Anda di halaman 1dari 23

Penyelidikan Agregat Kasar

Pendahuluan
Agregat kasar adalah salah satu bahan yang digunakn untuk membuat desain
campuran beton. Agregat disebut agregat kasar apabila ukurannya sudah melebihi ¼ in. (6
mm). Sifat-sifat agregat kasar memengaruhi kekuatan akhir beton. Agregat kasar harus bersih
dari bahan-bahan organik, dan harus memiliki ikatan yang baik dengan semen. Jenis agregat
kasar yang umum adalah: Batu pecah alami, Kerikil alami, Agregat kasar buatan, dan
Agregat untuk pelindung nuklir dan berbobot berat.

Metode Pengujian Kadar Air Agregat (ASTM C556-97/SNI 03-1971-


1990)
BAB I
DESKRIPSI

Maksud dan Tujuan


Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pengujian untuk menentukan kadar
air agregat kasar. Tujuan pengujian adalah untuk memperoleh angka persentase dari kadar air
yang dikandung oleh agregat kasar.

Ruang Lingkup
Pengujian ini dilakukan pada agregat yang mempunyai kisaran garis tengah dari 6,3
mm hingga 152,4 mm. Hasil pengujian kadar air agregat dapat digunakan dalam pekerjaan:

1. Perencanaan campuran dan pengendalian mutu.


2. Perencanaan campuran dan pengendalian perkerasan jalan.

Pengertian
Kadar air agregat adalah besarnya perbandingan berat air yang dikandung agregat
dengan agregat dalam keadaan kering, dinyatakan dalam persen.
BAB II
CARA PELAKSANAAN

Alat dan Bahan


Peralatan yang dipakai dalam pengujian kadar air adalah sebagai berikut:

1. Timbangan dengan ketelitian 0,1 % berat contoh;


2. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110±5)ºC;
3. Talan logam tahan karat berkapasitas cukup besar untuk mengeringkan benda uji.

Bahan yang dipakai dalam pengujian kadar air adalah batu pecah dalam kondisi asli.

Cara Pengujian

Urutan proses pengujian adalah sebagai berikut:

1. Timbang dan catatlah berat talam (W1);


2. Masukkan benda uji ke dalam talam kemudian timbang dan catat beratnya (W2);
3. Hitunglah berat benda uji (W3 = W2 – W1);
4. Keringkan benda uji beserta dalam oven dengan suhu (110±5)ºC sampai beratnya
tetap;
5. Keluarkan batu pecah dari oven, catat berat benda uji beserta talam (W4);
6. Hitunglah berat benda uji kering (W5 = W4 – W1).

Perhitungan
W3  W 5
Kadar air agregat adalah := X 100%
W5

Keterangan :

W3 : berat benda uji mula – mula (gram)

W5 : berat benda uji kering (gram)

ASTM C187 – 89 memiliki syarat dimana kadar air maksimum pada batu pecah
maksimal 2% dari berat total benda uji sebelum di oven (asli).
BAB III
LAPORAN UJI
Laporan

W1 dinolkan oleh timbangan sehingga tidak menghasilkan W2 langsung


menghasilkan W3.

Berat batu pecah asli Berat batu pecah setelah oven


3000 gram 2973 gram

W3  W 5
Kadar Kelembaban: X 100%
W5

W3: 3000 gram

W5: 2973 gram

Kadar Kelembaban adalah =(3000-2973)/2973x100%

=0.908%

Kesimpulan

Berdasarkan perhitungan yang kami lakukan diatas, diketahui bahwa kadar


kelembaban agregat kasar (batu pecah) adalah sebesar 0.908% dan hasil ini memenuhi
syarat ASTM C187 – 89.
Metode Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar
(ASTM C127-01/SNI 03-1969-1990)
BAB I
DESKRIPSI

Maksud dan Tujuan


Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pengujian untuk menentukan berat
jenis curah, berat jenis kering permukaan jenuh, berat jenis semu dari agregat kasar, serta
angka penyerapan dari agregat kasar. Tujuan pengujian adalah untuk memperoleh angka
berat jenis curah, berat jenis kering permukaan jenuh, berat jenis semu dari agregat kasar,
serta besarnya angka penyerapan dari agregat kasar.

