Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN MINGGUAN

PRAKTIKUM GEOHIDROLOGI
ACARA 2
“ PETA POLA ALIRAN AIR TANAH”

NAMA : MORINO ADJIE WICAKSONO


NIM : 2009086014
KELOMPOK : 4 (EMPAT)
ASISTEN : ZULFADLI Z.
NIM : 19090860

LABORATORIUM GEOLOGI DAN SURVEI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


hidrogeologi merupakan cabang keilmuan air yang berkaitan dengan proses pergerakan
air di bawah tanah (red.: dalam sistem akuifer) dan air sebagai fluida berada di bawah
permukaan tanah. Perbedaan hidrogeologi dan air tanah terletak pada ruang lingkup
definisi, yaitu hidrogeologi terbatas pada air tanah dan geologi, sementara air tanah
memiliki cakupan yang luas dan lintas keilmuan seperti rekayasa sipil, tambang, geologi,
dan pertanian. Air tanah adalah air yang bergerak di dalam tanah yang terdapat didalam
ruang antar butir-butir tanah yang meresap ke dalam tanah dan bergabung membentuk
lapisan tanah yang disebut Akuifer.

Air tanah adalah air yang bergerak dalam tanah yang terdapat di dalam ruang-ruang antara
butir-butir tanah yang membentuk itu dan didalam retak-retak dari batuan. Yang terdahulu
disebut air lapisan dan yang terakhir disebut air celah (fissure water). Keberadaan air
tanah sangat tergantung besarnya curah hujan dan besarnya air yang dapat meresap ke
dalam tanah. Faktor lain yang mempengaruhi adalah kondisi litologi (batuan) dan geologi
setempat. Kondisi tanah yang berpasir lepas atau batuan yang permeabilitasnya tinggi
akan mempermudah infiltrasi air hujan kedalam formasi batuan. Dan sebaliknya, batuan
dengan sementasi kuat dan kompak memiliki kemampuan untuk meresapkan air kecil.
Dalam hal ini hampir semua curah hujan akan mengalir sebagai limpasan (runoff) dan
terus ke laut. Faktor lainnya adalah perubahan lahan-lahan terbuka menjadi pemukiman
dan industri, serta penebangan hutan tanpa kontrol. Hal tersebut akan sangat
mempengaruhi infiltrasi terutama bila terjadi pada daerah resapan (recharge area).

Oleh karena itu, praktikum ini di lakukan agar praktikan dapat mengetahui dasar dasar
dari pembuatan peta pola aliran air tanah serta dapat menentukan arah pergerakan air
tanah dengan melihat data kontur yang sudah di tentukan.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan yang di dapat pada praktikum kali ini yaitu:
1. Untuk mengetahui bagaimana metode IDW (Inverse Distance Weighting)
2. Untuk mengetahui status sumur yang berada di elevasi yang lebih tinggi
3. Untuk mengetahui berbedaan arah aliran air tanah menggunakan metode IDW dan
TIN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Air tanah adalah air yang bergerak dalam tanah yang terdapat di dalam ruang-ruang antara
butir-butir tanah yang membentuk itu dan didalam retak-retak dari batuan. Yang terdahulu
disebut air lapisan dan yang terakhir disebut air celah (fissure water). Keberadaan air
tanah sangat tergantung besarnya curah hujan dan besarnya air yang dapat meresap ke
dalam tanah. Faktor lain yang mempengaruhi adalah kondisi litologi (batuan) dan geologi
setempat. Kondisi tanah yang berpasir lepas atau batuan yang permeabilitasnya tinggi
akan mempermudah infiltrasi air hujan kedalam formasi batuan. Dan sebaliknya, batuan
dengan sementasi kuat dan kompak memiliki kemampuan untuk meresapkan air kecil.
Dalam hal ini hampir semua curah hujan akan mengalir sebagai limpasan (runoff) dan
terus ke laut. Faktor lainnya adalah perubahan lahan-lahan terbuka menjadi pemukiman
dan industri, serta penebangan hutan tanpa kontrol. Hal tersebut akan sangat
mempengaruhi infiltrasi terutama bila terjadi pada daerah resapan (Kodoatie, 2010).

Air meresap ke dalam tanah dan mengalir mengikuti gaya garavitasi bumi. Akibat adanya
gaya adhesi butiran tanah pada zona tidak jenuh air, menyebabkan pori-pori tanah terisi
air dan udara dalam jumlah yang berbeda-beda. Setelah hujan, air bergerak kebawah
melalui zona tidak jenuh air (zona aerasi). Sejumlah air beredar didalam tanah dan ditahan
oleh gaya-gaya kapiler pada pori-pori yang kecil atau tarikan molekuler di sekeliling
partikel-partikel tanah. Bila kapasitas retensi dari tanah pada zona aerasi telah habis, air
akan bergerak kebawah kedalam daerah dimana pori-pori tanah atau batuan terisi air. Air
di dalam zona jenuh air ini disebut air tanah (Kodoatie, 2010).

Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap gerakan air bawah permukaan tanah antara
lain adalah:
1. Perbedaan kondisi energi di dalam air tanah itu sendiri.
2. Kelulusan lapisan pembawa air (Permeabilty).
3. Keterusan (Transmissibility).
4. Kekentalan (viscosity)
air tanah Air tanah memerlukan energi untuk dapat bergerak mengalir melalui ruang antar
butir. Tenaga penggerak ini bersumber dari energi potensial. Energi potensial air tanah
dicerminkan dari tinggi muka airnya (pizometric) pada tempat yang bersangkutan. Air
tanah mengalir dari titik dengan energi potensial tinggi ke arah titik dengan energi
potensial rendah. Antara titik-titik dengan energi potensial sama tidak terdapat pengaliran
air tanah. Garis khayal yang menghubungkan titik-titik yang sama energi potensialnya
disebut garis kontur muka air tanah atau garis isohypse. Sepanjanggaris kontur tersebut
tidak terdapat aliran air tanah, karena arah aliran air tanahtegak lurus dengan garis kontur.
Aliran air tanah tersebut secara umum bergerakdari daerah imbuh (recharge area) ke
daerah luah (discharge area) dan dapat muncul ke permukaan secara alami maupun
buatan (Kodoatie, 2010).

Pada saat ini permasalahan air tanah makin komplek dengan adanya kerja sama dengan
berbagai disiplin ilmu antara lain geologi, hidrologi, hidrolika, agronomi, kimia, fisika
sehingga pemgertian tentang air tanah sangat luas dan kompleks, sehingga Batasan
hidrogeology dan geohidrologi semakin kabur. Pada prisipnya studi ini meliputi sifat
fisik, kimia, lingkungan, gerakan, kegunaan dan lain-lain yang menyangkut airtanah
(Edial, 1998).

Pemanfaatan air tanah yang merupakan pekerjaan besar pada zarnan dahuhlu yaitu
dengan membuat "infiltration galleries" yang panjang atau di kenal sebagai Qanat yaitu
sejenis terowongan yang berfungsi untuk mengumpulkan airtanah. Qanat ini dibuat pada
endapan kipas aluvial dan batuan endapan yang empuk. Panjang terowongan (saluran)
sampai beberapa kilometer dan airnya digunakan untuk pertanian dan keperluan hidup
sehari-hari. Qanat digunakan pertama sekali lebih dari 2500 tahun yang lalu di Iran. Cara
seperti ini cepat meluas pemakaiannya sampai ke Afganistan, Mesir dan negeri-negeri
disekitar teluk persia
(Edial, 1998).

Perkembangan pemanfaatan air tanah di Indonesia telah dilakukan sejak beberapa abad
yang lalu dan sampai saat ini terus berkembang sesuai dengan pertambahan kebutuhan
akan air bersih serta makin berkembangnya jumlah penduduk dan sektor yang
menggunakan air bersih. Pemanfaatan air tanah pada saat ini adalah sangat popular
dengan melakukan pemboran air tanah dalam dan dangkal dan terus berkembang untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat baik untuk air minum, industri irigasi dan sebagainya
(Edial, 1998).

Air tanah (ground water) adalah air yang mengisi rongga-rongga pori tanah atau celah
batuan serta bertekanan sama dengan atmosfer, dengan kata lain yaitu air yang terdapat
dibawah permukaan air tanah (ground water table) dan pada zona jenuh (saturasi). Proses
pembentukan air tanah melibatkan infiltrasi air hujan atau air permukaan ke dalam tanah
melalui pori-pori atau rekahan di batuan atau lapisan tanah. Air ini kemudian bergerak ke
bawah karena pengaruh gravitasi, dan selama perjalanan ke dalam tanah, air tersebut bias
disaring dan membersihkan diri dari sejumlah polutan. Akhirnya, air ini terakumulasi di
lapisan akuifer, yang merupakan lapisan bawah tanah yang mampu menyimpan dan
mengalirkan air (Edial, 1998).

