Anda di halaman 1dari 34

TUGAS BESAR

PERENCANAAN INSTALASI PENGELOLAHAN AIR


LIMBAH RUMAH TANGGA
Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Rekayasa Lingkungan
Dosen Pengampu : H. Ariyanto, S.T., M.T.

Disusun Oleh :

Muhammad Adib (191230000435)


Ahmad Baharudin Amirullah (191230000420)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA
TAHUN AKADEMIK
2020/2021

Rekayasa Lingkungan| Perencanaan Instalasi Air Limbah Rumah Tangga . i


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan nikmat-Nya tanpa
henti. Akhirnya penulis mampu menyelesaikan tugas yang berjudul perencanaan
instalasi pengelolahan air limbah rumah tangga, dengan lancar dan baik.
Penulisan tugas ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah Rekayasa
Lingkungan.Penulisan laporan ini dapat terselesaikan berkat dukungan, motivasi,
bantuan moral dan material serta bimbingan dari berbagai pihak, maka dari itu
penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayahnya sehingga


penulis dalam keadaan sehat walafiat untuk menyelesaikan tugas Ujian Akhir
Semester dengan lancar tanpa adanya gangguan.
2. Dosen pengampu mata kuliah Rekayasa Lingkungan H. Ariyanto, S.T., M.T
yang telah membimbing terselesainya laporan ini.
3. Kedua orang tua yang telah memberi semangat dan motivasi.
4. Teman-temanku yang telah memberi dukungan
Akhir kata semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya

Jepara, 17 November 2021

Penulis

Rekayasa Lingkungan| Perencanaan Instalasi Air Limbah Rumah Tangga . ii


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah................................................................................. 2
1.3 Tujuan .................................................................................................. 2
1.4 Manfaat ................................................................................................ 2
1.5 Batasan masalah ................................................................................... 3
1.6 Sistematika penulisan ........................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 4
2.1 Pengertian Instalasi pengelolahan air limbah rumah tangga ................ 4
2.2 Perencanaan Instalasi pengelolahan air limbah rumah tangga
dengan SRAB ...................................................................................... 11
BAB III METODELOGI .............................................................................. 24
3.1 Lokasi Perencanaan .............................................................................. 24
3.2 Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 24
3.3 Diagram Alur Perencanaan .................................................................. 24
BAB IV ANALISA PEMBAHASAN............................................................ 26
4.1 Perhitungan Kapasitas SRAB............................................................... 26
4.2 Perhitungan Perencanaan SRAB .......................................................... 26
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 29
5.1 Kesimpulan........................................................................................... 29
5.2 Saran ..................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA

Rekayasa Lingkungan| Perencanaan Instalasi Air Limbah Rumah Tangga . iii


BAB I
PENDAHLUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dengan adanya perkembangan penduduk yang semakin meningkat,

pencemaran lingkungan menjadi salah satu permasalahan yang banyak

ditemui pada daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi. Salah

satu dampak dari kepadatan penduduk terutama di wilayah perkotaan ialah

meningkatnya pemakaian air minum atau air bersih yang berdampak pada

peningkatan jumlah pembuangan air limbah domestik. Air limbah domestik

inilah yang akan menjadi salah satu penyebab pencemaran pada

sumber- sumber air baku.

Air limbah domestik merupakan air limbah bukan limbah bahan

berbahaya dan beracun berupa buangan jamban, buangan mandi dan cuci

serta buangan hasil usaha atau kegiatan rumah tangga dan kawasan

permukiman, rumah makan, perkantoran, perniagaan, hotel, apartemen dan

asrama. Pengelolaan air limbah domestik memerlukan perhatian khusus dari

pemerintah sebagai pihak yang bertanggung jawab untuk memberikan

pelayanan bagi masyarakat. Maka dari itu, pemerintah sebagai pelaksana

kebijakan perlu melakukan langkah-langkah lebih lanjut untuk mengelola air

limbah domestik.

Air merupakan kebutuhan baku bagi makhluk hidup termasuk manusia,

sehingga kualitas air bersih harus dijaga untuk melindungi

ketersediaan jumlah air baku. Dengan adanya pengelolaan air limbah

domestik, diharapkan dapat melindungi sumber-sumber air baku dari

Rekayasa Lingkungan| Perencanaan Instalasi Air Limbah Rumah Tangga . 1


pencemaran pembuangan air limbah domestik hasil aktivitas rumah tangga.

Menurut data dari Kementerian Pekerjaan Umum, pembangunan dan

pengembangan sistem air limbah terpusat hanya terdapat pada tiga

belas kota di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran

pemerintah maupun masyarakat untuk pengelolaan air limbah domestik

masih kurang.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada laporan ini adalah sebagai berikut :
1. Pengertian Instalasi Pengelolahan Air Limbah rumah tangga ?
2. Merencanakan Instalasi Pengelolahan Air Limbah khususnya rumah
tangga dengan SRAB ?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini ialah :
1. Untuk mengetahui Instalasi Pengelolahan Air Limbah rumah tangga.
2. Untuk mengetahui perencanaan Instalasi Pengelolahan Air Limbah
khususnya rumah tangga dengan metode SRAB.

1.4 Manfaat Penelitian


Berikut adalah beberapa manfaat dari dilakukannya penelitian ini :
a. Bagi peneliti
Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu syarat tugas akhir guna
memperoleh gelar Sarjana Sosial. Penelitian ini juga sebagai salah satu
sarana bagi peneliti untuk dapat mengaplikasikan teori yang telah
didapat untuk diaplikasikan dalam keadaan sesungguhnya.
b. Bagi kalangan umum
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sarana bagi
masyarakat untuk menambah informasi serta wawasan mengenai
pengelolaan air limbah domestik sehingga dapat memotivasi

Rekayasa Lingkungan| Perencanaan Instalasi Air Limbah Rumah Tangga . 2


masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam upaya yang dilakukan oleh
pemerintah.

1.5 Batasan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis perlu
membatasi masalah yang menjadi dasar analisa dalam menyusun laporan
untuk menghindari ruang lingkup yang terlalu luas. Adapun batasan masalah
pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Pengertian instalasi pengelolahan air limbah rumah tangga menurut
buku, jurnal atau artikel.
2. Perencanaan instalasi pengelolahan air limbah rumah tangga menurut
buku, jurnal atau artikel.

1.6 Sistematika Penulisan


Laporan tugas Ujian Akhir Semester ini disusun dengan sistematika
sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan masalah,
manfaat, batasan masalah, serta sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini berisi tentang pengertian instalasi pengelolahan air
limbah rumah tangga dan perencanaannya dengan SRAB.
BAB III METODELOGI
Pada bab ini berisi lokasi perencaanan, data perencanaan dan diagram
alir perencanaan.
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini berisi tentang analisa dan pembahasan perencanaan
instalasi pengelolahan air limbah rumah tangga.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini berisi kesimpulan dari hasil analisa dan saran.
DAFTAR PUSTAKA

Rekayasa Lingkungan| Perencanaan Instalasi Air Limbah Rumah Tangga . 3


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian IPAL Rumah Tangga


Dalam kesehariannya, manusia selalu menghasilkan limbah yang
berasal dari aktivitas sehari- hari, seperti mencuci piring, mandi, menyiram
tanaman maupun dari kakus. Sehingga diperlukan perencanaan instalasi air
limbah untuk suatu kota dengan pertimbangan kebersihan, kesehatan dan
keamanan (fisik maupun alam). Pengelolaan air limbah memerlukan sarana
dan prasarana penyaluran dan pengolahan. Pengolahan air limbah
permukiman dapat ditangani melalui sistem setempat (on site) ataupun
melalui sistem terpusat (off site). Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Komunal merupakan sistem pengolahan air limbah yang dilakukan secara
terpusat yaitu terdapat bangunan yang digunakan untuk memproses limbah
cair domestik yang difungsikan secara komunal (digunakan oleh sekelompok
rumah tangga) agar lebih aman pada saat dibuang ke lingkungan, sesuai
dengan baku mutu lingkungan. Limbah cair dari rumah penduduk dialirkan
ke bangunan bak tampungan IPAL melalui jaringan pipa. Sistem ini
dilakukan untuk menangani limbah domestik pada wilayah yang tidak
memungkinkan untuk dilayani oleh sistem terpusat ataupun secara individual.
Penanganan dilakukan pada sebagian wilayah dari suatu kota, dimana setiap
rumah tangga yang mempunyai fasilitas MCK pribadi menghubungkan
saluran pembuangan ke dalam sistem perpipaan air limbah untuk dialirkan
menuju instalasi pengolahan limbah komunal. Untuk sistem yang lebih kecil
dapat melayani 2-5 rumah tangga, sedangkan untuk sistem komunal dapat
melayani 10-100 rumah tangga atau bahkan dapat lebih. Effluent dari
instalasi pengolahan dapat disalurkan menuju sumur resapan atau juga dapat
langsung dibuang ke badan air (sungai). Fasilitas sistem komunal dibangun
untuk melayani kelompok rumah tangga atau MCK umum. Bangunan
pengolahan air limbah ini dapat diterapkan di perkampungan dimana tidak
memungkinkan bagi warga masyarakatnya untuk membangun septictank
individual di rumahya masing-masing (Rhomaidhi, 2008).

Rekayasa Lingkungan| Perencanaan Instalasi Air Limbah Rumah Tangga . 4


2.1.1 Karakteristik Air Limbah Domestik
Limbah cair rumah tangga atau domestik adalah air buangan yang
berasal dari penggunaan untuk kebersihan yaitu gabungan limbah
dapur, kamar mandi, toilet, cucian, dan sebagainya. Komposisi limbah
cair rata-rata mengandung bahan organik dan senyawa mineral yang
berasal dari sisa makanan, urin, dan sabun. Sebagian limbah rumah
tangga berbentuk suspensi lainnya dalam bentuk bahan terlarut.
Limbah cair ini dapat dibagi 2 yaitu limbah cair kakus yang umum
disebut black water dan limbah cair dari mandi-cuci yang disebut grey
water. Black water oleh sebagian penduduk dibuang melalui septic
tank, namun sebagian dibuang langsung ke sungai. Sedangkan gray
water hampir seluruhnya dibuang ke sungai melalui saluran.
Perkembangan penduduk kota-kota besar semakin meningkat pesat,
seiring dengan pesatnya laju pembangunan, sehingga jumlah limbah
domestik yang dihasilkan juga semakin besar. Sedangkan daya
dukung sungai atau badan air penerima limbah domestik yang ada
justru cenderung menurun dilihat dari terus menurunnya debit sungai
tersebut. Komposisi limbah cair domestik yang berupa padatan dapat
terbagi menjadi komposisi organik dan anorganik. Bagan komposisi
limbah cair domestik selengkapnya dapat dilihat pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Bagan komposisi Limbah Cair Domestik

Rekayasa Lingkungan| Perencanaan Instalasi Air Limbah Rumah Tangga . 5


Dilihat dari komposisi limbah cair diatas, maka terdapat
beberapa macam karakteristik limbah cair domestik menurut Metcalf & Eddy
dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Karakteristik Air Limbah Rumah Tangga / Domestik


Konsentrasi (mg/l)
Parameter
Kisaran Rata-rata
Padatan :
Terlarut 250-850 500
Tersuspensi 100-350 220

BOD 110-400 220

COD 250- 500


1000
TOC 160
Nitrogen: 80-290

Organik 8-35 15

NH3 12-50 25

Phospor:
3
Organik 1-5
5
Anorganik 3-10
Chlorida 30-100 50

Minyak dan Lemak 50-150 100

Alkalinitas 50-200 100

(Sumber : Metcalf d & Eddy, 2003)

2.1.2 Sistem Penyaluran Air Limbah

Sistem Sanitasi Setempat Sistem sanitasi setempat (on-site


sanitation) adalah sistem pembuangan air limbah dimana air limbah
tidak dikumpulkan serta disalurkan ke dalam suatu jaringan saluran
yang akan membawanya ke suatu tempat pengolahan air buangan atau
badan air penerima, melainkan dibuang di tempat (Ayi Fajarwati,

Rekayasa Lingkungan| Perencanaan Instalasi Air Limbah Rumah Tangga . 6


2008) . Sistem ini di pakai jika syarat-syarat teknis lokasi dapat
dipenuhi dan menggunakan biaya relatif rendah. Sistem ini sudah
umum karena telah banyak dipergunakan di Indonesia.

Kelebihan sistem ini adalah :


a. Biaya pembuatan relatif murah.
b. Bisa dibuat oleh setiap sektor ataupun pribadi.
c. Teknologi dan sistem pembuangannya cukup sederhana.
d. Operasi dan pemeliharaan merupakan tanggung jawab pribadi.
Disamping itu, kekurangan sistem ini adalah:
a) Umumnya tidak disediakan untuk limbah dari dapur, mandi dan
cuci.
b) Mencemari air tanah bila syarat-syarat teknis pembuatan dan
pemeliharaan tidak dilakukan sesuai aturannya.
2.1.3 Sistem Sanitasi Terpusat
Sistem Sanitasi Terpusat (off site sanitation) merupakan sistem
pembuangan air buangan rumah tangga (mandi, cuci, dapur, dan
limbah kotoran) yang disalurkan keluar dari lokasi pekarangan
masing-masing rumah ke saluran pengumpul air buangan dan
selanjutnya disalurkan secara terpusat ke bangunan pengolahan air
buangan sebelum dibuang ke badan perairan (Ayi Fajarwati, 2008).
Salah satu contoh penerapan sistem penyaluran air buangan sistem
jaringan off-site.
2.1.4 Sistem dan Teknologi Pengolahan IPAL Komunal
Sistem Perpipaan Komunal Sistem Perpipaan Komunal sesuai
dengan permukiman yang masyarakatnya memiliki kakus di masing-
masing rumah, tetapi belum memiliki tangki septick. Merupakan
sistem yang mengalirkan air limbah dari rumah-rumah melalui
jaringan perpipaan ke bangunan bawah (IPAL Komunal). Pipa yang
dipergunakan adalah pipa berbahan PVC kelas AW dengan diameter
4-8 inchi dan dilengkapi dengan manhole (80 cm x 80 cm) disetiap
ujung gang dan belokan. Setiap Sambungan Rumah (SR) dilengkapi
dengan perangkap lemak dan bak kontrol. Lokasi pengolahan

Rekayasa Lingkungan| Perencanaan Instalasi Air Limbah Rumah Tangga . 7


ditempatkan pada lahan yang disepakati secara bersama, dan dapat
dijangkau oleh masing-masing rumah yang berdekatan namun harus
berada pada jarak aman terhadap sumber air terdekat serta memiliki
akses untuk truk tinja. Pada pengolahan komunal ini sangat
diperlukan saling pengertian antara pemakai untuk memelihara dan
memakai secara benar. Hal yang sangat perlu diperhatikan adalah
jangan sampai ada sampah (tissue, pembalut wanita, bungkus shampo
atau sabun) masuk ke dalam kloset karena akan menyumbat sistem
perpipaan. Untuk menghindari penyumbatan, bak kontrol
ditempatkan:
 setelah jamban keluarga
 pada tiap 20 m
 ditempatkan di titik-titik pertemuan saluran.

Dengan diameter pipa dan kemiringan pipa yang digunakan


diperhitungkan agar air limbah dapat mengalir dengan lancar.
Beberapa kekurangan dan kelebihan sistem pengolahan komunal
dengan perpipaan dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut ini:

Tabel 2.2 Sistem Pengolahan Komunal dengan Perpipaan

Pengelolahan Komunal
Konstruksi 1. Sebagai penampung dan mengolah air limbah
dari beberapa jamban keluarga,dimana air limbah
dialirkan melalui pipa ke pengolahan, yang dibangun
di bawah tanah.
2. Ø pipa minimal 3” sesuai dengan beban hidrolis
yang ada. Pipa ditanam dengan kedalaman (0,6 -1,0) M
3. Kemiringan pipa minimum 3 % dan maksimum 5 %
Pengelolahan Komunal
kelebihan 1. Sesuai untuk rumah yang berkelompok
2. Butuh lahan sedikit karena dibangun di bawah tanah
3. Biaya konstruksi relatif murah
4. Pengoperasian dan perawatan mudah dan murah

Rekayasa Lingkungan| Perencanaan Instalasi Air Limbah Rumah Tangga . 8


5. Lebih hemat daripada sistem pembuangan air limbah
konvensional
6. Masyarakat dapat berperan dalam proses perencanaan dan
konstruksi
7. Nyaman untuk pengguna, air limbah dijauhkan dari area
pemukiman

2.1.5 Teknologi Pengolahan IPAL Komunal


a. Anaerobic Baffled Reactor (ABR)
Anaerobic Baffled Reactor dapat dikatakan sebagai
pengembangan tangki septik konvensional. ABR terdiri dari
kompartemen pengendap yang diikuti oleh beberapa reaktor
baffle. Baffle ini digunakan untuk mengarahkan aliran air ke atas
(upflow) melalui beberapa seri reaktor selimut lumpur (sludge
blanket). Konfigurasi ini memberikan waktu kontak yang lebih
lama antara biomasa anaerobik dengan air limbah sehingga akan
meningkatkan kinerja pengolahan. Dari setiap kompartemen
tersebut akan menghasilkan gas.
Teknologi sanitasi ini dirancang menggunakan beberapa
baffle vertikal yang akan memaksa air limbah mengalir keatas
melalui media lumpur aktif. Pada ABR ini terdapat tiga zone
operasional: asidifikasi, fermentasi, dan buffer. Zone asidifikasi
terjadi pada kompartemen pertama dimana nilai pH akan
menurun karena terbentuknya asam lemak volatil dan setelahnya
akan meningkat lagi karena meningkatnya kapasitas buffer. Zone
buffer digunakan untuk menjaga agar proses berjalan dengan
baik. Gas methan dihasilkan pada zone fermentasi. Semakin
banyak beban organik, semakin tinggi efisiensi pengolahannya.
ABR cocok untuk diterapkan di lingkungan kecil. Bisa
dirancang secara efisien untuk aliran masuk (inflow) harian
hingga setara dengan volume air limbah dari 1000 orang (200.000
liter/hari). ABR tidak boleh dipasang di daerah dengan muka air

Rekayasa Lingkungan| Perencanaan Instalasi Air Limbah Rumah Tangga . 9


tanah tinggi, karena perembesan (infiltration) akan
mempengaruhi efisiensi pengolahan dan akan mencemari air
tanah. Selain itu untuk tujuan pemeliharaan, truk tinja harus bisa
masuk ke lokasi.
Kelebihan ABR:
 Efisiensi pengolahan tinggi
 Lahan yang dibutuhkan sedikit karena dibangun dibawah
tanah
 Biaya pembangunan kecil
 Biaya pengoperasian dan perawatan murah dan mudah
 Tahan terhadap beban kejutan hidrolis dan zat organik.
 Tidak memerlukan energi listrik.
 Grey water (air bekas mandidan cuci) dapat dikelola secara
bersamaan.
 Dapat dibangun dan diperbaiki dengan menggunakan
material lokal.
 Masyarakat dapat ikut berpartisipasi dalam konstruksi.
 Umur pelayanan panjang.
Kekurangan ABR:
 Diperlukan tenaga ahli untuk melakukan desain dan
pengawasan pembangunannya.
 Tukang ahli diperlukan untuk pekerjaan plester kualitas
tinggi
 Memerlukan sumber air yang konstan.
 Efluen memerlukan pengolahan sekunder atau dibuang ke
tempat yang cocok.
 Penurunan zat patogen rendah.
 Pengolahan pendahuluan diperlukan untuk mencegah
penyumbatan.
Teknologi pengolahan menggunakan ABR dapat dilihat pada
gambar 2.2 :

Rekayasa Lingkungan| Perencanaan Instalasi Air Limbah Rumah Tangga . 10


Gambar 2.2 Anaerobic Baffled Reactor (ABR)
b. Anaerobic Filter
Berupa bak dengan beberapa kompartemen yang dilengkapi
dengan filter (batu vulkano, bioball, atau media lain). Air limbah
akan diolah secara anaerob. Aerobic Filter dapat terbuat dari
beton maupun Glass Reinforced Fiber (GRF).
c. Aerobic Reactor
Berupa bak dilengkapi dengan pasokan oksigen. Lokasi IPAL
Komunal dapat ditempatkan didaerah terbuka yang ada di
wilayah tersebut, misalnya di badan jalan, lokasi fasilitas umum,
dan lahan terbuka lainnya. Sehingga masyarakat masih dapat
menggunakan lokasi tersebut untuk beraktivitas. IPAL Komunal
hendaknya ditempatkan pada lokasi yang mudah dijangkau oleh
truk tinja/ penyedot lumpur.

2.2 Perencanaan Pengolahan Air Limbah Dengan Sistem Reaktor


Anaerobik Bersekat (SRAB)
Sistem reaktor anaerobik bersekat (SRAB) merupakan standar baru
yang disusun sebagai acuan bagi perencana, pengembang, produsen,
pengguna dan lembaga sertifikasi, didalam penerapan pengolahan air limbah
baik secara individual maupun komunal untuk suatu kawasan permukiman.
Bertujuan untuk mengurangi pencemar pada sumber-sumber air, tanah dan
lingkungan permukiman, yang pada akhirnya akan menciptakan lingkungan
permukiman bersih dan sehat. Teknologi penerapan pengolahan air limbah
rumah tangga di perkotaan telah mempunyai banyak sistem, sistem kinerja
IPAL yang berupa reaktor anaerobik sistem bersekat/ baffle tersebut
diharapkan dapat berfungsi untuk menghasilkan efluen dengan kualitas yang

Rekayasa Lingkungan| Perencanaan Instalasi Air Limbah Rumah Tangga . 11


ditetapkan sesuai baku mutu air limbah rumah tangga sebelum dibuang ke
badan air dan atau untuk pemanfaatan kembali.
Sistem Reaktor Anaerobik bersekat (SRAB) ini mulai banyak
digunakan oleh Pemerintah maupun swasta pada sistem pengolahan air
limbah rumah tangga. Sehingga dengan adanya standar ini akan
memberikan kemudahan bagi perencana dan jaminan mutu bagi para
produsen, pengguna. pengelola dan penilai sistem IPAL oleh suatu lembaga
sertifikasi produk maupun lembaga sertifikasi.
Air limbah rumah tangga berasal dari air buangan dari proses/aktivitas
rumah tangga yaitu dari mandi, cuci, kakus dan dapur. Sistem pengolahan
air limbah dari berbagai aktivitas (mandi, cuci, kakus dan dapur)
dikumpulkan dan diolah dalam satu sistem pengolahan. Sistem pengolahan
air limbah rumah tangga yang bersumber dari kakus atau cuci dan
mandi dikumpulkan dan diolah dalam satu sistem pengolahan.
Anaerobik proses penguraian bahan organik dan kontaminan lainnya
dalam air limbah rumah tangga tanpa menggunakan oksigen. Baku mutu
limbah cair batas kadar dan jumlah unsur pencemar yang diperbolehkan
adanya dalam limbah cair untuk dibuang dari satu jenis kegiatan tertentu.
Biochemical oxygen demand (BOD)/kebutuhan oksigen biokimia (KOB)
yaitu kuantitas oksigen yang digunakan dalam oksidasi biokimiawi
terhadap substansi organik dalam kondisi standar, temperatur, waktu dan
kondisi spesifik tertentu. Efleuen adalah air hasil olahan yang keluar dari
sistem pengolahan air limbah sedangkan influen adalah air yang masuk ke
sistem pengolahan air limbah.
Laju pembebanan organik/organic loading rate (OLR), jumlah satuan
berat bahan organik yang masuk kedalam reaktor per satuan volume dan
waktu. Permukaan air di dalam tanah dengan kedalaman kurang dari 2 meter
dari permukaan tanah. Pengolahan pendahuluan proses awal pengolahan air
limbah untuk memisahkan padatan atau lemak, pengendapan, penyisihan
awal organik dan meratakan bebannya/ekualisasi. Proses akhir pengolahan
efluen IPAL untuk penyisihan organik, nutrien, phatogen sehingga
menghasilkan kualitas air yang aman dibuang ke badan air atau dapat

Rekayasa Lingkungan| Perencanaan Instalasi Air Limbah Rumah Tangga . 12


dimanfaatkan kembali.
Sistem sekat adalah pembagian ruang reaktor menjadi beberapa
kompartemen dengan menggunakan sekat untuk menghasilkan pola aliran
tertentu (horizontal atau vertikal) untuk memperpanjang waktu tinggal
antara biomassa aktif dengan air limbah. Total Suspended Solid (TSS)
merupakan residu dari padatan total yang tertahan oleh saringan dengan
ukuran partikel maksimal 2 μm atau lebih besar dari ukuran partikel koloid.
Waktu tinggal/detention time (td) yang diperlukan selama waktu kontak air
limbah dan mikroorganisma pada unit proses pengolahan air limbah.

2.2.1 Persyaratan umum


Persyaratan umum meliputi:
1. Tersedia lahan untuk penempatan Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL) dengan Reaktor Anaerobik Sistem Bersekat
(SRAB) dengan minimum pelayanan 5 KK sampai 200 KK.
2. Lokasi penempatan SRAB harus mudah dijangkau didalam
pembangunan, operasi dan pemeliharaan.
3. SRAB dapat dibangun di daerah dengan permukaan air tanah yang
tinggi atau daerah banjir atau pasang surut dengan perlakuan
khusus agar air tanah atau air banjir tidak masuk kedalam IPAL.
4. Harus memiliki pasokan air bersih yang cukup dan mengalir
secara kontinu minimum 60 L/orang/hari.
5. SRAB harus dilengkapi dengan sistem ventilasi dengan perangkap
bau.
2.2.2 Perencanaan teknis
1. Kualitas influen dan efluen air limbah
Influen dari IPAL SRAB dapat berasal dari sistem
tercampur atau sistem terpisah dengan perbandingan COD/BOD ≥
0,5. Kualitas influen pada SRAB dipersyaratkan memunyai BOD
< 300 mg/L. Apabila kualitas influen mempunyai BOD >
300 mg/L, maka diperlukan pengolahan lanjutan. Kualitas
efluen dari unit SRAB dan pengolahan lanjutannya harus
memenuhi pada baku mutu yang berlaku.

Rekayasa Lingkungan| Perencanaan Instalasi Air Limbah Rumah Tangga . 13


2. Kapasitas pengolahan
Kapasitas pengolahan IPAL SRAB sistem tercampur,
diperkirakan kapasitas (70-90)% dari pemakaian air bersih. Untuk
IPAL SRAB sistem terpisah, diperkirakan kapasitas (30-60)%
dari pemakaian air bersih.
3. Kriteria bahan dan konstruksi
SRAB terbuat dari bahan kedap air dan tahan korosi
seperti fibreglass reinforced plastic (FRP), batu bata, beton, dan
sebagainya. Bahan FRP harus sesuai dengan SNI 7504, pasangan
batu bata harus sesuai dengan SNI 15-2094, dan bahan beton
bertulang harus sesuai dengan SNI 03-2914, serta harus sesuai
dengan persyaratan bahan dan konstruksi yang berlaku.
4. Diagram proses pengolahan
Diagram proses pengolahan pada SRAB terdiri dari
pengolahan pendahuluan, SRAB dan pengolahan lanjutan
sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2.

Gambar 2.3 Alternatif diagram IPAL SRAB

Rekayasa Lingkungan| Perencanaan Instalasi Air Limbah Rumah Tangga . 14


Gambar 2.4 Diagram pengolahan SRAB
5. Kriteria perencanaan
Kriteria perencanaan SRAB harus memenuhi ketentuan sebagai
berikut :
1) Unit Pendahuluan

Unit pendahuluan SRAB terdiri dari pengumpulan air limbah,


penyaringan/screening, grease trap atau pengendap.

 Screen terdiri dari screen padatan kasar yaitu 15-25 mm,


slope dari vertikal 30-45°.
 Grease trap, dapat dipilih secara individual yang
ditempatkan di masing-masing rumah atau secara
komunal ditempatkan pada unit pendahuluan.
 Waktu tinggal unit pengendap, Td = (2- 6) jam.
 Kedalaman pengendap, H = (1,5 – 4) m
 Beban permukaan/Laju beban hidrolis (Hydraulic Loading
Rate)/HLR = 30 – 50 m3/m2.hari
 Rasio panjang terhadap lebar = P : L = (2 – 6) : 1
 Kemiringan dasar:
(a) Bak bentuk empat persegi = (1 – 3)%
(b) Bak sirkular = (40 – 100) mm/m –
 Kedalaman Ruang Lumpur, d = 1/3 H
 Bukaan antar kompartemen tidak melampaui laju hidrolis
maksimum dan tidak menimbulkan penggerusan terhadap
endapan lumpur.

Rekayasa Lingkungan| Perencanaan Instalasi Air Limbah Rumah Tangga . 15


Untuk perencanaan bak sedimentasi /bak pengendap
ditentukan melalui persamaan (1) dan (2) :

Rumus Umum

a. Td = = ....................................... (rumus 1)

b. Q1 = = ............................................. (rumus 2)
Keterangan :
Td = waktu tinggal air limbah (hari)
Vol = volume bak pengendap
Q = debit air limbah yang diolah (L/orang/hari)

Ql = beban permukaan, x hari

A = luas Penampang Aliran = Panjang x Lebar


P = jumlah orang
L = lebar (m)
H = kedalaman air (m)
2) Unit Pengolahan Pendahuluan
a. Waktu tinggal pada sistem tercampur
Td = 1,5 – 0,3 log (P.Q) > 0,2.hari ..................... (rumus 3)
Keterangan :
Td = waktu tinggal air limbah (hari)
P = jumlah orang
Q = debit air limbah yang diolah (L/orang/hari)
b. Waktu tinggal pada sistem terpisah
Td = 1,5 – 0,3 log (P.Q) > 0,2.hari ..................... (rumus 4)
c. Volume penampungan lumpur
Tlumpur = P x N x S ............................................ (rumus 5)
Keterangan :
P = jumlah orang
N = perioda waktu pengurasan lumpur dari ruang
lumpur (min 2 tahun)
S = rata-rata lumpur terkumpul = 30 – 40

Rekayasa Lingkungan| Perencanaan Instalasi Air Limbah Rumah Tangga . 16


L/orang/tahun
d. Volume cairan di dalam Bak Pengendap
Vcairan = P x Q x Td ........................................ (rumus 6)
Keterangan :
P = jumlah orang
Q = debit air limbah yang diolah (L/orang/hari)
Td = waktu tinggal air limbah (hari)

2.2.3 Reaktor Anaerobik Bersekat (RAB)


Ketentuan disain unit SRAB ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 2.3 Desain kriteria Sistem Reaktor Anaerobik Bersekat
N Parameter Satuan Nilai
1 Waktu tinggal, Td jam 6 - 20
o
.
o2 Laju Pembebanan Organik kg COD 0,1- 8

.3. (OLR)
vup, laju aliran keatas 3.hari
/mm/jam < 2,0
.4 Rasio daerah aliran turun dan aliran naik 1:2
(down flow area to up flow area)

5 Konsentrasi volatile solid gr/L 4–


.6 % Penyisihan BOD % 20–
70
.7 % Penyisihan COD % 65 –
95
. 90
2.2.4 Unit Pengolahan lanjutan
Alternatif teknologi pengolahan lanjutan adalah sebagai berikut :
1) Teknologi lahan basah buatan, merupakan pengolahan air
dengan menggunakan tanaman akuatik/semi akuatik.
Ketentuan teknologi lahan basah buatan dapat mengacu pada
SNI 03-2398.
2) Teknologi Biofilter terendam, trickling filter, Rotating
Biological Contactor/RBC, merupakan reaktor pertumbuhan
melekat (attached growth reactor) baik dengan sistem
anaerobik maupun aerobik (Herlambang dan Said, 2010).
3) Teknologi Filtrasi, seperti saringan pasir lambat, saringan
pasir cepat. Ketentuan teknologi filtrasi dapat mengacu pada SNI

Rekayasa Lingkungan| Perencanaan Instalasi Air Limbah Rumah Tangga . 17


3981 dan SNI 6774.
2.2.4 Kriteria perencanaan perpipaan
Ketentuan pipa penyalur air limbah adalah sebagai berikut:
1) diameter pipa masuk dan atau pipa keluaran minimum 110 mm ,
dari bahan yang tahan korosi, sesuai dengan SNI No. 06-0084
atau SNI 06 – 0162 .
2) diameter pipa ventilasi minimum 32 mm, dari bahan pipa yang
tahan korosi.
3) kecepatan aliran air limbah pada perpipaan yang masuk dan
keluar SRAB harus berkisar antara 0,6 s.d. 2,5 m/detik.
4) Kemiringan pipa air limbah harus 2 % sampai dengan 4 %
2.2.5 Bentuk SRAB
SRAB dapat dibuat berbentuk persegi panjang atau bentuk
silinder atau menyesuaikan dengan ketersedian lahan.

Gambar 2.5 Model aliran horizontal air limbah dalam SRAB persegi

Rekayasa Lingkungan| Perencanaan Instalasi Air Limbah Rumah Tangga . 18


Gambar 2.6 Model aliran vertikal air limbah dalam SRAB persegi

Rekayasa Lingkungan| Perencanaan Instalasi Air Limbah Rumah Tangga . 19


Gambar 2.7 Model aliran air limbah horizontal dalam SRAB silinder

Gambar 2.8 Model aliran air limbah vertikal dalam SRAB silinder

Rekayasa Lingkungan| Perencanaan Instalasi Air Limbah Rumah Tangga . 20


2.2.6 Unit pendukung
Reaktor harus dilengkapi dengan:
1) Manhole mempunyai ukuran minimum (0,6 x 0,6) m atau
berdiameter 0,6 m. Bahan manhole harus tahan karat dan dapat

menerima beban minimum 500 kg/m2.


2) Tangga untuk kemudahan perawatan dan pengurasan lumpur
secara berkala. Tangga harus dibuat dari bahan yang tahan karat.
3) Unit saringan sampah yang dapat diakses untuk perawatan dan
pembersihan sampah harus ditempatkan sebelum unit pengendap
awal.
4) Alat ukur debit dapat berupa V-notch atau jenis lainnya, dapat
ditempatkan di bagian inlet ataupun outlet SRAB.
5) Pompa apabila pengaliran tidak gravitasi.

Gambar 2.9 Unit penangkap lemak (grease trap)

Rekayasa Lingkungan| Perencanaan Instalasi Air Limbah Rumah Tangga . 21


Gambar 2.10 Unit pengumpul/equalisasi dan ruang pompa

2.2.7 Pengoperasian dan pemeliharaan


Pengoperasian IPAL sistem SRAB meliputi:
a) Pemeriksaan kondisi unit yang terpasang mulai dari sumber
air limbah, Unit Penangkap lemak/Greas Trap, manhole,
jaringan pipa dan SRAB.
b) Lakukan pembibitan bakteri dengan konstan waktu tinggal
digabungkan peningkatan bertahap konsentrasi influen atau
dengan konsentrasi influen tetap dengan penurunan waktu tinggal
secara bertahap. Pembibitan secara alami tersebut membutuhkan
waktu 90 hari.
c) Harus diperhatikan jangan sampai ada gangguan/halangan
terhadap sistem dan peralatannya akibat masuknya benda-benda
besar/tak terolah oleh RASB.
d) Pengikisan/pengerukan zat padat yang menempel pada dinding
dan pada bagian dasar yang landai dengan sikat atau sapu karet
dan harus dilakukan secara rutin.

Rekayasa Lingkungan| Perencanaan Instalasi Air Limbah Rumah Tangga . 22


e) Setelah operasional berjalan dua bulan, perlu dilakukan
pemeriksaan kualitas efluen pengolahan untuk mengetahui
efisiensi pengolahan.
Pemeliharaan meliputi:
a) Pemeriksaan unit pengolahan secara berkala; bulanan atau tahun
b) Unit pengolahan harus segera dibersihkan apabila terdapat lemak
atau sampah padat yang mengapung.
c) Dilakukan pengurasan lumpur secara rutin, dengan
menggunakan mobil tangki pengurasan lumpur untuk dibawa ke
pengolahan lumpur kota. Pengecekan ketinggian lumpur dapat
dilakukan secara sederhana, yaitu dengan memasukkan tongkat
yang dibalut kain kain putih pada ujungnya. Apabila ketinggian
lumpur sudah mencapai lebih dari setengahnya, maka diperlukan
pengurasan.
d) Untuk mengkontrol lalat atau serangga lainnya, dapat dengan
menutup lubang ventilasi dengan net polyethylene atau filter
karbon/serbuk besi.
e) Tanaman di sekitar instalasi pengolahan diusahakan pendek
(tanaman perdu).
f) Lakukan pemeriksaan pompa secara berkala jika mengunakan
pompa air limbah
g) Lakukan perbaikan bagian konstruksi yang rusak terutama yang
mempengaruhi proses pengolahan.

Rekayasa Lingkungan| Perencanaan Instalasi Air Limbah Rumah Tangga . 23


BAB III
METODELOGI

3.1 Lokasi Perencanaan


Tempat pelaksanaan perencanaan ini adalah di Desa Jati wetan rt
08/02 Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus.

Gambar 3.1 Lokasi Perencanaan

3.2 Teknik Pengumpulan Data


1. Data Primer
Data pemakaian air bersih dari jumlah KK tiap kawasan dengan
melakukan survey langsung ke lokasi perencanaan Populasi dalam
perencanaan ini adalah masyarakat yang tinggal di sekitar daerah
perencanaan.
2. Data Sekunder
Pada tugas akhir ini, untuk mengetahui karakteristik kualitas air
limbah yang dihasilkan dilakukan dengan data sekunder. Data
sekunder diambil dari Data Balai Lingkungan Pemukiman Perkotaan
di Indonesia. Air limbah yang diteliti berupa air limbah grey water.

Rekayasa Lingkungan| Perencanaan Instalasi Air Limbah Rumah Tangga . 24


3.3 Diagram Alur Perencanaan

Perencanaan Instalasi
Pengelolahan Air
Limbah

1. Pengertian IPAL
Rumah Tangga
2. Perencanaan IPAL Tinjauan Pustaka
Rumah Tangga
Data Primer:
SRAB
1. Data Pemakaian Air Bersih
Berdasarkan Jumlah Orang
Pengumpulan Data Data Sekunder
1. Karakteristik Air
Limbah

1. Perhitungan Kapasitas
SRAB
2. Perhitungan Perencanaan
SRAB

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan

Saran

Rekayasa Lingkungan| Perencanaan Instalasi Air Limbah Rumah Tangga . 25


BAB IV
ANALISA PEMBAHASAN

5.3 Perhitungan kapasitas SRAB


Sistem Reaktor Anaerobik Bersekat- sistem tercampur, mempunyai
kriteria perencanaan sebagai berikut :
1) Jumlah orang (P) = 200 orang
2) Pemakaian air bersih = 140 L/o/hari
3) Debit air limbah (Q) = 140 L/o/hari x 70 % = 100 L/o/hari
4) Kapasitas = 100 L/o/hari x 200 orang = 20 m3/hari
5) Konsentrasi BOD influen = 300 mg/L

5.4 Perhitungan perencanaan SRAB


a. Bak Pengendap :
 Perhitungan waktu detensi:
Waktu detensi Td  1,5 0,3log (P x Q) > 0,2 hari
Debit total  P x Q = 20 m3 /hari 20.000 L/hari
Td  1,5 0,3log (P x Q) > 0,2 hari

= 1,5 0,3log (20.000)


= 0,21 hari
= 5,04 jam
 Volume bak pengendap = 0,21 x 20 m3/hari = 4,2 m3
 Dimensi bak pengendap ditetapkan sebagai berikut:
Lebar Bak Pengendap minimum 0,75 m (SNI 03-2398-2002),
ditetapkan, Lebar ( l = 1,25 m), Maka

Apenampang =

= 1,60 m2
Bila P = 2H, maka Ap = 2H2 = 1,60 m2
Maka dengan pembulatan:

Rekayasa Lingkungan| Perencanaan Instalasi Air Limbah Rumah Tangga . 26


 H = 0,90 m & Tinggi ambang bebas = 0,4 m
 P = 1,80 m.
 Volume Ruang Lumpur:
Akumulasi lumpur matang = 30 L/orang/tahun Waktu
pengurasan setiap 6 bulan atau 0,5 tahun.
Vlumpur = Rlumpur x N x P
= 30 x 0,50 x 200
= 3 m2

Hruanglumpur =

= 1,33 m
 Tinggi ambang bebas ditetapkan = 0,25 m
Jadi kedalaman (H) ruang pengendap :
H ruangpengendap = Hair + Hlumpur + Hambangbebas
= 1,25 m + 1,33 m + 0,25 m
= 2,83 m
 Cek Waktu detensi:
( )
Td =

= 0,318 hari > 0,20 OK


 Untuk Td = 0,318 hari atau 7,63 jam, maka penurunan BOD
sebesar 25 % sampai 30 %
 BOD efluen = (1 - 0,28) x 300 mg/L = 220 mg/L
b. Perencanaan SRAB :
 Debit perencanaan saat beban puncak = 20 m3/hari x 2 = 40 m3/hari
 Beban Organik = 220 mg/L x 40 m3/hari = 8,8 kg BOD/hari
 Ditetapkan penyisihan BOD = 90 %, maka Td = 16 jam (lihat
Gambar 2)
 Volume Reaktor total = Td x Q = (16/24) x 40 m3/hari = 26,67 m3
 Cek OLR = Beban BOD/Volume = (8,8 kg BOD/hari) / 26,67 m3 =
0,299 kg BOD/ m3hari, memenuhi kriteria desain (lihat Tabel 1)

Rekayasa Lingkungan| Perencanaan Instalasi Air Limbah Rumah Tangga . 27


 Ditetapkan laju aliran ke atas (Vup ) = 0,9 m/jam

 Luas Penampang aliran keatas =

m
=

= 0,92 m2
= 1 m2
 Ditetapkan kedalaman air dalam tiap kompartemen = 2 m
 Volume tiap kompartemen = P x L x H
= 1 m2 x 2 m
= 2 m3

 Jumlah kompartemen =

= 13,34 m3
= 14 kompartemen
 Ditetapkan lebar kompartemen = 1,5 m,
maka panjang kompartemen  1 m2 /1,5 m = 0,67 m
 Panjang kompartmen = 14 x 0,67 m = 9,38 m (memenuhi rasio
panjang); Lebar = (2-6): 1)
 Tinggi ambang bebas 0,4 m, maka total kedalaman = 2,4 m.

Rekayasa Lingkungan| Perencanaan Instalasi Air Limbah Rumah Tangga . 28


BAB V
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka didapatkan kesimpulan
diantaranya adalah :
1. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal merupakan
sistem pengolahan air limbah yang dilakukan secara terpusat yaitu
terdapat bangunan yang digunakan untuk memproses limbah cair
domestik yang difungsikan secara komunal (digunakan oleh
sekelompok rumah tangga) agar lebih aman pada saat dibuang ke
lingkungan, sesuai dengan baku mutu lingkungan. Limbah cair
dari rumah penduduk dialirkan ke bangunan bak tampungan IPAL
melalui jaringan pipa. Sistem ini dilakukan untuk menangani
limbah domestik pada wilayah yang tidak memungkinkan untuk
dilayani oleh sistem terpusat ataupun secara individual.
2. Berdasarkan perhitungan didapatkan waktu detensi (Td) = 5,04
jam. Volume bak pengendap = 4,2 m3. Apenampang = 1,6 m2. Vlumpur
= 3 m2. Hruanglumpur = 1,33 m. Hruangpengendap = 2,83 m. debit
perencanaan saat beban puncak = 40 m3/hari. Beban organik = 8,8
kg BOD/hari. Volume reaktor total = 26,67 m3. Luas penampang
aliran keatas = 1 m3. Volume tiap kompartemen = 2 m3. Jumlah
kompartemen = 14. Panjang kompartemen = 9,38 m. Tinggi
ambang bebas 0,4 m. Total kedalaman = 2,4 m

3.2. Saran
Saran dalam penelitian tugas akhir ini adalah:
1. Lebih baik mengambil data sesuai kondisi eksisting yaitu dengan
menggunakan data primer.
2. Untuk pemakaian air bersih, sebaiknya dilihat langsung dari meter
air agar perencanaan lebih akurat.

Rekayasa Lingkungan| Perencanaan Instalasi Air Limbah Rumah Tangga . 29


DAFTAR PUSTAKA

Bothi, Kimberly, Lynn, 2007, Characterization Of Biogas From


Anaerobically Digested Dairy Waste For Energy Use, Cornell
University
Herlambang,Arie, dan Said,Nusa, Idaman, Penurunan Kadar Zat Organik
Dalam Air Sungai Dengan Biofilter Tercelup Struktur Sarang Tawon,
Workshop Citarum River Restoration Using Alternative Technology,
2010.
Metcalf dan Eddy (2003). Wastewater Engineering, Treatment and Reuse.
Hongkong : Mc Graw Hill Co.
Perarturan Menteri KLH No 112 Tahun 2003, tentang Baku Mutu Air
Limbah Domestik PP RI No. 82 Tahun 2001, Pengelolaan kualitas air
dan pengendalian pencemaran air Pd.T-04-2005-C, Tata cara
perencanaan dan pemasangan tangki biofilter pengolahan air limbah.
Pd.T-02-2004-C, Pengoperasian dan pemeliharaan instalasi pengolah air
limbah rumah tangga dengan tangki biofilter.
Rancangan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, 2014, Penyelenggaraan
Sisterm Pembuangan Air Limbah Permukiman
Sasse Ludwig, 1998, Handbook of Decentralised Wastewater Treatment in
Developing Country, Jakarta
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai