Anda di halaman 1dari 38

BAHAN HASIL HUTAN SEBAGAI MATERIAL

KONSTRUKSI

Disusun oleh:

1. MOHAMMAD SALMAN ALFARISI (210523617304)

2. MUHAMMAD ALI SAMSUDDIN (210523617281)

3. MUHAMMAD HATTA ADITYA HAFSAH (210523617265)

4. M. ULUL ABSHOR (210523617219)

5. MUTHIA KIRANA MAHA PUTRI (210523617287)

6. NADHIEF FATIKHA AFANDI (210523617246)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Oktober 2021
ABSTRAK

Bahan hasil hutan adalah segala macam material yang didapatkan dari hutan
seperti, kayu, bambu, batang kelapa, rotan. Keberadaan kayu, bambu, batang kelapa,
rotan memegang peranan vital dalam proses pembangunan konstruksi bangunan rumah,
jembatan dan lain lain. karena hampir semua peralatan yang digunakan masyarakat
terbuat dari Keberadaan kayu, bambu, batang kelapa, rotan. Paper ini bertujuan untuk
mengetahui pengertian dan karakteristik kayu, bambu, batang kelapa, rotan.
kayu, bambu, batang kelapa, rotan disini merupakan elemen yang penting saat
membuat bangunan konstruksi. Karena disamping harganya yang relatif murah
dibandingkan besi, baja, dan beton yang mahal, kayu, bambu, batang kelapa, rotan bisa
menjadi alternatif bahan konstruksi. Dari segi kekuatan dan ketahanan, material kayu,
bambu, batang kelapa, rotan juga tidak kalah saing dengan besi, baja, dan beton.

Proses pembuatan kayu didapat dari pemotongan kayu dari pohon kemudian
diolah sesuai kebutuhan, bambu didapat dari memanen pohon bambu yang sudah
memasuki waktu panen, batang kelapa didapat dari pemotongan pohon kelapa yang siap
di potong, rotan didapat dari menebas rotan yang siap di potong. Kelebihan dari bahan
hasil hutan (kayu, bambu, batang kelapa, rotan) yaitu harganya murah.

Meskipun bahan hasil hutan (kayu, bambu, batang kelapa, rotan) memiliki
banyak sekali kelebihan dan kegunaan, tentunya banyak juga kerugian dan kelemahan
dari bahan hasil hutan. Di paper ini akan dibahas lebih lanjut mengenai cara
pemrolehan, bentuk fisik, macam-macam, pengolahan, kegunaan, keuntungan dan
kerugian dari bahan hasil hutan (kayu, bambu, batang kelapa, rotan).
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam dunia konstruksi banyak sekali bahan yang digunakan untuk
keperluan konstruksi. Selain besi dan baja ada banyak bahan yang dapat
digunakan untuk keperluan konstruksi seperti bahan dari hasil hutan. Bahan
hasil hutan adalah segala macam material yang didapatkan dari hutan. Bahan
hasil hutan seperti kayu, bambu, batang kelapa, dan rotan. Semua barang
tersebut memiliki kelebihan daripada bahan besi dan baja yaitu dari segi harga.
Bahan hasil hutan (kayu, bambu, batang kelapa, rotan) memiliki harga yang
lebih murah dibandingkan dengan besi dan baja. Sehingga hal ini dapat mengirit
biaya untuk keperluan konstruksi dan biaya yang lain.
Untuk itu dalam kesempatan ini kita akan membahas tentang bahan hasil
hutan (kayu, bambu, batang kelapa, rotan). Masalah ini diangkat untuk karena
kita ingin mengetahui jenis-jenis bahan hasil (kayu, bambu, batang kelapa,
rotan) serta klasifikasinya. Bertitik tolak dari latar belakang masalah di atas,
timbul lah suatu permasalahan dalam diri kami dan menjadi suatu dorongan bagi
kami untuk melaksanakan suatu analisa tentang jenis-jenis bahan hasil hutan
(kayu, bambu, batang kelapa, rotan).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara pemerolehan kayu, bambu, batang kelapa, dan rotan?
2. Apa saja sifat-sifat material kayu, bambu, batang kelapa, dan rotan untuk
bahan konstruksi bangunan?
3. Apa saja macam macam dari kayu, bambu, batang kelapa, dan rotan?
4. Bagaimana pengolahan kayu, bambu, batang kelapa, dan rotan?
5. Apa saja kegunaan kayu, bambu, batang kelapa, dan rotan?
6. Apa saja keuntungan dan kerugian dari kayu, bambu, batang kelapa, dan
rotan?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui cara pemerolehan kayu, bambu, batang kelapa, rotan
2. Dapat mengenali sifat-sifat material kayu, bambu, batang kelapa, rotan untuk
bahan konstruksi bangunan
3. Dapat menyebutkan macam macam dari kayu, bambu, batang kelapa, rotan
4. Mengetahui bagaimana pengolahan kayu, bambu, batang kelapa, rotan
5. Mengetahui saja kegunaan kayu, bambu, batang kelapa, rotan
6. Mengetahui keuntungan dan kerugian dari kayu, bambu, batang kelapa, rotan

1.4 Manfaat
1. Bagi Akademisi
Dapat menambah wawasan dan sebagai tambahan referensi bagi
kalangan akademisi dalam penelitian sejenis, serta dapat digunakan sebagai
masukan dan bahan pertimbangan dalam pengembangan materi mengenai
bahan hasil hutan (kayu, bambu, batang kelapa, rotan).

2. Bagi Penulis
Dapat menambah pengetahuan tentang materi besi dan baja, serta
menambah pengalaman dalam bidang teknik sipil.
BAB II
BAHAN HASIL HUTAN SEBAGAI MATERIAL KONTRUKSI

2.1. Kayu
2.1.1. Cara memperoleh kayu gelondongan
1. kayu gelondongan adalah kayu yang masih utuh seperti ketika
dipotong dari pohonnya (belum dipotong dan dibelah secara
vertikal dari aslinya). Arti lainnya dari kayu gelondongan adalah
kayu log.
2. Memperoleh kayu gelondongan ini dari pohon besar yang
memiliki batang dengan diameter yang cukup besar dan bisa di
potong hingga beberapa bagian. Seperti batang pohon beringin,
pohon mangga, pohon pinus, pohon kelapa dsb.

