Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KONSTRUKSI BATU BATA

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar Teknik
Disusun oleh Kelompok 1 :
Adelia Cahya Erlangga (P21335122003)

Alfatthania Zaida Adzani (P21335122009)

Aura Firza Ramadenty (P21335122015)

Diah Rama Wulandari (P21335122022)

Fabio Cannavaro (P21335122025)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES JAKARTA II

Jakarta 2022

i
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan atas ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Konstruksi Batu Bata"
dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Dasar Teknik. Selain itu, makalah
ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang konstruksi batu bata.
Kami kelompok 1 mengucapkan terima kasih kepada Bapak Syarifuddin, SKM.,
M.Kes. selaku Dosen Mata Kuliah Dasar Teknik dan teman-teman sekelompok yang telah
konsisten berkontribusi memberikan materi untuk makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 28 September 2022

ii
DAFTAR ISI

BAB I ...................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................ 1
1.3 Tujuan .................................................................................................................................... 2
BAB II ................................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ................................................................................................................................ 3
2.1 Pengertian Batu Bata ............................................................................................................ 3
2.1.1 Cara pembuatan batu bata. .............................................................................................. 3
2.2 Jenis dan Ukuran Batu Bata ................................................................................................ 4
2.2.1 Jenis Batu Bata ................................................................................................................ 4
2.2.2 Ukuran Batu Bata ............................................................................................................ 5
2.3 Persyaratan Ikatan Batu Bata ............................................................................................. 6
2.4 Macam-macam Ikatan Batu Bata ....................................................................................... 7
2.4.1 Ikatan Biasa ..................................................................................................................... 7
2.4.2 Ikatan Kepala (Header Bond).......................................................................................... 7
2.4.3 Ikatan Inggris (English Bond) ......................................................................................... 7
2.4.4 Ikatan Flemish (Flemish Bond)....................................................................................... 8
2.4.5 Ikatan Jerman (Dutch) ..................................................................................................... 8
2.5 Perbandingan Spesi .............................................................................................................. 9
2.5.1 Pasangan dinding batu bata trasram ................................................................................ 9
2.5.2 Pasangan dinding bata biasa. ........................................................................................ 10
BAB III................................................................................................................................................. 11
PENUTUP ............................................................................................................................................ 11
3.1 Kesimpulan .......................................................................................................................... 11
3.2 Saran .................................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 12

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Batu bata adalah bahan bangunan yang telah lama dikenal dan dipakai oleh masyarakat
baik di pedesaan maupun di perkotaan yang berfungsi sebagai bahan bangunan konstruksi.
Batu bata juga merupakan bagian penting dari pembangunan rumah dan memiliki fungsi
melindungi rumah dari suhu, hujan dan pengaruh lainnya. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya
pabrik batu bata yang dibangun masyarakat untuk memproduksi batu bata. Penggunaan batu
bata banyak digunakan untuk aplikasi teknik sipil seperti dinding pada bangunan, perumahan,
bangunan gedung, pagar, saluran, dan pondasi. Batu bata umumnya dalam kontruksi bangunan
memiliki fungsi sebagai bahan non struktural di samping berfungsi sebagai struktural. Sebagai
fungsi struktural, batu bata dipakai sebagai penyangga atau pemikul beban yang ada di atasnya,
seperti pada konstruksi rumah sederhana dan pondasi. Sedangkan pada bangunan kontruksi
tingkat tinggi atau gedung, batu bata berfungsi sebagai non struktural yang dimanfaatkan untuk
dinding pembatas dan estetika tanpa memikul beban yang ada di atasnya.
Seiring dengan semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk, maka kebutuhan akan
perumahan atau tempat tinggal, gedung perkantoran, dan gedung pemerintahan ataupun swasta
juga meningkat cukup pesat. Dengan menyediakan bahan-bahan bangunan yan memenuhi
persyaratan teknis, mudah didapat, dan harga yang relative murah maka kebutuhan akan
perumahan atau tempat tinggal, gedung perkantoran, dan gedung pemerintahan ataupun swasta
dapat terpenuhi dengan baik (Kurniaty, 2010).
Batu bata merupakan salah satu komponen yang penting pada suatu bangunan. Batu bata
biasa digunakan sebagai bahan utama dalam pembuatan dinding rumah atau gedung. Batu bata
sering dipilih sebagai bahan alternatif utama penyusun bangunan karena harganya yang relatif
murah, mudah diperoleh, memiliki kekuatan yang cukup tinggi, tahan terhadap pengaruh
cuaca, dan tahan terhadap api. Pada umumnya pembuatan bata merah pejal dengan cara dibakar
dengan suhu 800°C sehingga tidak hancur bila direndam dalam air, sedangkan pembakarannya
menggunakan sekam padi atau kayu bakar yang dapat (Albazzar, 2013). Penggunaan bata
sebagai bahan konstruksi masih menjadi pilihan. Untuk itu pengetahuan tentang kontruksi batu
bata perlu diketahui agar sesuai dengan standar pembangunan yang ada.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan batu bata ?


