Anda di halaman 1dari 9

SIKLUS HIDROLOGI

Gambar: siklus hidrologi

KONDENSASI PRESIPITASI

EVAPOTRANSPIRASI INFILTRASI TERKUMPUL PADA TANAH, SUNGAI, LAUT) Bagan: Alur hidrologi CEKUNGAN (AIR

EVAPORASI/

Siklus hidrologi adalah konsep dasar tentang keseimbangan air secara global dan juga menunjukkan semua hal yang berhubungan dengan air. Siklus hidrologi merupakan sirkulasi yang tidak pernah berhenti dari atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfir melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transpirasi. Sehingga ini lebih dikenal dengan siklus hidrologi yang tertutup (closed system diagram of the global hydrological cycle). Proses siklus hidrologi berlangsung terus-menerus yang membuat air menjadi sumber daya alam yang terbaharui. Jumlah air di bumi sangat banyak baik dalam bentuk cairan, gas /uap, maupun padat /es. Proses siklus hidrologi melalui lima cara yang berbeda yaitu : a. Evaporasi/Transpirasi Air yang ada di sungai, di daratan, di tanaman dan terutama di laut kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfer). Vegetasi mengalami fotosintesis pada saat siang hari dan mengalami transpirasi. Peristiwa berkumpulnya uap air di udara hasil evaporasi dan transpirasi disebut evapotranspirasi. Evapotranspirasi dikontrol oleh kondisi atmosfer di muka bumi. Evaporasi membutuhkan perbedaan tekanan di udara. Potensi evapotranspirasi adalah kemampuan atmosfer memindahkan air dari permukaan ke udara, dengan asumsi tidak ada batasan kapasitas. b. Kondensasi Proses kondensasi (pengembunan) yaitu ketika uap air mengembang biasanya bergabung dengan partikel-partikel debu kecil di udara. Partikel-partikel ini akan berkumpul dan membentuk awan. Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu akan menjadi bintik-bintik air yang selanjutnya akan turun (precipitation) dalam bentuk hujan, salju, es. Ketika air dipanaskan oleh sinar matahari, permukaan molekulmolekul air memiliki cukup energi untuk melepaskan ikatan molekul air tersebut dan kemudian terlepas dan mengembang sebagai uap air yang tidak terlihat di atmosfir.

c. Presipitasi Pada saat air hujan jatuh ke bumi,sebagian air jatuh langsung ke permukaan bumi dan ada juga yang terhambat oleh vegetasi (Intersepsi). Intersepsi memiliki 3 macam, yaitu : Interception loss adalah air yang jatuh ke vegetasi tetapi belum sampai mencapai tanah sudah menguap. Through fall adalah air hujan yang tidak langsung jatuh ke bumi, tetapi terhambat oleh dedaunan terlebih dahulu. Stem flow adalah air hujan yang jatuh ke vegetasi dan mengalir melalui batang vegetasi tersebut. d. Infiltrasi/Perkolasi ke dalam tanah Air bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air dapat bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak secara vertikal atau horizontal dibawah permukaan tanah hingga air tersebut memasuki kembali sistem air permukaan. Air hujan yang terhambat vegetasi sebagian ada yang menguap lagi atau mengalami evaporasi ada juga yang kemudian jatuh ke permukaan tanah (through fall). Air hasil through fall ini sebagian berinfiltrasi (menembus permukaan tanah), sebagian lagi menjadi aliran air di atas permukaan (over land flow) kemudian terkumpul pada saluran. Aliran air ini disebut surface run off. Didalam tanah, ada zona aerasi yaitu zona transisi dimana air didistribusikan ke bawah (infiltrasi) atau ke atas (air kapiler). Semakin besar infiltrasi, tanah akan semakin lembab dan setiap tanah memiliki perbedaan kapasitas penyimpanan dan pori-pori tanah yang berbeda-beda. Air yang jatuh di permukaan sebagian ada yang mengalami infiltrasi atau diserap oleh tanah. Kapasitas infiltrasi tergantung dari : tekstur tanah vegetasi kemiringan lereng

Hasil infiltrasi sebagian besar menjadi aliran air bawah permukaan

(interflow/sub surface flow/through flow). Dan sebagian lagi akan mebasahi tanah. Air yang menjadi bagian dari tanah dan berada dalam pori-pori tanah disebut water soil. e. Depression storage Apabila kapasitas kebasahan tanah/soil moisture ini terlampaui, maka kelebihan airnya akan berperkolasi (mengalir vertikal) mencapai air tanah. Aliran air tanah (ground water flow) akan menjadi sesuai dengan hukum-hukum fisika. Air yang mengalir itu pada suatu situasi dan kondisi tertentu akan mencapai danau, sungai, laut menjadi depression storage (simpanan air yang disebabkan oleh kubangan/ cekungan), saluran dan sebagainya, mencari tempat lebih rendah. Air bergerak diatas permukaan tanah dekat dengan aliran utama dan danau; makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori tanah, maka aliran permukaan semakin besar. Aliran permukaan tanah dapat dilihat biasanya pada daerah urban. Sungai-sungai bergabung satu sama lain dan membentuk sungai utama yang membawa seluruh air permukaan disekitar daerah aliran sungai menuju laut. Macam-macam dan tahapan siklus hidrologi : A. Siklus / tahapan Pendek 1. Air laut menguap menjadi uap gas karena panas matahari 2. Terjadi kondensasi dan pembentukan awan 3. Turun hujan di permukaan laut B. Siklus / tahapan Sedang 1. Air laut menguap menjadi uap gas karena panas matahari 2. Terjadi kondensasi 3. Awan bergerak oleh tiupan angin ke darat 4. Turun hujan di permukaan daratan 5. Air mengalir di sungai menuju laut kembali C. Siklus / tahapan panjang 1. Air laut menguap menjadi uap gas karena panas matahari 2. Terjadi kondensasi 3. Pembentukan awan yang mengandung kristal es

4. Awan bergerak oleh tiupan angin ke darat 5. Turun salju 6. Pembentukan gletser 7. Gletser mencair membentuk aliran sungai 8. Air mengalir di sungai menuju darat dan kemudian ke laut

JENIS-JENIS LAPISAN AKIFER Berdasarkan pada kondisi fisik batuan dalam kaitannya dalam kemampuan batuan untuk menyimpan airtanah, maka terdapat beberapa istilah sebagai berikut (Fetter, 1994) : 1. Akuifer (aquifer), yaitu suatu tubuh batuan, tanah atau regolith yang berfungsi sebagai reservoar dan mempunyai harga porositas serta permeabilitas yang baik sehingga mampu menyimpan dan meluluskan airtanah dalam jumlah cukup besar dan cukup suplesi. Contoh : batupasir dan batugamping. 2. Akitar (aquitar), yaitu batuan atau regolith dengan harga permeabilitas kecil tetapi masih mengandung airtanah dalam jumlah yang cukup dan dapat berperan sebagai media trasmisi air yang berasal dari satu akuifer ke akuifer lainnya. Contoh : batulanau, batulempung pasiran. 3. Akiklud (aquiclude), yaitu batuan atau regolith yang termasuk katagori kedap air (impermeabel), tetapi masih mampu menyimpan air dalam jumlah yang tidak banyak dan tidak mampu untuk meluluskannya. Contoh : batulempung. 4. Akifug (aquifug), yaitu batuan atau regolith yang sama sekali kedap air serta tidak dapat mengandung air dan mempunyai harga permeabilitas nol. Contoh : granit yang kompak keras. Berdasarkan posisi stratigrafinya, variasi posisi dari akuifer, akitar, akifug dan akiklud ditunjang pula dengan sifat-sifat fisik lainnya maka dapat ditentukan berbagai jenis akuifer (Kruseman, 1994), yaitu : a. Akuifer Bebas ( Unconfined aquifer ) Akuifer ini hanya sebagian yang terisi air dan terletak pada suatu dasar yang kedap. Pada akuifer demikian, permukaan air didalam sumur merupakan permukaan bebas atau permukaan phreatic. Untuk mudahnya, dianggap tubuh batuan ini tidak mempunyai rumbai-rumbai kapiler (Capillary fringe), dimana sebenarnya tebal tubuh air tanah bervaria si dari satu titik ketitik lainnya.