Berdasarkan sifat fisik dari batuan, menurut Todd (1995) air tanah dapat dibedakan
menjadi empat jenis yaitu :
1. Aquifer, dapat diartikan sebagai lapisan pembawa air (perrneabel) pada batuan
yang mempunyai susunan sedemikian rupa sehingga dapat mengalirkan air
dengan jumlah yang cukup berarti dibawah kondisi lapang seperti pasir, kerikil
batu pasir, batu gamping yang berlubang-lubang dan batu lava yang retak-retak
dan sebagainya. Kata “aquifer” berasal dari kata “aqua” yang berarti air dan
“ferre” berarti mengandung.
2. Aquiclud (lapisan kedap air) yaitu lapisan yang dapat menyimpan air tetapi tidak
dapat mengalirkan dengan jumlah yang berarti, contohnya lempung, tuff halus,
lumpur dan berbagai batuan yang berukuran lempung. Lapisan ini disebut juga
dengan lapisan impermeabel. Kata “aquiclud” berasal dari kata “aqua” dan
“claudere” yang berarti menutup.
3. Aquifug (lapisan kebal air) yaitu batuan yang tidak dapat menyimpan dan
mengalirkan air, contohnya granit, batuan kompak batuan keras dan padat. Kata
“aquifug” berasal dari kata “aqua” dan “fugere” yang berarti mengusir.
4. Aquitard, yaitu batuan yang mempunyai susunan sedemikian rupa sehingga dapat
menyimpan air tetapi hanya dapat mengalirkan dalam jumlah yang terbatas,
misalnya tarnpak adanya rembesan atau bocoran. Aquitard terletak diantara
aquifer dengan aquiclud
(Edial, 1998).

Air merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia, oleh sebab itu
diperlukan ketersediaan air yang memenuhi persyaratan mutu (kualitas) sesuai dengan
persyaratan, dalam jumlah (kuantitas) yang cukup dan tersedia setiap waktu (Kontinu).
Air juga merupakan salah satu sumber daya alam yang mempunyai nilai ekonomis yang
tinggi bila dikelola dengan baik dan optimal (Edial, 1998).

Sebagai lapisan kulit bumi, maka akuifer membentang sangat luas, menjadi semacam
reservoir bawah tanah. Pengisian akuifer ini dilakukan oleh resapan air hujan kedalam
tanah. Sesuai dengan sifat dan lokasinya dalam siklus hidrologi, maka lapisan akuifer
mempunyai fungsi ganda sebagai media penampung (storage fungtion) dan media aliran
(conduit fungtion). Aliran air tanah dapat dibedakan dalam aliran akuifer bebas
(unconfined aquifer) atau akuifer terkekang (confined aquifer). Akuifer tertekan
(confined aquifer) Merupakan lapisan rembesan air yang mengandung kandungan air
tanah yang bertekanan lebih besar dari tekanan udara bebas/tekanan atmosfir, karena
bagian bawah dan atas dari akuifer ini tersusun dari lapisan kedap air (biasanya tanah
liat). Muka air tanah dalam kedudukan ini disebut pisometri, yang dapat berada diatas
maupun dibawah muka tanah. Apabila tinggi pisometri ini berada diatas muka tanah,
maka air sumur yang menyadap akuifer jenis ini akan mengalir secara bebas. Air tanah
dalam kondisi demikian disebut artoisis atau artesis. Dilihat dari kelulusan lapisan
pengurunganya akuifer tertekan dapat dibedakan menjadi akuifer setengah tertekan
(semi-confined aquifer) atau tertekan penuh (confined aquifer) dan dapat disebut pula
dengan akuifer dalam (Kodoatie, 2010).
Gambar 2.1 Confined Aquifer dan Unonfined Aquifer

Air tanah ini juga dapat mengalir vertikal ke tanah lebih dalam dan menjadi bagian dari
air tanah (groundwater). Air tanah tersebut akan mengalir perlahan menuju sungai, danau
atau penampungan lainnya. Air infiltrasi dalam top soil sebagian diuapkan kembali ke
atmosfer melalui permukaan tanah (soil evaporation). Sebagian lagi diserap oleh vegetasi
melalui proses fisiologis lalu diuapkan kembali melalui daun/tajuk vegetasi (transpirasi).
Proses transpirasi berlangsung selama tidak ada hujan. Gabungan keduanya disebut
sebagai evapotranspirasi yang besarnya angkanya ditentukan selama 1 tahun
(Badaruddin, 2021).

Proses berlangsungnya air masuk ke permukaan tanah kita kenal dengan infiltrasi, sedang
perkolasi adalah proses bergeraknya air melalui profil tanah karena tenaga gravitasi. Laju
infiltrasi dipengaruhi tekstur dan struktur, kelengasan tanah, kadar materi tersuspensi
dalam air juga waktu. Pada umumnya tanah yang tertutup hutan tak terganggu
mempunyai laju infiltrasi dan perkolasi tinggi dan hal ini ada kaitannya dengan aktivitas
biologi dalam tanah, sistem perakaran, sampah organik hutan dalam DAS mengakibatkan
struktur tanah granular dan sarang (porous) yang mengakibatkan infiltrasi cepat
(Badaruddin, 2021).
Mengingat kedua hal tersebut diatas, maka sudah selayaknya upaya pengembangan
sumber daya air yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan mutlak dilakukan,
dalam artian setiap kegiatan konservasi/pengembangan sumber daya air harus
disesuaikan dengan potensi yang ada, sehingga tidak mengakibatkan efek negatif pada
lingkungan yang akan mengganggu kelangsungan ketersediaan sumber daya air di masa
datang (Sukobar, 2007).
Kondisi alami dan distribusi akuifer, aquilude dan aquitard dalam sistem geologi
dikendalikan oleh litologi, stratigrafi dan 21 struktur geologi dari material endapan
geologi dan formasi. Selanjutnya dijelaskan litologi merupakan susunan fisik dan
endapan geologi. Susunan ini termasuk komposisi mineral, ukuran butir dan kumpulan
butir yang terbentuk dari sedimentasi atau batuan yang menampilkan sistem geologi.
Stratigrafi menjelaskan hubungan geometri dan umur antara macam-macam lensa, dasar
dan formasi dalam sistem geologi dari asal terjadinya sedimentasi. Bentuk struktur sendiri
diantaranya pecahan (cleavages), retakan (fracture), lipatan (folds) dan patahan (fault),
merupakan sifat-sifat geometri dari sistem geologi yang dihasilkan oleh perubahan bentuk
(deformasi) akibat adanya proses pengendapan (deposition) dan proses kristalisasi
(crystallization) dari batuan. Pada endapan yang belum terkonsolidasi (unconsolidated
deposits) litologi dan stratigrafi merupakan pengendali yang paling penting
(Prastistho, 2018).

Akuifer bebas/tak tertekan (unconfined aquifer) Merupakan lapisan rembesan air


yang mempunyai lapisan dasar kedap air, tetapi bagian atas muka air tanah lapisan ini
tidak kedap air, sehingga kandungan air tanah yang bertekanan sama dengan tekanan
udara bebas/tekanan atmosfir. Ciri khusus dari akuifer bebas ini adalah muka air tanah
yang sekaligus juga merupakan batas atas dari zona jenuh akuifer tersebut, sering
disebut pula dengan akuifer dangkal. Beberapa macam Unconfined Aquifer:
1. Akuifer Terangkat (Perched Aquifer) Merupakan kondisi khusus, dimana air tanah
pada akuifer ini terpisah dari air tanah utama oleh lapisan yang relatif kedap air
dengan penyebaran tebatas, dan terletak diatas muka air tanah utama.
2. Akuifer Lembah (Valley Aaquifer) Merupakan akuifer yang berada pada suatu
lembah dengan sungai sebagai batas (inlet atau outlet). Dapat dibedakan
berdasarkan lokasinya yaitu di daerah yang banyak curah hujannya (humid zone),
dimana pengisian air sungai yang ada di akuifer ini diisi melalui infiltrasi dari
daerah-daerah yang sama tingginya dengan ketinggian sungai. Dan juga di daerah
gersang (arid zone), dimana pengisian (infiltrasi) ke akuifer tidak ada akibat dari
curah hujan.Pengisian air berasal dari sungai ke akuifer dengan aliran pada akuifer
searah aliran sungai.
3. Alluvial Aquifer Merupakan akuifer yang terjadi akibat proses fisik baik
pergeseran sungai maupun perubahan kecepatan penyimpanan yang beragam dan
heterogen disepanjang daerah aliran sungai atau daerah genangan (flood plains).
Akibatnya kapasitas air di akuifer ini menjadi besar dan umumnya air tanahnya
seimbang (equillibrium) dengan air yang ada di sungai. Didaerah hulu DAS
umumya air sungai meresap ke tanah (infiltrasi) dan mengisi akuifer ini.
Sedangkan di hilir muka air tanah di akuifer lebih tinggi dari dasar sungai, dan
akuifer mengisi sungai terutama pada musim kemarau.
(Kodoatie, 2010).

