D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Air yang jatuh ke permukaan akan tertahan oleh tumbuhan dan sebagian akan
menguap kembali pada proses tranpirasi dan sebagian akan jatuh ke permukaan.
Air yang jatuh ke permukaan kemudian akan meresap kedalam tanah (infiltrasi) dan
sebagian lainnya akan mengisi permukaan tanah, kemudian mengalir ke daerah
yang lebih rendah dan masuk ke sungai-sungai kemudian berakhir di laut. Pada
perjalanan air ke laut akan terjadi penguapan kembali. Sebagian air hujan yang
meresap ke dalam tanah (infiltrasi) akan keluar kembali dari tanah menuju alur
sungai (interflow) sebagai rembesan (seepage) atau mata air (spring).
Air yang meresap ke dalam tanah akan mengalir secara gravitasi dari elevasi
yang tinggi ke lebih rendah. Air yang meresap selanjutnya mengalir di daerah
vadoze zone (soil zone) sebagai soil water flow dan juga mengalir di phreatic zone
(groundwater zone atau saturated zone) sebagai groundwater flow. Di Indonesia air
tanah mengalir di daerah CAT (Cekungan Air Tanah) sebagai soil water dan
groundwater dan di daerah non-CAT hanya soil water karena tidak ada
groundwater. Air mengalir di dalam tanah baik di tanah dangkal (soil water zone)
maupun di bawahnya (groundwater zone). Pada groundwater zone air mengalir
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
pada akuifer, baik akuifer bebas (unconfined aquifer) maupun akuifer tertekan
(confined aquifer). Proses meresapnya air hingga sampai pada suatu aquifer tertentu
membutuhkan waktu yang sangat lama. Seluruh proses perjalanan air ini terjadi
secara
terus-menerus, kontinyu, seimbang, dan secara global dikenal dengan istilah
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Pada lokasi tertentu, aliran air permukaan dapat merupakan satu atau lebih
sub-sistem dan tidak lagi tertutup, hal tersebut terjadi karena adanya aliran di luar
bagian aliran permukaan merupakan masukkan dan keluaran dari sub-sistem aliran
permukaan tersebut. Begitu juga dengan aliran air tanah bisa saja merupakan satu
atau lebih sub-sistem dan tidak tertutup lagi, karena adanya aliran di luar bagian
dari aliran air tanah yang merupakan masukkan dan keluaran dari sub-sistem aliran
air tanah tersebut. Gabungan dari sub-sistem tersebut dikenal sebagai siklus
hidrologi terbuka. Proses siklus hidrologi terbuka dapat dilihat pada Gambar 4
berikut ini.
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Gambar 4 Aliran Air Permukaan dan Aliran Air Tanah dalam Siklus Terbuka
Sumber : Lewin, 1985 dalam Kodoatie dan Sjarief, 2005.
1. Air tanah adalah segala bentuk aliran air hujan yang mengalir di bawah
permukaan tanah sebagai akibat struktur pelapisan geologi, beda potensi
kelembaban tanah, dan gaya gravitasi bumi. Air bawah permukaan tersebut
biasa dikenal dengan air tanah (Asdak, 2002).
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2. Air tanah adalah sejumlah air di bawah permukaan bumi yang dapat
dikumpulkan dengan sumur-sumur, terowongan atau sistem drainase, atau
dengan pemompaan. Dapat juga disebut aliran yang secara alami mengalir
ke permukaan tanah melalui pancaran atau rembesan (Bouwer, 1978; Freeze
dan Cherry, 1979; Kodoatie, 1996).
3. Air tanah adalah air yang tersimpan pada lajur jenuh, yang kemudian
bergerak sebagai aliran melalui batuan dan lapisan-lapisan tanah yang ada
di bumi sampai air tersebut keluar sebagai mata air, atau terkumpul masuk
ke kolam, danau, sungai, dan laut (Fetter, 1994). Batas atas lajur jenuh jenuh
air disebut dengan muka air tanah (water table).