b. Akuifer tertekan (Confined Aquifer) Akuifer tertekan sepenuhnya jenuh dengan air, bagian atas dan bawahnya dibatasi oleh lapisan yang kedap air (Praktis mempunyai harga k = 0). Permukaan air (Pizometrik) terletak di atas lapisan kedap air bagian atas. Di dalam akuifer ini disebut air artesis (artesian water). c. Akuifer Semi tertekan (semi confined aquifer) Akuifer ini biasa disebut akuifer setengah tertekan yaitu akuifer yang sepenuhnya jenuh air yang pada bagian atasnya dibatasi oleh lapisan setengah kedap air (semi permiabel) dan terletak pada dasar yang kedap air. Untuk lapisan setengah kedap air biasanya berupa lapisan batuan yang mempunyai harga kelulusan lebih rendah daripada akuifer. d. Akuifer Setengah Bebas (Semi Unconfined aquifer) Akuifer jenis ini mempunyai lapisan penutup dengan nilai kelulusan sedemikian besar akan tetapi masih lebih kecil dari kelulusan akuifer di bawahnya.

Gambar 3.4 Berbagai jenis akuifer (Kruseman,1994)

Faktor-faktor yang memengaruhi Run off Menurut Arsyad (1982 dalam Haridjaja dkk.1991) proses terjadinya aliran permukaan adalah curah hujan yang jatuh di atas permukaan tanah pada suatu wilayah pertama-tama akan masuk kedalam tanah sebagai air infiltrasi setelah ditahan oleh tajuk pohon sebagai air intersepsi. Infiltrasi akan berlangsung terus selama air masih berada di bawah kapasitas lapang. Apabila hujan terus berlangsung, dan kapasitas lapang telah terpenuhi, maka kelebihan air hujan tersebut akan tetap terinfiltrasi yang selanjutnya akan menjadi air perkolasi dan sebagian digunakan untuk mengisi cekungan atau depresi permukaan tanah sebagai simpanan permukaan (depression storage), selanjutnya setelah simpanan depresi terpenuhi, kelebihan air tersebut akan menjadi genangan air yang disebut tambatan permukaan (detention storage). Sebelum menjadi aliran permukaan (over land flow), kelebihan air hujan diatas sebagian menguap atau terevaporasi walaupun jumlahnya sangat sedikit. Setelah proses hidrologi diatas tercapai dan air hujan masih berlebih, baik hujan masih berlangsung atau tidak, maka aliran permukaan akan terjadi. Selanjutnya aliran permukaan ini akan menuju saluran-saluran dan akhirnya menuju sungai sebelum mencapai danau atau laut. Hasil aliran permukaan suatu DAS biasanya disajikan dalam bentuk grafik yang menggambarkan fenomena aliran tinggi muka air, debit, kecepatan dan waktunya yang disebut hidrograf. (Soemarto, 1987). Aliran permukaan sangat dipengaruhi oleh faktor iklim dan faktor DAS. Curah hujan adalah faktor yang sangat mempengaruhi nilai direct run off karena semakin besar curah hujan, maka nilai run off juga semakin besar karena kapasitas infiltrasi terbatas atau mencapai jenuh.

DAFTAR PUSTAKA Arsyad, S. 1982. Pengawetan Tanah dan Air. Jurusan Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor Anonim. http://mayong.staff.ugm.ac.id/site/?page_id=106 diakses tanggal 14 September 2012 Anonim. http://ga.water.usgs.gov/edu/watercycle.html September 2012 diakses tanggal 14

Shaw, M. Elizabeth. 1994. Hydrology In Practice, Third Edition. Chapman and Hall Rahayu S, Widodo RH, van Noordwijk M, Suryadi I dan Verbist B. 2009. Monitoring air di daerah aliran sungai. Bogor: Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai