PENDAHULUAN
2.1
proses (kimia, fisika dan biologi) konduktivitas hidrolik dapat berubah karena
faktor masuk dan mengalirnya air dalam tanah. Perubahan yang terjadi pada
komposisi ion kompleks dapat dipertukarkan. Misalnya ketika air memasuki tanah
mempunyai komposisi atau konsentrasi zat terlarut yang berbeda dengan larutan
awal dan dapat merubah konduktivitas hidrolik. Secara umum konduktivitas akan
berkurang bila konsentrasi zat terlarut elektrolit berkurang. Hal ini disebabkan
oleh penomena pengembangan dan dispersi yang juga dipengaruhui oleh jeni-jenis
kation (pada pelepasan dan perpindahan partikel-partikel lempung). Selama aliran
yang lama, bisa menghasilkan penyumbatan pori. Interaksi zat terlarut dan matrik
tanah dan pengaruhnya terhadap konduktivitas hidroulik khususnya penting pada
tanah-tanah masam dan berkadar natrium tinggi. (Anonim, 2010)
Konduktivitas hidrolik, K, (sering juga disebut sebagai permeabilitas atau
koefisien permeabilitas) merupakan tingkat di mana air tanah mengalir melalui
satuan luas akuifer atau akuitar di bawah gradien unit hidrolik. Konduktivitas
hidrolik memiliki dimens kecepatan (LT-1) dengan tipikal unit seperti ft/hari,
gal/(hari.ft2), m/detik, cm/detik, atau m/hari. Jika nilai konduktivitas hidrolik dan
gradient hidrolik telah diketahui, besar kecepatan airtanah, v, dapat dihitung
menggunakan hukum darcy. (Dawson and Istok, 1991) Parameter hidrogeologi
dasar, seperti konduktivitas hidrolik atau porositas, dapat diukur dengan
menggunakan beberapa contoh kecil yang dikumpulkan selama kegiatan
pengeboran di daerah tertentu. Perlu dicatat bahwa jika sampel yang digunakan
tidak terganggu, hasil pengukuran akan dapat mewakili nilai konduktivitas
hidrolik dititik tersebut. Konduktivitas hidrolik di zona jenuh dapat diukur dengan
dua jenis peralatan laboratorium: constant head permeameter dan falling head
permeameter.
Constant
head
permeameter
digunakan
untuk
mengukur
2.2
Permeabilitas
Permeabilitas tanah adalah suatu kesatuan yang melipui infiltrasi tanah dan
hidrolik dilakukan dengan mudah di bawah muka air tanah, seperti dengan metode
lubang bor (Luthin, 1957) atau dengan metode piezometer (Johnsn, 1952). Cara
lain dengan metode tabung ganda (Bouwer, 1961, 1962), metode pemompaan
dalam sumur dangkal dan dengan metode permeameter lapangan (Winger, 1960).
yang berbeda-beda namun mengandung makna yang sama. Ada tiga pengertian
untuk permeabilitas seperti berikut:
1. Pada ilmu tanah, permeabilitas didefinisikan secara kualitatif sebagai
pengurangan gas-gas, cairan-cairan atau penetrasi akar tanaman atau lewat
melalui suatu massa tanah atau lapisan tanah (SSSA, 2001).
2. Permeabilitas intrinsik menurut Richards (1952) adalah sifat-sifat kuantitatif
dari bahan berpori dan dikendalikan semata-mata oleh geometri pori. Tidak
seperti konduktivitas hidrolik jenuh, permeabilitas intrinsik tidak bergantung
dari kekentalan cairan dan kerapatan. Permeabilitas intrinsik dirumuskan
Permeabilitas (k)
Bergantung suhu
Berhubungan
konstan
dengan
struktur
bergantung
kecepatan dan gradient; waktu adalah dimana suatu unit area; waktu bukan
komponen
2.3
merupakan komponen
batas kedua lapisan tersebut dapat berada di atas atau di bawah level drainase.
Khususnya dapat dipakai pada kondisi dimana lapisan atas mempunyai
konduktivitas hidrolik lebih kecil dari pada lapisan bawahnya. Seperti juga
Hooghoudt, Ernst mendapatkan sejumlah hidrolik head yang diperlukan untuk
bermacam-macam komponen aliran dimana secara skhematis aliran pada pipa
drainase dibuat. Analogi dengan hukum Ohm, maka aliran air tanah dapat ditulis :
q = h/w atau h = qw
Drainase dibagi menjadi aliran vertikal, horizontal dan radial, maka head hidrolik
total adalah :
h = hv + hh + hr = qwv + qL wh + qL wr
di mana subscript v = vertikal, h = horizontal, r = radial. Aliran horizontal dan
radial adalah sama dengan qL, yakni discharge drainase per unit panjang pipa
drainase, sedangkan aliran vertikal sama dengan q, yakni laju debit drainase per
unit luas permukaan tanah. Dengan menulis berbagai tahanan maka persamaan
Ernst dapat ditulis:
di mana, h : total hidrolik head atau tinggi water table di atas level drainase pada
titik tengah (m); q : laju debit drainase per luas permukaan (m/hari); L : spasing
drainase (m); Kv : konduktivitas hidrolik untuk aliran vertikal (m/hari) ; Kr :
konduktivitas hidrolik untuk aliran radial (m/hari); Dv : ketebalan lapisan dimana
aliran vertical dipertimbangkan (m); Dr : ketebalan lapisan di mana aliran radial
dipertimbangkan (m); (KD)h : transmisivitas lapisan-lapisan tanah dimana
terjadi aliran horizontal (m2/hari); a : faktor geometri untuk aliran radial,
tergantung pada kondisi aliran; u : perimeter basah (m).
Nilai-nilai Dv, (KD)h, Dr, a dan u ditentukan berdasarkan profil tanah
dan posisi relatif serta ukuran pipa drainase. Data berikut ini merupakan
karakteristik dari kondisi spesifik drainase yakni : D1 : rata-rata ketebalan lapisan
atas di bawah muka air tanah (water table) dengan permeabilitas K1; D2 : rata-rata
ketebalan lapisan bawah dengan permeabilitas K2; Do : ketebalan lapisan tanah di
bawah level drainase; h : ketinggian water table di atas level drainase pada titik
tengah; y : kedalaman air dalam saluran drainase ,untuk pipa drainase y = 0.
Aliran vertikal terjadi pada lapisan antara maksimum water table pada titik
tengah antar saluran dengan dasar saluran. Biasanya ketebalan lapisan untuk aliran
vertical adalah Dv = y + h untuk saluran, dan Dv = h untuk pipa.
Aliran horizontal terjadi pada seluruh ketebalan aquifer, jadi (KD)h =
K1 D1 + K2 D2. Apabila kedalaman sampai lapisan kedap bertambah besar, maka
nilai K2 D2 juga bertambah besar sehingga membuat S(KD)h cenderung tak
terhingga dan akibatnya tahanan aliran horizontal menjadi nol. Untuk mencegah
hal tersebut total kedalaman lapisan di bawah level drainase Do atau Do + D2
7
dibatasi sampai (1/4)L apabila lapisan kedap lebih dalam dari (1/4)L di bawah
level drainase. Aliran radial hanya diperhitungkan pada lapisan di bawah level
drainase, jadi Dr = Do, dengan batasan yang sama seperti aliran horizontal yaitu
Do < (1/4)L Berdasarkan nilai-nilai tersebut di atas, maka beberapa kasus berikut
ini dapat dipertimbangkan :
2.4
2.5
Kirkham, pada tahun 1945, mengusulkan metode berdasarkan aliran air ke dalam
rongga di bawah ujung pipa dari piezometer. Childs, pada tahun 1952,
mengusulkan penggunaan dua sumur. Air, baik dipompa dari satu sumur ke sumur
lainnya, merupakan dasar untuk penentuan daya konduksi hidrolik tanah.
Persamaan yang digunakan dalam berbagai metode yang dikembangkan dalam
beberapa bagian bab ini bersama dengan penjelasan singkat tentang beberapa
bidang teknik. Perlu dicatat, bahwa kehadiran atau ketidakhadiran yang kedap
adalah lapisan penting dalam pilihan sesuai rumus. Selain itu terdapat rumus dan
teknik khusus yang dapat digunakan untuk tanah bertingkat.
3. 3.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum :
1. Bor tangan
2. Meteran/penggaris
3. Stopwatch
4. Ember
5. Constant head permeameter
3.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum :
1. Air Ledeng
3.3 Prosedur
1. Mahasiswa menyiapkan alat yang diperlukan seperti bor tangan,
penggaris, meteran, ember dan stopwatch.
2. Membuat 2 luabang pada lapisan tanah yang akan dicari ilai k-nya
(Misalnya: Pilihan kedalaman 30,50 atau 70).
3. Mengukur dan mencatat dimensi lubang yang dibuat.
4. Mengisi lubang dengan air, sehingga tanah menjadi keadaan jenuh.
5. Setelah mendapatkan keadaan jenuh, mengukur penurunan air yang
terjadi. Misalnya pada lubang 50 cm, mengamati dan mencatat penurunan
water table dengan menempatkan mulut constant head permeameter (yang
telah diisi air) tepat pada permukaan air.
6. Menghitung waktu yang dibutuhkan tanah untuk meloloskan air, ditandai
dengan bunyi blup pada constant head permeameter.
7. Mengulangi pengukuran 3 kali atau setelah didapatkan data yang cukup.
8. Mahasiswa menghitung soal berikut :
Tentukan volume air (ml) yang dialirkan kedalaman tanah dengan
menghitung volume silinder dari luas alas dan tinggi h dan jari-jari pipa
10
11
4.1 Hasil
Tabel 1. Pengukuran Konduktivitas Hidrolik
D
Ulangan
Vol
Debit
(cm)
ke-
(cm)
(menit)
(ml)
(ml/d)
(cm/d)
(m/hr)
1,8
2,30
35,343
0,2356
1,5
1,28
29,452
1,5
0,34
29,452
0,86625
1,34
39,269
0,4177
1,5
1,28
29,452
0,3346
1,5
1,17
29,452
0,12
58,905
4,9087
0,20
19,635
0,9817
1,5
0,21
29,452
1,4025
30
50
70
Perhitungan :
Volume =
Kedalaman 30 cm
-
V1 =
=
. 2,52 . 1,8
= 35,343 ml
-
V2 =
=
. 2,52 . 1,5
= 29,452 ml
-
V1 =
=
. 2,52 . 1,5
= 29,452 ml
12
Kedalaman 50 cm
-
V1 =
=
. 2,52 . 2
= 39,269 ml
-
V2 =
=
. 2,52 . 1,5
= 29,452 ml
-
V1 =
=
. 2,52 . 1,5
= 29,452 ml
Kedalaman 70 cm
-
V1 =
=
. 2,52 . 3
= 58,905 ml
-
V2 =
=
. 2,52 . 1
= 19,635 ml
-
V1 =
=
. 2,52 . 1,5
= 29,452 ml
Debit =
Kedalaman 30 cm
-
Q1 =
=
Q2 =
=
= 0,2356 ml/detik
= 0,3346 ml/detik
Q1 =
=
= 0,86625 ml/detik
13
Kedalaman 50 cm
-
Q1 =
=
= 0,4177 ml/detik
Q2 =
=
= 0,3346 ml/detik
Q1 =
=
= 0,3825 ml/detik
Kedalaman 70 cm
-
Q1 =
=
= 4,9087 ml/detik
Q2 =
=
= 0,9817 ml/detik
Q1 =
=
= 1,4025 ml/detik
Konduktivitas Hidrolik =
( )
Kedalaman 30 cm
(
( )
k1 =
=
14
( )
k2 =
(
( )
k3 =
( )
k1 =
(
( )
k2 =
(
( )
k3 =
(
15
Kedalaman 70 cm
(
( )
k1 =
(
( )
k2 =
(
( )
k3 =
=
16
Senia Mulyana
240110110001
4.2
Pembahasan
Pengukuran
permeabilitas
tanah
sangat
penting
untuk
beberapa
17
terhitung pada constant head sebesar 29,452 ml maka didapat nilai debit pada
ulangan ketiga sebesar 0,86625 m/s dan nilai k sebesar 3,0283 m/hr.
Dan pada kedalaman 50 ulangan pertama di dapat selisih tinggi (h) adalah
2 cm dalam waktu 94 detik dengan besar volume terhitung pada constand head
sebesar 39,269 ml maka didapat nilai debit pada ulangan pertama sebesar 0,4177
m/s dan nilai k sebesar 0,306 m/hr. Pada ulangan kedua didapat selisih tinggi 1,5
cm dengan waktu 88 detik dan besar volume terhitung pada constand head sebesar
29,452 ml maka didapat nilai debit pada ulangan kedua sebesar 0,3346 m/s dan
nilai k sebesar 0,2455 m/hr. Pada ulangan ketiga didapat selisih tinggi sebesar 1,5
cm dalam waktu 77 detik dengan besar volume terhitung pada constant head
sebesar 29,452 ml maka didapat nilai debit pada ulangan ketiga sebesar 0,3825
m/s dan nilai k sebesar 0,2805 m/hr.
Dan untuk lubang yang terakhir yaitu kedalaman 70 cm ulangan pertama
di dapat selisih tinggi (h) adalah 3 cm dalam waktu 12 detik dengan besar volume
terhitung pada constand head sebesar 58,905 ml maka didapat nilai debit pada
ulangan pertama sebesar 4,9087 m/s dan nilai k sebesar 1,2739 m/hr. Pada
ulangan kedua didapat selisih tinggi 1 cm dengan waktu 20 detik dan besar
volume terhitung pada constand head sebesar 19,635 ml maka didapat nilai debit
pada ulangan kedua sebesar 0,9817 m/s dan nilai k sebesar 0,2547 m/hr. Pada
ulangan ketiga didapat selisih tinggi sebesar 1,5 cm dalam waktu 21 detik dengan
besar volume terhitung pada constant head sebesar 29,452 ml maka didapat nilai
debit pada ulangan ketiga sebesar 1,4025 m/s dan nilai k sebesar 0,3639 m/hr.
Pada hasil yang di dapatkan terlihat perbedaan yang cukup jelas bahwa
kedalaman lubang akan mempengaruhi lamanya waktu yang akan mencapai bunyi
blup tersebut. Semakin dalam kedalaman lubang maka akan semakin cepat.
Namun secara teori bahwa seharusnya semakin dalam lubang dalam kondisi yang
jenuh selisih waktu antar ulangan semakin lama karena semakin dalam tanah
dalam kondisi jenuh semakin padat partikel tanahnya. Hal tersebut mempengaruhi
nilai debit dan konduktivitas hidrolik. Semakin dalam kedalaman lubang semakin
kecil pula nilai konduktivitas hidrolik (K). Berarti dalam praktikum kali ini hasil
dilapangan belum sesuai dengan hasil dari literature karena pada praktikum kali
ini waktu yang di dapatkan semakin cepat jika kedalaman lubang semakin dalam.
18
Mungkin hal ini dikarenakan bisa saja oleh tekstur tanah yang cukup remah
sehingga cepat dalam meloloskan air meskipun sudah dalam kondisi jenuh. Atau
mungkin bisa saja dikarenakan oleh kesalahan praktikan yang memang keadaan
tanah dalam lubang tersebut belum dalam kondisi jenuh namun sudah dilakukan
pengukuran sehingga kecepatan dalam meloloskan airnya masih dibilang cepat.
Dan untuk nilai k sudah hasil yang di dapatkan pada lapangan sudah mendekati
dengan nilai secara literature hal ini dibuktikan dengan nilai pada setiap
kedalaman berbeda dan semakin dalam kedalaman lubang maka nilai k akan
semakin menurun.
Pergerakan air dalam tanah jenuh akan mempengaruhi limpasan dan
infiltrasi pada suatu daerah, sedangkan proses pergerakan air dalam tanah
dipengaruhi oleh sifat-sifat fisik tanah. Pergerakan air ditanah dipengarui oleh
permeabilitas tanah. Tanah dengan permeabilitas tinggi dapat menaikkan laju
infiltrasi sehingga menurunkan laju air larian.