Pola aliran air tanah yang dihasilkan dari pembuatan peta kontur aliran air tanah
menunjukkan bahwa air tanah bergerak mengarah dari arah barat laut menuju ke tenggara.
Pola aliran airtanah cenderung mengikuti kontur permukaan tanah seperti terlihat pada
Gambar 2. Dilihat dari alirannya, di sebelah barat area kampus utama UMP disebut aliran
influen yaitu area yang mengeluarkan air ke dalam air tanah, sedangkan sebelah tenggara
merupakan aliran efluen yaitu area yang menerima air dari air tanah yang berupa mata air
di dalam akuifer aluvium dan material gunung api andesit-basalt. Hal ini sejalan dengan
pernyataan Saldanela et al. (2015), bahwa arah aliran air tanah selalu tegak lurus 90°
kontur air tanahnya dan mengalir dari kontur tinggi ke rendah. Selanjutnya dikatakan
bahwa air tanah mengalir pada suatu penampang yang seragam dengan gaya gravitasi
yang diperoleh dari kemiringan kontur air tanah. Air tanah mengalami pergerakan di
dalam akuifer dengan kecepatan tertentu sehingga memiliki potensi air tanah yang
bersifat dinamis. Sistem aliran airtanah pada dasarnya mencakup daerah imbuhan dan
daerah lepasan. Kemunculan mataair akibat adanya kontak air tanah dengan batuan
impermeable merupakan salah satu penanda daerah lepasan. Pola aliran air tanah di area
kampus utama UMP ini berdekatan dengan Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Pelus d i
sebelah barat yang merupakan cabang dari DAS Serayu. Aliran Sub-DAS Pelus berasal
dari sumber m ata air Gunungapi Slamet. H al ini dap at dilihat d ari hubungan aliran air
tanah dengan sungai tersebut yang membawa material aluvium seperti batu pasir, kerikil
ke wilayah penelitian (Bregasnia, 2020).
Sumberdaya airtanah bersifat dapat diperbaharui secara alami karena airtanah merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dalam siklus hidrologi. Keberadaan airtanah dapat
dijumpai di hampir seluruh tempat di bumi, bahkan di bawah lapisan es yang membeku
airtanah dapat ditemukan.Keterdapatan airtanah bergantung pada ada tidaknya lapisan
batuan yang dapat menyimpan airtanah. Airtanah berada dalam formasi geologi yang
disebut sebagai akuifer. Akuifer merupakan formasi yang dapat menyimpan dan
mengalirkan air dalam jumlah yang cukup, yang artinya mampu mengaliri suatu sumur,
sungai dan mata air (Bregasnia, 2020).

Di dalam tanah air mengalir dalam arah lateral, sebagai aliran antara (interflow) menuju
mata air, danau dan sungai. Air ini 2 juga mengalir secara vertikal yang dikenal dengan
perkolasi (percolation) menuju air tanah. Gerak air di dalam tanah melalui poripori tanah
dipengaruhi oleh gaya gravitasi dan gaya kapiler. Gaya gravitasi menyebabkan aliran
selalu menuju ketempat yang lebih rendah, sementara gaya kapiler menyebabkan air
bergerak ke segala arah. Air kapiler selalu bergerak dari area basah menuju ke area yang
kering. Gaya kapiler bekerja lebih kuat pada tanah yang berbutir halus seperti lempung
dari pada tanah yang berbutir kasar seperti pasir. Pada tanah yang basah, gerak kapiler
akan berkurang. Hal ini menyebabkan penurunan laju infiltrasi. Dengan terisinya pori¬-
pori tanah, laju infiltrasi berkurang secara berangsur-angsur sampai mencapai kondisi
konstan, dimana laju infiltrasi sama dengan laju perkolasi (Saldanela, 2015).

Air yang meresap ke dalam tanah akan mengalir mengikuti gaya gravitasi bumi. Akibat
adanya gaya adhesi butiran tanah pada zona tidak jenuh air, menyebabkan pori-pori tanah
terisi air dan udara dalam jumlah yang berbeda-beda. Setelah hujan, air bergerak kebawah
melalui zona tidak jenuh air. Sejumlah air beredar didalam tanah dan ditahan oleh gaya-
gaya kapiler pada pori-pori yang kecil atau tarikan molekuler di sekeliling partikel-
partikel tanah. Bila kapasitas retensi dari tanah telah habis, air akan bergerak ke bawah
bagian dalam daerah dimana pori-pori tanah atau batuan terisi air. Air di dalam zona jenuh
air ini disebut air tanah (Saldanela, 2015).

Arah aliran air tanah untuk unconfined aquifer dapat ditentukan dengan metode tree point
problem. Untuk itu diperlukan pengukuran elevasi muka freatik dari tiga sumur yang
diketahui posisinya secara tepat. Arah aliran air tanah selalu tegak lurus 90° kontur air
tanahnya dan mengalir dari kontur tinggi ke rendah. Peta atau gambar yangberisi kontur
dan arah aliran air tanah sering dikenal sebagai flownets (Saldanela, 2015).

Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau bebatuan di bawah permukaan
tanah. Air tanah merupakan salah satu sumber daya air yang keberadaannya terbatas dan
kerusakannya dapat mengakibatkan dampak yang luas serta pemulihannya sulit
dilakukan. Penyembuhan atau pengisian kembali air yang ada dalam tanah ini
berlangsung akibat curah hujan, yang sebagian meresap ke dalam tanah, tergantung pada
jenis tanah dan batuan yang mengalasi suatu daerah serta besarnya curah hujan yang
meresap ke dalam bumi dalam jumlah besar atau kecil. Selain air sungai dan air hujan,
air tanah juga mempunyai peranan yang sangat penting terutama dalam menjaga
keseimbangan dan ketersediaan bahan baku air untuk kepentingan rumah tangga
(domestik) maupun untuk kepentingan industri (Ekariani, 2018).

Aplikasi FEFLOW merupakan salah satu aplikasi yang menggunakan metode pengolahan
data berupa numerical model atau menggunkan persamaan matematik dalam
memasukkan parameter yang dibutuhkan dan implementasi dari penggunaan metode
finite element untuk menyelesaikan persamaan aliran air tanah dari kondisi jenuh dan tak
jenuh serta transportasi massa dan panas (Gao dkk, 2019). Aplikasi ini dapat
memeberikan gambaran tentang prediksi dan evasluasi dari model aliran airtanah beserta
transportasinya (Triadi, 2021)

Hasil akhir dari model yang dihasilkan oleh aplikasi FEFLOW ini dapat memberikan
gambaran suatu pemodelan aliran airtanah pada suatu akuifer. Penggunaan model tersebut
didasarkan dari suatu persamaan matematik untuk menentukan nilai difusi dari head
hidrolik (h) yaitu:

Berdasarkan kasus yang sudah ada (Gambar 2.1), penentuan debit aliran airtanah dilihat
dari bentukan persebaran perbedaan warna model yang dihasilkan dari pengerjaan oleh
aplikasi FEFLOW. Persebaran warna tersebut dapat memberikan penjelasan mengenai
perkiraan aliran airtanahnya dengan melihat ke perubahan warna yang dihasilkan dari
warna yang lebih tua sampai paling muda. Kemudian dari perubahan warna tersebut
dilakukan pengirisan untuk menjelaskan lebih detail dari debit arah aliran yang
dihasilkan. Jika hasil yang didapatkan menunjukkan normal akan cenderung memiliki
hasil yang relatif seimbang dari persebaran alirannya, sedangkan apabila terjadi adanya
anomali atau keanehan maka akan menunjukkan pola aliran yang mendominasi pada
salah satu ruas, sehingga bisa ditentukan juga besaran debit yang kemungkinan mengalir
pada akuifer tersebut (Triadi, 2021)

Gambar 2.2 Hasil Model Debit Aliran Airtanah Menggunakan Aplikasi FEFLOW
(Paldor, dkk 2020)

Pada dasarnya penggunaan FEFLOW digunakan untuk menentukan arah aliran dari suatu
aliran airtanah, akan tetapi dengan penambahan suatu parameter tertentu berupa
parameter (SUB+), hasil dari pemrosesan aplikasi FEFLOW dapat dilakukan untuk
mengetahui penurunan tanah atau subsidence. Pemasukkan parameter (SUB+)
memberikan cara sederhana untuk menganalisis masalah penurunan tanah di FEFLOW
berdasarkan teori Biot. Model hasil pengolahan aplikasi FEFLOW dapat digunakan untuk
mengetahui aliran air tanah pada suatu daerah. Selain itu, hasil model ini dapat juga
digunakan untuk mengetahui kondisi paleohidrologi suatu daerah (Triadi, 2021).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum kali ini, yaitu:
− Laptop
− Charger laptop
− Flash Disk

3.1.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum kali ini, yaitu:
− Software ArcGIS
− Kertas HVS

3.2 Prosedur Percobaan


3.2.1 Prosedur Tin
Adapun prosedur percobaan pada praktikum ini yaitu:
− Diinput atau dimasukkan data shp administrasi.
− Dimasukkan data excel curah hujan dengan melalui tools conversation excel to
tabel.
− Diekspor data titik menjadi data shp baru dan beri nama baru yang mudah di ingat.
− Dibuka create TIN pada menu tools, semua kolom diisi dengan elevasi.
− Dipilih menu conversion untuk mengkonversi data tin ke raster.
− Dibuka tools contour untuk membuat kontur berdasarkan data raster dari metode
TIN dengan interval kontur 2.