2.1.2. Bentuk Fisik Kayu


1. Kayu memiliki jenis yang berbeda. Maka dari itu sifat fisik dari
masing masing jenis kayu berbeda beda. Sifat fisik kayu
ditentukan dari kualitas, fungsi dan nilai jual dari kayu tersebut.
2. Kayu ini tersusun dari sel-sel. Sel-sel ini tersusun dari cellulose.
Sel-sel ini disusun oleh lignine dan perbedaan susunan ini juga
menyebabkan jenis jenis kayu memiliki sifat yang berbeda beda.
3. Sifat fisika kayu merupakan satu bagian dari pada sifat-sifat
kayu, yaitu sifat-sifat fisika, sifat mekanika dan sifat kimia kayu.
Sifat fisika kayu adalah spesifik karena peranan faktor dalam dari
pada struktur kayu sangat menentukan, di samping peran
lingkunan dimana kayu tersebut berada.
4. Yang termasuk sifat fisika kayu ini antara lain adalah: kadar air
kayu, penyusutan atau perubahan dimensi kayu, berat jenis kayu,
sifat elektrisnya, sifat-sifat resonasi dan akustiknya, daya apung
dan layang, sifat energi dan sebagainya.

5. Tiga sifat fisika kayu yang dianggap mendasar yaitu:

a. Kadar Air Kayu, yaitu banyaknya air dalam sepotong kayu


yang dinyatakan secara kuantitatif dalam persen terhadap
berat kering tanurnya.

b. Perubahan dimensi kayu, kondisi kayu sangat ditentukan oleh


kandungan air didalam kayu tersebut. Kandungan air kayu
dapat berkurang dapat pula bertambah.

c. Berat jenis kayu, adalah nilai perbandingan berat suatu kayu


terhadap volume air/akuades yang sama dengan kayu tersebut.

d. Sifat fisik kayu lainnya

2.1.3. Sifat Mekanika Kayu


1. Sifat mekanika kayu atau mekanika kayu, sering disebut juga
dengan kekuatan kayu yaitu: sifat-sifat kayu yang dihubungkan
dengan kemampuan kayu dalam menahan suatu beban atau
muatan yang diberikan kepada kayu tersebut.
2. Dalam berbagai penggunaan kayu, kekuatan kayu sangat penting
untuk diketahui, terutama jenis-jenis kayu yang diperdagangkan
dan kegunaannya untuk konstruksi/bangunan.
2.1.4. Macam macam Kayu
1. Kayu Jati
Kayu jati terkenal akan keindahan, kekuatan, dan
kestabilannya, sehingga cocok digunakan untuk membangun
rumah. Kayu ini juga tahan terhadap jamur, rayap, dan serangga,
bahkan kayu ini bisa kuat menghadapi segala cuaca dan bahan
kimia. Kelebihan dari kayu ini adalah sifatnya yang tidak mudah
lapuk dan berlubang. Hal tersebut tentunya membuat kayu yang
satu ini dapat membuat hunian jadi lebih awet dan tahan lama.
Sifatnya yang stabil juga membuat kayu ini tidak akan
mengalami penyusutan atau mengulet.

2. Kayu Merbau

Kayu merbau juga sering disebut kayu besi karena


karakternya yang keras sehingga kayu merbau juga cocok
digunakan untuk pembuatan konstruksi rumah, jembatan, hingga
badan truk.

Dari segi tekstur, kayu merbau memiliki karakter yang


cenderung kasar dengan serat berbentuk melintang lurus. Namun,
ada pula kayu merbau dengan tekstur yang tidak beraturan.
Karakter warna dari kayu merbau adalah kuning kecoklatan,
coklat kemerahan, hingga sedikit kehitaman. Pada umumnya,
warna-warna dari kayu merbau ini tergolong mirip dengan kayu
jati sehingga sering digunakan sebagai alternatif pengganti kayu
jati.
3. Kayu Kamper

Kayu kamper memiliki ukuran pohon umumnya pada 20-


30 meter dengan diameter 0,6-1,2 meter. Serat kayunya
didominasi pola serat yang lurus atau bergelombang. Teksturnya
pun terasa kasar saat diraba dan cukup mengkilap saat dilihat
karena kayu kamper mempunyai tingkat kilau medium.
Kayu kamper memiliki daya tahan yang baik sehingga
awet digunakan hingga 10-15 tahun. kayu ini juga memiliki
tingkat resistensi pada hama insekta tertentu.
4. Kayu Bengkirai

Kayu bengkirai kerap disebut juga dengan nama Yellow


Balau. Memiliki karakter padat dengan warna khas kuning
kecoklatan, kayu bengkirai dapat kering dalam waktu mulai 12
hari hingga 1 bulan lamanya pada suhu normal untuk diolah
menjadi berbagai keperluan untuk hunian.
Terdiri dari berbagai macam tekstur seperti halus dan
sedikit kasar, kayu bengkirai juga memiliki tingkat kekerasan
yang tinggi. Selain itu, kayu bengkirai juga mempunyai bobot
yang sedikit lebih berat ketimbang kayu jati. Meskipun kayu
bengkirai memiliki potensi retak yang tinggi, namun kayu
bengkirai dapat diperbaiki dengan mudah. Sama dengan
memberikan dempul tembok, kamu cukup menutupinya dengan
dempul atau wood filler yang tidak akan mengurangi kekuatan
kayu bengkirai itu sendiri.
5. Kayu Kelapa

Kayu kelapa ini sangat baik untuk dijadikan alternative


bahan bangunan. Dalam aplikasi ini kayu kelapa ( glugu ) akan
lebih bagus jika digabung atau dipadukan oleh bahan bangunan
lainnya untuk membentuk struktur utama dan strktur pendukung.
6. Dan masih banyak lagi jenis jenis kayu beserta karakteristiknya
dalam bahan bangunan.
2.1.5. Pengolahan Kayu
1. Penggergajian
Dari sebatang kayu gelondongan, kayu harus dibelah dan dipotong
sehingga menjadi bentuk dan ukuran yang diinginkan mengikuti
desain furniture. Proses ini termasuk proses yang masih kasar.
2. Pengeringan (Kiln Dry)

Karena termasuk material yang 'hidup' kayu bisa berubah


bentuk (melengkung, retak atau pecah), bahan ini harus
dikeringkan dahulu. pengeringan kayu menggunakan mesin dan
ruangan khusus sehingga bisa dicapai kandungan air di dalam
kayu antara 8-12%. Hal ini dikenal dengan istilah MC (Moisture
Content).
3. Pengerjaan konstruksi.
Melingkupi pembentukan komponen, pengeboran untuk
konstruksi penyambungan kayu secara masinal atau manual.
Untuk mendapatkan hasil yang baik, minimum kayu harus melalui
proses mesin 60%.
4. Perakitan

Proses perakitan merupakan salah satu proses yang penting


karena mempengaruhi kualitas kekuatan barang jadi. Apabila
perakitan tidak berhasil, sambungan-sambungan akan mudah
terlepas dan furniture tidak akan bertahan lama.