19
Ghani Faliq F.
240110110032
4.2
Pembahasan
Praktikum kali ini masih sama seperti praktikum sebelumnya yaitu
penentuan konduktivitas hidrolik tanah. Namun metode yang digunakan kali ini
adalah dengan metode constant head. Adapun alat yang digunakan untuk
praktikum kali ini adalah bor tangan, meteran, stopwatch, ember, dan tentu saja
constant head permeameter.
Pada praktikum pengukuran konduktivitas hidrolik tanah ini diawali
dengan menyiapkan lubang yang akan digunakan untuk pengukuran. Pada
kesempatan kali ini tanah dibor menggunakan bor tangan dengan kedalaman yang
beragam mulai dari 30 cm, 50 cm hingga 70 cm. Masing-masing kedalaman tanah
ini dibuat didalam satu buah lubang. Setelah kedalaman lubang didalam tanah
mencapai kedalaman tersebut, setiap lubang diisi air hingga tanah tersebut jenuh.
Indikator kejenuhan tanah dapat dilihat dari rembesan airnya. Jika air yang
dimasukan kedalam tanah sudah tidak meresap lagi kedalam tanah (membutuhkan
waktu yang lama untuk permukaan air turun) berarti tanah sudah dapat dikatakan
telah mencapi titik jenuh.
Hal yang menarik didalam praktikum kali ini adalah semakin dalam
lubang, permeabilitas tanah menjadi semakin cepat dan semakin sulit untuk
mencapai titik jenuh. Hal ini mungkin diakibatkan oleh semakin besarnya luasan
permukaan tanah yang kontak dengan air langsung sehingga air langsung mengisi
pori-pori tanah sehingga permeabilitasnya menjadi tinggi.
Pada saat kondisi tanah sudah jenuh barulah pengukuran konduktivitas
tanah bisa dilakukan. Pengukuran ini dimulai dengan mengisi constant head
permeameter dengan air hingga terisi penuh. Setelah itu tutup bagian tempat
pengisi air dengan menggunakan tangan agar pada saat constant head permeater
dibalik untuk melakukan pengukuran air tidak tumpah. Lalu ikat bagian belakang
constant head permeameter menggunakan tali pada kaki tiga. Hal ini bertujuan
agar constant head permeameter berada pada posisi yang statis pada saat
pengukuran dilakukan.
Setelah kaki tiga dan constant head permeameter siap, lalu masukan
constant head permeameter kedalam lubang yang telah berisi air. Usahakan
bagian tempat pengisi air pada constant head permeameter tepat pada permukaan
20
air. Pada saat constant head telah ada pada permukaan air hitung waktu hingga
terdengar bunyi blup. Bunyi blup ini merupakan tanda bahwa air didalam
lubang sudah turun dan diisi kembali oleh air yang berada didalam constant head
permeameter hingga lubang pada constant head permeameter. Lalu catat
penurunan air yang terjadi pada constant head permeameter. Hal ini bisa dilihat
dari skala yang tertera pada constant head permeameter. Dan ulang prosedur ini
pada masing-masing lubang sebanyak tiga kali percobaan.
Dari hasil praktikum yang dilakukan didapatkan hasil yang beragam pada
masing-masing kedalaman lubang. Pada kedalaman 70 cm memang waktu yang
dibutuhkan hingga terdengan bunyi blup sangat sebentar, tetapi perlu dilihat
juga bahwa volume air yang keluar dari constant head permeameter relative
sedikit. Hal ini juga terjadi karena kesalahan yang dilakukan oleh praktikan dalam
penempatan constant head permeameter pada permukaan air.
Namun dari Sembilan buah data yang didapat dari tiga kali pengukuran
pada tiga buah lubang dengan kedalaman yang berbeda ada beberapa percobaan
yang menghasilkan perubahan volume yang sama walau tentu dengan waktu yang
berbeda. Data yang dimaksud adalah ;
D (cm)
H (cm)
t (menit)
Vol (ml)
Debit
K (m/hr)
ml/d)
30
1,5
1,28
29,452
0,3346
1,17
50
1,5
1,28
29,452
0,3346
0.2455
50
1,5
1,17
29,452
0,3825
0,2805
70
1,5
0,21
29,452
1,4025
0,3693
Dari data diatas bisa dilihat bahwa dengan perubahan volume yang sama
pada constant head permeameter jika dihubungkan dengan kedalaman lubang
terlihat bahwa semakin dalam lubang maka waktu yang dibutuhkan semakin
sebentar. Dan dapat dilihat juga bahwa nilai konduktivitas hidrolik tidak hanya
dipengaruhi oleh oleh waktu yang dibutuhkan constant head permeameter
mencapai bunyi blup saja, tetapi dipengaruhi juga oleh debit, jari-jari lubang
dan kedalaman tanah.
21
Dhanti Hanifa M.
240110110055
4.2
Pembahasan
Pada praktikum kali ini membahas berkenaan penentuan konduktivitas
22
23
Rifki Adipratama
240110110077
4.2
Pembahasan
Pada praktikum kali ini mengenai konduktivitas hidrolik, dimana
24
dan 1,4025 ml/det. Sehingga didapat nilai (konduktivitas hidrolik) k-nya secara
berurutan 1,47 x 10-3 cm/det, 2,94 x 10-4 cm/det dan 4,21 x 10-4cm/det.
Seperti pada hasil yang telah disebutkan dari hasil tersebut dibandingkan
dengan literature yang didapat bahwa konduktivitas hidrolik merupakan parameter
permeabilitas tanah, hal tersebut dipengaruhi oleh gravitasi, tekstur tanah dan
struktur tanah. Dari ketiga hasil tersebut dari masing-masing lubang, pada lubang
pertama dengan kedalaman 30 cm merupakan tanah yang mempunyai nilai
permeabilitas lebih rendah dibandingkan dengan lubang lainnya dapat dilihat dari
hasil diatas penurunan dari tiap menit hanya 1,8 cm ini disebabkan karna tanah
lubang tersebut terletak jauh dari pepohonan bahwa dasarnya pepohonan memiliki
akar yang dapat penyerapan airnya lebih tinggi serta tekstur tanahnya pun
memiliki porositas yang lebih rapat sehingga daya tahan airnya rendah, pada
lubang kedua dengan kedalaman 50 cm ini dapat dilihat hasilnya bahwa lubang
tersebut memiliki nilai permeabilitas yang sedang dibandingkan lubang lainnya
dapat dilihat dari hasilnya penurunan dari tiap menit hanya 3 cm sehingga daya
tahan airnya sedang, beda halnya pada lubang ketiga pada kedalaman 70 cm ini
dapat dilihat hasilnya bahwa lubang tersebut memiliki permeabilitas yang cukup
tinggi, bahwa dasarnya pada lubang tersebut tanahnya memiliki porositas yang
renggang sehingga cepat terjadinya perkolasi dapat dilihat dari hasilnya bahwa
penurunan air dari tiap menit rata-rata 10 cm sehingga daya tahan airnya lebih
tinggi.
25
Pembahasan
Pada praktikum teknik drainase kali ini yaitu mengukur konduktivitas
26
27
Billy Abadinur
240110110109
4.2
Pembahasan
Pada praktikum kali ini membahas tentang penentuan konduktivitas hidrolik
dengan constant head. Lahan yang dipakai pada praktikum kali ini adalah lahan di
depan FTIP Unpad. konduktivitas hidrolik ini merupakan salah satu parameter
yang diketahui saat praktikan akan menganalisis mengenai aliran air dalam tanah
dan juga merupakan kondisi yang harus diperhatikan dan diketahui karena data
keadaan konduktivitas tanah dapat digunakan untuk berbagai kepentingan seperti
penentuan kesesuaian lahan dengan tanaman. Konduktivitas hidrolik ini muncul
akibat adanya Hukum Darcy yang menjelaskan tentang kemampuan air mengalir
pada rongga-rongga (pori) dalam tanah dan sifat-sifat yang memengaruhinya. Ada
dua asumsi utama yang digunakan dalam penetapan hukum Darcy ini. Asumsi
pertama menyatakan bahwa aliran fluida/cairan dalam tanah bersifat laminar.
Sedangkan asumsi kedua menyatakan bahwa tanah berada dalam keadaan jenuh.
Kami menggunakan 3 lubang dengan masing-masing kedalaman berbeda
yaitu dengan kedalaman lubang (30 cm, 50 cm, dan 70 cm). Dalam pengukuran
ini dilakukan sama dengan lubang lain yaitu 3 kali pengukuran. Sebelum
pengukuran dilakukan terlebih dahulu menambahkan air pada lubang pengukuran
lalu biarkan lubang tersebut tergenang oleh air sekitar 20-30 menit sehingga kadar
air pada lubang mencapai titik jenuh sehingga air di pastikan tidak bisa di serap
lagi oleh tanah. Setelah dipastikan jenuh pasang alat constant head permeameter
dengan cara di gantungkan pada kaki tiga, pengukuran dilakukan dengan
mendengarkan pergerakan air yang berada di dalam constant head sehingga terjadi
penurunan pada permukaan air pada lubang pengukuran.
Pengukuran dilakukan dengan membuat kedalaman yang berbeda-beda,
dengan melakukan pengukuran pada kedalaman 30 cm, 50 cm, dan 70 cm. Dari
hasil pengukuran yang dilakukan, diperoleh data konduktivitas hidrolik setiap
lubang dengan kedalaman 30, 50 dan 70 cm sebanyak tiga kali pengulangan yang
masing-masing data diukur beda tingginya, waktunya dalam detik dan dihitung
masing-masing nilai k (konduktivitas hidrolik) yang satuannya adalah (cm/detik
atau m/hari), nilai krata-rata untuk kedalaman 30, 50 dan 70 cm masing-masing
adalah 9,53 x 10-4 cm/detik, 3,54 x 10-4 cm/detik, dan 1,47 x 10-3 cm/detik. Dari
28
29
Senia Mulyana
240110110001
V. KESIMPULAN
30
Ghani Faliq F.
240110110032
V. KESIMPULAN
31
Dhanti Hanifa M.
240110110055
V. KESIMPULAN
32
Rifki Adipratama
240110110077
V. KESIMPULAN
tanah
tersebut
mempunyai
konduktivitas hidrolik agak rendah dan daya menahan air rendah, tanah basah
dekat permukaan.
4. Lubang kedua dengan kedalaman 50 cm mempunyai konduktivitas hidrolik
sedang dan daya menahan air sedang, lembab, tapi tidak cukup basah dekat
permukaan, sehingga tanah tersebut demikian cocok untuk berbagai tanaman.
5. Lubang ketiga dengan kedalaman 70 cm konduktivitas hidrolik tinggi dan
daya menahan air rendah. Tanah tersebut demikian hanya cocok untuk
sebagian tanaman kalau tanpa irigasi.
6. Pertanian yang dapat ditanam pada tanah dengan kelas drainase agak cepat
adalah pertanian irigasi.
33
34
Billy Abadinur
240110110109
V. KESIMPULAN
35
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad.
2013.
Konduktivitas
Hidraulik.
Available
at:
http://makalahdottugas.blogspot.com/2013/02/konduktivitashidrolik.html (diakses pada tanggal 19 Mei 2014 pukul 18:40 WIB)
Vidi Andrean. 2013. Simpanan Air Dalam Tanah. Available at: http://vidiandrean.blogspot.com/2012/05/simpanan-air-dalam-tanah.html
(diakses pada tanggal 19 Mei 2014 pukul 18:55 WIB)
Runiasmaranto. 2013. Rembesan Air Dalam Tanah. Available at:
http://runiasmaranto.lecture.ub.ac.id/files/2012/05/REMBESAN-AIRDALAM-TANAH.pdf (diakses pada tanggal 19 Mei 2014 pukul
18:47 WIB)
Anneahira.
Ilmu
2013.
Permeabilitas
Tanah.
Available
http://www.anneahira.com/permeabilitas-tanah.htm (diakses
tanggal 19 Mei 2014 pukul 19:50 WIB)
at:
pada
36
LAMPIRAN
37
38