4. Air tanah adalah air yang menempati rongga-rongga dalam lapisan geologi.
Lapisan tanah yang terletak di bawah permukaan tanah dinamakan lajur
jenuh (saturated zone), dan lajur tidak jenuh terletak di atas lajur jenuh
sampai ke permukaan tanah, yang rongga-rongganya berisi air dan udara
(Soemarto, 1989).
Keberadaan air tanah tergantung pada besarnya curah hujan dan besarnya air
yang dapat meresap ke dalam tanah. Kondisi batuan pada daerah resapan
mempengaruhi bersarnya resapan air. Tanah atau batuan dengan permeabilitas
tinggi akan memudahkan air untuk meresap ke dalam lajur jenuh, dan begitu pula
sebaliknya. Selain itu, yang mempengaruhi besaran air yang meresap ke dalam
tanah diantaranya, perubahan lahan terbuka menjadi pemukiman dan industri serta
penebangan liar yang tidak terkontrol.
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
II.3.1 Komponen CAT
Terdapat beberapa komponen yang ada pada CAT, diantaranya sebagai
berikut.
1. Akuifer (aquifer)
Akuifer merupakan tempat penyimpanan air tanah. Definisi akuifer
ialah suatu lapisan, formasi, atau kelompok formasi satuan geologi yang
Menurut KepPres No. 26 Tahun 2011 Tentang Cekungan Air Tanah, CAT di
Indonesia terdiri atas akuifer bebas (unconfined aquifer) dan akuifer tertekan
(confined aquifer).
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
1. Akuifer Bebas (Unconfined Aquifer)
Merupakan akuifer air jenuh (saturated). Lapisan pembatasnya yang
merupakan akuitar hanya pada bagian bawahnya dan tidak ada pembatas
akuitar diatasnya, batas di lapisan atas berupa muka air tanah. Dengan kata
lain merupakan akuifer yang mempunyai muka air tanah (Kodoatie, 1996).
Muka air tanah pada akuifer tidak tertekan bersifat bebas untuk naik turun
tergantung pada musim. Air tanah yang terdapat pada akuifer ini disebut air
tanah bebas.
2. Akuifer Tertekan (Confined Aquifer)
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Antara sistem akuifer I dan II, II dan III, serta III dan IV dibatasi oleh lapisan
lempung laut yang relatif tebal. Sistem akuifer di CAT Jakarta secara umum disusun
oleh endapan kuarter dan dialasi oleh endapan tersier yang bersifat kedap air.
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, dan
Denpasar serta di pusat-pusat industry di Pulau Jawa, pengambilan air tanah begitu
intensif. Banyak industri atau hotel yang memiliki banyak sumur produksi. Akibat
dari hal tersebut, pada pusat-pusat pengambilan air tanah terjadi penurunan
kuantitas, kualitas, dan bahkan lingkungan air tanah (Danaryanto, 2005, dalam
Kodoatie 2012). Jika pengambilan air tanah oleh industri dilakukan terus menerus,
maka akan menyebabkan penurunan muka air tanah.
Selain itu, hal lain yang menjadi persoalan air tanah adalah berubahnya
daerah resapan (imbuhan) air tanah menjadi pemukiman, perindustrian dan yang
lainnya.
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
1. Sampah dari TPA 4. Pembuangan limbah cari ke sumur dalam
2. Tumpahan Minyak 5. Pembuangan limbah ke tanah
3. Kegiatan Pertanian 6. Pembuangan limbah radioaktif
Akibat pengambilan air tanah yang intensif di daerah tertentu dapat
menyebabkan air tanah dalam yang berasal dari air tanah dangkal, sehingga kualitas
air tanah yang semua baik menjadi menurun dan bahkan tidak dapat digunakan
sebagai air baku.
Sedangkan di daerah daratan yang dekat dengan pantai pengambilan air
tanah yang berlebihan dapat berakibat terjadinya intrusi air laut.
II.4.3 Amblesan Tanah
Amblesan tanah timbul akibat dari pengambilan air tanah yang berlebihan
di lapisan akuifer tertekan. Air tanah yang tersimpan pada pori-pori lapisan penutup
akuifer akan terperas keluar yang mengakibatkan penyusutan lapisan penutup
tersebut, dampaknya akan terjadi amblesan tanah di permukaan.