5. Finishing

Sebagai proses paling akhir dan paling menentukan nilai


estetika sebuah furniture. Finishing berfungsi memberikan
tampilan yang baru dan lain daripada tampilan serat kayu atau
warna kayu yang sebenarnya.

Finishing menjadi salah satu proses yang paling sering


diulang. Beberapa alasan adalah karena pembeli ingin memiliki
warna yang lain daripada warna standard atau karena kondisi
finishing sudah mulai pudar akan tetapi kayu masih kuat dan
masih berfungsi dengan baik.
2.1.6. Kegunaan kayu
1. Fungsi Kayu Pada Bangunan Sebagai Bahan Material Bangunan.
Bagian pohon yang dapat dipakai atau berfungsi sebagai
bahan bangunan ialah bagian pangkal dan unsur tengah. Bagian
pangkal lazimnya tidak mempunyai cacat bawaan sehingga
lumayan baik untuk dipakai pada konstruksi bangunan. Bagian
tengah kadang-kadang mempunyai mata kayu, bilamana mata
kayunya ≤ 5 cm maka dapat dipakai untuk bahan bangunan.
Potongan batang pohon secara melintang beserta bagianbagian
kayunya.
a) Kulit Kayu
Kulit dapat melindungi unsur dlm kayu dari
kehancuran yg disebabkan oleh serangga, hama, iklim, dan
kebakaran. Sehingga kulit ini bisa memaksimalkan faedah
bagian kayu bahan bangunan supaya tetap kokoh dan kuat.

b) Kambium
Fungsi kambium dapat melingkari kayu, ke arah
luar menyusun kulit kayu yg baru dan menggantikan kulit
lama yg telah tua dan rusak, dan ke arah dlm menyusun
kayu yg baru. Sehingga kayu ini bakal terus dimodernisasi
untuk menambah kualitas dan kekuatan kayu yg adalah
bagian dari faedah bagian kayu bahan bangunan.
c) Kayu gubal

Kayu gubal ini letaknya disebelah kambium dan


kegunaannya sebagai distributor cairan dan sebagai lokasi
penimbunan zat-zat makanan pada kayu.
Penimbunan zat-zat makanan ini yg bakal terus
meluangkan makanan yg diperlukan oleh kayu pada masa
perkembangan dlm pohon. Kayu gubal ini memiliki tebal
selama 20 cm. Semakin besar ukuran kayu gubal, maka
semakin kuat pun kayu yg akan dipakai untuk bahan
bangunan.

d) Kayu Teras
Kayu teras ini yg akan menciptakan kayu menjadi
semakin keras dan menciptakan batang pada pohon
supaya tetap kokoh berdiri. Kayu teras ini ialah bagian
kayu yg telah menua, mengeras dan memadat, dan lebih
keras dan warnanya lebih tua bila dikomparasikan dengan
unsur kayu gubal. kayu teras merupakan faedah bagian
kayu bahan bangunan yg utama ialah konstruksi
bangunan.

e) Kayu Hati

Hati kayu ialah salah satu unsur yg ada dlm pusat


lingkaran tahun. Hati kayu ini seringkali digunakan guna
menilai jenis sebuah pohon. Penentuan jenis pohon ini
bisa mempermudah konsumen memilih kayu apa yg
diharapkan untuk penciptaan rumah. Hati kayu ini bisa
mempunyai sifat lunak atau rapuh pada jenis kayu
tertentu, tetapi ada pula yg sifatnya keras pada jenis kayu
tertentu. Sifat – sifat kayu hati:

a. Lunak dan rapuh

b. Berasal dari kayu awal

f) Jari-jari kayu

Jari-jari kayu ini berbentuk tegak lurus pada


batang dari kulit ke hati yg bermanfaat sebagai tempat
drainase makanan yg gampang untuk diproses di dlm
daun untuk menolong pertumbuhan pada pohon. Semakin
baik jari-jari pada pohon, maka semakin cepat pula kayu
dapat ber fungsi  sebagai bahan bangunan. Sifat – sifat
jari-jari kayu:
a. Mempunyai ukuran berbeda pada masing –
masing pohon.

b. Tumbuhnya kelintang datar dari arah hati


keluar

c. Untuk menyalurkan makanan dari kulit dalam


ke bagianbagian dalam dari pohon.

g) Golong atau lingkaran tahun

Lingkaran tahun dapat untuk memahami umur


sebuah pohon. Jika umur sebuah pohon telah tua, maka
faedah bagian kayu bahan bangunan pun akan bermanfaat
secara optimal dlm kekuatan maupun fasilitas dlm
pemakaianya.

2.1.7. Keuntungan Kayu

1. Berkekuatan tinggi dengan berat jenis rendah,

2. Tahan terhadap pengaruh kimia dan listrik,

3. Mudah didapatkan dan relative murah. Mudah didapatkan


khususnya di Indonesia dan harganya pun relative murah
dibandingkan dengan beton atau baja.

4. Pada kayu kering memiliki daya hantar panas dan listrik yang
rendah, sehingga   sangat baik untuk partisi,

5. Memiliki sisi keindahan yang khas, dan seni yang tinggi,

6. Berkekuatan tinggi dengan berat jenis rendah.

7. Tahan terhadap pengaruh kimia dan listrik,


8. Mudah didapatkan dan relative murah. Mudah didapatkan
khususnya di Indonesia dan harganya pun relative murah
dibandingkan dengan beton atau baja.

9. Pada kayu kering memiliki daya hantar panas dan listrik yang
rendah, sehingga   sangat baik untuk partisi,

10. Memiliki sisi keindahan yang khas, dan seni yang tinggi,

11. Mudah dikerjakan,

12. Tahan terhadap Gempa, karena struktur kayu tidak sekaku


struktur beton dan relative ringan dimana besarnya gaya gempa
yang bekerja pada suatu bangunan dipengaruhi oleh berat sendiri
bangunan tersebut,

13. Mudah diganti dalam jangka waktu yang singkat atau tidak
membutuhkan waktu yang lama bila dibandingkan dengan bahan
bangunan lain seperti beton atau baja apabila ada perbaikan.

14. Mampu menahan gaya tarik, tekan (desak) serta lentur.


2.1.8. Kerugian Kayu
1. Rentan terhadap bahaya kebakaran, dikarenakan sifat kayu yang
mudah terbakar. Berbeda dengan beton atau baja yang masih ada
toleransi temperature panas, sedangkan kayu tidak ada toleransi.
2. Mudah diserang rayap, serangga dan sejenis pengrusak kayu
yang   lainnya,
3. Pemuaian dan susut yang relative besar. Pemuaian serta susut yang
besar akan   terjadi pada kayu yang masih dalam keadaan basah
atau yang baru ditebang sehingga kayu yang baru ditebang harus
dikeringkan sampai kering mati barulah dugunakan untuk
menghindari pemuaian serta susut yang lebih besar.
4. Pembebanan untuk jangka panjang lendutannya sangat besar.
Balok kayu yang sudah lama dibebani akan mengakibatkan
lendutan yang besar seiring dengan bertambahnya umur
pemakaian kayu atau menurunnya kekutatan kayu.
5. Tidak bisa digunakan untuk bentang-bentang yang panjang.
Penggunaan kayu  pada struktur bentang panjang seperti kuda-
kuda yang panjang lendutan kayu yang dihasilkan sangat besar.
6. Kurang homogen dengan adanya cacat-cacat alami seperti arah
serat yang membentuk penampang, spiral, diagonal, mata kayu
dan sebagainya. Kurang homogen pada kayu akibat adanya cacat
alami seperti ini dapat menurunkan mutu kayu serta kekutannya
sehingga kurang tepat bila digunakan sebagai struktur utama.
7. Perlu adanya perawatan khusus. Seperti pengecatan agar
memperlambat lapuknya kayu dan yang perlu diperhatikan adalah
menjaga kayu dari serangan serangga baik ia kumbang, rayap serta
serangga-serangga lain yang dapat mengakibatkan menurunnya
kekuatan dari pada kayu terebut.
8. Beberapa jenis kayu kurang awet. Ada beberapa jenis kayu yang
kurang awet sehingga untuk penggunaannya pada struktur utama
kurang bagus, contohnya tiang pancang kayu karena sebagian
kayu apabila direndam terus didalam air dia akan semakin awet
dan tahan lama.
9. Kekuatannya sangat dipengaruhi oleh jenis kayu, mutu,
kelembaban dan pengaruh waktu pembebanan. Ini sudah jelas
bahwa kekuatan kayu sangat dipengaruhi oleh jenis dan mutu
seperti kayu jati, galam dan sebagainya.
10. Keterbatasan ukuran khususnya untuk memenuhi kebutuhan
struktur bangunan yang berskala besar dan tinggi. Dalam
perencanaan suatu struktur bangunan dari kayu, perencana harus
mengetahui ukuran-ukuran kayu yang umumnya dijual dipasaran
dan perencana tidak bisa membuat ukuran kayu untuk strukturnya
sesuka hati karena keterbatasan ukuran kayu yang ada dipasaran
kecuali harus mengolah sendiri ukurannya namun ini sangat jarang
sekali dilakukan.
11. Untuk beberapa jenis kayu tertentu harganya relative mahal dan
ketersediaan terbatas (langka). Seperti kayu Ulin misalnya yang
memiliki mutu tinggi dan harganya pun jauh lebih mahal serta
ketersediaannya terbatas.
2.2. Bambu

2.2.1. Cara Pemerolehan Bambu


Bambu adalah material ringan yang berongga. Banyak orang
mengira bahwa rongga tengah bambu merupakan kelemahan bagi
bambu, padahal hal ini tidak benar. Bambu memang berongga, dan
rongga tengah pada bambu sebenarnya merupakan ciri khas kekuatan
bambu dan berfungsi sebagai bracer. Bracer dapat memperkuat bambu
dan membuat elemen yang biasa digunakan sebagai struktur menjadi
lebih ringan dan tidak kaku. Bambu juga memiliki karakter elastis dan
tidak mudah pecah sehingga struktur bambu menjadi lebih dapat
diandalkan.
Bambu banyak tumbuh di daerah tropis, membentuk rumpun
kecil berkelompok. Pertumbuhan bambu relatif cepat dan berkembang
secara maksimal pada musim penghujan. Pada umur 4–6 bulan
pertumbuhan bambu sangat pesat, bisa mencapai 7 cm per hari. Proses
pengkayuan dicapai pada umur 2–5 tahun, bambu disebut tua atau
masak bila berumur 6 – 7 tahun (Narayuda, 1988).
Bambu di pedesaan digunakan sebagai tanaman pelindung,
perindang, dan juga sebagai bahan bangunan yang biasa digunakan untuk
menggantikan kayu atau bahan bangunan lain. Pada umumnya bagian
konstruksi bangunan yang dapat dibuat dari bambu, jauh lebih murah
biayanya dibandingkan dengan bahan bangunan lain untuk fungsi yang
sama (Morisco, 1999).
Secara botanis bambu digolongkan ke dalam famili Gramineae
(rumput) karena berbeda dengan kayu. Famili Gramineae dibagi
menjadi lima suku antara lain: Dendrocalaminae, Melocanninae,
Bambusinae, Arundinaiiae, dan Puellinae (Frick & Koesmartadi, 1999).
Sistem penyambungan bambu dengan tali, paku, pasak, dan mur baut
2.2.2. Bentuk fisik bambu
1. dimensi, tinggi bervariasi antara 10 – 30 m, diameter antara 1 – 30
cm.
2. perobekan, bambu mudah robek terutama pada daerah antarruas.
3. daya tahan, bagian pangkal bambu memiliki daya tahan lebih besar
daripada bagian tengah dan ujungnya.
4. kandungan air, bervariasi sesuai dengan umur tanaman dan musim,
pada musim penghujan kadar air lebih besar daripada musim
kemarau, bambu yang lebih tua kandungan airnya lebih sedikit
daripada yang lebih muda.
5. berat, Berat Jenis bambu berkisar antara 0,5 – 0,79
6. kekuatan, kuat tarik: 1.000 – 4.000 kg/m2, kuat tekan: 250 – 1.000
kg/m2, modulus kenyal: 100.000 – 300.000 kg/cm2.
2.2.3. Syarat bambu yang baik digunakan
1. Bambu harus tua, berwarna kuning jernih atau hijau tua dalam hal
terakhir berbintik putih pada pangkalnya, berserat padat dengan
permukaan yang mengkilap. Di tempat buku tidak boleh pecah.
2. Bambu yang direndam dalam air harus berwarna pucit tidak kuning,
hijau atau hitam dan berbau asam yan khas, sedangkan bila dibelah di
bagian dalam dari ruas tidak boleh terdapat rambut dalam yang
baisanya terdapat pada bambu yang belum direndam.
3. Bambu untuk pelupuh dan barang anyaman seperti bilih, gendak, dll
harus direndam dengan baik. Barang anyaman yang harus tahan lama
harus terbuat dari bambu dari jenis bambu terbaik dengan garis
tengah minimum 4 cm dan harus terbuat dari bagian kulit dari bambu.
2.2.4. Macam-macam bambu
1. Bambu batu / petung
Pertumbuhan dari bambu ini dapat mencapai diameter 20 cm dan
panjang 25 meter. Biasanya digunakan untuk tiang atau penyangga
bangunan, bahan industri pulp dan kertas, kayu lapis, bangunan,
mebel, anyaman, peralatan pertanian, dan peternakan.
2. Bambu hitam, pring wulung, peri laka
Pertumbuhan dari bambu ini dapat mencapai diameter 14 cm dan
panjang 20 meter. Biasanya digunakan untuk bahan pembuatan
instrumen musik seperti angklung, calung, gambang, dan celempung.
Jenis ini juga berfungsi untuk bahan industri kerajinan tangan dan
pembuatan mebel karena tahan terhadap hama.
3. Bambu apus, pring apus, peri
Diameter dari bambu jenis ini adalah 4-10 cm. Biasanya ini
digunakan sebagai tanaman pagar penghias. Batangnya juga dapat
digunakan sebagai alat pembuatan pegangan payung, peralatan
memancing, kerajinan tangan seperti rak buku, industri pulp, kertas,
dan penghalau angin kencang (wind break)
2.2.5. Pengolahan bambu
1. Penebangan bambu
merusak bambu sebaiknya dilakukan pada musim kemarau atau
awal musim hujan, karena pada musim hujan banyak tuna yang
tumbuh sehingga akan merusak tuna. Bambu yang ditebang adalah
bambu yang sudah tua minimal berumur satu tahun.
Penebangan dilakukan dengan hati-hati agar bambu tidak pecah
dan tidak merusak tuna. Penebangan dilakukan dengan alat parang,
kapak atau gergaji potong. Bambu yang akan ditebang dikerati
terlebih dahulu terlebih dahulu kurang lebih 25 cm dari muka tanah.
Setelah itu bambu ditebang sedikit demi sedikit dan bermanfaat
untuk menghindari bambu pecah. Kemudian cabang-cabangnya
ditebang.
2. Pengawetan bambu
Pengawetan bambu bertujuan agar bambu bisa tahan lama dan
tidak mudah diserang bubuk (insekta). Untuk mencapai tujuan
tersebut maka getah yang terdapat dalam bambu harus dikeluarkan
sehingga bambu awet, memiliki daya lenting tinggi, tidak mudah
patah dan mudah dianyam. Untuk mencegah bambu lapuk karena
pengaruh cuaca dan serangan hama, bambu dilapisi dengan cat,
kapur, ter atau vernis. Pengawetan bambu pada dasarnya dilakukan
dengan dua cara, yaitu :
a. Dengan mengeluarkan getah yang terdapat dalam bambu dan
memasukkan zat-zat yang tidak disukai serangga. Cara yang
paling sederhana yang biasa dilakukan oleh masyarakat adalah
dengan jalan merendam bambu dalam air kurang lebih selama 2
bulan. Setelah bambu direndam kemudian dikeringkan di tempat
yang terhindar dari panas matahari. Selain merendam dengan cara
di atas, dapat dilakukan juga dengan merendam bambu pada
larutan 5% asam boraks yang dimasukkan ke dalam air yang
digunakan untuk merendam bambu.
b. Dengan melapisi bambu dengan cat, vernis, kapur dan ter.
2.2.6. Kegunaan bambu
1. Bambu banyak dipergunakan sebagai bagian konstruksi teknik sipil
seperti sekat, dinding (gédhèk), penutup lantai, tiang, balok, rangka
atap, reng, usuk, langit-langit, pondasi, pipa pengairan, jembatan
sederhana dan tiang pancang untuk perbaikan tanah.
2. Gédhèk atau anyaman bambu dibuat dari kulit bambu, sering dipakai
pada bangunan pemukiman sebagai dinding, sekat, pintu, penutup
lantai, dan langit-langit. Dinding dari anyaman bambu ini umumnya
sering digunakan pada bangunan rumah sederhana.
3. Sasak dibuat dari anyaman pelupuh. Pelupuh adalah bambu yang
dibelah, sekatnya dibuang, dirancah lalu dipukul-pukul. Pelupuh ini
merupakan bahan yang cukup baik untuk digunakan sebagai papan
dinding atau lantai. Kelaka merupakan rangkaian bambu yang
dibelah dua dan dihilangkan sekat-sekatnya lalu ditumpukkan, kelaka
dapat dipakai sebagai penutup atap.
4. Untuk dinding rumah. Bambu yang digunakan untuk dinding
biasanya dibelah dan dibuat anyaman. Jenis bambu yang cocok untuk
anyaman adalah bambu ater, bambu petung, bambu tutul, bambu
talang dan bambu plymorpha.
5. Untuk rangka bangunan. Biasanya bambu digunakan untuk membuat
kuda-kuda, reng dan usuk (kasau). Sambungannya menggunakan
sambungan pen bambu, tali ijuk atau kombinasi keduanya. Jenis
bambu yang cocok untuk konstruksi ini adalah bambu petung, bambu
duri, bambu duri ori, bambu gombong, bambu sembilang dan bambu
polymorpha.
6. Untuk tiang. Bambu digunakan untuk tiang-tiang yang berfungsi
untuk menempelkan dinding dari anyaman bambu, untuk tiang-tiang
panggung penyangga kuda-kuda. Jenis ambungan yang digunakan
adalah sambungan lubang dan pen bambu dikombinasikan dengan
tali ijuk. Jenis bambu yang cocok adalah bambu petung, bambu duri,
bambu duri ori, bambu gombong, bambu sembilang, bambu balcoa
dan bambu polymorpha.
7. Untuk lantai. Biasanya bambu dibuat anyaman atau bambu hanya di
saja kemudian dirapikan/ditata lantai sedemikian rupa dapat bekerja
sebagai. Jenis bambu yang cocok untuk konstruksi ini adalah bambu
petung, bambu ater, bambu talang, bambu gombong, bambu
sembilang dan bambu balcoa.
8. Untuk langit-langit. Jenis anyamannya sama dengan jenis anyaman
dinding. Jenis bambu yang cocok untuk konstruksi ini adalah bambu
petung, bambu talang, bambu gombong.
2.2.7. Keuntungan bambu
1. Menurut penelitian, bambu lebih kuat dari beton dalam struktur
2. Memiliki sifat fisis dan mekanik yang baik
3. Mudah dibelah, dipotong, dan dibentuk
4. Seratnya elastis, optimal menahan beban tarik, tekan, geser, dan
tekuk
5. Rupanya artistik
6. Relatif murah
7. Tidak bersifat polutif
8. Ramah lingkungan karena memiliki siklus hidup kurang dari 6 tahun
9. Mampu mencegah longsor, erosi, serta banjir
10. Ringan
2.2.8. Kerugian bambu
1. Rentan lapuk, reyot, tidak tahan air hujan dan api
2. Rawan terkena hama jamur, lumut, rayap, bubuk, dan sejenisnya
3. Umurnya relatif pendek
4. Dalam pengerjaannya ada beberapa hal sulit, seperti teknik
penyambungan antar bambu, atau penymbungan dengan material lain
2.3. Batang Kelapa
2.3.1. Kegunaan batang kelapa

Batang kelapa atau kayu glugu kegunaannya untuk rangka atap,


terlebih lagi batang kayu glugu tidak memerlukan perawatan khusus,
tidak seperti kayu lainnya. Kayu glugu juga dapat digunakan sebagai
kusen dan daun pintu atau jendela. Kayu gelugu digunakan sebagai
lantai, namun seperti kurang familiar, tetapi kayu glugu diolah terlebih
dahulu supaya memiliki warna dan siap digunakan untuk flooring.
Batang kelapa digunakan sebagai penutup dinding hal itu dikarenakan
kayu glugu motifnya lebih menarik sehingga menambah estetika
ruangan. Kayu glugu yang gelondongan banyak dimanfaatkan untuk
tiang atau gazebo.
2.3.2. Keuntungan batang kelapa
1. Motifnya lebih menarik
2. Bisa menambah estetika ruangan
3. Tidak memerlukan perawatan khusus
4. Relatif murah
5. Berada dikelas yang kuat sama seperti kayu lain
2.3.3. Kerugian batang kelapa
1. Batangnya susah didapatkan karena menunggu tanaman berusia 60
tahun
2. Harus melaui banyak proses untuk dijadikan bahan konstruksi
3. Ketersediaan sangat langka
2.3.4. Cara pemerolehan batang kelapa
Setelah pohon kelapa ditebang, selanjutnya dipotong menurut
panjang yang telah ditentukan. Biasanya sekitar 3 m sampai 4 m.
Kulit bagian luar dikupas dan selanjutnya sudah bisa digergaji
sesuai kebutuhan ukuran yang umum dipasaran. Adapun bentuk
ukuran umum dalam pemakaiannya terbatas penggunaannyasebagai
balok kap, balok tiang, gording, rangka dinding, rang, usuk.
Penggergajian bentuk papan kurang umum, hal ini karena kayu kelapa
mempunyai serat yang lebih besar. Setelah diperoleh hasil
penggergajian, kayu-kayu dikelompokkan pada masing-masing
ukuran. Setelah itu kemudian segera dilakukan pengeringan.
Pengeringan dilakukan dengan cara menyusun kayu-kayu itu
menurut suatu sistim penyusunan tertentu.
Kayu dalam keadaan baru ditebang, mengandung kadar air cukup
tinggi, sedangkan dalam penggunaannya harus selalu dalam keadaan
kering. Maka dari itu kayu yang baru ditebang hendaklah diadakan
pengeringan lebih dulu. Pengeringan disini dapat dilakukan secara alam
dengan memanfaatkan sinar matahari. Menurut Siswoyo.R.D[6], tujuan
pengeringan kayu ini adalah :
- Untuk menambah kekuatan kayu, hal ini karena bila
kayu dalam kondisi kadarair rendah, maka kayu akan
lebih kuat.-Untuk menjaga kestabilan ukuran, seperti
diketahui kayu yang masih basah akan mengalami
perubahan volume maupun ukuran apabila sudah
kering.-Untuk mencegah serangan cendawan dan
bubuk, ini terjadi karena kayu yang masih basah
yaitu yang kadar airnya masih diatas 20 %,
umumnya jasad renik yang menyebabkan
pembusukan dan perubahan warna pada kayu
akan bertahan hidup. Dan sebaliknya, bila kadar air
rendah dibawah 20 % jasad renik tersebut kurang dapat
bertahan dengan baik. Dengan demikian kayu tidak
akan terserang hewan perusak tersebut.

2.3.5. Pengelolahan batang kelapa

Pohon kelapa yang dapat dijadikan bahan kayu glugu adalah


pohon kelapa yang sudah berusia minmal 60 tahun , terutama yang tidak
produktif. Pohon kelapa diolah untuk menjadi glugu dengan 2 cara,yaitu
pengolahan secara alami dan pengolahan secara pemadatan/densifikasi.
Pengeringan kayu glugu dilakukan dengan dua acara yaitu pengeringan
konvensional dengan diangin anginkan dan pengeringan dengan
pengovenan pada suhu ruang.
Banyak bahan yang dapat digunakan untuk mengawetkan kayu
glugu,beberapa diantaranya:
1. Dengan menggunaka ‘potas’ dengan disuntikkan pada batang
kayu kelapa, cara ini biasanya digunakan oleh masyarakat
cilacap
2. Dengan menggunakan letrek yang disuntikkan pada batang
kelapa
3. Dengan menggunakan cairan resin,pengawetan ini dilakukan
pada kayu glugu sawit
4. Dengan menggunakan bahan kimia Tanalith, celucure dan solar
2.3.6. Jenis jenis finishing batang kelapa
1. Politur
Pada prinsipnya yaitu menghaluskan permukaan kayu glugu,
memberi warna, menutupi pori-pori, menghaluskan permukaan lagi
kemudian melapisi dengan plitur

2. Melamin
Lebih sederhana dibandingkan dengan pekerjaan politur. Hasil
optimal finishing tergantung pada kemampuan dan pengalaman tukang
finishing
2.3.7. Bentuk fisik batang kelapa
Seperti jenis-jenis kayu pada umumnya, sifat higroskopis dan
perubahan dimensi akibat penyerapan dan pelepasan uap air pada kayu
kelapa juga merupakan salah satu kelemahan pada jenis bahan ini. Tidak
hanya itu, perubahan kadar air juga dapat mempengaruhi sifat mekanis,
karena secara umum, peningkatan kadar air akan menurunkan kekuatan
dan kekakuan kayu (Suhasman et al., 2009). Penelitian Harsono (2011)
menunjukkan bahwa kayu kelapa bagian ujung masuk klasifikasi kelas
kuat IV-V yang berarti jauh lebih rendah daripada kayu kelapa bagian
pangkal yaitu masuk klasifikasi kelas kuat II-III. Hal tersebut
dikarenakan terdapatnya susunan sel bagian pangkal yang rapat dan tebal
pada bagian pangkal dibandingkan dengan bagian ujung. Dengan
karakteristik demikian maka diperlukan upaya dalam meningkatan
kualitas kayu kelapa bagian ujung agar pemanfaatannya sebagai bahan
substitusi kayu dari hutan alam dapat dioptimalkan. Salah satu usaha
yang dilakukan untuk meningkatkan kekuatan dan keawetan kayu
tersebut adalah dengan pemadatan kayu pada arah tegak lurus serat
(densifying by compression). Pemadatan kayu adalah salah satu usaha
untuk meningkatkan kekuatan dan keawetan kayu berkerapatan rendah
dengan cara mengempa papan kayu menjadi lebih padat. Pada kondisi
lebih padat daripada sebelumnya maka kekuatan kayu meningkat
(Sulistyono, 2003). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sifat fisis dan
mekanis pemadatan kayu kelapa bagian ujung berdasarkan konsentrasi
rendaman dengan ekstrak kulit akasia den persentase pemadatan.
Bagian batang kelapa bawah luar memberikan performa yang lebih
baik (unggul) dibandingkan dengan bagian batang kelapa lainnya. Lebih
lanjut, nilai dari hampir semua jenis pengujian, yang meliputi: berat
jenis, kadar air, kuat tekan sejajar serat, kuat tekan tegak lurus serat,
kekerasan, kuat geser sejajar serat, kuat tarik sejajar serat, penyusutan
volumetris dan kuat lentur kayu kelapa, cenderung memberikan trend
yang sama. Sifat mekanis kayu konvensional berlaku juga pada kayu
kelapa.
2.3.8. Macam-macam batang kelapa
1. Kelapa Hibrida merupakan hasil persilangan antara kelapa dalam
dengan kelapa genjah, dilakukan untuk mendapatkan varietas
unggul.
Syarat Pertumbuhan:
a. Tanah yang ideal untuk penanaman kelapa adalah
tanah berpasir , berabu gunung, dan tanah berliat.
dengan pH tanah 5,2 hingga 8 dan mempunyai
struktur remah sehingga perakaran dapat
berkembang dengan baik.
b. Sinar matahari banyak minimal 120 jam perbulan,
jika kurang dari itu produksi buah akan rendah.
c. Suhu yang paling cocok adalah 27ºC dengan
variasi rata-rata 5-7 º C, suhu kurang dari 20º C
tanaman kurang produktif.
d. Curah hujan yang baik 1300-2300 mm/th.
Kekeringan panjang menyebabkan produksi
berkurang 50% , sedangkan kelembapan tinggi
menyebabkan serangan penyakit jamur.
e. Angin yang terlalu kencang terkadang merugikan
tanaman yang terlalu tinggi terutama varietas
dalam.
2. Batang Kelapa sawit merupakan biomasa kebun yang dihasilkan
dari kegiatan penanaman kembali atau peremajaan (replanting)
setelah tanaman kelapa sawit mencapai umur ekonomis di
kisaran 20-25 tahun.
2.4. Rotan

Batang rotan biasanya langsing dengan diameter 2–5 cm, beruas-ruas


panjang, tidak berongga, dan banyak yang dilindungi oleh duri-duri panjang,
keras, dan tajam. Duri ini berfungsi sebagai alat pertahanan diri dari herbivora,
sekaligus membantu pemanjatan, karena rotan tidak dilengkapi dengan sulur.
Suatu batang rotan dapat mencapai panjang ratusan meter. Batang rotan
mengeluarkan air jika ditebas dan dapat digunakan sebagai cara bertahan hidup
di alam bebas.

Rotan biasanya berwarna cokelat kuning. Sebagian besar rotan berasal


dari hutan di Indonesia, seperti Sumatra, Jawa, Borneo, Sulawesi, dan Nusa
Tenggara. Indonesia memasok 70% kebutuhan rotan dunia. Sisa pasar diisi dari
Malaysia, Filipina, Sri Lanka, dan Bangladesh. Rotan cepat tumbuh dan relatif
mudah dipanen serta ditransprotasi. Ini dianggap membantu menjaga kelestarian
hutan, karena orang lebih suka memanen rotan daripada kayu.

2.4.1. Macam - Macam Rotan


1. Rotan Jernang Besar (Daemonorops Draco Blume)
a. Nama Daerah : Jernang Besar, Jernang, Beruang (Sumatera
Selatan), Getik Badag (Jawa Barat), Getik Warak (Jawa Tengah).
b. Penyebaran : Semenanjung Malaya, Sumatera, dataran rendah
pada 300 mdpl. – Batang : Membentuk rumpun, diameter 12 mm,
panjang ruas 18 – 35 cm, warna coklat dan mengkilat, hati
berwarna putih.
c. Daun : Majemuk menyirip, anak daun berbentuk lanset seperti
pita, bagian atas anak daun dan tulang daun tumbuh duri halus,
duduk daun berhadapan-hadapan.
d. Bunga : Malai tersusun dalam tandan, kuncup diselubungi
selundang yang berduri.
e. Buah : Bulat, coklat merah, berbiji tunggal.
f. Manfaat : Batang untuk bahan baku furniture, getah buah untuk
pewarna dan farmasi (rotan jernang).
2. Rotan Dahanan (Korthalsia flagellaris Miq)

a. Nama Daerah : Rotan Dahanan (Sumatera, Kalimantan).


b. Penyebaran : Semenanjung Malaya, Sumatera, Kalimantan. Pada
rawa-rawa 50 mdpl.
c. Batang : Rumpun sampai dengan 20 batang, diameter 15 – 30 mm,
panjang ruas 20 – 50 cm, warna coklat sebam dan kasar, keras
agak sukar dibelah, panjang batang sampai dengan 50 meter.
d. Daun : Majemuk menyirip, anak daun bundar telur lanset
sungsang, ujungnya bergerigi, bagian bawah anak dan tulang daun
tumbuh duri halus, duduk daun berhadap-hadapan, warna coklat
mengucapkan.
e. Bunga : Malai tersusun dalam tandan, kuncup diselubungi
selundang berduri – Buah : Bulat, coklat kemerahan, berbiji
tunggal.
f. Manfaat : Batang sebagai bahan baku furniture.
2.4.2. Pengolahan Rotan
1. Pengolahan Semi Mekanis
Cara pengolahan ini digunakan untuk menghasilkan rotan bulat
yang telah digoreng dan diasapi. Penggorengan rotan dilakukan
dengan minyak tanah, minyak solar, minyak goreng atau campuran
minyak-minyak tersebut. Pengasapan rotan dilakukan dengan
mengalirkan asap belerang ke dalam ruang tumpukan rotan.
2. Pengolahan Rotan Setengah Jadi (Produk Komponen)
Didalam proses ini dihasilkan bermacam-macam komponen rotan
berupa bulat maupun rotan belahan dengan berbagai bentuk dan
ukuran. Komponen hasil olahan umunya digunakan untuk membuat
produk-produk aneka mebel dan kerajinan rotan. Pada komponen
yang dihasilkan juga sudah dilakukan pengupasan (pembulatan),
pelurusan, penyambungan, pelobangan, pembelahan (pengiratan), dan
penenunan. Produk setengah jadi yang dihasilkan dapat berupa: rotan
bulat tidak dikupas, rotan bulat sudah dikupas, rotan bulat dengan
sambungan atau lobang, rotan belahan besar, rotan iratan, dan rotan
anyaman (tenunan).
3. Pengolahan Rotan Jadi (Mebel Rotan)
Secara umum sebagian besar proses yang dilakukan sama dengan
proses pengolahan rotan setengah jadi. Bedanya pada proses ini
diteruskan dengan proses perangkaian (assembling), finishing
(dipolitur atau dicat), dan penambahan (pemasangan) kelengakapan
lain, misalnya pemasangan jok kursi, penambahan kaca meja dan
sebagainya.
2.4.3. Kegunaan Rotan

Pengaplikasian material rotan juga berkembang dalam dunia


Desain Interior seperti contohnya pada penerapan dalam furniture dan
accessories. Penggunaan material subsitusi seperti rotan sintetis kini
juga banyak digunakan guna peningkatan permintaan dan
keanekaragaman produk. Dengan berkembangnya pengaplikasian
material rotan yang merupakan salah satu sumber hayati Indonesia
dalam dunia desain interior. Mayoritas rotan digunakan untuk desain
interior ruangan juga sebagai bahan perabotan.

2.4.4. Keuntungan Rotan


1. Tingkat keawetannya sangat tinggi.
2. Bersifat elastis jika digunakan sebagai bahan pengikat.
3. Lunak
4. Ekonomis
5. Perawatannya mudah
2.4.5. Kerugian Rotan
1. Rentan dirusak hewan rayap.
2. Mudah terbakar.
3. Prosesnya sangat panjang dan lama.
BAB III
KESIMPULAN

1. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat kita simpulkan bahwa bahan hasil hutan
(kayu, bambu, batang kelapa, dan rotan) memiliki bermacam-macam jenis dan
kegunaannya di dalam kontruksi bangunan, oleh karena itu banyak yang
mengunakan bahwa bahan hasil hutan (kayu, bambu, batang kelapa, rotan)
karena banyak keunggulanya diantaranya:
A. Kayu
 Tahan terhadap pengaruh kimia dan listrik,
 Mudah didapatkan dan relative murah
 Tahan terhadap gempa
 Mampu menahan gaya tarik, dan tekan (desak) serta lentur
B. Bambu
 Relatif murah
 Mampu mencegah longsor, erosi, serta banjir
 Mudah dibelah, dipotong, dan dibentuk
 Seratnya elastis, optimal menahan beban tarik, tekan, geser, dan
tekuk
C. Batang Kelapa
 Tidak memerlukan perawatan khusus
 Relatif murah
D. Rotan
 Tingkat keawetannya sangat tinggi.
 Bersifat elastis jika digunakan sebagai bahan pengikat.
 Lunak
 Perawatannya mudah
2. Saran
Kemajuan di zaman ini semakin banyak penemuan baru dan teknologi
rekayasa yang berkembang di zaman ini mempengaruhi perkembangan manusia
untuk perkembangan kearah yang lebih baik dan menuntut setiap bangsa untuk
berusaha maju. Begitu pula pada perkembangan bahan hasil hutan (kayu,
bambu, batang kelapa, rotan), dimana penggunaannya mempengaruhi pada
konstruksi bangunan disetiap pelosok. Oleh sebab itu, gunakanlah bahan hasil
hutan (kayu, bambu, batang kelapa, rotan) untuk konstruksi bangunan yang
sesuai dengan kegunaan bahan hasil hutan (kayu, bambu, batang kelapa, rotan).
DAFTAR PUSTAKA

https://www.dekoruma.com/artikel/78620/apa-itu-kayu-bengkirai

https://lektur.id/arti-kayu-gelondongan/

https://pediailmu.com/kehutanan/sifat-sifat-kayu/

https://www.dekoruma.com/artikel/97833/mengenal-kayu-merbau

https://www.suara.com/lifestyle/2019/09/01/160000/mengenal-kayu-kamper-si-material-
anti-rayap?page=all

https://media.neliti.com/media/publications/269247-kayu-kelapa-glugu-sebagai-alternatif-
bah-719594b6.pdf

https://www.tentangkayu.com/2007/12/proses-dasar-dari-logs-menjadi.html

https://contohposter.com/terbaru/poster-sumber-daya-alam/sd-kelas-4-tema-4-berbagai-
pekerjaan-sub-tema-3

http://dizeen.id/fungsi-kayu-pada-bangunan

https://www.sarjanasipil.my.id/2017/04/keuntungan-dan-kerugian-kayu-untuk.html

https://courtina.id/furniture-kayu/

https://www.99.co/blog/indonesia/jenis-material-kayu-untuk-bangunan/

file:///C:/Users/owner/Downloads/pkki-peraturan-konstruksi-kayu-indonesia-
1961pdf_compress.pdf

https://www.sarjanasipil.my.id/2017/04/keuntungan-dan-kerugian-kayu-untuk.html

https://karyatulisilmiah.com/bambu/

https://www.arsitag.com/article/bambu-sebagai-bahan-bangunan

http://architectaria.com/mengolah-material-bambu-sebelum-digunakan.html

https://bamboeindonesia.wordpress.com/bambu-sebagai-bahan-
bangunan/makalah/politeknik-negeri-jakarta-2/
https://media.neliti.com/media/publications/269247-kayu-kelapa-glugu-sebagai-
alternatif-bah-719594b6.pdf

https://gapki.id/news/14939/gapki-klhk-batang-sawit-yang-kaya-fungsi-manfaat-
namun-belum-optimal

http://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/palma/article/view/7139/6338

https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/100402

https://ejournal.undip.ac.id/index.php/modul/article/view/6550

https://www.panehutan.com/2020/10/3-cara-pengolahan-rotan-produk-hhnk.html?m= 1

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Rotan

https://asyraafahmadi.com/en/knowledge/material-knowledge/alami/non-
tambang/rotan/mengenal-berbagai-jenis-rotan-indonesia/

Anda mungkin juga menyukai