2. Apa saja jenis dan ukuran batu bata ?
3. Apa saja persyaratan dari ikatan batu bata ?

1
4. Apa saja macam-macam ikatan batu bata ?
5. Apa perbandingan speci dalam kontruksi batu bata ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian batu bata


2. Untuk mengetahui jenis dan ukuran batu bata
3. Untuk mengetahui persyaratan dari ikatan batu bata
4. Untuk mengetahui macam-macam ikatan batu bata
5. Untuk mengetahui perbandingan speci dalam kontruksi batu bata

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Batu Bata


Batu bata merupakan salah satu bahan untuk pembuatan dinding. Batu bata terbuat dari tanah
liat yang dibakar sampai berwarna kemerah merahan. Definisi batu bata menurut SNI-2094-
1991 merupakan unsur bahan bangunan yang digunakan untuk pembuatan konstruksi
bangunan, dibuat dari tanah dengan atau tanpa campuran bahan-bahan lain, dibakar pada suhu
yang cukup tinggi hingga tidak dapat hancur lagi bila direndam dalam air. Proses pembuatan
batu bata dilakukan melalui beberapa tahap.
2.1.1 Cara pembuatan batu bata.
Cara pembuatan batu bata melalui beberapa tahapan, meliputi penggalian bahan mentah,
pengolahan bahan, pembentukan, pengeringan, pembakaran, pendinginan, dan pemilihan
(seleksi), adapun tahapan-tahapan pembuatan batu bata, yaitu sebagai berikut. (Suwardono,
2002).
a. Penggalian bahan mentah
Penggalian bahan mentah batu bata merah sebaiknya dicarikan tanah yang tidak terlalu
plastis, melainkan tanah yang mengandung sedikit pasir untuk menghindari penyusutan.
Penggalian dilakukan pada tanah lapisan paling atas kira-kira setebal 40-50 cm,
sebelumnya tanah dibersihkan dari akar pohon, plastik, daun, dan sebagainya agar tidak
ikut terbawa. Kemudian menggali sampai ke bawah sedalam 1,5-2,5 meter atau tergantung
kondisi tanah. Tanah yang sudah digali dikumpulkan dan disimpan pada tempat yang
terlindungi. Semakin lama tanah liat disimpan, maka akan semakin baikkarena menjadi
lapuk. Tahap tersebut dimaksudkan untuk membusukkan organisme yang ada dalam tanah
liat.
b. Pengolahan bahan mentah
Tanah liat sebelum dibuat batu bata merah harus dicampur secara merata yang disebut
dengan pekerjaan pelumatan dengan menambahkan sedikit air. Air yang digunakan dalam
proses pembuatan batu bata harus air bersih, air harus tidak sadah tidak mengandung
garam yang larut di dalam air, seperti garam dapur, air yang digunakan kira-kira 20% dari
bahan-bahan yang lainnya, pelumatan bisa dilakukan dengan kaki atau diaduk dengan
tangan. Bahan campuran yang ditambahkan pada saat pengolahan harus benar-benar
menyatu dengan tanah liat secara
merata. Bahan mentah yang sudah jadi ini sebelum di bentuk dengan cetakan, terlebih
dahulu dibiarkan selama 2 sampai 3 hari dengan tujuan memberi kesempatan partikel-
partikel tanah liat untuk menyerap air agar menjadi lebih stabil, sehingga apabila dibentuk
akan terjadi penyusutan yang merata.
c. Pembentukan batu bata.
Bahan mentah yang telah dibiarkan 2-3 hari dan sudah mempunyai sifat plastisitas sesuai
rencana, kemudian dibentuk dengan alat cetak yang terbuat dari kayu atau kaca sesuai
ukuran standar SNI S-04-1989-F atau SII-0021-78. Agar tanah liat tidak menempel pada
cetakan, maka cetakan kayu atau kaca tersebut dibasahi air terlebih dahulu. Lantai dasar
pencetakan batu bata merah permukaannya harus rata dan ditaburi abu. Langkah awal
pencetakan batu bata yaitu letakkan cetakan pada lantai dasar pencetakan, kemudian tanah
liat yang telah siap ditaruh pada bingkai cetakan dengan tangan sambil ditekan-tekan

3
sampai tanah liat memenuhi segala sudut ruangan pada bingkai cetakan, selanjutnya
cetakan diangkat dan batu bata mentah
hasil dari cetakan dibiarkan begitu saja agar terkena sinar matahari. Batu bata mentah
tersebut kemudian dikumpulkan pada tempat yang terlindung untuk diangin-anginkan.
d. Pengeringan batu bata merah.
Proses pengeringan batu bata akan lebih baik bila berlangsung secara bertahap agar panas
dari sinar matahari tidak jatuh secara langsung, maka perlu dipasang penutup plastik.
Apabila proses pengeringan terlalu cepat dalam artinya panas sinar matahari terlalu
menyengat akan mengakibatkan retakan-retakan pada batu bata nantinya. Batu bata yang
sudah berumur satu hari dari masa pencetakan kemudian dibalik. Setelah cukup kering,
batu bata tersebut ditumpuk menyilang satu sama lain agar terkena angin. Proses
pengeringan batu bata memerlukan waktu dua hari jika kondisi cuacanya baik. Sedangkan
pada kondisi udara lembab, maka prose pengeringan batu bata sekurang-kurangnya satu
minggu.
e. Pembakaran batu bata.
Pembakaran yang dilakukan tidak hanya bertujuan untuk mencapai suhu yang diinginkan,
melainkan juga memperhatikan kecepatan pembakaran untuk mencapai suhu tersebut serta
kecepatan untuk mencapai pendinginan. Selama proses pembakaran terjadi perubahan
fisika dan kimia serta mineralogy dari tanah liat tersebut. Proses pembakaran batu bata
berjalan seimbang dengan kenaikan suhu dan kecepatan suhu, ada beberapa tahapan yang
harus diperhatikan, yaitu: (Suwardono, 2002).
1) Tahap pertama adalah penguapan (pengeringan), yaitu pengeluaran air pembentuk,
terjadi hingga temperatur kira-kira 120°C.
2) Tahap oksidasi, terjadi pembakaran sisa-sisa tumbuhan (karbon) yang terdapat di
dalam tanah liat. Proses ini berlangsung pada temperatur 650°C-800°C.
3) Tahap pembakaran penuh. Batu bata dibakar hingga matang dan terjadi proses
sintering hingga menjadi bata padat Temperatur matang bervariasi antara 920°C-
1020°C tergantung pada sifat tanah liat yang dipakai.
4) Tahap penahanan. Tahap ini terjadi penahanan temperatur selama 1-2 jam, pada
tahap 1, 2 dan 3 kenaikan temperatur harus perlahan-lahan, agar tidak terjadi
kerugian pada batanya. Antara lain: pecah-pecah, noda hitam pada bata,
pengembangan, dan lain-lain..

2.2 Jenis dan Ukuran Batu Bata

2.2.1 Jenis Batu Bata


1. Batu bata merah
Bata merah merupakan batu bata yang terbuat dari tanah liat dan merupakan jenis bata
yang paling banyak dijumpai di Indonesia. Salah satu keunggulan bata ini adalah tahan
lama, kokoh dan harganya yang relatif murah bila dibandingkan dengan jenis bata
lainnya. Penggunaannya dalam proses kontruksi juga dapat membuat hunian terasa lebih
sejuk. Namun, dalam pemasangannya bata merah memerlukan banyak perekat, dalam
hal ini campuran semen dan air.
2. Batu bata batako

4
Batako adalah jenis batu bata yang terbuat dari semen dan pasir kasar yang kemudian
dicetak. Sifatnya yang kedap air, membuat batako sangat bagus digunakan untuk
meminimalisir rembesan air hujan. Karena ukurannya yang besar dan berongga,
pemasangan batu batako dalam proses konstruksi lebih cepat dari jenis batu bata yang
lain. Namun batu bata batako bersifat menyimpan panas sehingga membuat suhu hunian
cenderung lebih panas.
3. Batu bata hebel
Jenis bata selanjutnya yang sering digunakan di Indonesia adalah bata hebel. Bata ini
dibuat dalam proses kimiawi dan terbuat dari semen, pasir silika, gypsum, kapur dan
pasta almunium. Ukuran bata ini sangat ringan dan sifat daya serap airnya rendah
sehingga dapat memperkecil beban struktural sebuah bangunan. Namun dalam proses
perekatan bata hebel diperlukan perekat khusus yakni semen MU 380, sehingga hargnya
cukup mahal.
4. Batu bata berlubang
Jenis bata berlubang cukup populer di masyarakat karena proses pembuatannya
tergolong cepat terutama pada proses pembakaran dan pengeringannya. Bata jenis ini
biasanya digunakan untuk struktur ringan dan struktur berbingkai pada bangunan-
bangunan bertingkat. Sebelum digunakan, Anda harus merendam bata ini selama 24 jam
dan mengeringkannya dibawah sinar matahari sehingga membutuhkan waktu persiapan
material yang lebih panjang.

2.2.2 Ukuran Batu Bata


Badan Standardisasi Nasional (BSN) Indonesia telah menetapkan peraturan baku mutu bata
merah, terkait ukuran standar bata merah. Regulasi SNI tersebut dimulai dari SII 0021 tahun
1978, PUBI tahun1982, NI-10 Tahun 1984, SNI 2094 tahun 2000, hingga SNI 6861.1 2002.
Tabel dimensi ukuran bata merah standar dalam SNI 15-2094-2000 tentang Bata Merah Pejal
untuk Pasangan Dinding dapat anda lihat di bawah ini.
Modul Panjang (mm) Lebar (mm) Tinggi (mm)
M – 5a 190 ± 4 90 ± 3 65 ± 2
M – 5b 190 ± 4 100 ± 3 65 ± 2
M – 6a 230 ± 5 110 ± 4 52 ± 3
M – 6b 230 ± 5 110 ± 6 55 ± 3
M – 6c 230 ± 5 110 ± 6 70 ± 3
M – 6d 230 110 ± 6 80 ± 3

Ada beberapa jenis dan ukuran batu bata yang dapat digunakan, diantarannya adalah :

5
• Bata press – biasa : 19 x 10 x 4 cm
• Bata press – halus : 20 x 10 x 5 cm
• Bata ekspose – halus : 22 x 10 x 5 cm // 23 x 11 x 5 cm // 24 x 12 x 5.5 cm
• Bata ekspose – super : 23 x 11 x 5 cm // 24 x 12 x 5.5 cm // 25 x 12 x 6 cm
• Bata belanda – jadoel : 26 x 12 x 6 cm // 30 x 14 x 8 cm
• Bata tempel & bata potong – expose : 23 x 6 x 1,5 cm // 20 x 5 x 2 cm // dls3
• Tegel lantai kuno (antik) dan repro
• Tegel lantai bata – hias : 29 x 29 x 3 cm // 20 x 20 x 2 cm

2.3 Persyaratan Ikatan Batu Bata


Untuk mendapatkan tembok yang kokoh, ikatan/hubungannya harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut :
1. Hubungan harus dibuat sesederhana mungkin, artinya hubungan itu mudah dapat
dikerjakan.
2. Hindari menggunakan potongan bata yang kurang dari ½ bata, maksudnya unutk
menghemat waktu dan tenaga.
3. Dalam arah mendatar maupun tegak, siar harus meliputi seluruh tebal tembok, misalnya
untuk memperluas bidang lekat antara siar dengan bata.
4. Pada dua lapis berturut-turut, siar tegak saling berselisih ½ strek (tidak berhimpit) pada
bagian luar maupun dalam.
5. Pada sudut, pertemuan, persilangan dari 2 tembok, lapis bata berganti-ganti berjalan
terus sehingga di dalamnya seperti di anyam.
6. Tembok yang mempunyai tebal 1 bata atau lebih, lapis-lapisannya disusun dari bata
utuh yang diletakkan memanjang dan melintang.
7. Pada tembok tebal 1 bata atau lebih lapis strek berakhir dengan ¾ bata,dan pada tembok
ikatan berdiri (1 bata) siar lintang pada gigi menyatu membentuk tangga bergeser ¾
dan ¼ bata dari lapisan bawah dan di atasnya.
8. Gunakan adukan yang sesuai dengan aturan.