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
II.5 Pengukuran Muka Air Sumur Pantau
Pengukuran muka air sumur pantau harus sesuai dengan ketentuan yang ada
yang tercantum pada SNI 7749:2012 tentang “Tata Cara Penentuan Tinggi Muka
Air Tanah pada Lubang Bor atau Sumur Pantau”. Adapun hal-hal yang per;u
diperhatikan dalam pengukuran sumur adalah sebagai berikut.
1. Lubang bor dan sumur pantau harus vertical agar alat dapat dengan mudah
diturunkan ke bawah.
2. Pengukuran tinggi muka air tanah mengunakan alat ukur dengan pemberat
dilakukan pada kedalaman lubang bora tau sumur pantau kurang dari 150
meter.
3. Pengukuran tinggi muka air tanah yang pertama kali dilakukan harus setelah
selesai pekerjaan pengeboran selama satu minggu.
4. Pengukuran tinggi muka air tanah menggunakan alat ukur dengan bunyi
sebaiknya dilakukan pada sumur dengan muka air tanah yang dangkal.
Ada 3 (tiga) alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur sumur pantau,
diantaranya adalah alat ukur dengan pemberat, alat ukur elektrik, dan alat ukur
dengan bunyi. Prosedur dalam pengukuran sumur pantau adalah sebagai berikut.
1. Menetapkan titik acuan (elevasi) pada atau dekat puncak lubang bor atau
bibir sumur.
2. Pengukuran dengan alat ukur.
a. Alat ukur dengan pemberat.
1) Turunkan pita ukur dengan pemberat secara perlahan ke dalam
lubang bora tau sumur sampai penyentuh permukaan air;
2) Amati, catat dan kemudian baca angka pada pita ukur di titik
acuan;
3) Tarik pita dari lubang bor dan amati ujung pipa terendah;
4) Batas/garis antara bagian pita basah dan pita kering harus nyata;
5) Perbedaan antara kedua pembacaan adalah kedalaman titik
acuan sampai ke muka air;
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
6) Untuk mendapat hasil yang baik perlu dilakukan dua kali
pengukuran;
7) Perbedaan hasil pengukuran yang diakuui maksimum 2 cm.
b. Alat ukur elektrik.
1) Periksa jalannya alat dengan memasukkannya ke dalam air dan
catat jka ujung alat berkontak dengan permukaan air.
2) Keringkan ujungnya. Kemudian secara perlahan turunkan
kembali ke dalam sumur pantau sampai menunjukkan bahwa
ujungnya telah menyentuh permukaan air.
3) Pada alat yang mempunyai skala meter pada kabelnya, catat
pembacaan di titik acuan. Hasil pembacaan adalah kedalaman
muka air tanah di bawah titik acuan lubang bor atau sumur.
4) Untuk alat tanpa skala meter, tandai kabel di titik acuan. Tarik
kabel dari lubang bor atau sumur, kemudian ukur jarak antara
ujung dan tanda pada kabel dengan menggunakan pita ukur.
5) Periksa pembacaan kedua atau ketiga sebelum menarik pita
elektrik dari lubang bor atau sumur.
c. Alat ukur dengan bunyi.
1) Turunkan sebuah pita ukur kedalam sumur sampai menyentuh
permukaan air. Hal ini di tandai dengan bunyi cemplungan yang
dapat didengar.
2) Amati dan catat hasil pembacaan pita ukur di titik acuan.
3) Ulangi pembacaan sampai perbedaan pembacaan maksimum 2
cm.
4) Hasil yang diperoleh merupakan muka air tanah di bawah titik
acuan.
3. Penentuan muka air statik
Penentuan muka air tanah statik didapatkan dengan melakukan minimal
dua kali pengukuran muka air tanah sampai mendapatkan angka konstan.
Hasil pembacaan adalah tinggi muka air static rata-rata pada lubang bor
atau sumur.
Faisal Adhi Pratama, Fluktuasi Muka Air ….. 16