3.2.2 Prosedur IDW


− Dibuat shp baru untuk menentukan arah aliran air tanah.
− Dibuka tools IDW, lalu z field diubah menjadi elevasi.
− Dibuka tools contour untuk membuat kontur berdasarkan data IDW dengan interval
kontur 2.
− Dibuat shp baru untuk menentukan arah aliran air tanah.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tabel Penyajian Data


Tabel 4.1 Penyajian Data
Titik X Y Dalam Sumur Tinggi Air Elevasi
1 761474 55226 3.96 27 23.04
2 763444 54220 3.43 35 31.57
3 766311 56082 1.82 11 9.18
4 767286 54753 3.76 14 10.24
5 768509 56045 4.26 14 9.74
6 761648 50459 2.34 28 25.66
7 763081 51599 1.76 28 26.24
8 764744 52208 2.27 32 29.73
9 766580 52778 2.68 37 34.32
10 768702 52057 1.46 40 38.54
11 769448 51886 4.87 39 34.13
12 763847 49169 2.02 39 36.98
13 764344 48357 1.57 27 25.43
14 766236 50100 2.76 14 11.24
15 766810 48334 2.2 14 11.8
16 769697 48582 1.67 28 26.33
17 772680 46741 3.65 21 17.35

4.2 Penjelasan Metode IDW


Metode IDW (Inverse Distance Weighting) adalah salah satu teknik interpolasi yang
digunakan dalam pemetaan arah aliran air tanah. Metode ini memungkinkan kita untuk
mengestimasi nilai-nilai di lokasi yang tidak terukur berdasarkan nilai-nilai yang
diketahui di lokasi-lokasi yang terukur. Dalam konteks pemetaan arah aliran air tanah,
metode IDW dapat digunakan untuk memprediksi arah aliran air tanah di seluruh area
berdasarkan informasi yang ada di lokasi-lokasi yang terukur.
Metode IDW didasarkan pada asumsi bahwa nilai di suatu titik akan dipengaruhi lebih
besar oleh nilai-nilai yang berdekatan dengan titik tersebut daripada oleh nilai-nilai yang
jauh. Dengan kata lain, semakin dekat suatu titik terukur dengan titik yang ingin
diprediksi, semakin besar pengaruhnya terhadap nilai yang akan diprediksi di titik
tersebut. Metode ini menciptakan suatu model pemetaan berdasarkan jarak antara titik-
titik pengamatan.

4.3 Penjelasan Metode TIN


Metode TIN (Triangulated Irregular Network) adalah salah satu teknik pemodelan
topografi yang sering digunakan dalam pemetaan arah aliran air tanah. Metode ini
digunakan untuk menghasilkan representasi 3D dari permukaan tanah yang tidak teratur
berdasarkan titik-titik data topografi yang terukur. Dalam konteks pemetaan arah aliran
air tanah, TIN digunakan untuk memodelkan permukaan tanah dan mengidentifikasi arah
aliran air tanah di seluruh wilayah dengan lebih detail.

Metode TIN didasarkan pada prinsip triangulasi, yang mengartikan permukaan tidak
teratur menjadi serangkaian segitiga yang saling tumpang tindih. Dalam konteks
pemetaan arah aliran air tanah, TIN menggambarkan bagaimana air tanah mengalir dari
satu titik ke titik lain dengan menggunakan segitiga-segitiga ini sebagai elemen-elemen
dasarnya. Triangulasi ini memungkinkan kita untuk mengukur arah aliran air tanah di
berbagai bagian wilayah dengan baik. Metode ini juga menghasilkan representasi visual
yang mudah dimengerti. Namun, TIN membutuhkan data topografi yang cukup lengkap
dan proses triangulasi yang cenderung lebih rumit daripada metode interpolasi sederhana.
4.4 Pembahasan Perbandingan metode TIN dan IDW
4.4.1 Peta Aliran Air Tanah Metode IDW
Berikut adalah hasil dari interpretasi arah aliran air tanah menggunakan metode IDW

Gambar 4.1 Peta Aliran Air Tanah Metode IDW


4.4.2 Peta Aliran Air Tanah Metode TIN
Berikut adalah hasil dari interpretasi arah aliran air tanah menggunakan metode TIN

Gambar 4.2 Peta Aliran Air Tanah Metode TIN


4.4.3 Pembahasan
Metode TIN berfokus pada pemodelan permukaan tanah secara 3D menggunakan
segitiga-segitiga untuk merepresentasikan topografi yang tidak teratur. Dalam pemetaan
arah aliran air tanah, TIN digunakan untuk memodelkan permukaan tanah dan kemudian
menghitung arah aliran air tanah berdasarkan gradien elevasi di setiap segitiga. TIN bisa
memberikan detail yang sangat tinggi dalam pemodelan topografi dan arah aliran air
tanah. Arah alirann yang ditunjukan pada peta TIN lebih sedikit dibandingkan dengan
IDW hal itu dikarenakan Metode TIN menyesuaikan dengan kontur yang tegas.
Metode IDW adalah teknik interpolasi yang menghitung nilai-nilai di lokasi yang tidak
terukur berdasarkan jarak dan bobot yang diberikan pada titik-titik terdekat. Dalam
pemetaan arah aliran air tanah, IDW dapat digunakan untuk memprediksi arah aliran air
tanah di lokasi-lokasi yang tidak terukur berdasarkan informasi dari titik-titik terukur
yang memiliki arah aliran air tanah. IDW lebih sederhana dan cepat, tetapi hasilnya
mungkin kurang detail dan akurat, terutama jika data tidak merata atau jika terdapat
ketidak pastian dalam data. Pada peta IDW memperlihatkan arah aliran yang lebih banyak
dengan bentuk radial hal itu yang dapat menyebabkan kurang akuratnya data.
4.4.4 Korelasi
Berdasarkan kedua peta yang ada yaitu berdasarkan metode IDW dan TIN bisa dikatakan
bahwa korelasi antar sumur yang ada bisa dipengaruhi oleh topografi yaitu elevasi pada
setiap sumur. Sumur yang berada pada elevasi atau lokasi dengan topografi yang tinggi
memiliki kemampuan menampung air yang lebih sedikit dibandingkan sumur yang
berada di elevasi lebih rendah hal ini bisa terjadi karena sumur yang berada di elevasi
tinggi mengalirkan air ke tempat yang elevasinya lebih rendah sehingga sumur-sumur
yang berada di sekitarnya terdapat pasokan air bisa dari sumur yang elevasinya lebih
tinggi.

