2 BA PENENTUAN PARAMETER
1 1
GIA
N UNSUR PEMBENTUK ADUKAN
A.2 PERALATAN
a) Timbangan dengan ketelitian 0,1 % dari berat contoh.
b) Oven dengan pengatur suhu sampai pemanasan (110 5)C.
c) Tongkat pemadat diameter 15 mm, panjang 60 cm, yang ujungnya bulat, terbuat dari baja
tahan karat.
d) Mistar perata.
e) Sekop.
f) Wadah baja yang cukup kaku berbentuk silinder dengan alat pemegang, berkapasitas
sebagai berikut :
Tebal wadah Ukuran butir
Kapasitas Diameter
Tinggi (mm) minimum (mm) maksimum agregat
(liter) (mm)
dasar sisi (mm)
2,832 152,4 2,5 154,9 2,5 5,08 2,54 12,70
9,435 203,2 2,5 292,4 2,5 5,08 2,54 25,40
14,158 254,0 2,5 279,4 2,5 5,08 3,00 38,10
28,316 355,6 2,5 284,4 2,5 5,08 3,00 101,60
Tabel 1.A.1: Kapasitas Wadah Baja
= 3520 gr gr
❑
Berat Benda Uji I
Isi Tempat I = 3000 cm3(cm¿¿ 2)¿
3430 gr
Berat isi benda uji I = =1,14 3 3520 =1,173 gr /cm 3
3000 cm 3000
1,173+ 1,21+ 1,15
Berat Isi rata-rata = =1,177 gr /cm3
3
1,14+1,16+1,11 gr
=1,14 3
3 cm
Padat Diketahui :
❑
Berat Benda Uji I = 3960 gr
Isi Tempat I = 3000 cm3
3960
Berat isi benda uji I = =1,320 gr / cm3
3000
1,32+1,316 +1,323
Berat Isi rata-rata = =1,319 gr/ cm3
3
Untuk perhitungan selanjutnya dapat dihitung dengan cara yang sama, dan hasilnya dapat
dilihat pada tabel berikut:
LEPAS / GEMBUR I II III
Berat tempat + Benda
A. (gr) 7.070 7.180 7.000
uji
B. Berat tempat (gr) 3.550 3.550 3.550
C
Berat benda uji (gr) 3.520 3.630 3.450
.
D
Isi tempat (cm3) 3.000 3.000 3.000
.
E. Berat isi benda uji (gr/cm3) 1,320 1,210 1,150
Berat isi benda uji rata-
F. (gr/cm3) 1,1777
rata
PADAT I II III
Berat tempat + Benda
A. (gr) 7.210 7.500 7.520
uji
B. Berat tempat (gr) 3.550 3.550 3.550
C Berat benda uji (gr) 3.960 3.950 3.970
.
D
Isi tempat (cm3) 3.000 3.000 3.000
.
E. Berat isi benda uji (gr/cm3) 1,320 1,316 1,323
Berat isi benda uji rata-
F. (gr/cm3) 1,3199
rata
Padat Diketahui :
❑
Berat Benda Uji I = 5350 gr
Isi Tempat I = 3000 cm3
5350
Berat isi benda uji I = =1,783 gr /cm3
3000
1,783+ 1,7933+1,780
Berat Isi rata-rata = =1,7855 gr / cm3
3
Untuk perhitungan selanjutnya dapat dihitung dengan cara yang sama, dan hasilnya dapat
dilihat pada tabel berikut :
LEPAS / GEMBUR I II III
A. Berat tempat + Benda uji (gr) 8.560 8.550 8.500
B. Berat tempat (gr) 3.550 3.550 3.550
C. Berat benda uji (gr) 5.010 5.000 5.050
D. Isi tempat (cm3) 3.000 3.000 3.000
E. Berat isi benda uji (gr/cm3) 1,670 1,666 1,683
Berat isi benda uji rata-
F. (gr/cm3) 1,6732
rata
PADAT I II III
Padat Diketahui :
❑
Berat Benda Uji I = 14720 gr
Isi Tempat I = 10000 cm 3
14720
Berat isi benda uji I = =1,472 gr /cm3
10000
1,472+1,506+ 1,505
Berat Isi rata-rata = =1,4943 gr /cm 3
3
Untuk perhitungan selanjutnya dapat dihitung dengan cara yang sama, dan hasilnya dapat
dilihat pada tabel berikut :
PADAT I II III
A. Berat tempat + Benda uji (gr) 22.630 22.970 22.960
B. Berat tempat (gr) 7.910 7.910 7.910
C. Berat benda uji (gr) 14.720 15.060 15.050
D. Isi tempat (cm3) 10.000 10.000 10.000
E. Berat isi benda uji (gr/cm3) 1,472 1,506 1,505
Berat isi benda uji rata-
F. (gr/cm3) 1,4943
rata
Tabel 1.A.3: Berat Isi Agregat Kasar
A.6 CATATAN
Wadah sebelum digunakan harus dikalibrasi dengan cara :
a) Isilah wadah dengan air sampai penuh pada suhu kamar, sehingga waktu ditutup dengan plat
kaca tidak terlihat gelembung udara.
b) Timbang dan catatlah berat wadah beserta air.
c) Hitunglah berat air ((berat wadah + air) – berat wadah).
d) Berat air adalah sama dengan volume wadah dalam dm3 (liter).
A.7 KESIMPULAN
Dari hasil percobaan di dapat :
a. Berat Isi agregat adalah perbandingan antara berat agregat dengan isi berdasarkan
percobaan :
B.2 PERALATAN
1) Timbangan dengan ketelitian 0,2 % dari berat benda uji.
2) Oven dengan pengatur suhu sampai pemanasan (110 5)C.
3) Alat pemisah contoh (sample splitter).
4) Alat penggetar saringan (shieve shaker).
5) Talam-talam.
6) Kuas, sikat kuningan, sendok
7) Seperangkat saringan dengan ukuran :
- 50,00 2
- 37,50 1,5 Perangkat saringan untuk agregat
- 25,00 1 kasar ukuran # 467 (diameter
- 19,10 3/4 agregat antara ukuran 50 mm –
- 12,50 1/2 4,76 mm)
- 9,50 3/8 Berat minimum contoh 20 kg
- 4,76 -
Gambar 1.B.1 : Aparatus untuk analisis saringan agregat kasar dan halus
B.3 BAHAN
Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempatan. Berat dari contoh
disesuaikan dengan ukuran maksimum diameter agregat kasar yang digunakan, seperti diuraikan
pada tabel perangkat saringan.
B.5 PERHITUNGAN
Contoh perhitungan untuk agegat kasar :
Diketahui :
Berat total benda uji = 2000 gr
Ukuran saringan = 9,6 mm (3/8”)
Berat tertahan = 49,1 gr
Berat tertahan
Proses tertahan ¿ x 100 %
berat total benda uji
49,1
¿ x 100 %=2,455 %
2000
Untuk perhitungan selanjutnya dapat dihitung dengan cara yang sama, dan hasilnya dapat
dilihat pada tabel berikut :
Berat contoh
kering : 20.790 gr
Prosen Kumulatif
Ukuran saringan Berat tertahan
Tertahan Tertahan lewat
m
76,2 (3") 0,000 0,000 0,000 100,000
m
m
38,1 (1 1/2") 0,000 0,000 0,000 100,000
m
m
19,1 (3/4") 6.800 32,72 32,72 67,28
m
m
9,6 (3/8") 7.200 37,1570 69,877 30,123
m
m
4,75 (No. 4) 2.233,7 10,7509 80,6279 19,3721
m
m
2,36 (No. 8) 590,4 2,8416 83,4695 16,5305
m
m
1,18 (No. 16) 105,3 0,5068 83,9763 16,0237
m
m
0,6237 84,6 15,4
0,6 m (No. 30) 129,6
m
5,5061 90,1061 9,8939
0,3 m (No. 50) 1.144
m
8,6106 98,7167 1,2833
0,15 m (No.100) 1.789
m
0,8572 99,5739 0,4261
0,075 m (No.200) 178,1
Pan 86,6 0,4168 99,9907 0,0093
100
90
80
70
60
Prosen Lewat
50
40
30
20
10
0
No. No. No. 50 No. 30 No. 16 No. 8 No. 4 3/8 ; 1 1/2 ;
200 100
Ukuran saringan
100
90
80
70
60
Prosen Lewat
50
40
30
20
10
0
No. No. No. 50 No. 30 No. 16 No. 8 No. 4 3/8 ; 1 1/2 ;
200 100
Ukuran saringan
100
90
80
70
60
Prosen Lewat
50
40
30
20
10
0
No. No. No. 50 No. 30 No. 16 No. 8 No. 4 3/8 ; 1 1/2 ;
200 100
Ukuran saringan
100
90
80
70
60
Prosen Lewat
50
40
30
20
10
0
No. No. No. 50 No. 30 No. 16 No. 8 No. 4 3/8 ; 1 1/2 ;
200 100
Ukuran saringan
Diketahui :
Berat total benda uji = 21070 gr
Ukuran saringan = 19,1 mm (3/4”)
Berat tertahan = 6849 gr
Berat tertahan
Proses tertahan ¿ x 100 %
berat total benda uji
6849
¿ x 100 %=32,300 %
21070
Untuk perhitungan selanjutnya dapat dihitung dengan cara yang sama, dan hasilnya dapat
dilihat pada tabel berikut :
Berat contoh
kering : 3.000 gr
Berat Prosen Kumulatif
Ukuran saringan
tertahan tertahan tertahan Lewat
76,2 mm (3") 0,000 0,000 0,000 100,000
38,1 mm (1 1/2") 0,000 0,000 0,000 100,000
19,1 mm (3/4") 12,29 0,4158 0,4158 99,5842
9,6 mm (3/8") 96,9 3,2786 3,6944 96,3056
4,75 mm (No. 4) 226,4 7,6603 11,3547 88,6453
2,36 mm (No. 8) 239,2 8,0934 19,4481 80,5519
1,18 mm (No. 16) 492,6 16,6672 36,1153 63,8847
0,6 mm (No. 30) 739,7 25,0279 61,1432 38,8568
0,3 mm (No. 50) 638,2 11,7949 82,7369 17,2631
0,15 mm (No. 100) 348,6 3,9959 94,5318 5,4682
0,07
3,9959 98,5277 1,4723
5 mm (No. 200) 118,1
pan 43,5 1,4718 99,9995 0,0005
100
90
80
70
60
Prosen Lewat
50
40
30
20
10
0
No. No. No. 50 No. 30 No. 16 No. 8 No. 4 3/8 ; 1 1/2 ;
200 100
Ukuran saringan
100
90
80
70
60
Prosen Lewat
50
40
30
20
10
0
No. No. No. 50 No. 30 No. 16 No. 8 No. 4 3/8 ; 1 1/2 ;
200 100
Ukuran saringan
100
90
80
70
60
Prosen Lewat
50
40
30
20
10
0
No. No. No. 50 No. 30 No. 16 No. 8 No. 4 3/8 ; 1 1/2 ;
200 100
Ukuran saringan
a) KESIMPULAN
Dari data percobaan didapat :
Untuk agregat halus masuk dalam grafis zona II, yang akan di gunakan data
perencanaan campuran beton karena banyak titik hitungan yang masuk pada
kurva zona II.
Agregat kasar yang dipakai memiliki diameter maksimum 38mm karena
banyak titik hitungan yang masuk pada kurva diameter 4,8 – 38 mm.
C.2 PERALATAN
a. Saringan No. 16 dan No. 200.
b. Wadah pencuci benda uji dengan kapasitas yang cukup besar sehingga pada waktu
diguncang-guncangkan benda uji / air pencuci tidak tumpah.
c. Oven dengan pengatur suhu sampai pemanasan (110 5)C.
d. Timbangan dengan ketelitian 0,1 % dari berat benda uji.
e. Talam berkapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh agregat.
f. Sekop.
C.3 BAHAN
Berat minimum contoh agregat tergantung pada ukuran maksimum, dengan batasan
sebagai berikut :
Ukuran maksimum Berat minimum
2,36 mm No. 8 100 gram
1,18 mm No. 4 500 gram
9,50 mm 3/8 “ 2000 gram
19,10 mm 3/4 “ 2500 gram
38,10 mm 1½“ 5000 gram
C.5 PERHITUNGAN
W 1−W 4
x 100 %
Jumlah bahan lewat saringan No. 200 = W1
Dimana :
W1 = berat benda uji semula (gram)
W4 = berat benda uji tertahan saringan No. 200 (gram).
D.2 PERALATAN
a. Botol gelas tembus pandang dengan penutup karet atau gabus atau bahan lainnya yang tidak
bereaksi terhadap NaOH. Volume gelas = 350 ml.
b. Standar warna (organics plate).
c. Larutan NaOH 3%.
D.3 BAHAN
Contoh pasir dengan volume 115 ml (1/3 volume botol)
D.5 LAPORAN
Analisis kotoran organik berdasarkan observasi warna contoh terhadap warna standar No. 3.
D.6 CATATAN
a. Larutan NaOH 3% diperoleh dari campuran 3 bagian larutan berat NaOH dalam 97 bagian
berat air suling.
b. Bila warna cairan contoh lebih tua dari warna standar No. 3, berarti kandungan bahan
organik melebihi toleransi (pasir terlalu kotor).
E.2 PERALATAN
Gelas ukur
E.3 BAHAN
Contoh pasir secukupnya (kondisi lapangan) dengan bahan pelarut air biasa.
E.5 PERHITUNGAN
V2
x 100 %
Kadar Lumpur = V 1 +V 2
Dimana :
V1 = tinggi pasir
V2 = tinggi lumpur
Pemeriksaan kadar lumpur ini merupakan cara lain untuk melakukan pemeriksaan kadar
lumpur dengan penyaringan bahan lewat saringan no. 200.
C.6 KESIMPULAN
Sesuai dengan hasil perhitungan didapat kadar lumpur yang ada = 1,02 % < 5 % berarti
kandungan lupurya sangat rendah, sehigga dapatlangsung digunakan dalam pembuatan beton
tanpa harus di cuci terlebih dahulu.
KADAR ZAT ORGANIK AGREGAT HALUS
Teknik Sipil S-1, Institut Teknologi Nasional Malang 32
LAPORAN PRAKTIKUM TBK KELOMPOK 12
F.2 PERALATAN
a. Timbangan.
b. Oven dengan pengatur suhu sampai pemanasan (110 5)C.
c. Talam logam tahan karat berkapasitas cukup besar bagi tempat pengeringan contoh benda
uji.
F.3 BAHAN
Berat minimum contoh agregat tergantung pada ukuran maksimum, dengan batasan
sebagai berikut :
Berat Berat
Ukuran maksimum Ukuran maksimum
minimum minimum
6,30 mm (1/4 “) 0,50 kg 50,80 mm (2 “) 8,00 kg
9,50 mm (3/8 “) 1,50 kg 63,50 mm (2 ½ “) 10,00 kg
12,70 mm (1/2 “) 2,00 kg 76,20 mm (3 “) 13,00 kg
19,10 mm (3/4 “) 3,00 kg 88,90 mm (3 ½ “) 16,00 kg
25,40 mm (1 “) 4,00 kg 101,60 mm (4 “) 25,00 kg
38,00 mm (1 ½ “) 6,00 kg 152,40 mm (6 “) 50,00 kg
F.5 PERHITUNGAN
W 3 −W 5
x 100 %
Kadar air agregat = W3
Dimana :
W3= berat contoh semula (gram)
W5= berat contoh kering (gram)
ASLI SSD
Nomor test D E F G
ASLI SSD
Nomor
A B H I
test
A (gr
Berat tempat 247 229 89,9 116,6
. )
B (gr
Berat tempat + contoh 2372 2305 1027,3 1349,3
. )
C (gr
Berat tempat + contoh kering oven 2303 2160 1021,3 1319,4
. )
D Kadar air (%
3,356 7,509 0,644 2,486
. = )
E (%
Kadar air rata-rata 5,433 1,565
. )
Tabel 1.F.3: Kadar air agregat halus
F.6 KESIMPULAN
G.2 PERALATAN
1) Timbangan dengan ketelitian 0,5 gram yang mempunyai kapasitas 5 kg.
2) Keranjang besi diameter 203,2 mm (8”) dan tinggi 63,5 mm (2,5 “).
3) Oven dengan pengatur suhu sampai pemanasan (110 5)C.
4) Handuk
5) Talam logam tahan karat untuk tempat pengeringan benda uji absorbsi.
G.3 BAHAN
Berat contoh agregat disiapkan sebanyak 11 liter dalam keadaan kering muka (SSD =
Saturated Surface Dry). Contoh diperoleh dari bahan yang diproses melalui alat pemisah atau
cara perempatan. Butiran agregat yang lolos saringan No. 4 tidak dapat digunakan sebagai
benda uji.
G.5 PERHITUNGAN
Bk
Berat Jenis (bulk) Bj−Ba
Bj
Berat jenis kering permukaan jenuh Bj−Ba
Bk
Berat jenis semu (apparent) Bk−Ba
Bj - Bk
x 100 %
Penyerapan (absorbsi) Bk
I II Rata-rata
Bj
Berat jenis kering permukaan jenuh 2,668 2,836 2,752
B j B a
Bk
Berat jenis semu (apparent) 2,769 2,949 2,859
BkBa
H.2 PERALATAN
a. Timbangan dengan ketelitian 0,5 gr dengan kapasitas minimum 1000 gram.
b. Oven dengan pengatur suhu sampai pemanasan (110 5)C.
c. Piknometer dengan kapasitas 500 gram.
d. Cetakan kerucut pasir (metal sand cone) dan tongkat pemadat dari logam.
Gambar1.H.1. : Aparatus untuk analisis specific gravity dan absorbsi agregat halus
H.3 BAHAN
Berat contoh agregat disiapkan sebanyak 1000 gram. Contoh diperoleh dari bahan yang
diproses melalui alat pemisah atau cara perempatan.
H.6 KESIMPULAN
Dari hasil percobaan dan analisa, maka dapat disimpulkan keadaan agregat halus yang
dipakai adalah :
Agregat kasar memiliki berat jenis (bulk) rata-rata = 2,6515
Berat Jenis kering permukaan jenuh rata-rata = 2,68
Berat jenis semu(apparent) rata-rata = 2,7285
Penyerapan (absorsi) rata-rata = 1,0609%
Nilai yang dipakai untuk menetapkan besranya komposisi volume agregat dalam
adukan beton adalah berat jenis beton kering permukaan jenuh (SSD) sebesar 2,68 dan
penyerapan sebesar 1,0609 %
I.2 PERALATAN
1) Mesin Abrasi Los Angeles, yaitu mesin yang terdiri dari silinder baja tertutup pada kedua
sisinya dengan diameter 71 cm (28”) dan panjang 50 cm (20”). Silinder ini bertumpu pada
dua poros pendek tidak menerus yang berputar pada poros mendatar. Silinder mempunyai
lubang untuk memasukkan benda uji. Penutup lubang terpasang rapat sehingga permukaan
dalam silinder tidak terganggu. Di bagian dalam silinder terdapat bilah baja melintang
penuh setinggi 8,9 cm (3,56”).
2) Bola-bola baja mempunyai diameter rata-rata 4,68 cm (1 7/8”) dan berat masing-masing
antara 400 gram sampai 440 gram.
3) Saringan mulai ukuran 37,5 mm (1 ½”) sampai 2,38 mm (N0. 8).
4) Timbangan dengan kapasitas 5000 gram dan dengan ketelitian 1 gram.
5) Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu, memanasi sampai (110 5)C.
I.3 BAHAN
Benda uji harus bersih. Bila benda uji masih mengandung kotoran, debu, bahan organik
atau terselimuti oleh bahan lain, maka benda uji harus dicuci dahulu sampai bersih kemudian
dikeringkan dalam suhu (110 5)C.
Pisahkan benda uji ke dalam masing-masing fraksi kemudian digabungkan sesuai dengan
daftar berikut.
I.5 PERHITUNGAN
a -b
x 100 %
Nilai keausan Los Angeles = a
Dimana :
a= Berat benda uji semula (gram)
b= Berat benda uji tertahan di saringan No. 12 (dan No. 4) (gram)
Contoh perhitungan :
Dimana :
a. =Berat benda uji semula (gram) = 5000 gr
b. =Berat benda uji tertahan di saringan No. 12 dan No. 4= 2988,8 gr
a -b
x 100 %
Nilai keausan los engeles = a
5000 - 2988,8
x 100 %
= 5000
= 40,224 %
I II
A Berat benda uji semula 5000,00 gram
Berat benda uji tertahan saringan No.12 (&
B 3033,60 gram
No.4)
39,328 %
Keausan :
Tabel 1.I.2.: Pengujian keausan agregat dengan mesin abrasi los angeles (500 putaran )
AASHTO T 96-77
KESIMPULAN
Dalam pengujian keausan ageregat di dapat prosentase hasil perhitungan adalah 39,328%
( terdapat pada prasaratan agregat pasal 5.3 SNI 03-2847-2002 tentang mutu dan cara uji
agregat beton. Sii 0052-80 ) berarti agregat yang diuji layak untuk dijadikan bahan konstruksi.
J.2 PERALATAN
1) Botol Le Chatelier.
2) Kerosin bebas air atau naptha dengan berat jenis 62 API.
J.3 BAHAN
Contoh semen portland sebanyak 64 gram
J.4 PROSEDUR PRAKTIKUM
1) Isi botol Le Chatelier dengan kerosin atau naptha sampai antara skala 0 dan 1; bagian dalam
botol di atas permukaan cairan dikeringkan.
2) Masukkan botol ke dalam bak air dengan suhu konstan dalam waktu yang cukup untuk
menghindarkan variasi suhu botol lebih dari 0,2 C.
3) Setelah suhu air sama dengan suhu cairan dalam botol, baca skala pada botol (V1).
4) Masukkan benda uji sedikit demi sedikit ke dalam botol; jangan sampai terjadi ada semen
yang menempel pada dinding dalam botol di atas cairan.
5) Setelah semua benda uji dimasukkan, putar botol dengan posisi miring secara perlahan-
lahan sampai gelembung-gelembung udara tidak timbul lagi pada permukaan cairan.
6) Masukkan botol ke dalam bak air dalam waktu yang cukup untuk menghindarkan variasi
suhu.
7) Setelah suhu air sama dengan suhu cairan dalam botol, baca skala pada botol (V2).
K.2 PERALATAN
1) Mesin aduk (mixer) dengan daun-daun pengaduk dari baja tahan karat serta mangkuk
yang dapat dilepas.
2) Alat vicat (dengan menggunakan ujung C seperti pada gambar).
3) Timbangan dengan ketelitian sampai 1,0 gram.
4) Alat pengorek (scrapper) dibuat dari karet yang agak kaku.
5) Gelas ukur dengan kapasitas 150 atau 200 ml.
6) Sendok perata (trowel).
7) Sarung tangan karet.
K.3 BAHAN
a) Semen portland 3,5 kg (untuk 6 percobaan).
b) Air bersih (dengan suhu kamar).
K.5 LAPORAN
KONSISTENSI NORMAL
35 Grafik Konsistensi Normal
berat penambahan air Penetrasi 30
No.
semen ml % (mm) 25
Penetrasi (mm )
0
24 26 28 30 32 34
kadar air ( % )
K.6 KESIMPULAN
Dari hasil praktikum, pemeriksaan konsistensi semen hidrolis diperoleh kedalaman
penetrasi jarum sebesar 10 mm ( mendekati semen ) dengan penambahan air sebanyak 28 %
atau 28 % x 500 gr = 140 gr
L.2 PERALATAN
1) Mesin aduk (mixer) dengan daun-daun pengaduk dari baja tahan karat serta mangkuk yang
dapat dilepas.
2) Alat vicat (dengan memakai jarum D seperti pada gambar).
3) Alat gillmore dengan jarum tekanan rendah (diameter 1/12 inch ¼ lb) dan jarum tekanan
tinggi (diameter 1/24 inchi 1 lb).
4) Timbangan dengan ketelitian sampai 1,0 gram.
5) Alat pengorek (scrapper) dibuat dari karet yang agak kaku.
6) Gelas ukur dengan kapasitas 150 atau 200 ml.
7) Sendok perata (trowel).
8) Sarung tangan karet.
9) Ruang lembab yang mampu memberikan kelembaban relatif minimum 90%.
L.3 BAHAN
a. Semen portland.
b. Air bersih (dengan suhu kamar).
Alat Vicat :
1) Tempatkan sudu serta mangkuk (kering) pada posisi mengaduk pada alat aduk.
2) Tempatkan bahan-bahan untuk satu “BATCH” ke dalam mangkuk dengan cara sebagai
berikut :
Masukkan semua air pencampur yang jumlahnya telah ditetapkan sebelumnya dalam
pembuatan pasta semen dengan konsistensi normal untuk semen 500 gram.
Tambahkan 500 gram semen pada air tersebut dan biarkan menyerap untuk 30 detik.
3) Jalankan alat aduk dengan kecepatan rendah (140 5 rpm) selama 30 detik.
4) Hentikan alat aduk selama 15 detik dan koreklah semua pasta dari sisi mangkuk.
5) Jalankan alat aduk dengan kecepatan sedang (248 10 rpm) dan aduklah selama 1 menit.
6) Segera ambil pasta semen dari mangkuk dan bentuklah sebagai bola, dan tekankan ke dalam
cincin konis sesuai cara dalam penentuan konsistensi normal.
7) Segera masukkan benda coba tersebut ke dalam ruang lembab dan biarkan di sana terus
kecuali bila mau dipakai untuk percobaan.
Alat Gillmore :
a) Sama dengan langkah (a) sampai (d) di atas, kemudian dilanjutkan dengan :
b) Bentuklah suatu lingkaran pipih dari pasta dengan diameter 75 mm dan tebal 12 mm.
Ditengah-tengah lingkaran pipih tersebut datar ditengah dan menipis ke arah pinggir.
c) Pembuatan lingkaran pipih tersebut dilakukan pada kaca datar bersih berukuran 10 x 10 cm.
d) Tempatkan benda coba (beserta kacanya) ke dalam ruang lembab, dan biarkan di sana terus,
kecuali bila akan dilakukan percobaan.
e) Peganglah jarum-jarum ke dalam posisi vertikal dan letakkan ujung-ujungnya pelan-pelan
pada permukaan pasta.
f) Bila jarum tekanan rendah tidak memberi bekas pada pasta, maka pasta telah mencapai
waktu ikat mula. Bila jarum tekanan tinggi tidak memberi bekas pada pasta, maka pasta
telah mencapai waktu ikat akhir.
g) Catatlah waktu-waktu ikat awal dan ikat akhir.
h) Buatlah tabel yang menunjukkan perbedaan-perbedaan dalam waktu semen tipe I dan III.
Awal
No. Waktu (menit) Penetrasi (mm)
1 0 42
2 15 42
3 30 40 Grafik Waktu Ikat
4 45 38
45
5 60 35
40
6 75 31
7 90 28 35
8 105 21
Penetrasi ( mm )
30
9 120 25
10 135
20
11 150
15
12 165
10
Akhir 5
0
0 20 40 60 80 100
waktu (menit)
L.6 KESIMPULAN
Dari pemeriksaan waktu ikat semen ini, semen memilik waktu ikat awal 98 menit dan
memiliki waktu ikat akhir 195 menit. Maka semen dapat dipakai dalam konstruksi.
M.1 MAKSUD
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan :
a) kekuatan tekan mortar semen portland dengan contoh benda uji berbentuk kubus
berukuran (5 x 5 x 5) cm.
b) Kekuatan tarik aksial mortar semen portland dengan contoh benda uji Briquette
c) Kekuatan lentur tarik mortar semen portland dengan benda uji (40 x 40 x 160) mm
M.2 PERALATAN
a) Neraca, kapasitas 2000 gram dengan ketelitian 0,1 % dari berat contoh.
b) Gelas ukur, dengan ketelitian 2 ml. Alat pengaduk, (ASTM C.305-65). Gambar no. 2 PA –
0103-76.
c) Stop watch, sendok perata, dan pengukur leleh.
d) Meja leleh (flow table, ASTM C.230-68).
e) Cetakan kubus (5 x 5 x 5) cm, dan alat pemadat.
f) Mesin tekan, dengan ketelitian pembacaan 1%
g) Pasir Ottawa.
h) Air suling 500 cm3.
i) Cetakan Briquette
j) Cetakan (4 x 4 x 16) cm
M.5 PERHITUNGAN
Diketahui :
Panjang (L) = 5.00 cm
Lebar (b) = 5.00 cm
Tiggi (h) = 5.00 cm
Volume = S3
= 53
= 125 cm3
Volume = 75 cm3
Luas penampang patah =pxl
= 2.50 x 2.80
= 7,02 cm2
Berat
Berat isi = volume
156,200
= 75
= 2,083 gr/cm3
tekanan
x 1000
Gaya aksial = grafitasi
1,6
x 1000
= 9.81
= 163,009kg
gaya aksial
Kuat tarik aksial mortar = Luas penampang patah
163,009
= 8,120
= 20,086kg/cm2
Untuk perhitungan selanjutnya dapat dihitung dengan cara yang sama, dan hasilnya dapat
dilihat pada tabel berikut:
diketahui :
Panjang ( L) = 16.00 cm
Lebar (b) = 4.00 cm
Tinggi ( h) = 4.00 cm
Volume = p x l x t
= 16.00 x 4.00 x 4.00
= 256.00 cm3
Berat
Berat isi = volume
535,50
= 256 .00
= 2,091gr/cm3
tekanan
x 1000
Beban maksimum = grafitasi
1,22
x 1000
= 9.81
= 122,324 kg
1
Momen maksimum = 4 x beban maksimum x 12
1
= 4 x 122,324 x 12
= 366,972kg. Cm
1
Momen tahanan = 6 x b x h2
1
= 6 x 4.00 x 4.00
=10,667 cm3
Momen maksimum
Kuat tarik lentur mortar = Momen tahanan
Untuk perhitungan selanjutnya dapat dihitung dengan cara yang sama, dan hasilnya dapat
dilihat pada tabel berikut:
M.6 KESIMPULAN
3 BAGIAN
A.1 TUJUAN
Menentukan komposisi komponen/unsur beton basah dengan ketentuan kekuatan tekan
karakteristik dan slump rencana.
A.2 PERALATAN
a) Timbangan.
b) Peralatan untuk membuat adukan : wadah, sendok semen, peralatan pengukur slump, dan
peralatan pengukur berat volume.
A.3 BAHAN
Unsur beton (air, semen, agregat halus, dan agregat kasar) yang telah memenuhi persyaratan.
Kecil < 1000 4,5 < S < 5,5 5,5 < S < 6,5 6,5 < S < 8,5
Sedang 1000 – 3000 3,5 < S < 4,5 4,5 < S < 5,5 5,5 < S < 7,5
Besar > 3000 2,5 < S < 3,5 3,5 < S < 4,5 4,5 < S < 6,5
Seperti perancangan dengan metode-metode yang telah diuraikan, hal pertama yang harus
diperhatikan adalah bahwa semua prasyarat yang ditentukan haruslah dipenuhi sebelum
melangkah ke proses perhitungan untuk menentukan komposisi campurannya.
Pada metode DOE persyaratan yang menyangkut gradasi agregat yang harus dipenuhi yang
ditunjukkan oleh besarnya prosentase barat lolos kumulatif saringan tertentu untuk beberapa
ukuran diameter maksimum butiran tercantum dalam BS 882 : 1983 sebagai standar mengenai
agregat dari sumber alam untuk beton yang disahkan kembali pada tahun berikutnya, seperti
terlihat pada tabel berikut :
Tabel 2.A.3 : Nilai Slump yang disyaratkan sesuai dengan penggunaan beton
Berbeda dengan metode sebelumnya, pada metode DOE ini penentuan besarnyasemen
yang diperlukan untuk 1 m3 beton didasarkan atas perbandingan berat air terhadap berat semen
sebesar 0,5 sehubungan dengan kuat tekan kubus beton bersisi 150 mm untuk umur, tipe semen
dan agregat kasar yang digunakan pada proses perancangan campuran. Dengan kata lain,
penentuan faktor air-semen sangat tergantung pada jenis agregat kasar yang digunakan, tipe
semen serta umur beton dimana kekuatan tekannya akan ditinjau.
Untuk lebih jelasnya, maka besarnya perkiraan kekuatan tekan beton bagi faktor air semen
sebesar 0,5 seperti terlihat pada tabel berikut telah disusun guna membantu dalam menentukan
faktor air-semen untuk kekuatan tekan yang direncanakan.
Jenis agregat Kekuatan tekan (MPa) pada umur (hari)
Tipe semen
kasar 3 7 28 91
Tipe I Tidak dipecah 22 31 43 50
Tipe V Dipecah 27 36 48 55
Tidak dipecah 29 37 49 55
Tipe III
Dipecah 34 43 54 60
Tabel 2.A.4 : Perkiraan kekuatan tekan beton dengan faktor air semen (W/C) = 0,5
Penentuan faktor air semen (W/C) untuk kekuatan tekan rencana tertentu ditetapkan
dengan langkah sebagai berikut :
a) Tentukan kadar kuat tekan rencana, tipe semen, jenis agregat kasar yang digunakan, serta
umur kubus beton dimana kekuatan tekan rencananya akan ditinjau.
b) Dari tabel 4, maka perkiraan kekuatan tekan kubus beton untuk W/C = 0,5 dapat ditetapkan.
c) Dengan menggunakan kurva hubungan antara kekuatan tekan dan W/C pada gambar9, tarik
garis vertikal ke atas dari W/C = 0,5 sehingga memotong kekuatan tekannya(pada langkah
b).
d) Dari perpotongan antara W/C = 0,5 dan perkiraan kekuatan tekan menurut tabel 4,
gambarkan kurva mengikuti kurva di sebelahnya pada kurva hubungan kekuatan tekan
dengan W/C seperti pada gambar9.
e) Nilai W/C untuk kekuatan tekan yang direncanakan dapat dicari dengan menarik garis dari
kekuatan tekan rencana hingga memotong kurva yang telah digambar pada langkah d,
kemudian dari titik potong tersebut ditarik garis vertikal ke bawah hingga memotong nilai
W/C. Nilai W/C inilah yang dijadikan dasar untuk perhitungan jumlah semen.
100
90
80
70
Kekuatan Tekan (MPa)
60
50
40
30
20
10
0
0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9
W/C
80
70
60
50
1
40
n
to
2
3b
s/m e
30
a
thlu
3
g
searea
g
20
ta
4
P se
ro n
10
0
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
W/C
80
70
60
50
40
s/ m3beton
30
regathalu
20
entaseag
10
P
0
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
W/C
LAPORAN PRAKTIKUM TBK KELOMPOK 12
1
2
2
3
3
4
4
80
70
60
50
1
40
3beton
2
s/ m
30
lu
3
gatha
4
re
20
rosentaseag
10
P
0
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
W/C
12
80
70
10
60
8
50
406
lus/m3beton
30
sentaseagregatha
20
Pro
2
10 Teknik Sipil S-1, Institut Teknologi Nasional Malang 32
0
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
W/C
LAPORAN PRAKTIKUM TBK KELOMPOK 12
1
1
2
2
3
3
4
4
80
70
60
50
40 1
3beton
2
s/ m
30
lu
3
gatha
4
re
20
rosentaseag
10
P
0
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
W/C
80
70
60
50
1
40
3beton
2
s/ m
30
lu
3
regatha
20 4
rosentaseag
10
P
0
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
W/C
Angka-angka di sebelah kiri garis pada gambar 10a, 10b, 10c menunjukkan prosentase
agregat halus lolos saringan 0,60 mm.
Dengan telah ditentukannya prosentase agregat halus, maka prosentase agregat kasar
adalah 100 % - prosentase agregat halus, sehingga besarnya specific gravity agregat gabungan
merupakan jumlah hasil perkalian antara masing-masing prosentase agregat dengan specific
gravity-nya.
2700
Be rat je nis be ton se gar (kg/m 3 )
2600
2500
2400
2300
2200
2100
95 110 125 140 155 170 185 200 215 230 245 260
Kadar air bebas (kg/m3)
Perkiraan berat jenis beton segar dapat dihitung dengan menggunakan bantuan grafik
hubungan antara jumlah air bebas dengan specific gravity gravity gabungan seperti pada gambar
11 berikut :
Berat keseluruhan agregat yang diperlukan untuk setiap m 3 beton merupakan hasil
pengurangan jumlah semen dan air dari berat jenis beton segar yang diperkirakan menurut
gambar 11 di atas.
2 1
3 Wf + 3 Wc
dimana : Wf = perkiraan jumlah air untuk agregat kasar dipecah
Wc = perkiraan jumlah air untuk agregat kasar tidak dipecah
2 1 2 1
3 Wf + 3 Wc = 3 205 + 3 175
= 195 kg
4. Menentukan jumlah semen
5 BAGIAN
PELAKSANAAN PRAKTIKUM CAMPURAN,
B.1 TUJUAN
Penentuan ukuran derajat kemudahan pengecoran adukan beton segar.
Teknik Sipil S-1, Institut Teknologi Nasional Malang 32
LAPORAN PRAKTIKUM TBK KELOMPOK 12
B.2 PERALATAN
1) Cetakan berupa kerucut terpancung dengan diameter bagian bawah 20 cm, bagian atas 10
cm dan tinggi 30 cm. Bagian atas dan bawah cetakan terbuka.
2) Tongkat pemadat dengan diameter 16 mm, panjang 60 cm. Ujung dibulatkan dan
sebaiknya terbuat dari baja tahan karat.
3) Pelat logam dengan permukaan rata dan kedap air.
4) Sendok cekung.
B.4 PERHITUNGAN
Nilai slump = tinggi cetakan – tinggi rata-rata benda uji
Dari percobaan didapat nilai sebagai berikut :
Tinggi slump = 30 cm, diameter atas = 11,2 cm, diameter bawah = 22,5 cm
Tinggi penurunan 1 = 24 cm dan tinggi penurunan 2 = 24cm
Batas tinggi penurunan slump = 20 cm
Perhitungan
B.5 KESIMPULAN
Dari pecobaan didapat nilai tinggi penurunan pada percobaan 1 sebesar 6 cm dan percobaan 2
sebesar 6 cm dan sudah sesuai dengan syarat yang ditentukan sebesar 2,5-10 cm sehingga dapat
diterima
C.1 TUJUAN
Menentukan berat isi beton. Berat isi beton adalah berat beton per satuan isi.
C.2 PERALATAN
a) Timbangan dengan ketelitian 0,3 % dari berat contoh.
b) Tongkat pemadat, dengan diameter 16 mm, panjang 60 cm. Ujung dibulatkan dan sebaiknya
terbuat dari baja tahan karat.
c) Alat perata.
d) Takaran dengan kapasitas penggunaan :
Kapasitas (liter) Ukuran Maksimum Agregat (mm)
6 25,00
10 37,50
14 50,00
28 75,00
C.3 BAHAN
Contoh beton segar sebanyak-banyaknya dengan kapasitas takaran.
D.1 TUJUAN
Membuat benda uji untuk memeriksa kekuatan beton
D.2 PERALATAN
a) Cetakan silinder, diameter 10 cm dan tinggi 20 cm (digunakan untuk pengujian tekan).
b) Cetakan silinder, diameter 15 cm dan tinggi 30 cm (digunakan untuk pengujian tarik belah)
c) Cetakan balok (15 x 15 x 60) cm (digunakan untuk pengujian lentur)
d) Tongkat pemadat baja tahan karat, diameter 16 mm, panjang 60 cm, dengan ujung
dibulatkan
e) Bak pengaduk beton kedap air atau mesin pengaduk (molen / mixer)
f) Timbangan dengan ketelitian 0,3% dari berat contoh
g) Mesin uji tekan dengan kapasitas sesuai kebutuhan
h) Mesin uji lentur balok beton
i) Satu set alat pelapis (capping)
j) Peralatan tambahan : ember, sekop, sendok perata dan talam.
D.5 CATATAN
a) Pemeriksaan kekuatan beton biasanya dilakukan pada umur 3, 7, 14 dan 28 hari.
b) Minimum 2 buah benda uji untuk setiap pemeriksaan.
E.1 TUJUAN
Menentukan kekuatan tekan, tekan-belah dan lentur beton yang dibuat dan dirawat
(cured) di laboratorium.
E.2 PERALATAN
a) Timbangan
b) Mesin penguji tekan
c) Mesin penguji lentur
1 in.min 1 in.min
Load –applying
and support
D = 1/3 Speciment blocks
E.3 PENGUJIAN
a) Kekuatan Tekan :
o Ambillah benda uji dari tempat perawatan
o Timbang dan catatlah berat benda uji
o Letakkan benda uji pada mesin tekan secara sentris
o Jalankan mesin uji tekan. Tekanan harus dinaikkan berangsur-angsur dengan kenaikan
berkisar antara 4 kg/cm2 s/d 6 kg/cm2 per detik.
Teknik Sipil S-1, Institut Teknologi Nasional Malang 32
LAPORAN PRAKTIKUM TBK KELOMPOK 12
o Lakukan pembebanan sampai benda uji hancur dan catatlah beban maksimum hancur
yang terjadi selama pemeriksaan benda uji.
o Lakukan langkah-langkah di atas sesuai dengan jumlah benda uji yang akan ditentukan
kekuatan tekan karakteristiknya.
b) Kekuatan Tekan-Belah :
a. Ambillah benda uji dari tempat perawatan
b. Timbang dan catatlah berat benda uji
c. Pasang benda uji pada pemegang benda uji belah secara secara sentris, kemudian letakkan
benda uji beserta pemegangnya pada mesin tekan secara sentris.
d. Jalankan mesin uji tekan. Tekanan harus dinaikkan berangsur-angsur dengan kenaikan
berkisar antara 4 kg/cm2 s/d 6 kg/cm2 per detik.
e. Lakukan pembebanan sampai benda uji terbelah dan catatlah beban maksimum yang
terjadi pada saat benda uji terbelah.
f. Lakukan langkah-langkah di atas sesuai dengan jumlah benda uji yang akan diperiksa.
c) Kekuatan Lentur :
a. Ambillah benda uji dari tempat perawatan
b. Timbang dan catatlah berat benda uji
c. Letakkan benda uji pada mesin lentur secara sentris
d. Jalankan mesin uji lentur.
e. Lakukan pembebanan sampai benda uji patah dan catatlah beban maksimum yang terjadi
pada saat benda uji patah.
f. Lakukan langkah-langkah di atas sesuai dengan jumlah benda uji yang akan diperiksa.
E.4 PERHITUNGAN
P x Faktor bentuk
Kuat tekan beton = f’ci = A x Fu
D2 2P
Kuat tekan belah beton = σc=σt . [ r(D-r )
−1 ] dengan σt=
π . L. D
Dimana : P = beban maksimum (N)
L = Panjang / tinggi silinder
D = Diameter silinder (cm)
Teknik Sipil S-1, Institut Teknologi Nasional Malang 32
LAPORAN PRAKTIKUM TBK KELOMPOK 12
r = Jarak elemen dari puncak silinder (cm) = jari-jari
PL
R=
Kuat tekan belah beton = bd 2
Dimana : P = jumlah beban maksimal yang diberikan
L = panjang bentangan
b = lebar benda uji
d = tinggi benda uji
Teg. Teg.
Tangga3l Tanggal Bentuk
Umur Berat Tekanan Hancur Hancur
No.
(hari) (kg) hancur riil (Mpa) 28 hari
Buat test benda uji
(N) (Mpa)
1 29/11/2013 07/12/2013 7 Silinder 15 x 30 12,96 195000 7,18 16,985
2 29/11/2013 07/12/2013 7 Silinder 15 x 30 12,72 225000 8,28 19,598
3 29/11/2013 14/12/2013 14 Silinder 15 x 30 12,53 235000 11,71 15,119
4 29/11/2013 14/12/2013 14 Silinder 15 x 30 12,69 265000 13,20 17,049
5 29/11/2013 28/12/2013 28 Silinder 15 x 30 12,55 285000 16,14 16,136
Teknik Sipil S-1, Institut Teknologi Nasional Malang 32
LAPORAN PRAKTIKUM TBK KELOMPOK 12
11,03460
n -1
= √ 6- 1
= 1,48557 Mpa
Kuat tekan beton
Fc’r = fc’ + 1,34 x S
Fc’ = Fc’r – 1,34 x S
= 16,985 – 1,34 x 1,48557
= 15,0537 Mpa diambil yang terkecil 15,0537 Mpa
2 x 120000
σt = =1, 6985 kg /cm3
π x300x50
20000 . 600
fr= 2
=3 ,56 kg /cm2
150 . 150
16000 . 600
fr= 2
=2 , 84 kg/cm 2
150 . 150
E.6 KESIMPULAN
Dari hasil percobaan dan pengamatan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
semakin lama umur beton (dimulai dari pelepasan dari cetakan ) semakin kuat tekanan
betonnya, maka pada umur 28 hari, kuat beton menjadi konstan.
S=
Dimana :
S
√ ∑ (f ' ci−f ' cr )2
n -1
1
= deviasi standar
f’cr = kekuatan tekan beton rata-rata (kg/cm2), menurut rumus :
n
∑ f ' ci
1
f’cr = n
Dimana :
fc’i = kuat tekan beton benda uji ke i
n = jumlah seluruh nilai hasil pemeriksaan.
b. Menghitung nilai kekuatan tekan beton karakteristik dengan 5% kemungkinan adanya kekuatan
yang tidak memenuhi syarat :
f’c = f’cr – 1,34 . S
f’c = f’cr – 2,33 . S –3,5
Nilai kekuatan tekan beton karakteristik yang diperoleh pada langkah (b) dibandingkan dengan
kuat tekan rencana. Disebut benda uji memenuhi persyaratan mutu kekuatan apabila nilai ada lebih
besar dari nilai rencana. Benda uji tidak memenuhi syarat, apabila mutu kekuatan ada kurang dari
nilai rencana. Untuk hal ini, perlu dilakukan koreksi pada perencanaan.
A. HASIL PERCOBAAN
Teg.
Tanggal Tanggal Bentuk
Umur Berat Tekanan Hancur Teg. Hancur (f’ci –
No. f’cr)2
(hari) (kg) hancur riil (Mpa) 28 hari
Buat Test benda uji
(N) (Mpa)
11/29/201 Silinder
1 12/7/2013 7 12.96 195000 7.18 16.985 0.000039
3 15 x 30
11/29/201 Silinder
2 12/7/2013 7 12.72 225000 8.28 19.598 6.861083
3 15 x 30
11/29/201 Silinder
3 12/14/2013 14 12.53 235000 11.71 15.119 3.457825
3 15 x 30
11/29/201 Silinder
4 12/14/2013 14 12.69 265000 13.20 17.049 0.004985
3 15 x 30
11. 034601
n -1
= √
= 1,48557
6- 1
Jadi kuat tekan beton dari hasil pengujian yaitu 15,0537 Mpa
Perbandingan kekuatan tekan beton karakteristik dengan kekuatan tekan beton karakteristik
rencana :
- Batas atas = 25 + ( 5 % x 25 ) = 26,25 Mpa
- Batas bawah = 25 – ( 5 % x 25 ) = 23,75 Mpa
Syarat Mutu : 23,75 < f’c < 26,25
KESIMPULAN
Dari hasil perhitungan didapat nilai S = 1,48557
Nilai yang didadpat dari perhitungan adalah 15,0537 Mpa berada dibawah kekuatan tekan
beton yang direncanakan batas atas= 26,25 dan batas bawah 23,75 Mpa. Maka tidak
memenuhi syarat. Untuk itu perlu ada koreksi pada perencanaan dan ketelitian pada saat
pengerjaan pengecoran serta perhitungan pada saat pembacaan uji tekan beton.
9
5
BA
GIA
LAPORAN, KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
10 N
Secara umum hasil pekerjaan praktikum ditulis dalam bentuk laporan. Dokumentasi laporan
ditulis sesuai dengan logika urutan pekerjaan yang dilakukan. Kesimpulan dan rekomendasi
merupakan bagian akhir dari isi laporan.
B. SARAN
a) Lebih teliti dalam melakukan praktikum
b) Ikut prosedur dan petunjuk dengan baik
c) Lebih mempelajari materi yang ada
d) Materi ang dipakai seharusnya adalah materi yang sudah di uji pada
percobaan sebelumya agar didapatkan mutu yang sesuai dengan rencana