Ruang Lingkup
Pengujian ini dilakukan pada agregat kasar, yaitu yang tertahan oleh saringan
berdiameter 4,75 mm (no. 4), hasil pengujian ini dapat digunakan dalam pekerjaan:

1. Perencanaan campuran dan pengendalian mutu beton.


2. Perencanaan campuran dan pengendalian perkerasan jalan.
3. Penyelidikan quarry agregat.

Pengertian
1. Berat jenis curah adalah perbandingan antara berat agregat kering dan berat air
suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25 C.
2. Berat jenuh kering permukaan ialah perbandingan antara berat agregat kering
permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam
keadaan jenuh pada suhu 25 C.
3. Berat jenis semu adalah perbandingan antara nerat agregat kering dan berat air
suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan kering pada suhu 25 C.
4. Penyerapan adalah perbandingan air yang dapat diserap quarry terhadap berat
agregat kering yang dinyatakan dalam persen.
BAB II
CARA PELAKSANAAN

Alat dan Bahan


Peralatan yang dipakai dalam pengujian berat jenis dan penyerapan air adalah sebagai
berikut:

1. Keranjang kawat ukuran 3,35 mm (no.6) atau 2,36 mm (no.8) dengan kapasitas kira–
kira 5 kg.
2. Tempat air dengan kapasitas dan bentuk yang sesuai untuk pemeriksaan. Tempat ini
harus dilengkapi dengan pipa sehingga permukaan air selalu tetap.
3. Timbangan dengan kapasitas 5 kg dan ketelitian 0,1% dari berat contoh yang
ditimbang dan dilengkapi dengan alat penggantung keranjang.
4. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai 110±5°C
5. Alat pemisah contoh.
6. Saringan 4,75 mm (no. 4).
Bahan yang dipakai dalam pengujian berat jenis dan penyerapan air adalah batu pecah
dalam kondisi asli yang tertahan saringan no. 4 diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara
perempat sebanyak kira-kira 5 kg.

Cara Pengujian

Urutan pelaksanaan pengujian adalah sebagai berikut:

1. Cuci benda uji untuk menghilangkan debu atau bahan-bahan lain yang melekat pada
permukaan.
2. Keringkan benda uji dalam oven pada suhu 110±5° Celcius sampai berat tetap,
sebagai catatan bila penyerapan dan harga berat jenis digunakan dalam pekerjaan
beton dimana agregatnya digunakan pada keadaan kadar air aslinya, maka tidak perlu
dilakukan pengeringan dengan oven.
3. Dinginkan benda uji pada suhu kamar selama 1-3 jam, kemudian timbang dengan
ketelitian 0,5 gram (Bk).
4. Rendam benda uji dalam air pada suhu kamar selama 24±4 jam.
5. Keluarkan benda uji dari air, lap dengan kain penyerap sampai selaput air pada
permukaan hilang, untuk butiran yang besar pengeringan halus satu persatu.
6. Timbang benda uji kering-permukaan jenuh (Bj)
7. Letakkan benda uji didalam keranjang, goncangkan batunya untuk mengeluarkan
udara yang tersekap dan tentukan beratnya didalam air (Ba), dan ukur suhu air untuk
penyesuaian perhitungan kepada suhu standar (25°C)
8. Banyak jenis bahan campuran yang mempunyai bagian butir – butir berat dan ringan.
Bahan semacam ini memberikan harga-harga berat jenis yang tidak tetap walaupun
pemeriksaan dilakukan dengan sangat hati-hati, dalam hal ini beberapa pemeriksaan
ulangan diperlukan untuk mendapatkan harga rata-rata yang memuaskan.

Perhitungan
Perhitungan berat jenis dan penyerapan agregat kasar diberikan sebagai berikut:

1. Berat jenis curah (bulk specific gravity)=

𝐵𝑘
= ....... ( Persamaan 1)
𝐵𝑗−𝐵𝑎

2. Berat jenis kering permukaan jenuh (saturated surface dry)=

𝐵𝑗
= ....... (2)
𝐵𝑗−𝐵𝑎

3. Berat jenis semu (apparent specific gravity)=

𝐵𝑘
= ....... (3)
𝐵𝑘−𝐵𝑎

4. Penyerapan=

𝐵𝑗−𝐵𝑘
𝑥100% = ....... (4)
𝐵𝑗

Keterangan:

Bk = Berat benda uji kering dalam oven (gram)

Bj = Berat benda uji kering permukaan jenuh (gram)

Ba = Berat benda uji kering permukaan jenuh di dalam air (gram)

Batas berat jenis batu pecah yang diperbolehkan menurut ASTM C 128-01 / SNI 03-
1970-1990 adalah 2,4 gr/cc sampai 2,7 gr/cc
BAB III
LAPORAN UJI
Laporan

Tabel Berat Batu

Berat batu benda uji kering oven (Bk) 2930 gram


Berat batu benda uji kering permukaan jenuh 3000 gram
(Bj)
Berat batu benda uji didalam air (Ba) 2142 gram

Tabel Perhitungan

Variabel Persamaan Besar


Berat jenis curah 1 3.41 gr/cc
Berat jenis kering permukaan 2 3.50 gr/cc
jenuh
Berat jenis semu 3 3.72 gr/cc
Penyerapan 4 2.39%

Kesimpulan

Berdasarkan perhitungan yang kami lakukan diatas, diketahui bahwa berat jenis
agregat kasar (batu pecah) adalah sebesar 3.5 gr/cc dan hasil ini tidak memenuhi syarat
ASTM C 128-01 / SNI 03-1970-1990.
Metode Pengujian Bobot Isi dan Rongga Udara dalam Agregat
(ASTM C29/29M-97/SNI 03-4804-1998)
BAB I
DESKRIPSI

Maksud dan Tujuan


Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pengujian untuk menentukan bobot
isi dan rongga udara dalam agregat. Tujuan pengujian adalah untuk memperoleh angka berat
volume batu pecah saat lepas maupun padat.

Ruang Lingkup
Metode pengujian berat isi dan rongga udara dalam agregat ini mencakup:

1. Perhitungan berat isi dalam kondisi padat atau gembur dan rongga udara dalam
agregat.
2. Ketentuan-ketentuan peralatan, contoh uji, perhitungan, cara uji, dan laporan hasil uji.

Pengertian
Yang dimaksud dengan :

1. Berat isi agregat adalah berat agregat per satuan isi;

2. Berat adalah gaya gravitasi yang mendesak agregat;

3. Agregat adalah material granular misalnya pasir, batu pecah, dan kerak tungku besi,
yang dipakai bersama – sama dengan suatu beton semen hidrolik atau adukan;

4. Agregat kasar adalah kerikil sebagai desintegrasi alami dari batu atau berupa batu
pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir antara 5
mm–40 mm;

5. Rongga udara dalam satuan volume agregat adalah ruang diantara butir – butir
agregat yang tidak diisi oleh partikel yang padat.
BAB II
KETENTUAN-KETENTUAN

Umum
Ketentuan umum yang harus dipenuhi sebagai berikut:
1. Timbangan harus dikalibrasi sesuai ketentuan yang berlaku.
2. Hasil pengujian harus ditandatangani oleh tenaga pelaksana yang ditunjuk sebagai
penanggungjawab penguji.
3. Laporan pengujian harus disahkan oleh kepala laboratorium dengan dibubuhi nama,
tanda tangan, nomor surat, dan cap instansi.

Alat dan Bahan


Peralatan yang dibutuhkan harus memenuhi ketentuan-ketentuan berikut:
1. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram kapasitas 2 kg untuk contoh agregat halus, dan
ketelitian 1 gram kapasitas 20 kg untuk contoh agregat kasar;
2. Batang penusuk terbuat dari baja berbentuk batang lurus, berdiameter 16 mm dan
panjang 610 mm dan ujungnya dibuat tumpul setengah bundar;
3. Alat penakar berbentuk silinder terbuat dari logam atau bahan kedap air dengan ujung
dan dasar yang benar-benar rata, kapasitas penakar sesuai tabel:
Ukuran besar beton nominal agregat Kapasitas maksimum penakar (liter)
(mm)
12.5 2.8
25 9.3
37.5 14
75 28
112 70
150 100

4. Sekop atau sendok sesuai dengan kebutuhan;


5. Peralatan kalibrasi berupa plat gelas dengan tebal minimum 6 mm dan paling sedikit
25 mm lebih besar daripada diameter takaran yang dikalibrasi.

Contoh Uji

Contoh uji harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:


1. Jumlah mendekati 125-200% dari jumlah yang akan diuji.
2. Kering oven atau kering permukaan.

Perhitungan
1. Berat Isi

Berdasarkan ASTM C29/29M-97 untuk mencari berat volume dan rongga udara
menggunakan perhitungan:

(G  T )
M= atau M = ( G - T ) x F
V

Keterangan:
M: berat isi agregat dalam kondisi kering oven (kg/m3)
G: berat agregat dan penakar (kg)
T: berat penakar (kg)
V: volume penakar dalam (m3)
F: faktor penakar dalam (m3)

2. Agregat dalam Keadaan Kering Permukaan

MSSD=M[A+(A/100)]

Keterangan:
MSSD: berat isi agregat dalam kondisi kering permukaan dalam (kg/m3)
M: berat isi agregat dalam kondisi kering oven (kg/m3)
A: absorpsi (%)

3. Kadar Rongga Udara

[( sxw)  M ]
rongga udara = X 100%
( sxw)

Keterangan:
M: berat isi agregat dalam kondisi kering oven dalam kg/m3
S: berat jenis agregat dalam kering oven dihitung menurut SNI 1969 – 1990 dan SNI
1970 - 1990
W: kerapatan air , 998 kg/m3
Persyaratan di ASTM C29/29M-97, berat volume maksimum agregat kasar adalah
sebesar1.4 t/dm3 sampai dengan 1.7 t/dm3

Alat Pemampat

Alat pemampat harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

1. Dengan batang penusuk, untuk agregat dengan besar butir nominal maksimum 37.5
mm atau kurang.
2. Dengan alat ketuk, untuk agregat dengan besar butir nominal antara 150 mm – 37.5
mm.
3. Dengan sekop, untuk uji gembur atas permintaan khusus.
BAB III
CARA UJI

Pengujian berat isi dan rongga udara dalam agregat dilakukan sebagai berikut :
Kondisi Padat

Kondisi padat dapat dilakukan dengan cara tusuk dan cara ketuk :
a. Cara Tusuk
1. Isi penakar sepertiga dari volume penuh dan ratakan dengan batang perata;
2. Tusuk lapisan agregat dengan 25 kali tusukan batang penusuk;
3. Isi lagi sampai volume menjadi dua per tiga penuh kemudian ratakan dan tusuk
seperti diatas;
4. Isi penakar sampai berlebih dan tusuk lagi;
5. Ratakan permukaan agregat dengan batang perata;
6. Tentukan berat penakar dan isinya dan berat penakar itu sendiri;
7. Catat beratnya sampai ketelitian 0,05 kg;
b. Cara Goyang
1. Isi penakar sepertiga dari volume penuh dan ratakan dengan batang perata;
2. Padatkan untuk setiap lapisan dengan cara menggoyang-goyangkan penakar
sebanyak 25 kali
3. Isi lagi sampai volume menjadi dua per tiga penuh kemudian padatkan seperti diatas;
4. Isi penakar sampai berlebih dan padatkan lagi;
5. Ratakan permukaan agregat dengan batang perata;
6. Tentukan berat penkar dan isinya dan berat penakar itu sendiri;
7. Catat beratnya sampai ketelitian 0,05 kg.

Kondisi Gembur

Isi penakar sampai berlebih dan hindarkan terjadinya pemisahan dari butir agregat;

1. Ratakan permukaan dengan batang perata;


2. Tentukan berat penakar dan isi serta berat penakar itu sendiri;
3. Catat beratnya sampai ketelitian 0,5 kg
BAB IV
LAPORAN UJI
Laporan

Percobaan Cara Tusuk Cara Kondisi Satuan


(Rojok) Goyang Gembur
Berat silinder (W1) 5025 5025 5025 gram
Berat silinder + batu pecah (W2) 19995 19885 19205 gram
Berat batu pecah (W2 – W1) = W3 14970 14860 14180 gram
Volume silinder (V) 10000 10000 10000 cm3
Berat volume =(W3/V) 1.497 1.486 1.418 gr/cm3

Berat volume batu pecah dengan cara tusuk= 1.497 gr/cm3

Berat volume batu pecah kondisi gembur= 1.418 gr/cm3

Berat volume batu pecah dengan cara goyang = 1.486 gr/cm3

Hasil percobaan :

Bedasarkan data-data di atas maka dapat diperoleh berat volume batu pecah yaitu :
(1.497+1.418+1.486)/3 = 1.467 gr/cm3

Kesimpulan

Berdasarkan perhitungan yang kami lakukan diatas, diketahui bahwa berat volume
agregat kasar (batu pecah) adalah sebesar 1.467 gr/cm3 dan hasil ini memenuhi syarat
ASTM C29/29M-97.
Metode Pengujian Jumlah Bahan dalam Agregat yang Lolos Saringan
No. 200 (0.075 mm) (ASTM C117-95/SNI 03-4142-1996)
BAB I
DESKRIPSI

Maksud dan Tujuan


Metode pengujian ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam pelaksanaan
pengujian untuk menentukan jumlah bahan dalam agregat yang lolos saringan no. 200 dengan
cara pencucian. Tujuan metode ini adalah untuk memperoleh persentase jumlah bahan dalam
agregat yang lolos saringan no. 200 sehingga berguna bagi perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan jalan.

Ruang Lingkup
Metode pengujian ini meliputi persyaratan, ketentuan-ketentuan, cara pengujian
agregat untuk menentukan persen bahan dalam agregat yang lolos saringan no. 200.

Pengertian
Yang dimaksud dengan:

1. Jumlah bahan dalam agregat yang lolos saringan no. 200 adalah banyaknya bahan
yang lolos saringan no. 200 sesudah agregat dicuci sampai air cucian menjadi
jernih.
2. Bahan pembersih adalah sesuatu bahan pembersih seperti detergent, atau sabun
yang digunakan untuk mempermudah pemisahan bahan halus yang melekat pada
agregat.
3. Suspensi adalah bahan halus yang lolos saringan no. 200 yang melayang di dalam
larutan air pencuci.
BAB II
PERSYARATAN PENGUJIAN

Peralatan
1. Peralatan yang digunakan harus sudah dikalibrasi dan sesuai ketentuan yang berlaku.
2. Peralatan yang dipakai harus layak pakai sesuai ketentuan yang berlaku.

Benda Uji

1. Pengujian harus dilakukan duplo.


2. Pengambilan contoh agregat harus dlakukan secara acak, agar dapat mewakili seluruh
bahan yang akan diuji.
3. Benda uji disiapkan melalui alat pemisah contoh atau dengan jalan dibagi empat
secara merata.

BAB III
KETENTUAN-KETENTUAN

Peralatan
Peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Saringan terdiri dari dua ukuran yang bagian bawah dipasang saringan no. 200 (0.075
mm) dan diatasnya saringan nomor 16 (1.18 mm)
2. Wadah untuk mencuci mempunyai kapasitas yang dapat menampung benda uji
sehingga pada waktu pengadukan (pelaksanaan pencucian) benda uji dan air pencuci
tidak mudah tumpah.
3. Timbangan dengan ketelitian 0,1 % berat contoh.
4. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110±5)ºC.

Bahan Pembersih

Bahan yang digunakan adalah bahan pembersih seperti detergent atau sabun untuk
mempermudah pemisahan bahan halus yang melekat pada agregat.

Benda Uji

Benda uji adalah agregat dalam kondisi kering oven dengan berat tergantung pada
ukuran maksimum agregat sesuai tabel:
Ukuran saringan Ukuran maks. agregat (mm) Berat kering min. benda uji
(gr)
No. 8 2.36 100
No. 4 4.75 500
3⁄ 9.50 1000
8
3⁄ 19.00 2500
4
≥ 1 1⁄2 ≥ 38.10 5000

Perhitungan

Rumus-rumus yang digunakan dalam perhitungan sebagai berikut:


Bahan lolos saringan no. 200 (0.075 mm):
𝑊1−𝑊2
𝑊= 𝑥100%
𝑊1

Keterangan:
W: Persentase bahan lolos saringan no. 200 (%)
W1: Berat kering benda uji awal (gram)
W2: Berat kering benda uji sesudah pencucian (gram)

BAB IV
CARA UJI

Persiapan
Lakukan persiapan sebagai berikut:

1. Siapkan peralatan yang akan digunakan.


2. Tulis identitas benda uji ke dalam formulir pengujian.
3. Saring contoh agregat sesuai SNI-1969- 1990, tentang Pengujian Analisa Saringan
Agregat Halus dan Kasar, untuk mengetahui ukuran maksimum agregat.
4. Siapkan benda uji dalam kondisi kering oven dengan melalui alat pemisah contoh,
tentukan beratnya sehingga memenuhi ketentuan Tabel 1.
Pelaksanaan Pengujian

Lakukan pelaksanaan pengujian sebagai berikut :

1. Timbang wadah tanpa benda uji.


2. Timbang benda uji dan masukkan ke dalam wadah.
3. Masukkan air pencuci yang sudah berisi sejumlah bahan pembersih ke dalam
wadah, sehingga benda uji terendam.
4. Aduk benda uji dalam wadah sehingga menghasilkan pemisahan yang sempurna
antara butir-butir kasar dan bahan halus yang lolos saringan nomor 200 (0.075 mm).
Usahakan bahan halus tersebut menjadi melayang di dalam larutan air pencuci
sehingga mempermudah memisahkannya.
5. Tuangkan air pencuci dengan segera di atas saringan nomor 16 (1.18 mm) yang
dibawahnya dipasang saringan nomor 200 (0.075 mm) pada waktu menuangkan air
pencuci harus hati-hati supaya bahan yang kasar tidak ikut tertuang.
6. Ulangi pekerjaan butir (3), (4) dan (5), sehingga tuangan air pencuci terlihat jernih.
7. Kembalikan semua benda uji yang tertahan saringan nomor 16 (1.18 mm) dan
nomor 200 (0.075 mm) dalam wadah lalu keringkan dalam oven dengan suhu (110
5)°C, sampai mencapai berat tetap dan timbang sampai ketelitian maksimum 0.1%
dari berat contoh.
8. Hitung persen bahan yang lolos saringan nomor 200 (0.075 mm) dengan rumus-
rumus perhitungan seperti yang diuraikan pada Bab III butir 3.4.

BAB III
LAPORAN UJI
Laporan

Berat kering benda uji awal (W1) (gram) Berat kering benda uji sesudah pencucian
(W2) (gram)

3000 2906

Bahan lolos saringan no. 200 (0.075 mm):


𝑊1−𝑊2
𝑊= 𝑥100%
𝑊1

3000−2906
𝑊= 𝑥100%
3000

𝑊 = 3.13%
Kesimpulan

Berdasarkan perhitungan yang kami lakukan diatas, diketahui bahwa persentase bahan
lolos saringan no. 200 (0.075 mm) adalah sebesar 3.13% dan hasil ini memenuhi syarat
ASTM 117-95/SNI 03-4142-1996.
Metode Pengujian Keausan Agregat dengan Mesin Abrasi Los
Angeles (ASTM C131-03/SNI 03-2417-1991)
BAB I
DESKRIPSI

Maksud dan Tujuan


Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan untuk menentukan ketahanan agregat
kasar terhadap keausan dengan mempergunakan mesin abrasi Los Angeles. Pengujian ini
adalah untuk mengetahui angka keausan tersebut, yang dinyatakan terhadap perbandingan
antara berat bahan aus lolos saring no. 12 (1.7 mm) terhadap berat semula dalam persen.

Ruang Lingkup
Pengujian ini dapat digunakan untuk mengukur keausan agregat kaar. Hasil pengujian
bahan ini dapat digunakan dalam perencanaan dan pelaksanaa bahan perkerasan jalan atau
konstruksi beton.

BAB II
CARA PELAKSANAAN

Peralatan
Peralatan untuk melaksanakan pengujian adalah sebagai berikut:

1. Mesin Abrasi Los Angeles


2. Saringan ¾ inch. Dan ½ inch.
3. Timbangan dengan ketelitian 5 gram
4. Bola-bola baja (11 buah)
5. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110±5)ºC.

Benda Uji

Benda uji dipersiapkan dengan cara sebagai berikut:


1. Berat dan gradasi benda uji sesuai daftar.
2. Bersihkan benda uj dan keringkan dengan oven sampai berat tetap.

Cara Pengujian
Pengujian ketahanan agregat kasar terhadap keausan dapat dilakukan dengan cara B,
yaitu gradasi B, bahan lolos saringan ¾ inch (19 mm) sampai tertahan saringan ½ inch (9.5
mm). Jumlah bola baja 11 buah dengan 500 putaran selama 15 menit.

Perhitungan
𝑎−𝑏
𝐾𝑒𝑎𝑢𝑠𝑎𝑛 = 𝑥100%
𝑎

Keterangan:
a = berat benda uji semula (gram)
b = berat benda uji tertahan saringan 12

BAB III
LAPORAN UJI
Laporan

𝑎−𝑏
𝐾𝑒𝑎𝑢𝑠𝑎𝑛 = 𝑥100%
𝑎

a = 2500 gram

Kesimpulan

Berdasarkan perhitungan yang kami lakukan diatas, diketahui bahwa keausan agregat
kasar (batu pecah) adalah sebesar % dan hasil ini memenuhi syarat ASTM C131-03/SNI 03-
2417-1991.
Analisa Saringan Agregat Kasar (ASTM C136-01/SNI 03-1968-1990)
BAB I
DESKRIPSI

Maksud dan Tujuan


Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pemeriksaan untuk menentukan
pembagian butir (gradasi) agregat halus dan agregat kasar dengan menggunakan saringan.
Tujuan pengujian ini ialah untuk memperoleh distribusi besaran atau jumlah persentase
butiran baik agregat halus maupun agregat kasar. Distribusi yang diperoleh dapat ditunjukkan
dalam tabel atau grafik.

Ruang Lingkup
Metode pengujian jenis tanah ini mencakup jumlah dan jenis-jenis tanah baik agregat
halus maupun agregat kasar, yang persyaratannya tercantum di BAB II. Hasil pengujian
analisis saringan agregat halus dan kasar ini dapat digunakan sebagai:

1. Penyelidikan quarry agregat.


2. Perencanaan campuran dan pengendalian mutu beton.

Pengertian
Analisis saringan agregat ialah penentuan persentase berat butiran agregat yang lolos
dari satu set saringan kemudian angka-angka persentase digambarkan pada grafik pembagian
butir.

BAB II
CARA PELAKSANAAN

Peralatan
Peralatan yang digunakanadalahsebagaiberikut :
1. Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0.2% dari berat benda uji.
2. Satu set saringan; 19.1 mm (3/4”), 12.5 mm (1/2”), 9.5 mm (3/8”), Nomor 4 (4.75
mm), Nomor 8 (2.36 mm), Nomor 16 (1.18 mm), Nomor 30 (0.600 mm), Nomor 50
(0.300 mm), Nomor 100 (0.150 mm), Nomor 200 (0.075 mm).
3. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110+5)°C.
4. Alat pemisah contoh.
5. Mesin pengguncang saringan.
6. Talam-talam.
7. Kuas, sikat kuningan, sendok dan alat lain-lainnya.
Benda Uji
Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempat banyak : benda uji
disiapkan berdasarkan standart yang berlaku dan terkait kecuali apabila butiran yang melalui
saringan No 200 tidak perlu diketahui jumlahnya dan bila syarat-syarat ketelitian tidak
menghendaki pencucian.
1. Agregat halus terdiri dari :
a. Ukuran maksimum 4.76 mm
Berat maksimum 500 gram
b. Ukuran maksimum 2.38 mm
Berat maksimum 100 gram
2. Agregat kasar terdiri dari :
a. Ukuran maksimum 3.5” berat minimum 35 kg
b. Ukuran maksimum 3” berat minimum 30 kg
c. Ukuran maksimum 2.5” berat minimum 25 kg
d. Ukuran maksimum 2” berat minimum 20 kg
e. Ukuran maksimum 1.5” berat minimum 15 kg
f. Ukuran maksimum 1”berat minimum 10 kg
g. Ukuran maksimum ¾” berat minimum 5 kg
h. Ukuran maksimum ½” berat minimum 2.5 kg
i. Ukuran maksimum 3/8” berat minimum 1 kg
3. Bila agregat berupa campuran dari agregat halus dan agregat kasar, agregat tersebut
dipisahkan menjadi 2 bagian dengan saringan Nomor 4. Selanjutnya agregat halus
dan agregat kasar disediakan sebanyak jumlah seperti tercantum di atas.

Cara Pengujian
Urutan proses dalam pengujian ini adalah sebagai berikut:
1. Benda uji dikeringkan dalam oven dengan suhu (110 ± 5)°C sampai berat tetap.
2. Saring benda uji lewat susunan saringan dengan ukuran saringan paling besar
ditempatkan paling atas. Saringan diguncang dengan tangan atau mesin
pengguncang selama 15 menit.

Perhitungan
Hitunglah persentase berat benda uji yang tertahan di atas masing-masing saringan
terhadap berat total benda uji setelah disaring.
BAB III
LAPORAN UJI
Laporan

Berat Beban Kering: 5000 gram

Saringan Berat Tertahan Jumlah Berat Tertahan


1 ½ inch 0 gr 0 gr
¾ inch 1535 gr 1535 gr
½ inch 1995 gr 3530 gr
3/8 inch 605 gr 4135 gr
Tidak tertahan 865 gr
Total 5000 gr

Anda mungkin juga menyukai