Anda di halaman 1dari 10

BAB I.

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP BAHAN BANGUNAN

1.1. Pengantar Materi Pembelajaran


Materi pembelajaran untuk “Pengertian dan Ruang Lingkup Bahan Bangunan”
akan menyampaikan definisi ilmu bahan bangunan sebagai “pondasi” dari ilmu
bahan bangunan. Dengan mengetahui ruang lingkup bahan bangunan serta sifat-
sifat dasar bahan bangunan telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam
tahapan prarencana, rencana dan pelaksanaan.
Sesuai dengan perkembangan dunia jasa konstruksi saat ini berbagai macam jenis
bahan konstruksi memberikan konstribusi yang besar terhadap berbagai tipe model
bangunan yang akan bangun dan difungsikan sesuai kebutuhan.

1.2. Kompentensi Materi Pembelajaran Yang Akan Dicapai

Kompetensi materi pembelajaran yang akan di capai (BAB I. PENGERTIAN DAN


RUANG LINGKUP BAHAN BANGUNAN) adalah agar mahasiswa Politeknik
Program Studi Teknik Konstruksi Bangunan Gedung:

 Mampu menjawab definisi tentang bahan bangunan gedung.


 Mampu menguraikan ruang lingkup bahan bangunan gedung
 Mampu mengetahui dasar peraturan dan standar yang dipakai bahan bangunan
 Mampu mengetahui sifat-sifat dasar bahan bangunan

1.3. Materi Pembelajaran


1.3.1. Pengertian Ilmu Bahan Bangunan Gedung
Bahan bangunan sebagai salah satu unsur utama di dalam industri
konstruksi semakin penting peranannya dengan meningkatnya
pembangunan perumahan, gedung-gedung dan pekerjaan konstruksi
lainnya yang dilakukan baik oleh pemerintah maupun swasta menurut
Peraturan Umum Bahan Indonesia (Departemen Pekerjaan Umum, 1982)
Penggunaan bahan bangunan sudah direncanakan dari tahapan
perencanaan. Dalam memilih bahan bangunan perencana akan selalu
selektif mempertimbangkan segala aspek perencanaan diantaranya; lokasi
bangunan, fungsi bangunan, struktur bangunan, estetika bangunan dan
lainnya yang dapat mempengaruhi perencanaan dan pelaksanaan.
Dengan demikian Ilmu bahan bangunan adalah ilmu yang mempelajari
tentang jenis material bangunan yang digunakan pada tahap
perencanaan, tahap prarencana dan tahap pelaksanaan sebagai unsur
utama dan unsur pendukung untuk bangunan, baik itu untuk gedung
pemerintah ataupun bangunan swasta sesuai dengan standard dan
peraturan-peraturan yang telah berlaku.
Menurut Undang-undang bangunan gedung merupakan wujud fisik hasil
pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya,
sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau
air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik
untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha,
kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus (UU RI No.28, 2002)

1.3.2. Ruang Lingkup Ilmu Bahan Bangunan


Mempelajari bahan bangunan gedung pada semester I di Politeknik
Pekerjaaan Umum untuk Program Studi Teknik Konstruksi Bangunan
Gedung terdiri dari:
o Sifat-Sifat Dasar Bahan Bangunan
o Bahan Batuan
o Bahan Agregat Kasar Dan Agregat Halus
o Bahan Pengikat Hidrolis, Semen, Kapur Pozolan & Gips
o Bahan Air Dan Admixture
o Bahan Aspal
o Bahan Batu Bata, Batako Dan Bata Ringan
o Bahan Logam Besi/Baja Struktur
o Bahan Polimer (Cat, Resin, Karet)
o Bahan Aluminium Dan Kaca
o Bahan Keramik, Granit, Marmer
o Bahan Kayu Dan Bambu
o Bahan Penutup Atap
o Bahan Geotextil Dan Bahan Serat

1.3.3. Sumber Standar Yang Dipakai Untuk Bahan Bangunan


Peraturan yang dipakai untuk standard bahan bangunan adalah dari hasil
penelitian yang dilakukan dan perjanjian yang telah disepakati dan diakui
dari berbagai badan/lembaga yang kompeten.
Berikut beberapa badan atau lembaga yang diakui dan kompeten membuat
standar diantaranya:
 Pemerintah
 Organisasi Profesional
 Serikat dagang yang mengeluarkan produk
 Perusahaan-perusahaan independen

a. Indonesia
Peraturan bahan bangunan yang biasa digunakan didalam negeri
antara lain:
1. Standar Nasional Indonesia (SNI) yang mengatur tentang
Spesifikasi Bahan, Metoda dan Tata Cara Pelaksanaan yang
dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Indonesia (BSN).
2. PUBI : Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia
1982.(Departemen Pekerjaan Umum, 1982)
3. PBI 1971 (Peraturan Beton Bertulang Indonesia)
PBI adalah peraturan beton yang pertama di Indonesia, yang diambil
dari beberapa literatur dan berbagai peraturan-peraturan beton yang
ada negara Inggris,Francis, Belanda dan Amerika Serikat.
Peraturan PBI disesuaikan dengan kondisi yang ada di Indonesia.
Isinya perturan terdiri dari penjelasan umum, bahan-bahan,
pelaksanaan, detail-detal konstruksi, dasar-dasar perhitungan dan
syarat syarat umum konstruksi, perhitungan kekuatan, statika dan
perhitungan kekuatan pada konstruksi tertentu serta berisi syarat-
syarat khusus beton.

b. Luar Negeri
Sementara itu ada juga peraturan-peraturan dari luar negeri yang
digunakan masyarkat Indonesia antara lain :
1. ASTM (American Society for Testing and Materials)
2. BS (Brithis Standard) – Inggris
3. JIS (Japan Industrial Standard) - Jepang
4. ACI ( American Concrete Institute) - Amerika
5. NZS (New Zealand Standard) – New Zealand
6. CEB (Comite European du Beton) Peraturan Beton Eropa

1.3.4. Sifat-Sifat Dasar Bahan Bangunan

Bahan bangunan pada dasarnya mempunyai sifat yang stabil. Karena


bahan digunakan untuk kebutuhan konstruksi, menimbulkan sifat-sifat
tertentu yaitu:
1. Sifat Fisik
Sifat fisik bahan terkait dengan bahan itu sendiri seperti berat jenis
bahan, kadar air, porositas dan lainnya.
2. Sifat Mekanis
Sifat mekanis pada bahan dapat di bedakan atas beberapa bagian
berdasarkan pemberian gaya yang diberikan terhadap bahan tersebut
yaitu:
a. Tegangan
Yaitu: nilai perbandingan gaya yang bekerja pada suatu bahan
dengan luas penampang bahan tersebut (gaya persatuan luas).
σ = P/A

Gambar 1 Batang prismatis yang menagalami (a) diagram benda bebas dari
segemen batang, (b) segmen batang sebelum dibebani, (c) segemen batang
setelah dibebani dan (d) tegangan normal pada batang.
(James M Gere & Stephen P Timshenko, 1972)

Keterangan:
σ (sigma) = Tegangan (Pa (Pascal) atau N (Newton)/m2)
P = Gaya (N)
A = Luas Penampang (m2)

Tegangan dapat dibedakan atas dibedakan atas :


 Tegangan tarik
Bahan yang diuji dengan tegangan tarik diantaranya baja atau
besi beton.

Gambar 2 Benda uji tarik tipikal dengan extensometer yang


terpasang padanya; benda uji baru saja terputus karena tarik
(James M Gere & Stephen P Timshenko, 1972)

 Tegangan tekan
Bahan yang diuji dengan tegangan tekan diantaranya beton.

Gambar 3 Benda uji batuan yang diuji tekan


(James M Gere & Stephen P Timshenko, 1972)

 Tegangan geser
Bahan uji yang diuji dengan tegangan geser diantaranya rantai,
sambungan kayu.

Gambar 4 Sambungan dengan baut di mana bautnya dibebani geser ganda


(James M Gere & Stephen P Timshenko, 1972)
Gambar 5 Contoh Kegagalan baut secara geser tunggal
(James M Gere & Stephen P Timshenko, 1972)

b. Regangan
Yaitu: Perpanjangan bahan persatuan panjang
𝛿
Regangan (ε) = 𝐿

Ket:
𝜹 = L – Lt = Panjang bahan setelah di tarik atau ditekan
𝑳 = Ukurun panjang/tinggi bahan
ε = Regangan

c. Deformasi
Yaitu Bahan apabila diberikan beban akan mengalami perubahan
bentuk.
Secara garis besarnya perubahan bentuk (deformasi) akibat reaksi
beban ada beberapa macam yaitu:
 Deformasi elastis :
Deformasi dimana bahan yang diberikan beban akan berubah seusai
dengan besaran beban yang diberikan dan akan kembali kondisi awal
setelah beban di hilangkan.
Contoh: Pegas
 Deformasi Plastis
Deformasi yang ditimbulkan oleh pembebanan terhadap bahan dan
apabila beban yang diberikan dihilangkan tetap pada kondisi saat
pembebanan.
 Deformasi Viscous/Patah
Defirmasi viscous/patahan merupakan lanjutan dari derformasi plastis
yang dan apabila diberikan beban secara terus menerus
mengakibatkan patahan/putus atau hancur.

2. Sifat Thermal
Setiap jenis bahan secara umum mempunyai pengaruh terhadap perubahan
suhu. Perubahan suhu dapat menimbulkan bahan menjadi meleleh,
memuai dan memiliki besaran hantaran panas.

Tabel 1 Daftar daya hantar panas beberapa material


Kelompok Jenis Bahan Titik Leleh (⁰F) Hantaran Keof. Muai
(32 °F − 32) × 5/9 = 0 °C Panas (Kal) Termal
Logam Baja Carbon 2700 – 28000 300 – 500 0,5
Baja Stanless 2700 – 28000 100 – 150 7
Almunium 1100 – 12000 500 – 1500 9
Paduan Tembaga 1800 - 2000 500 - 2500 12.5
Keramik Bata Merah 2000 – 500 3–6
Beton 3000 5 – 10
Plat Kaca 1500 5–6
Bahan Kayu 400 1–2 10 – 30
Melekul
Polymer Plastik Vinyl 200 – 300 0,5 – 1 50

3. Sifat Listrik
Sifat listrik suatu bahan tergantung pergerakan elektron bebas yang
mengalir. Pergerakannya tergantung bahan yang dipakai seperti logam
mempunyai hantar listrik tinggi dibanding dengan kayu kering, karena logam
memiliki tahanan listrik rendah dibanding kayu. Ketergantungan besar kecil
sifat listrik pada bahan sangat dipegaruhi oleh jenis bahan dan kelompok
bahan seperti kelompok logam, kelompok kayu kelompok keramiik dan
lainnya.

4. Sifat Kimia
Pada sifat kimia yang terdapat pada bahan, dipengaruhi oleh sifat kimia
udara dan kelembaban udara. Pengaruh ini menyebabkan bahan kimia aktif
bereaksi dengan bahan dan menimbulkan kerusakan-kerusakan seperti
terjadi pada logam dengan timbulnya korosi (karatan).
Contoh rumah rumah di pinggiran pantai yang memiliki peralatan dari logam
akan lebih cepat korosi (korosi) dibanding dengan rumah yang bertempat
tinggal di pegunungan. Hal ini disebabkan oleh udara yang mengandung
garam, terbang terbawa oleh angin menempel pada logam dan
menimbulkan reaksi dengan logam sehingga terjadi korosi (karatan).

1.4. Kesimpulan
1. Ilmu bahan bangunan adalah ilmu yang mempelajari tentang material
bangunan yang dipakai pada tahap perencanaan, tahap prarencana dan tahap
pelaksanaan sebagai unsur utama dan unsur pendukung untuk bangunan baik
itu untuk gedung pemerintah ataupun bangunan swasta sesuai dengan
standard dan peraturan-peraturan yang telah berlaku. Ilmu bahan bangunan
sangat penting dalam proses panjang dalam menciptakan bangunan gedung
sehingga terlaksana secara utuh sesuai dengan kaidah-kaidah peraturan dan
standar yang berlaku di Indonesia.
2. Ruang lingkup bahan bangunan yang dipelajari adalah bahan dasar yang
digunakan untuk kebutuhan konstruksi bangunan. Bahan-bahan dasar ini
dikembangkan menjadi bentuk-bentuk lain agar bisa dipakai menjadi bahan
dan berfungsi untuk kebutuhan konstruksi bangunan yang dikehendaki. Seperti
logam dapat dimanfaatkan menjadi rangka baja bangunan, atau besi beton,
kayu bisa dibuat kuda-kuda bangunan, tiang atau dinding bangunan dan bahan
lainnya.
3. Sesuai dengan perkembangan zaman dunia konstruksi, jenis bahan-bahan
bangunan semakin pesat, hal ini dapat dilihat di dunia konstruksi sekarang ini.
Seperti penggunaan rangka baja untuk bangunan, Almunium composit panel
(ACP) untuk dinding luar dan dalam bangunan, beton pracetak untuk saluran
drainase dan banyak macam lainnya bentuk dari inovasi penggunaan bahan.
Seluruh bahan konstruksi tersebut diatur sesuai spesifikasi, metoda dan tata
cara pelaksanaan dari mulai materialnya sampai dengan bahan jadi yang bisa
digunakan untuk dilapangan.
4. Peraturan-peraturan di Indonesia telah merujuk kepada penerbit dari standar
Indonesia yaitu Badan Standar Nasional Indonesia (BSNI) yang mengeluarkan
Standar Nasional Indonesia (SNI), semua telah mengatur tentang spesifikasi,
metoda dan tata cara pelaksanaan. Dan melengkapi dan atau standar yang
masih belum terakomodir di SNI ini, Badan Standar Nasional Indonesia masih
menggunakan standar yang ada di luar negeri seperti ASTM (American Society
for Testing and Materials), BS (Brithish Standard) – Inggris, JIS (Japan
Industrial Standard) – Jepang, ACI ( American Concrete Institute) – Amerika
dan lainnya.
5. Sifat-sifat dasar bahan bangunan menjadi peranan penting untuk mengatahui
karakteristik setiap bahan yang di gunakan untuk konstruksi bangunan. Secara
umum sifat-sifat dasar bahan terdiri dari sifat mekanis, sifat thermal, sifat listrik
dan sifat kimia bahan.
Manfaat pengetahuan tentang sifat-sifat bahan bangunan sebagai
pertimbangan dalam tahapan prarencana, rencana dan pelaksanaan fisik
dilapangan.

1.5. Kuis/Latihan
a. Jelaskan menurut bahasa saudara apa pengertian dari Ilmu Bahan Bangunan.
b. Sebukan bahan-bahan dasar bangunan yang saudara ketahui, Berikan contoh
dimana digunakan pada bangunan gedung.
c. Apa sifat-sifat dasar bahan bangunan, uraikan.

Anda mungkin juga menyukai