasil kadar yang diperoleh dari pengukuran.
Perbandingan mengenai metode perkolasi juga dilakukan untuk mengetahui metode yang
dapat mengoptimalkan hasil penentuan Nilai Tukar Kation (NTK) dan Kapasitas Tukar
Kation (KTK) dalam tanah pada perlakuan waktu dan jumlah pelarut yang sama.
2. Manfaat koloid tanah
a. Bidang Pertanian
1) Berperanan dalam kesuburan tanah, sehingga berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman.
b. Bidang Konservasi Tanah dan Air
1) Koloid tanah menentukan sifat fisika tanah, sehingga berpengaruh terhadap
infiltrasi, permeabilitas. Dengan demikian, berpengaruh terhadap run off dan
erosi.
c. Teknik sipil (Bangunan, jalan, dll)
1) Mineralogi tanah/koloid tanah karena berpengaruh terhadap sifat fisik tanah,
sehingga mempengaruhi kekokohan bangunan, jalan, dll.
B. PERMEABILITAS TANAH
1. Pengertian Permeabilitas Tanah
Permeabilitas tanah adalah suatu kesatuan yang melipui infiltrasi tanah dan
bermanfaat sebagai permudahan dalam pengolahan tanah.(Dede rohmat, 2009).
Permeabilitas tanah memiliki lapisan atas dan bawah. Lapisan atas berkisar antara
lambat sampai agak cepat (0,20 – 9,46 cm jam-1), sedangkan di lapisan bawah
tergolong agak lambat sampai sedang (1,10 -3,62 cm jam-1).
Permeabilitas tanah adalah tingkat kesarangan tanah yang dilalui aliran massa air
atau kecepatan aliran air untuk melewati masa tanah. ( Hanafiah, 2005 ).
Permeabilitas tanah adalah kecepatan bergeraknya suatu cairan pada media berpori
dalam keadaan jenuh. ( Anonymous, 2010 ). Permeabilitas tanah adalah kemampuan
untuk mentransfer air atau udara. Biasanya diukur dengan istilah jumlah air yang
mengalir melalui tanah dalam waktu yang tertentu dan ditetapkan sebagai inci/jam.
( wanihadi utomo, 1985 ). Hukum Darcy menjelaskan tentang kemampuan air
mengalir pada rongga-rongga (pori) dalam tanah dan sifat-sifat yang
memengaruhinya. Ada dua asumsi utama yang digunakan dalam penetapan hukum
Darcy ini. Asumsi pertama menyatakan bahwa aliran fluida/cairan dalam tanah
bersifat laminar. Sedangkan asumsi kedua menyatakan bahwa tanah berada dalam
keadaan jenuh. Pengujian permeabilitas tanah dilakukan di laboratorium
menggunakan metode Constant Head Permeameter dan Variable/Falling Head
Permeameter.
Constant Head Permeameter
Uji ini digunakan untuk tanah yang memiliki butiran kasar dan memiliki
koefisien permeabilitas yang tinggi.
Rumus:
Q = k.A.i.t
k = (Q.L) / (h.A.t)
Dengan
Q = Debit (cm3)
k = Koefisien Permeabilitas (cm/detik)
A = Luas Penampang (cm2)
i = Koefisien Hidrolik = h/L
t = Waktu (detik)
Variable/Falling Head Permeameter
Uji ini digunakan untuk tanah yang memiliki butiran halus dan memiliki
koefisien permeabilitas yang rendah.
Rumus :
k = 2,303.(a.L / A.L).log (h1/h2)
Dengan :
k = Koefisien Permeabilitas (cm/detik)
a = Luas Penampang Pipa (cm2)
L = Panjang/Tinggi Sampel (cm)
A = Luas Penampang Sampel Tanah (cm2)
t = Waktu Pengamatan (detik)
h1 = Tinggi Head Mula-mula (cm)
h2 = Tinggi Head Akhir (cm)