6
2.4 Macam-macam Ikatan Batu Bata
2.4.1 Ikatan Biasa
Bata dipasang memanjang pada tiap lapisnya dan biasanya tebal dinding 20 cm( sudah
diplester ). Pemasangan batu bata terakhir dipasang ½ batu dan padalapisan kedua diatas bata
½ batu, dipasang batu utuh sehingga menjadikan siar tegak tidak sejajar dan merupakan zig –
zag.

2.4.2 Ikatan Kepala (Header Bond)


Ikatan ini digunakan untuk dinding yang tebalnya 30 cm atau 1 batu. Batadipasang melintang
semua dan setiap satu lapis awal pemasangan dimulai denganbata ¾ . Jenis ikatan ini
digunakan pada dinding sebelah bawah, dinding yangmelengkung dan pondasi.

2.4.3 Ikatan Inggris (English Bond)


Ikatan ini dipasang dengan berselang – seling, yaitu satu lapis dipasangarah melintang batu
dan yang lain dipasang arah memanjang batu, tetapi padamelintang setiap akhir pemasangan
dipasang bata ¼ yang berguna memenuhkanpermukaan pasangan dan menjaga agar siar tegak
tidak segaris.

7
2.4.4 Ikatan Flemish (Flemish Bond)
Ikatan Flemish adalah ikatan yang memanjang dan melintang selang – seling dalam satu lapis.
Antara setiap lapis dipasang ¼ bata untuk memenuhkanbata dan membuat siar tegak tidak
segaris. Jenis ikatan digunakan pada dindingyang tebalnya 30 cm dan biasanya untuk
pasangan super bata yang bersih tanpaplesteran.Pada lapisan keempat, setelah dipasang
memanjang diikuti oleh bata ½yang dipasang melintang. Untuk lapisan satu sama dengan
lapisan tiga yaitu bata½ batu yang dipasang melintang. Ikatan ini digunakan untuk dinding
yangtebalnya 30 cm dan biasanya merupakan pasangan batu bersih.

2.4.5 Ikatan Jerman (Dutch)


Ikatan jerman ini adalah tipe yang hampir sama dengan ikatan inggris,dimana bata dipasang
berselang – seling tiap lapis antar bata memanjang batamelintang tetapi disini tidak ada bata
¼ dipasang. Setiap lapisan bata yangmemanjang diawali dengan pasangan ¾ bata dan diikuti
oleh sebuah batamelintang, dan seterusnya dipasang bata biasa saja, siar tegak disini
merupakantangga. Biasanya ikatan ini digunakan untuk dinding yang tebalnya 30 cm.

8
2.5 Perbandingan Spesi
Spesi merupakan bahan perekat pada dinding bata dan plesteran. Spesi merupakan campuran
antara pasir dengan semen dengan perbandingan tertentu. Kebutuhan pasir harus dihitung
dengan benar agar kebutuhan tercukupi dari dan sesuai kebutuhan. Kebutuhan pasir untuk
campuran spesi tergantung perbandingan yang akan digunakan. Ada beberapa perbandingan
spesi yang digunakan untuk spesi dinding bata dan plesteran berdasarkan SNI.
Campuran spesi pada pasangan tembok harus cukup kedap air agar tembok tidak mudah basah
jika terkena air hujan. Dinding bata yang memerlukan campuran kedap air misalnya tembok
pada kamar mandi, WC, tempat cuci dan dapur, spesiesnya 1 PC : 2 PS, Artinya satu takaran
semen dan dua takaran pasir. Dinding bata yang tidak memerlukan campuran kedap air,
perbandingan spesi umumnya 1 PC (semen) : 3 PS (pasir) : 10 KP (kapur pasir).
Ada beberapa perbandingan campuran spesi yang digunakan untuk pekerjaan dinding bata,
yaitu :
2.5.1 Pasangan dinding batu bata trasram

Dinding bata trasram adalah dinding bata yang berada di atas sloof. Ketinggian dinding
ini sekitar 50 - 100 cm dari sloof. Dinding ini bersentuhan langsung dengan air sehingga
campuran spesi trasram dibuat keda.
Ada 2 perbandingan spesi yang digunakan untuk dinding trasram yaitu :

1. Perbandingan 1 Pc : 3 Ps
Berdasarkan koefisien pasir untuk campuran spesi tersebut adalah 0,043 m3 setiap
m2. Jadi misalnya luasan dinding trasram 10 m2, maka kebutuhan pasirnya adalah
10 x 0,043 = 0,43 m2 pasir.

2. Perbandingan 1 Pc : 2 Ps
Koefesien pasir untuk perbandingan 1 Pc : 2 Ps adalah 0,038 m3 setiap m2 dinding.
Maka jika lulusan dinding 10 m2 kebutuhan pasir = 0,038 x 10 = 0,38 m3.

9
2.5.2 Pasangan dinding bata biasa.

Posisi dinding bata biasa berada di atas dinding bata trasram. Ada beberapa
perbandingan spesial digunakan untuk dinding ini antara lain :

1. Perbandingan 1 Pc : 3 Kp : 10 Ps

Pasir pada perbandingan ini mempunyai nilai koefisien 0,05 m3 setiap m2 dinding
batu bata. Maka untuk kebutuhan dinding 10 m2 dibutuhkan pasir 0,05 x 10 = 0,5
m3 pasir.

2. Perbandingan 1 Pc : 3 Kp : 10 Ps

Pasir pada perbandingan ini mempunyai nilai koefisien 0,05 m3 setiap m2 dinding
batu bata. Maka untuk kebutuhan dinding 10 m2 dibutuhkan pasir 0,05 x 10 = 0,5
m3 pasir.

3. Perbandingan 1 Pc : 8 Ps
Efisien pasir berdasarkan SNI untuk perbandingan 1 pc : 8 ps ini adalah 0,05 m3.
Jika luasan dinding adalah 10 m2, maka kebutuhan pasir untuk luasan dinding 10
m2 adalah 0,05 x 10 = 0,5 m3 pasir

4. Perbandingan 1 Pc : 4 Ps
Pasir pada perbandingan ini mempunyai nilai koefesien 0,043 m3 setiap m2 dinding
batu bata. Maka untuk kebutuhan dinding 10 m2 dibutuhkan pasir 0,043 x 10 =
0,043 m3 pasir.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Menurut SNI-2094-1991 batu bata merupakan unsur bahan bangunan yang digunakan untuk
pembuatan konstruksi bangunan, dibuat dari tanah dengan atau tanpa campuran bahan-bahan
lain, dibakar pada suhu yang cukup tinggi hingga tidak dapat hancur lagi bila direndam dalam air.
Batu bata adalah bahan bangunan yang telah lama dikenal dan dipakai oleh masyarakat baik
di pedesaan maupun di perkotaan yang berfungsi sebagai bahan bangunan konstruksi.
Terdapat beberapa jenis dan ukuran dari batu bata yang sering digunakan di Indonesia
diantara jenisnya adalah batu bata merah, bata batako, batu bata habel, dan batu bata
berlubang.
Dalam memproduksi atau membuat batu bata harus berdasarkan ketentuan yang berlaku,
seperti yang diatur dalam Badan Standardisasi Nasional (BSN). Dalam melakukan kontruksi
batu bata juga sangat penting untuk diperhatikan tentang persyaratan ikatan batu bata, jenis
ikatan batu bata, dan juga perbandingan spesi yang akan digunakan.

3.2 Saran
Dalam pembuatan batu bata penting untuk memperhatikan standar nasional yang
berlaku tekstur tanah yang bagus agar menghasilkan batu bata yang berkualitas.

11
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/7199/11.%20BAB%20III.pdf?sequence=7
&isAllowed=y#:~:text=Definisi%20batu%20bata%20menurut%20SNI,lagi%20bila%20direndam%20da
lam%20air.

https://www.academia.edu/10042000/LAPORAN_BATU_BATA

http://mirsalrilyandi17.blogspot.com/2015/04/materi-ikatan-batu-bata_10.html

https://grabatex.com/2017/09/13/jenis-dan-ukuran-batu-bata-berkualitas/

https://www.kompas.com/properti/read/2021/12/14/100000521/jenis-jenis-batu-bata-yang-paling-
sering-digunakan-di-indonesia?page=all

https://www.batamerahgarut.com/ukuran-batu-
bata/#:~:text=Dilihat%20dari%20tabel%20ukuran%20batu,toleransi%200%2C6%20cm)%20dan

https://www.scribd.com/doc/52173111/ikatan-batu-andrian

https://www.scribd.com/embeds/499626867/content?start_page=1&view_mode=scroll&access_ke
y=key-fFexxf7r1bzEfWu3HKwf

12

Anda mungkin juga menyukai