Karena adanya perbedaan elevasi juga bisa berpengaruh pada saat kondisi kemarau,
dimana saat musim kemarau datang sumur" dengan elevasi yang tinggi bisa mengalami
kekurangan air oleh karena itu sumur yang berada di elevasi tinggi cukup bergantung
kepada air hujan, namun sumur yang berada di elevasi rendah akan tetap menerima
pasokan air dari sumur yang elevasi tinggi dan juga air hujan.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada praktikum kali ini yaitu
1. Metode IDW (Inverse Distance Weighting) adalah salah satu teknik interpolasi yang
digunakan dalam pemetaan arah aliran air tanah. Metode ini memungkinkan kita
untuk mengestimasi nilai-nilai di lokasi yang tidak terukur berdasarkan nilai-nilai
yang diketahui di lokasi-lokasi yang terukur.
2. Sumur yang berada pada elevasi atau lokasi dengan topografi yang tinggi memiliki
kemampuan menampung air yang lebih sedikit dibandingkan sumur yang berada di
elevasi lebih rendah hal ini bisa terjadi karena sumur yang berada di elevasi tinggi
mengalirkan air ke tempat yang elevasinya lebih rendah sehingga sumur-sumur yang
berada di sekitarnya terdapat pasokan air bisa dari sumur yang elevasinya lebih
tinggi.
3. Persebaran arah alirann yang ditunjukan pada peta TIN lebih sedikit dibandingkan
dengan IDW hal itu dikarenakan Metode TIN menyesuaikan dengan kontur yang
tegas sehingga tidak lebih flexibel dari peta IDW yang dimana Pada peta IDW
memperlihatkan arah aliran yang lebih banyak dengan bentuk radial sehingga hal itu
yang dapat menyebabkan penyebaran arah aliran air lebih flexibel dibanding TIN.

5.2 Manfaat
Manfaat dari praktikum kali ini yaitu praktikan dapat memahami mengenai aliran air
tanah serta pembuatan peta arah aliran tanah dan juga memahami mengenai perbedaan
dari metode TIN dan Juga IDW.

5.3 Saran
Sebaiknya untuk peraktikum selanjutnya bisa dilakukan dengan memperlihatkan alat
yang diperlukan dalam praktikum agar praktikan bisa mempelajari secara langsung
penggunaan alat.
DAFTAR PUSTAKA

Badaruddin, 2021. Hidrologi Hutan. Banjarmasin: CV. Batang.

Edial, Helfia. 1998. Hidrogeologi Dasar. Padang: IKIP Padang.

Kodoatie, Robert. 2010. Tata Ruang Air. Andi Offset: Yogyakarta.

Triadi, Thomas Putranto. 2021. Buku Ajar Pemodelan Air Tanah. UNDIP Press.
Semarang.

Bregasnia, Wiwin. 2020. Kajian Pola Aliran Air Tanah Di Area Kampus Utama
Universitas Muhammadiyah Purwokerto Vol 17 No 1. Purwokwerto: Universitas
Muhammadiyah Purwokerto.

Ekariani, Dian. 2018. Aplikasi Gis Untuk Pemetaan Pola Aliran Air Tanah Di Kawasan
Borobudur. Magelang: Konservasi Peninggalan Borobudur.

Saldanela. 2015. Pemetaan Pola Aliran Air Tanah Berbasis Sistem Informasi Geografis
(SIG) Di Kawasan Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru. Riau: Universitas Riau.

Samarinda, 26 September 2023


Asisten Praktikum Praktikan

Zulfadli Z. Morino Adjie Wicaksono


NIM. 19090860 NIM. 2009086014
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai