A.2 PERALATAN
a) Timbangan dengan ketelitian 0,1 % dari berat contoh.
b) Oven dengan pengatur suhu sampai pemanasan (110 5)C.
c) Tongkat pemadat diameter 15 mm, panjang 60 cm, yang ujungnya bulat, terbuat dari
baja tahan karat.
d) Mistar perata.
e) Sekop.
f) Wadah baja yang cukup kaku berbentuk silinder dengan alat pemegang, berkapasitas
sebagai berikut :
Tebal wadah minimum Ukuran butir
Kapasitas Diameter
Tinggi (mm) (mm) maksimum agregat
(liter) (mm)
dasar Sisi (mm)
2,832 152,4 2,5 154,9 2,5 5,08 2,54 12,70
9,435 203,2 2,5 292,4 2,5 5,08 2,54 25,40
14,158 254,0 2,5 279,4 2,5 5,08 3,00 38,10
28,316 355,6 2,5 284,4 2,5 5,08 3,00 101,60
28
A.3 BAHAN
Bahan yang digunakan adalah agregat kasar dan agregat halus.
29
A.5 PERHITUNGAN
a. Contoh Sampel Perhitungan Berat Isi Semen
Lepas Atau Gembur Diketahui :
Berat Benda Uji I = 3520 gr
Isi Tempat I = 3000 cm3
Berat isi benda uji I
3520 3
¿ =1 ,17 gr /cm
3000
Padat Diketahui :
Berat Benda Uji I = 3830 gr
Isi Tempat I = 3000 cm3
Berat isi benda uji I
3830 3
¿ =1 ,28 gr /cm
3000
Berat Isi rata-rata
1, 28+1 , 26+1 , 24 3
¿ =1 , 26 gr /cm
3
BERAT ISI SEMEN
PADAT I II III
733
A. Berat tempat + Benda uji (gr) 7380 0 7270
355
B. Berat tempat (gr) 3550 0 3550
378
C. Berat benda uji (gr) 3830 0 3720
300
D. Isi tempat (cm3) 3000 0 3000
30
E. Berat isi benda uji (gr/cm3) 1.28 1.26 1.24
3
F. Berat isi benda uji rata-rata (gr/cm ) 1.26
KESIMPULAN :
Berat Isi agregat adalah perbandingan antara berat agregat dengan isi berdasarkan
percobaan
Berat Isi Semen :
Lepas /Gembur : 1.16 gr /cm3
Padat : 1.26 gr /cm3
31
E. Berat isi benda uji (gr/cm3) 1.74 1.74 1.75
3
F. Berat isi benda uji rata-rata (gr/cm ) 1.74
PADAT I II III
916
A. Berat tempat + Benda uji (gr) 9140 0 9190
355
B. Berat tempat (gr) 3550 0 3550
561
C. Berat benda uji (gr) 5590 0 5640
300
D. Isi tempat (cm3) 3000 0 3000
3
E. Berat isi benda uji (gr/cm ) 1.86 1.87 1.88
3
F. Berat isi benda uji rata-rata (gr/cm ) 1.87
KESIMPULAN :
Berat Isi agregat adalah perbandingan antara berat agregat dengan isi berdasarkan
percobaan
Berat Isi Agregat Halus :
Lepas /Gembur : 1.74 gr /cm3
Padat : 1.87 gr /cm3
Hasil agregat halus digunakan untuk menentukan proporsi campuran agregat yang
diperuntukkan dalam perencanaan adukan beton di lapangan.
Hasil agregat halus digunakan untuk menentukan berat volume setelah dicetak.
32
BERAT ISI AGREGAT KASAR
PADAT I II III
2344
A. Berat tempat + Benda uji (gr) 23220 0 23420
B. Berat tempat (gr) 7860 7860 7860
1558
C. Berat benda uji (gr) 15360 0 15560
1000
D. Isi tempat (cm3) 10000 0 10000
E. Berat isi benda uji (gr/cm3) 1.536 1.558 1.556
3
F. Berat isi benda uji rata-rata (gr/cm ) 1.55
KESIMPULAN :
Berat Isi agregat adalah perbandingan antara berat agregat dengan isi berdasarkan
percobaan :
Berat Isi Agregat Kasar :
Lepas /Gembur : 1.421 gr /cm3
Padat : 1.55 gr /cm3
A.6 CATATAN
Wadah sebelum digunakan harus dikalibrasi dengan cara :
a) Isilah wadah dengan air sampai penuh pada suhu kamar, sehingga waktu ditutup
dengan plat kaca tidak terlihat gelembung udara.
b) Timbang dan catatlah berat wadah beserta air.
c) Hitunglah berat air ((berat wadah + air) – berat wadah).
d) Berat air adalah sama dengan volume wadah dalam dm3 (liter).
33
B. ANALISA SARINGAN AGREGAT KASAR DAN HALUS
B.1 TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan pembagian butir (gradasi)
agregat. Data distribusi butiran pada agregat diperlukan dalam perencanaan adukan
beton. Pelaksanaan penentuan gradasi ini dilakukan pada agregat halus dan agregat
kasar. Alat yang digunakan adalah seperangkat saringan dengan ukuran lubang (jaring-
jaring) tertentu.
B.2 PERALATAN
1) Timbangan dengan ketelitian 0,2 % dari berat benda uji.
2) Oven dengan pengatur suhu sampai pemanasan (110 5)C.
3) Alat pemisah contoh (sample splitter).
4) Alat penggetar saringan (shieve shaker).
5) Talam-talam.
6) Kuas, sikat kuningan, sendok
7) Seperangkat saringan dengan ukuran :
34
Ukuran lubang
Nomor saringan Keterangan
mm inchi
- 76,20 3
Perangkat saringan untuk agregat kasar
- 63,50 2,5
ukuran # 2 (diameter agregat antara
- 50,80 2
ukuran 100 mm – 19 mm)
- 37,50 1,5
Berat minimum contoh 35 kg
- 25,00 1
- 50,00 2
- 37,50 1,5
Perangkat saringan untuk agregat kasar
- 25,00 1
ukuran # 467 (diameter agregat antara
- 19,10 3/4
ukuran 50 mm – 4,76 mm)
- 12,50 1/2
Berat minimum contoh 20 kg
- 9,50 3/8
- 4,76 -
- 25,00 1
- 19,10 3/4 Perangkat saringan untuk agregat kasar
- 12,50 1/2 ukuran # 67 (diameter agregat antara
- 9,50 3/8 ukuran 25 mm – 2,38 mm)
No. 4 4,76 - Berat minimum contoh 10 kg
No. 8 2,38 -
- 12,50 1/2
Perangkat saringan untuk agregat kasar
- 9,50 3/8
ukuran # 8 (diameter agregat antara
No. 4 4,76 -
ukuran 12,5 mm – 1,19 mm)
No. 8 2,38 -
Berat minimum contoh 2,5 kg
No. 16 1,19 -
35
Gambar 2.1.3 Aparatus Untuk Analisis Saringan Agregat Kasar Dan Halus
B.3 BAHAN
Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempatan. Berat dari
contoh disesuaikan dengan ukuran maksimum diameter agregat kasar yang digunakan,
seperti diuraikan pada tabel perangkat saringan.
B.5 PERHITUNGAN
Contoh Sample Perhitungan Untuk Agregat Halus
Diketahui :
Berat total benda uji = 2000 gr
Ukuran saringan = 4,75 mm (No.4)
Berat tertahan = 108 gr
Proses Tertahan :
Berat terta h an
¿ × 100 %
Berat total benda uji
108
¿ ×100 %=5 , 4 %
2000
36
Untuk perhitungan selanjutnya dapat dihitung dengan cara yang sama, dan
hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Zona 1
Ukuran Batas Batas
Lewat
Saringan Atas Bawah
No.200 1,625
No. 100 10 0 12,705
No. 50 20 5 35,22
No. 30 34 15 46,125
No. 16 70 30 66,67
No. 8 95 60 86,48
No. 4 100 90 93,865
3/8" 100 100 99,265
3/4" 100
1 1/2" 100
3" 100
Tabel 8.1.3 Batas Atas dan Batas Bawah Agregat Halus Zona I
37
Batas atas dan Batas Bawah Zona I
120
100
Persentase Lewat (%)
80
60 Batas Atas
Batas Bawah
40 Lewat
20
0
00 10
0
.5
0
.3
0
.1
6 .8 .4 8" 4" 2" 3"
o.2 . o o o No No 3/ 3/ 1/
N No N N N 1
Ukuran Saringan
Grafik 1.1.3 Batas Atas dan Batas Bawah Agregat Halus Zona I
Zona 2
Batas Batas
Ukuran
Atas Bawah
Saringan
No.200
No. 100 10 0
No. 50 30 8
No. 30 59 35
No. 16 90 55
No. 8 100 75
No. 4 100 90
3/8" 100 100
3/4"
1 1/2"
3"
Tabel 9.1.3 Batas Atas dan Batas Bawah Agregat Halus Zona II
38
Batas atas dan Batas Bawah Zona II
120
100
Persentase Lewat (%)
80
60
Batas Atas
Batas Bawah
40 Lewat
20
0
00 00 .5
0
.3
0
.1
6 .8 .4 8" 4" 2" 3"
.2 .1 No No 3/ 3/ 1/
N o
N o No No No 1
Ukuran Saringan
Grafik 2.1.3 Batas Atas dan Batas Bawah Agregat Halus Zona II
Zona 3
Batas Batas
Ukuran
Atas Bawah
Saringan
No.200
No. 100 10 0
No. 50 40 12
No. 30 79 60
No. 16 100 75
No. 8 100 85
No. 4 100 90
3/8" 100 100
3/4"
1 1/2"
3"
Tabel 10.1.3 Batas Atas dan Batas Bawah Agregat Halus Zona III
39
Batas atas dan Batas Bawah Zona III
120
100
Persentase Lewat (%}
80
60 Batas Atas
Batas Bawah
40 Lewat
20
0
00 00 .5
0
.3
0
.1
6 .8 .4 8" 4" 2" 3"
.2 .1 No No 3/ 3/ 1/
No N o No No No 1
Ukuran Saringan
Grafik 3.1.3 Batas Atas dan Batas Bawah Agregat Halus Zona III
Zona 4
Batas Batas
Ukuran
Atas Bawah
Saringan
No.200
No. 100 15 10
No. 50 50 15
No. 30 100 80
No. 16 100 90
No. 8 100 95
No. 4 100 95
3/8" 100 100
3/4"
1 1/2"
3"
Tabel 11.1.3 Batas Atas dan Batas Bawah Agregat Halus Zona IV
40
Batas atas dan Batas Bawah Zona IV
120
100
80
Persentase Lewat (%}
60
Batas Atas
40 Batas Bawah
Lewat
20
0
00 10
0
.5
0
.3
0
.1
6 .8 .4 8" 4" 2" 3"
o.2 . o o o No No 3/ 3/ 1/
N No N N N 1
Ukuran Saringan
Grafik 4.1.3 Batas Atas dan Batas Bawah Agregat Halus Zona IV
41
KESIMPULAN :
Batas Batas
Ukuran
Atas Bawah
Saringan
No.200
No. 100 10 0
No. 50 30 8
No. 30 59 35
No. 16 90 55
No. 8 100 75
No. 4 100 90
3/8" 100 100
3/4"
1 1/2"
3"
100
Persentase Lewat (%)
80
60
Batas Atas
Batas Bawah
40
Lewat
20
0
00 00 50 30 16 .8 .4 8" 4" 2" 3"
o.2
o.1 o. o. o. No No 3/ 3/ 1/
N N N N N 1
Ukuran Saringan
Untuk agregat halus masuk dalam grafik Zona II, yang akan di gunakan data perencanaan
campuran beton karena banyak titik hitungan yang masuk pada kurva Zona II.
42
Contoh Sample Perhitungan Untuk Agregat Kasar
Diketahui :
Berat total benda uji = 23370 gr
Ukuran saringan = 19,1 mm (3/4”)
Berat tertahan = 7631,9 gr
Proses Tertahan :
Berat terta h an
¿ × 100 %
Berat total benda uji
7631, 9
¿ ×100 %=32 , 66 %
23370
Untuk perhitungan selanjutnya dapat dihitung dengan cara yang sama, dan
hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut :
43
Ukuran Batas Batas
Saringan Atas Bawah
No.200
No. 100
No. 50
No. 30
No. 16
No. 8
No. 4 10 0
3/8" 85 50
3/4" 100 100
1 1/2"
3"
Tabel 13.1.3 Batas Atas dan Batas Bawah Agregat Kasar ϕ 4,8 – 9,6 mm
100
80
Persentase Lewat (%)
60 Batas Atas
Batas Bawah
Lewat
40
20
0
00 00 .5
0
.3
0
.1
6 .8 .4 8" 4" 2" 3"
.2 .1 No No 3/ 3/ 1/
N o
N o No No No 1
Ukuran Saringan
Grafik 5.1.3 Batas Atas dan Batas Bawah Agregat Kasar ϕ 4,8 – 9,6 mm
44
Ukuran Batas Batas
Saringan Atas Bawah
No.200
No. 100
No. 50
No. 30
No. 16
No. 8
No. 4 10 0
3/8" 60 30
3/4" 100 95
1 1/2" 100 100
3"
Tabel 14.1.3 Batas Atas dan Batas Bawah Agregat Kasar ϕ 4,8 – 19 mm
100
80
Persentase Lewat (%)
60 Batas Atas
Batas Bawah
40 Lewat
20
0
00 00 .5
0
.3
0
.1
6 .8 .4 8" 4" 2" 3"
o.2
o.1 o o o No No 3/ 3/ 1/
N N N N N 1
Ukuran Saringan
Grafik 6.1.3 Batas Atas dan Batas Bawah Agregat Kasar ϕ 4,8 – 19 mm
45
Ukuran Batas Batas
Saringan Atas Bawah
No.200
No. 100
No. 50
No. 30
No. 16
No. 8
No. 4 5 0
3/8" 40 10
3/4" 70 35
1 1/2" 100 95
3"
Tabel 15.1.3 Batas Atas dan Batas Bawah Agregat Kasar ϕ 4,8 – 38 mm
100
80
Persentase Lewat (%)
60 Batas Atas
Batas Bawah
40 Lewat
20
0
00 10
0
.5
0
.3
0
.1
6 .8 .4 8" 4" 2" 3"
o.2 . o o o No No 3/ 3/ 1/
N No N N N 1
Ukuran Saringan
Grafik 7.1.3 Batas Atas dan Batas Bawah Agregat Kasar ϕ 4,8 – 38 mm
KESIMPULAN :
46
Ukuran Batas Batas
Saringan Atas Bawah
No.200
No. 100
No. 50
No. 30
No. 16
No. 8
No. 4 5 0
3/8" 40 10
3/4" 70 35
1 1/2" 100 95
3"
100
80
Persentase Lewat (%)
60 Batas Atas
Batas Bawah
Lewat
40
20
0
No.200 No. No. 50 No. 30 No. 16 No. 8 No. 4 3/8" 3/4" 1 1/2" 3"
100
Ukuran Saringan
Agregat kasar yang dipakai memiliki diameter maksimum 38 mm karena banyak titik
hitungan yang masuk pada kurva diameter 4,8 – 38 mm.
47
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan jumlah bahan yang terdapat
dalam agregat yang lolos saringan No. 200 dengan cara pencucian.
C.2 PERALATAN
1) Saringan No. 16 dan No. 200.
2) Wadah pencuci benda uji dengan kapasitas yang cukup besar sehingga pada waktu
diguncang-guncangkan benda uji / air pencuci tidak tumpah.
3) Oven dengan pengatur suhu sampai pemanasan (110 5)C.
4) Timbangan dengan ketelitian 0,1 % dari berat benda uji.
5) Talam berkapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh agregat.
6) Sekop.
C.3 BAHAN
Berat minimum contoh agregat tergantung pada ukuran maksimum, dengan
batasan sebagai berikut :
Ukuran maksimum Berat minimum
2,36 mm No. 8 100 Gram
1,18 mm No. 4 500 Gram
9,50 mm 3/8 “ 2000 Gram
19,10 mm 3/4 “ 2500 Gram
38,10 mm 1½“ 5000 Gram
C.5 PERHITUNGAN
W 1 −W 4
x 100 %
Jumlah bahan lewat saringan No. 200 = W1
Dimana :
W1 = berat benda uji semula (gram)
W4 = berat benda uji tertahan saringan No. 200 (gram).
C.6 KESIMPULAN
Dari perhitungan didapatkan bahwa jumlah bahan lewat saringan No.200 adalah
5,71%
C.7 LAPORAN
Analisis jumlah bahan yang lolos saringan No.200 dalam persen. Jika presentase
bahan yang lewat > 5 %, berarti bahan mempunyai kandungan lumpur yang tinggi.
C.8 CATATAN
Pada waktu menuang air cucian, usahakan barang-barang yang kasar tidak ikut
tertuang.
D. PEMERIKSAAN KOTORAN ORGANIK
D.1 TUJUAN PERCOBAAN
49
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan adanya kandungan bahan
organik dalam agregat halus. Kandungan bahan organik yang berlebihan dapat
mempengaruhi kualitas hasil penggunaan pasir untuk campuran, misalnya beton.
D.2 PERALATAN
a. Botol gelas tembus pandang dengan penutup karet atau gabus atau bahan lainnya yang
tidak bereaksi terhadap NaOH. Volume gelas = 350 ml.
b. Standar warna (organics plate).
c. Larutan NaOH 3%.
D.3 BAHAN
Contoh pasir dengan volume 115 ml (1/3 volume botol)
D.5 LAPORAN
Analisis kotoran organik berdasarkan observasi warna contoh terhadap warna
standar No. 3.
50
Warna Penurunan kekuatan
Bening 0%
kuning muda 0-5%
kuning tua 5 - 10 %
coklat muda 10 - 15 %
coklat tua 15 - 20 %
coklat merah 20 - 25 %
Hitam 25 - 30 %
KESIMPULAN :
Kadar zat organik agregat halus, setelah didiamkan selama 24 jam berwarna kuning muda
yang berarti memiliki penurunan kekuatan sebesar 0-5%.
D.7 CATATAN
a. Larutan NaOH 3% diperoleh dari campuran 3 bagian larutan berat NaOH dalam 97
bagian berat air suling.
b. Bila warna cairan contoh lebih tua dari warna standar No. 3, berarti kandungan bahan
organik melebihi toleransi (pasir terlalu kotor).
E.2 PERALATAN
Gelas ukur
E.3 BAHAN
Contoh pasir secukupnya (kondisi lapangan) dengan bahan pelarut air biasa.
51
V₂
¿ × 100 %
V ₁+V ₂
Dimana :
V1 = tinggi pasir
V2 = tinggi lumpur
Dengan pasir sebanyak 450 ml dan ditambahkan air sebanyak 550 ml
E.6 KESIMPULAN
Sesuai dengan hasil perhitungan didapat kadar lumpur yang ada = 0,89 % < 5 %
berarti kandungan lupurya sangat rendah, sehigga dapat langsung digunakan dalam
pembuatan beton tanpa harus di cuci terlebih dahulu.
E.7 CATATAN
Pemeriksaan kadar lumpur ini merupakan cara lain untuk melakukan pemeriksaan
kadar lumpur dengan penyaringan bahan lewat saringan no. 200.
52
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kadar air agregat dengan cara
pengeringan. Kadar air agregat adalah perbandingan antara berat air yang terkandung
dalam agregat dengan berat agregat dalam keadaan kering.
F.2 PERALATAN
a. Timbangan.
b. Oven dengan pengatur suhu sampai pemanasan (110 5)C.
c. Talam logam tahan karat berkapasitas cukup besar bagi tempat pengeringan contoh
benda uji.
F.3 BAHAN
Berat minimum contoh agregat tergantung pada ukuran maksimum, dengan
batasan sebagai berikut :
Berat Berat
Ukuran maksimum Ukuran maksimum
minimum miunimum
6,30 mm (1/4 “) 0,50 kg 50,80 mm (2 “) 8,00 kg
9,50 mm (3/8 “) 1,50 kg 63,50 mm (2 ½ “) 10,00 kg
12,70 mm (1/2 “) 2,00 kg 76,20 mm (3 “) 13,00 kg
19,10 mm (3/4 “) 3,00 kg 88,90 mm (3 ½ “) 16,00 kg
25,40 mm (1 “) 4,00 kg 101,60 mm (4 “) 25,00 kg
38,00 mm (1 ½ “) 6,00 kg 152,40 mm (6 “) 50,00 kg
53
F.5 PERHITUNGAN
Kadar Air Agregat :
W ₃−W ₅
¿ ×100 %
W₃
Dimana :
W3 = berat contoh semula (gram)
W5 = berat contoh kering (gram)
Perhitungan selanjutnya dapat dihitung dengan cara yang sama, dan hasil perhitunganya
dapat dilihat pada tabel berikut :
KADAR AIR AGREGAT KASAR
ASLI SSD
54
Nomor test D B H B
A. Berat tempat (gr) 2090 2300 236.7 253.0
5052.
B. Berat tempat + contoh (gr) 23890 25200 9 5308
4969.
C. Berat tempat + contoh kering oven (gr) 22460 24880 5 5226.1
BC 1.76 1.64
D. x 100 % (%) 7.02 % 1.42%
Kadar air = C A % %
E. Kadar air rata-rata (%) 4.22 % 1.7 %
KESIMPULAN :
Kadar Air Untuk Agregat Kasar Berupa Kerikil :
Kadar air asli = 4,215 %
Kadar air SSD = 1,7 %
Perhitungan selanjutnya dapat dihitung dengan cara yang sama, dan hasil perhitunganya
dapat dilihat pada tabel berikut :
KADAR AIR AGREGAT HALUS
55
ASLI SSD
Nomor test E C A B
A. Berat tempat (gr) 2450 2380 130.5 104.8
1569.
B. Berat tempat + contoh (gr) 12150 12890 7 1417.2
1560.
C. Berat tempat + contoh kering oven (gr) 10970 11660 4 1408.4
BC 13.25 0.65 0.67
D. x 100 % (%) 13.87%
Kadar air = A
C % % %
E. Kadar air rata-rata (%) 13.56 % 0.66 %
KESIMPULAN :
Kadar Air Untuk Agregat Halus Berupa Pasir :
Kadar air asli = 13,56 %
Kadar air SSD = 0,66 %
G.2 PERALATAN
1) Timbangan dengan ketelitian 0,5 gram yang mempunyai kapasitas 5 kg.
2) Keranjang besi diameter 203,2 mm (8”) dan tinggi 63,5 mm (2,5 “).
3) Oven dengan pengatur suhu sampai pemanasan (110 5)C.
4) Handuk
5) Talam logam tahan karat untuk tempat pengeringan benda uji absorbsi.
G.3 BAHAN
Berat contoh agregat disiapkan sebanyak 11 liter dalam keadaan kering muka (SSD
= Saturated Surface Dry). Contoh diperoleh dari bahan yang diproses melalui alat
pemisah atau cara perempatan. Butiran agregat yang lolos saringan No. 4 tidak dapat
digunakan sebagai benda uji.
56
5) Temperaur air dijaga (73,4 3) Fahrenheit, dan kemudian ditimbang setelah keranjang
6) digoyang-goyangkan dalam air untuk melepaskan udara yang terperangkap. Hitung
berat contoh kondisi jenuh (Ba).
7) Contoh dikeringkan pada temperatur (212 130) Fahrenheit. Setelah didinginkan,
contoh ditimbang (Bk).
G.5 PERHITUNGAN
Contoh Sample Perhitungan
Berat Jenis (Bulk) :
Bk
¿
Bj−Ba
4881
¿ =2,580
5000−3108 , 3
Dimana :
Bj = berat contoh kering permukaan jenuh = 5000 gram
Bk = berat contoh kering oven
Ba = berat contoh di dalam air
57
Bj−Bk
¿ ×100 %
Bk
5000−4881
¿ ×100 %=2,438 %
4881
Dimana :
Bj = berat contoh kering permukaan jenuh = 5000 gram
Bk = berat contoh kering oven
Untuk perhitungan selanjutnya dapat dihitung dengan cara yang sama , dana hasil
perhitunganya dapat dilihat pada tabel berikut :
I II Rata-rata
Berat contoh kering oven Bk 4881 4881.6 4881.3
Berat contoh kering permukaan jenuh Bj 5000 5000 5000
Berat contoh di dalam air Ba 3108.39 3123.4 3115.85
B k
Berat Jenis (bulk) B j B a
2.580 2.601 2.590
B j
Berat jenis kering permukaan jenuh B j B a 2.643 2.664 2.65
Bk
Berat jenis semu (apparent) 2.753 2.776 2.764
Bk Ba
G.6 KESIMPULAN
Dari hasil percobaan dan analisa, maka dapat disimpulkan keadaan agregat
kasar yang dipakai adalah :
Agregat kasar memiliki berat jenis (Bulk) rata-rata adalah = 2,59
Berat jenis kering permukaan jenuh rata-rata = 2,65
Berat jenis semu (Apparent) rata-rata = 2,76
Penyerapan (Abbsorsi) rata-rata = 2,43 %
Nilai yang didapatkan untuk menetapkan kasarnya komposisi volume agregat
dalam adukan beton adalah berat jenis beton kering permukaan jenuh (SSD) sebesar
2,65 dan penyerapan sebesar 2,43 %.
58
H.1 TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini adalah menentukan “bulk dan apparent” specific gravity
dan penyerapan agregat halus menurut prosedur ASTM C-128.
H.2 PERALATAN
a. Timbangan dengan ketelitian 0,5 gr dengan kapasitas minimum 1000 gram.
b. Oven dengan pengatur suhu sampai pemanasan (110 5)C.
c. Piknometer dengan kapasitas 500 gram.
d. Cetakan kerucut pasir (metal sand cone) dan tongkat pemadat dari logam.
Gambar 7.1.3 Aparatus untuk analisis specific gravity dan absorbsi agregat halus
H.3 BAHAN
Berat contoh agregat disiapkan sebanyak 1000 gram. Contoh diperoleh dari bahan
yang diproses melalui alat pemisah atau cara perempatan.
H.5 PERHITUNGAN
59
Contoh Sample Perhitungan
Berat Jenis (Bulk) :
Bk
¿
(B+ Bj – Bt )
491 ,1
¿ =2,602
663 ,5+500−974 , 8
Dimana :
Bj = berat contoh kering permukaan jenuh = 500 gram
Bk = berat contoh kering oven
B = berat piknometer diisi air pada 25C
Bt = berat piknometer + contoh SSD + air (25C)
60
Perhitungan selanjutnya dapat dihitung dengan cara yang sama, dan hasil perhitunganya
dapat dilihat pada tabel berikut :
I II Rata-rata
Berat contoh kering oven Bk 491.1 492 491.55
Berat contoh kering permukaan jenuh Bj 500 500 500
Berat Piknometer Diisi Air Pada 25° C B 663.5 657.2 660.35
Berat Piknometer + Contoh + Air (25° C) Bt 974.8 971.4 973.1
H.6 KESIMPULAN
Dari hasil percobaan dan analisa, maka dapat disimpulkan keadaan agregat
halus yang dipakai adalah :
Agregat halus memiliki berat jenis (bulk) rata-rata = 2,63
Berat Jenis kering permukaan jenuh rata-rata = 2.67
Berat jenis semu (apparent) rata-rata = 2.75
Penyerapan (absorsi) rata-rata = 1,68 %
Nilai yang dipakai untuk menetapkan besarnya komposisi volume agregat dalam
adukan beton adalah berat jenis beton kering permukaan jenuh (SSD) sebesar 2,67 dan
penyerapan sebesar 1,68 %
61
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan ketahanan agregat kasar
yang lebih kecil dari 37,5 mm (1 ½”) terhadap keausan menggunakan alat Los
Angeles.
I.2 PERALATAN
1) Mesin Abrasi Los Angeles, yaitu mesin yang terdiri dari silinder baja tertutup pada
kedua sisinya dengan diameter 71 cm (28”) dan panjang 50 cm (20”). Silinder ini
bertumpu pada dua poros pendek tidak menerus yang berputar pada poros mendatar.
Silinder mempunyai lubang untuk memasukkan benda uji. Penutup lubang terpasang
rapat sehingga permukaan dalam silinder tidak terganggu. Di bagian dalam silinder
terdapat bilah baja melintang penuh setinggi 8,9 cm (3,56”).
2) Bola-bola baja mempunyai diameter rata-rata 4,68 cm (1 7/8”) dan berat masing-
masing antara 400 gram sampai 440 gram.
3) Saringan mulai ukuran 37,5 mm (1 ½”) sampai 2,38 mm (N0. 8).
4) Timbangan dengan kapasitas 5000 gram dan dengan ketelitian 1 gram.
5) Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu, memanasi sampai (110 5)C.
I.3 BAHAN
Benda uji harus bersih. Bila benda uji masih mengandung kotoran, debu, bahan
organik atau terselimuti oleh bahan lain, maka benda uji harus dicuci dahulu sampai
bersih kemudian dikeringkan dalam suhu (110 5)C.
Pisahkan benda uji ke dalam masing-masing fraksi kemudian digabungkan sesuai
dengan daftar berikut.
62
Ukuran saringan Berat dan gradasi benda uji (gram)
Lewat (mm) Tertahan (mm) A B C D
37,5 (1 ½”) 25,0 (1”) 1250 25 - - -
25,0 (1”) 19,0 (3/4”) 1250 25 - - -
19,0 (3/4”) 12,5 (1/2”) 1250 25 2500 25 - -
12,5 (1/2”) 9,5 (3/8”) 1250 25 2500 25 - -
9,5 (3/8”) 6,3 (1/4”) - - 2500 25 -
6,3 (1/4”) 4,75 (No.4) - - 2500 25 -
4,75 (No.4) 2,36 (No. 8) - - - 5000 10
Total 5000 10 5000 10 5000 10 5000 10
Jumlah bola 12 11 8 6
Berat bola (gram) 5000 25 4584 25 3330 25 2500 25
I.5 PERHITUNGAN
Nilai keausan Los Angeles
a−b
¿ × 100 %
a
Dimana :
a = Berat benda uji semula (gram)
b = Berat benda uji tertahan di saringan No. 12 (dan No. 4) (gram)
Contoh Sample Perhitungan :
Dimana :
Berat benda uji semula (gram) = 5000 gr
Berat benda uji tertahan di saringan No. 12 dan No. 4 = 4082 gr
Nilai Keausan Los Angeles :
a−b
¿ × 100 %
a
5000−4082
¿ ×100 %=18 , 36 %
5000
63
PENGUJIAN KEAUSAN AGREGAT
I II
a Berat benda uji semula 5000 gram
Berat benda uji tertahan saringan No.12 (&
b 4082 gram
No.4)
a-b
x 10 0 %
Keausan : a 18.36 %
Tabel 25.1.3 Pengujian Keausan Agregat Dengan Mesin Abrasi Los Angeles (500 Putaran ) AASHTO
T 96-77
I.6 KESIMPULAN
Dalam pengujian keausan ageregat di dapat prosentase hasil perhitungan adalah
18,36 %(terdapat pada prasyarat agregat pasal 5.3 SNI 03-2847-2002 tentang mutu dan
cara uji agregat beton. Sii 0052-80 ) berarti agregat yang diuji layak untuk dijadikan
bahan konstruksi.
J.2 PERALATAN
1) Botol Le Chatelier.
2) Kerosin bebas air atau naptha dengan berat jenis 62 API.
J.3 BAHAN
Contoh semen portland sebanyak 64 gram
J.5 PERHITUNGAN
Berat Jenis
65
berat semen
¿ ×d
V ₂−V ₁
Dimana :
V1 = pembacaan pertama pada skala botol.
V2 = pembacaan kedua pada skala botol.
D = berat isi air pada suhu 4 C (= 1 gram/cm3).
(V2-V1) = isi cairan yang dipindahkan oleh semen dengan berat tertentu.
J.6 KESIMPULAN
Dari hasil percobaan pemeriksaan berat jenis semen didapatkan berat jenis semen
rata-rata adalah 2,9
66
Tujuan percobaan ini adalah untuk menentukan konsistensi normal dari semen
hidrolis untuk keperluan penentuan waktu pengikatan semen.
K.2 PERALATAN
1) Mesin aduk (mixer) dengan daun-daun pengaduk dari baja tahan karat serta mangkuk
yang dapat dilepas.
2) Alat vicat (dengan menggunakan ujung C seperti pada gambar).
3) Timbangan dengan ketelitian sampai 1,0 gram.
4) Alat pengorek (scrapper) dibuat dari karet yang agak kaku.
5) Gelas ukur dengan kapasitas 150 atau 200 ml.
6) Sendok perata (trowel).
7) Sarung tangan karet.
K.3 BAHAN
a) Semen portland 3,5 kg (untuk 6 percobaan).
b) Air bersih (dengan suhu kamar).
67
e. Jalankan mesin aduk dengan kecepatan sedang (285 ppm) dan aduklah untuk 1 menit.
f. Segeralah ambil pasta dari mangkuk dan bentuklah sebagai bola. Lemparkan bola pasta
tersebut dari tangan yang satu ke tangan yang lain (dengan jarak 15 cm) beberapa
kali. Kemudian tempatkan pada alat vicat. Tekankan ke dalam cincin konis (G)
sehingga memenuhi cincin tersebut.
g. Tempatkan cincin tersebut pada pelat gelas (H) dan tuangkan kelebihan pasta semen
dari kedua sisi cincin. Ratakan bagian atas dari pasta semen dengan sendok adukan
sedemikian rupa sehingga tidak menekan adukan.
h. Pusatkan cincin berisi pasta tersebut di bawah batang (B) dan sentuhkan dan kemudian
kuncilah (putar kunci K) jarum C pada permukaan pasta. Tempatkan indikator (F) tepat
pada angka nol yang atas. Lepaskan batang (B) bersamaan jarum (C) dengan memutar
kunci K. Jarum C akan masuk ke dalam pasta. Bila dalam waktu 30 detik kedalaman
masuk C ke dalam pasta besarnya 10 1 mm dari permukaan, maka konsistensi
pasta semen tersebut adalah normal (konsistensi normal sudah tercapai).
i. Bila konsistensi normal belum tercapai, ulangilah langkah-langkah di atas sampai
maksimal 6 kali percobaan, sehingga tercapai.
K.5 LAPORAN
KONSISTENSI NORMAL
25
20
15
10
5
0
120 125 130 135 140 145 150 155 160
Penambahan Air (ml)
68
Dari hasil praktikum, pemeriksaan konsistensi semen hidrolis diperoleh
kedalaman penetrasi jarum sebesar 33 mm ( mendekati semen ) dengan penambahan air
sebanyak 31,00 % atau 31,00 % x 500 gr = 155 gr
L.2 PERALATAN
a) Mesin aduk (mixer) dengan daun-daun pengaduk dari baja tahan karat serta mangkuk
yang dapat dilepas.
b) Alat vicat (dengan memakai jarum D seperti pada gambar).
c) Alat gillmore dengan jarum tekanan rendah (diameter 1/12 inch ¼ lb)
d) dan jarum tekanan tinggi (diameter 1/24 inchi 1 lb).
e) Timbangan dengan ketelitian sampai 1,0 gram.
f) Alat pengorek (scrapper) dibuat dari karet yang agak kaku.
g) Gelas ukur dengan kapasitas 150 atau 200 ml.
h) Sendok perata (trowel).
i) Sarung tangan karet.
j) Ruang lembab yang mampu memberikan kelembaban relatif minimum 90%.
L.3 BAHAN
a. Semen portland.
b. Air bersih (dengan suhu kamar).
Alat Vicat :
a) Tempatkan sudu serta mangkuk (kering) pada posisi mengaduk pada alat aduk.
b) Tempatkan bahan-bahan untuk satu “BATCH” ke dalam mangkuk dengan cara
sebagai berikut :
Masukkan semua air pencampur yang jumlahnya telah ditetapkan sebelumnya
dalam pembuatan pasta semen dengan konsistensi normal untuk semen 500
gram.
69
Tambahkan 500 gram semen pada air tersebut dan biarkan menyerap untuk 30
detik.
c) Jalankan alat aduk dengan kecepatan rendah (140 5 rpm) selama 30 detik.
d) Hentikan alat aduk selama 15 detik dan koreklah semua pasta dari sisi mangkuk.
e) Jalankan alat aduk dengan kecepatan sedang (248 10 rpm) dan aduklah selama 1
menit.
f) Segera ambil pasta semen dari mangkuk dan bentuklah sebagai bola, dan tekankan ke
dalam cincin konis sesuai cara dalam penentuan konsistensi normal.
g) Segera masukkan benda coba tersebut ke dalam ruang lembab dan biarkan di sana
terus kecuali bila mau dipakai untuk percobaan.
h) Setelah 30 menit di dalam ruang lembab, tempatkan benda coba pada alat vicat.
Turunkan jarum D sehingga menyentuh permukaan pasta semen. Keraskan sekrup E
dan geser jarum penunjuk F pada bagian atas dari skala dan lakukan pembacaan awal.
i) Lepaskan batang B dengan memutar sekrup E dan biarkan jarum mapan pada
permukaan pasta untuk 30 detik. Adakan pembacaan untuk menetapkan dalamnya
penetrasi. Apabila pasta ternyata terlalu lembek, lambatkan penurunan batang B untuk
mencegah melengkungnya jarum.
j) Jarak antara setiap penetrasi pada pasta tidak boleh lebih kecil dari 6 mm, untuk
semen tipe I, percobaan dilakukan dengan segera setelah diambil dari ruang lembab
dan setiap 15 menit sesudahnya sampai tercapai penetrasi sebesar 25 mm atau kurang.
Untuk semen tipe III, percobaan dilakukan segera setelah diambil dari ruang lembab
dan setiap 10 menit sesudahnya sampai tercapai penetrasi sebesar 25 mm atau kurang.
k) dalam suat grafik, besarnya penetrasi jarum vicat sebagai fungsi dari waktu untuk
semen-semen tipe I atau III.
l) Catat semua hasil percobaan penetrasi. Tentukan waktu tercapainya penetrasi sebesar
25 mm. Inilah waktu ikat.
Alat Gillmore :
1) Sama dengan langkah (a) sampai (d) di atas, kemudian dilanjutkan dengan :
2) Bentuklah suatu lingkaran pipih dari pasta dengan diameter 75 mm dan tebal 12 mm.
Ditengah-tengah lingkaran pipih tersebut datar ditengah dan menipis ke arah pinggir.
3) Pembuatan lingkaran pipih tersebut dilakukan pada kaca datar bersih berukuran 10 x 10
cm.
4) Tempatkan benda coba (beserta kacanya) ke dalam ruang lembab, dan biarkan di sana
terus, kecuali bila akan dilakukan percobaan.
5) Peganglah jarum-jarum ke dalam posisi vertikal dan letakkan ujung-ujungnya pelan-
pelan pada permukaan pasta.
6) Bila jarum tekanan rendah tidak memberi bekas pada pasta, maka pasta telah mencapai
waktu ikat mula. Bila jarum tekanan tinggi tidak memberi bekas pada pasta, maka pasta
telah mencapai waktu ikat akhir.
7) Catatlah waktu-waktu ikat awal dan ikat akhir.
8) Buatlah tabel yang menunjukkan perbedaan-perbedaan dalam waktu semen tipe I dan
III.
70
L.5 LAPORAN
WAKTU IKAT
Awal
No. Waktu (menit) Penetrasi (mm)
1 60 38
2 75 38
3 90 38
4 105 35
5 120 25
6 135 MEMBEKAS
7 150 MEMBEKAS
8 165 MEMBEKAS
9 180 MEMBEKAS
10 195 MEMBEKAS
11 210 MEMBEKAS
12 285 TIDAK MEMBEKAS
Akhir
285
25
20
15
10
5
0
0 50 100 150 200 250 300
Waktu (menit)
L.6 KESIMPULAN
Dari pemeriksaan waktu ikat semen ini, semen memilik waktu ikat awal 120
menit dan memiliki waktu ikat akhir 285 menit. Maka semen dapat dipakai dalam
konstruksi. Pada penertrasi ke 25 mm, diperoleh waktu ikat 120 menit. Apabila ingin
71
menghambat waktu pengikatan beton bisa ditambahkan bahan tipe B “Retarding
Admixture”dan tuntuk mempercepat waktu pengikatan beton bisa menggunakan bahan
tipe C “Accelerating Admixture”.
M.2 PERALATAN
a) Neraca, kapasitas 2000 gram dengan ketelitian 0,1 % dari berat contoh.
b) Gelas ukur, dengan ketelitian 2 ml. Alat pengaduk, (ASTM C.305-65). Gambar no. 2
PA – 0103-76.
c) Stop watch, sendok perata, dan pengukur leleh.
d) Meja leleh (flow table, ASTM C.230-68).
e) Cetakan kubus (5 x 5 x 5) cm, dan alat pemadat.
f) Mesin tekan, dengan ketelitian pembacaan 1%
g) Pasir Ottawa.
h) Air suling 500 cm3.
i) Cetakan Briquette
j) Cetakan (4 x 4 x 16) cm
72
M.4 CARA MELAKUKAN
a) Masukkan air pencampur berupa air suling sebanyak 30 % dari berat semen ke dalam
mangkok alat pengaduk.
b) Timbanglah 500 gram semen dan masukkan ke dalam mangkok.
c) Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (145 5) putaran per menit (rpm) selama
30 detik.
d) Masukkan pasir Ottawa sebanyak 1375 gram perlahan-lahan sambil pengaduk
dijalankan dengan kecepatan (145 5) putaran per menit (rpm) selama 30 detik.
e) Hentikan mesin pengaduk, naikkan kecepatan putaran menjadi (285 10) rpm dan
jalankan selama 30 detik.
f) Hentikan mesin pengaduk, segera bersihkan mortar yang menempel pada pinggir
mangkok selama 15 detik. Kemudian biarkan mortar selama 75 detik.
g) Aduk lagi mortar dengan kecepatan pengaduk (285 10) rpm selama 1 menit.
h) Lakukan percobaan leleh dengan mengisikan mortar ke dalam cincin yang terletak di
atas meja leleh, cincin diisi dalam 2 lapis, setiap lapis dipadatkan dengan menumbuk
sebanyak 20 kali. Ratakan permukaan mortar dengan sendok perata, angkatlah cincin
dan getarkan meja leleh sebanyak 25 kali selama 15 detik.
i) Ukurlah diameter leleh, sekurang-kurangnya pada 4 tempat dan ambil harga rata-rata.
(diameter leleh harus antara 100 – 115% dari diameter semula).
j) Apabila diameter leleh yang disyaratkan belum didapat, ulanglah pekerjaan dari a
sampai i dengan mengubah kadar air.
k) Setelah diameter leleh yang disyaratkan didapat, mortar dimasukkan ke dalam mangkok
dan diaduk dengan kecepatan pengaduk (285 10) putaran per menit (rpm) selama 15
detik.
l) 30 detik setelah selesai pengadukan, cetaklah mortar dengan cetakan kubus 5 x 5 x 5
cm; cetakan diisi dalam 2 lapisan dimana setiap lapisan dipadatkan dengan penumbuk
sebanyak 32 kali dalam 4 putaran . Keseluruhan waktu yang digunakan untuk mencetak
tidak boleh lebih dari 2 menit.
m) Ratakan permukaan mortar dengan sendok perata kemudian simpan di atas “moist
cabinet” selama 24 jam.
n) Bukalah cetakan dan rendamlah mortar dalam air bersih kemudian periksalah kekuatan
tekan mortar pada Mesin Tekan sesuai dengan umur yang diinginkan, biasanya pada
umur 3, 7, dan 28 hari. Demikian juga kekuatan tarik aksial dan tarik lentur diperiksa
dengan menggunakan mesin Flexure – Tensile Testing.
M.5 PERHITUNGAN
Kebutuhan Cor Mortar
Volume Cor :
Volume balok
V =pxℓxt
73
= 0,16 x 0,04 x 0,04
= 0,000256 m3
= 0,000256 x 3
= 0,000768 m3
Volume kubus = S3
= 0,05 3
= 0,000125 m3
= 0,000125 x 3
= 0,000375 m3
KESIMPULAN :
75
Dari percobaan tersebut kita dapatkan :
Volume = 125 cm3
Luas Permukaan = 25 cm2
Berat Isi = gr/cm3
Beban maksimum = N
Kuat tekan mortar = N/mm2
Untuk perhitungan selanjutnya dapat dihitung dengan cara yang sama, dan hasilnya
dapat dilihat pada tabel berikut:
PEMERIKSAAN KEKUATAN TEKAN
MORTAR KUBUS SEMEN PORTLAND
Berat Luas
Tanggal Tanggal Umur Berat Beban Kuat tekan mortar
No isi permukaan
.
cm2
buat test (hari) (gram) (gr/cm3) (kg) (kg/cm2) (N/mm2)
1 25
2 25
3 25
76
Volume = 80 cm3
= 0,00008 m3
Luas Penampang Patah =pxl
= 29 x 26
= 754 mm2
Contoh Sample Perhitungan Berat Isi :
Berat
¿
V olume
0
¿
0
= gr/cm3
KESIMPULAN :
Dari percobaan tersebut kita dapatkan :
Volume = 80 cm3
Luas Penampang patah = 754 cm
Berat Isi = gr/cm3
Gaya aksial = N
Kuat tekan mortar = N/mm2
Untuk perhitungan selanjutnya dapat dihitung dengan cara yang sama, dan hasilnya
dapat dilihat pada tabel berikut:
PEMERIKSAAN KEKUATAN TARIK AKSIAL
BRIQUETTE MORTAR SEMEN PORTLAND
Tanggal Tanggal Umur Berat Berat isi Luas penampang Beban Kuat tarik mortar
No.
buat test (hari) (gram) (gr/cm3) patah (cm2) (kg) (kg/cm2) (N/mm2)
77
1
78
Diketahui :
Panjang ( p) = 16 cm
Lebar (ℓ) = 4.00 cm
Tinggi ( t) = 4.00 cm
Volume =pxℓxt
= 0,16 x 0,04 x 0,04
= 0,000256 m3
RVA = 1/2 P
RVB = 1/2 P
ΣV = RVA + RVB = P
1/2 P + 1/2 P = P
79
= 1/4 x P x L
KESIMPULAN :
Dari percobaan tersebut kita dapatkan :
Volume = 256 cm3
Luas Permukaan = 64 cm
Berat Isi = gr/cm3
Beban maksimum = N
Kuat tarik lentur mortar = N/mm2
Untuk perhitungan selanjutnya dapat dihitung dengan cara yang sama, dan hasilnya
dapat dilihat pada tabel berikut:
PEMERIKSAAN KEKUATAN LENTUR TARIK
BALOK MORTAR SEMEN PORTLAND
Berat Kuat lentur tarik
No Tanggal Tanggal Umur Berat isi Momen Momen Beban mortar
.
Buat test (hari) (gram) (gr/cm3) maks (kgcm) Tahanan (cm3) (kg) (kg/cm2) (N/mm2)
80
1
Setelah melakukan praktikum untuk bagian I, hasil yang diperoleh merupakan variabel
perencanaan adukan beton. Bagian 2 & 3 ini merupakan prosedur perencanaan campuran
beton dengan menggunakan metode DOE. Praktikan menetapkan nilai parameter bagi
rencana campuran, berdasarkan ketentuan dalam metode perancangan campuran beton.
A. PERENCANAAN CAMPURAN BETON
A.1 TUJUAN
81
Menentukan komposisi komponen/unsur beton basah dengan ketentuan
kekuatan tekan karakteristik dan slump rencana.
A.2 PERALATAN
a) Timbangan.
b) Peralatan untuk membuat adukan : wadah, sendok semen, peralatan pengukur slump,
dan peralatan pengukur berat volume.
A.3 BAHAN
Unsur beton (air, semen, agregat halus, dan agregat kasar) yang telah memenuhi
persyaratan.
82
1983 sebagai standar mengenai agregat dari sumber alam untuk beton yang disahkan
kembali pada tahun berikutnya, seperti terlihat pada tabel berikut :
Tabel 3.2.3 Nilai Slump Yang Disyaratkan Sesuai Dengan Penggunaan Beton
Berbeda dengan metode sebelumnya, pada metode DOE ini penentuan
besarnyasemen yang diperlukan untuk 1 m 3 beton didasarkan atas perbandingan berat air
terhadap berat semen sebesar 0,5 sehubungan dengan kuat tekan kubus beton bersisi 150
mm untuk umur, tipe semen dan agregat kasar yang digunakan pada proses perancangan
campuran. Dengan kata lain, penentuan faktor air-semen sangat tergantung pada jenis
agregat kasar yang digunakan, tipe semen serta umur beton dimana kekuatan tekannya
akan ditinjau.
83
Untuk lebih jelasnya, maka besarnya perkiraan kekuatan tekan beton bagi faktor air
semen sebesar 0,5 seperti terlihat pada tabel berikut telah disusun guna membantu dalam
menentukan faktor air-semen untuk kekuatan tekan yang direncanakan.
Tipe semen
Jenis agregat Kekuatan tekan (MPa) pada umur (hari)
kasar
3 7 28 91
Tipe I Tidak dipecah 17 23 30 40
Tipe V Dipecah 19 27 34 45
Tidak dipecah 21 28 38 44
Tipe III Dipecah 25 33 44 48
Tabel 4. 2. 3 Perkiraan Kekuatan Tekan Beton Dengan Faktor Air Semen (W/C) = 0,5
Penentuan faktor air semen (W/C) untuk kekuatan tekan rencana tertentu ditetapkan
dengan langkah sebagai berikut :
a) Tentukan kadar kuat tekan rencana, tipe semen, jenis agregat kasar yang digunakan,
serta umur kubus beton dimana kekuatan tekan rencananya akan ditinjau.
b) Dari tabel 4.2.3 maka perkiraan kekuatan tekan kubus beton untuk W/C = 0,5 adalah
34 MPa dapat ditetapkan tipe I dengan umur 28 hari .
c) Dengan menggunakan kurva hubungan antara kekuatan tekan dan W/C pada gambar
1.2.3 tarik garis vertikal ke atas dari W/C = 0,5 sehingga memotong kekuatan
tekannya(pada langkah b).
d) Dari perpotongan antara W/C = 0,5 dan perkiraan kekuatan tekan menurut tabel 4.2.3
gambarkan kurva mengikuti kurva di sebelahnya pada kurva hubungan kekuatan tekan
dengan W/C seperti pada gambar 1.2.3
e) Nilai W/C untuk kekuatan tekan yang direncanakan dapat dicari dengan menarik garis
dari kekuatan tekan rencana hingga memotong kurva yang telah digambar pada
langkah d, kemudian dari titik potong tersebut ditarik garis vertikal ke bawah hingga
memotong nilai W/C. Nilai W/C inilah yang dijadikan dasar untuk perhitungan jumlah
semen.
100
90
Kekuatan Tekan (MPa)
80
70
60
50
40 W/C = 0,5
fc renc = 34
30 MPa
20
10
0
0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9
W/C
84
Dengan telah ditetapkannya nilai W/C, maka kuantitas semen yang dibutuhkan dalam
perencanaan dapat dihitung dengan menggunakan data banyaknya air bebas yang
diperlukan untuk setiap kubikasi beton, seperti tercantum pada tabel berikut :
Tabel 5.2.3 Perkiraan Jumlah Air Bebas Yang Diperlukan Untuk Memberikan Tingkat Workability Tertentu
Besarnya jumlah semen yang dihitung atas dasar jumlah air bebas dan W/C yang
sebelumnya telah ditetapkan, tidak boleh kurang dari jumlah semen minimum yang
disyaratkan pada kondisi “exposure” tertentu untuk menjamin ketahanan pada kondisi
yang disyaratkan seperti tabel berikut :
Kondisi Ekspos Selimut beton (mm)
Ringan 25 20 20 20 20
Sedang - 35 30 25 20
Buruk - - 40 30 25
Sangat buruk - - 50 40 30
Ekstrim - - - 60 50
W/C maksimum 0,65 0,60 0,55 0,50 0,45
Jumlah semen minimum (kg/m3) 275 300 325 350 400
Kekuatan minimum (MPa) 30 35 40 45 50
85
Langkah selanjutnya dari perancangan beton dengan metode DOE ini adalah
memperkirakan berat jenis beton segar dengan memanfaatkan data jumlah air bebas dan
specific gravity agregat gabungannya. Untuk memperkirakan besarnya berat jenis beton
segar, guna menentukan jumlah masing-masing agregat untuk 1 m 3 beton, terlebih dahulu
dibutuhkan prosentase masing-masing agregat sehingga langkah untuk memperkirakan
berat jenis beton segar dapat dilakukan.
Perkiraan prosentase masing-masing agregat dalam satu unit beton dapat ditempuh
dengan memanfaatkan grafik hubungan antara besarnya faktor air semen (W/C) dengan
prosentase agregat halus untuk beberapa ilai slump dan ukuran maksimum agregat yang
dipakai yang dapat dilihat pada gambar 2.2.3, 2.2.4 dan 2.2.5 berikut :
86
Gambar 3.2.3 Penentuan Prosentase Agregat Halus Untuk Diameter Maksimum 20 mm
87
Gambar 4.2.3 Penentuan Prosentase Agregat Halus Untuk Diameter Maksimum 40 mm
Angka-angka di sebelah kiri garis pada gambar 10a, 10b, 10c menunjukkan
prosentase agregat halus lolos saringan 0,60 mm.
Dengan telah ditentukannya prosentase agregat halus, maka prosentase agregat kasar
adalah 100 % - prosentase agregat halus, sehingga besarnya specific gravity agregat
gabungan merupakan jumlah hasil perkalian antara masing-masing prosentase agregat
dengan specific gravity-nya. Perkiraan berat jenis beton segar dapat dihitung dengan
menggunakan bantuan grafik hubungan antara jumlah air bebas dengan specific gravity
gravity gabungan seperti pada gambar berikut :
Berat jenis beton segar (kg/m3)
2500
2,9
2400
2370 2,8
2,7
2300
2,6
2200 2,5
2,4
2100
95 110 125 140 155 170 185 200 215 230 245 260
Kadar air bebas (kg/m3)
88
Berat keseluruhan agregat yang diperlukan untuk setiap m 3 beton merupakan hasil
pengurangan jumlah semen dan air dari berat jenis beton segar yang diperkirakan menurut
grafik 1.2.3 di atas.
89
Mutu beton rencana f’ci = 20 Mpa
Isi pekerjaan Deviasi standar S (MPa)
Sebutan Jumlah beton (m3) Baik sekali baik Dapat diterima
Kecil < 1000 4,5 < S < 5,5 5,5 < S < 6,5 6,5 < S < 8,5
Sedang 1000 – 3000 3,5 < S < 4,5 4,5 < S < 5,5 5,5 < S < 7,5
Besar > 3000 2,5 < S < 3,5 3,5 < S < 4,5 4,5 < S < 6,5
Dari tabel 1.2.3 dengan jumlah beton < 1000 m 3 dan menginginkan hasil beton yang
baik, maka nilai standar deviasinya (S) adalah 5,5 < S < 6,5. Diambil Nilai S = 6
90
Tabel Perkiraan kekuatan tekan beton dengan faktor air semen (W/C) = 0,5
Tipe semen
Jenis agregat Kekuatan tekan (MPa) pada umur (hari)
kasar
3 7 28 91
Tipe I Tidak dipecah 17 23 30 40
Tipe V Dipecah 19 27 34 45
Tidak dipecah 21 28 38 44
Tipe III Dipecah 25 33 44 48
Dari tabel diatas, menggunakan jenis agregat kasar dipecah, dengan kekuatan (Mpa) pada
umur 28 hari, mendapatkan angka 34. Kemudian dimasukkan ke dalam gambar 1.2.3
dengan mengikuti garis lengkung. Masukkan F’cr yang telah dihitung pada no. 1 yaitu
28,04 dan tarik garis horizontal sampai memotong garis lengkung yang telah dibuat. Tarik
garis kebawah dan baca. Hasilnya mendapatkan F.a.s = 0,59
3. Menentukan kadar air bebas, gunakan tabel 5 yang dibuat untuk agregat gabungan
alami (tidak dipecah) dengan agregat yang dipecah
Ukuran Jumlah air (kg/m3) untuk
maksimum Jenis Agregat Slump (mm)
agregat (mm) 0 - 10 10 -30 30 - 60 60 - 180
Tidak dipecah
(Wf) 150 180 205 225
10 Dipecah (Wc) 180 205 230 250
Tidak
dipecah(Wf) 135 160 180 195
20 Dipecah (Wc) 170 190 210 225
Tidak dipecah
(Wf) 115 140 160 175
40 Dipecah (Wc) 155 175 190 205
Sesuai tabel 5.2.3, dengan menggunakan ukuran maksimum agregat 40, dengan nilai
slump 60-180, didapatkan Wf = 175, dan Wc = 205
Untuk agregat gabungan yang berupa campuran antara pasir alami dan kerikil (batu
pecah) maka kadar air bebas diperhitungkan dengan rumus :
= 2/3 Wf + 1/3 Wc
= 2/3 (175) + 1/3 (205)
= 185 kg/m3
91
Dengan menggunakan grafik yang didasarkan atas zone pasir, f.a.s ; nilai slump dan
diameter agregat maksimum, dan hasil akhir dari penggunaan grafik ini adalah persentase
pasir.
Diketahui:
Zone I
W/C = 0,5
Batas atas = 42
Batas bawah = 34
Sehingga : 42 + 38 = 38 %
2
Presentase Agregat Halus = 38 %
Presentase Agregat Kasar = 100 – 38 % = 62 %
92
Hasil berat jenis agregat gabungan = 2,6 dimasukkan kedalam grafik 1.2.3 Tarik garis
mengikuti kurva. Masukkan hasil kadar air bebas yaitu 185 lalu tarik garis vertical
sampai memotong garis kurva yang dibuat tadi. Kemudian tarik garis horizontal kekiri
lalu baca hasilnya yaitu 2370 kg/m3.
Agregat halus
100+13 ,56
¿ ×7 11 ,2
100+ 0 , 66
93
113 , 56
¿ ×7 11, 2
100 ,66
= 802,3 kg/m3
Semen
= W/ f.a.s
= 185/ 0,59
= 313,51 kg/m3
Kontrol
BJ beton segar = 1189,1 + 802,3 + 65,1 + 313,50
= 2370
= 2370 – 2370 ….. OK !
Balok
Volume balok =PxLxT
= 0,15 x 0,15 x 0,6
= 0,0135 m3 …………(untuk 1 balok)
2 balok = 0,0135 x 2
94
= 0,027 m3
*Factor kehilangan = 1,2
95
5) Tambahkan semen pada agregat campuran, dan ulangi proses pencampuran sehingga
diperoleh adukan kering agregat dan semen yang merata.
6) Tuangkan sebanyak 1/3 jumlah air ke dalam wadah dan lakukan pencampuran
sampai terlihat konsistensi adukan yang merata.
7) Tambahkan 1/3 jumlah air ke dalam wadah dan ulangi proses untuk mendapatkan
konsistensi adukan.
8) Lakukan pemeriksaan slump.
9) Apabila nilai slump sudah mencapai nilai rencana, lakukan pembuatan benda uji
silinder beton.
10) Lakukan perhitungan berat jenis beton.
11) Buatlah benda uji silinder atau kubus sesuai dengan petunjuk jumlah benda uji
ditetapkan berdasarkan volume adukan.
12) Lakukan pencatatan hal-hal yang menyimpang dari perencanaan terutama jumlah
pemakaian air dan nilai slump
B.2 PERALATAN
1) Cetakan berupa kerucut terpancung dengan diameter bagian bawah 20 cm, bagian atas
10 cm dan tinggi 30 cm. Bagian atas dan bawah cetakan terbuka.
2) Tongkat pemadat dengan diameter 16 mm, panjang 60 cm. Ujung dibulatkan dan
sebaiknya terbuat dari baja tahan karat.
3) Pelat logam dengan permukaan rata dan kedap air.
4) Sendok cekung.
96
Gambar 5.2.3 Aparatus Pemeriksaan Slump
B.4 PERHITUNGAN
Nilai slump = tinggi cetakan – tinggi rata-rata benda uji
Dari percobaan didapat nilai sebagai berikut :
Tinggi slump = 30 cm, diameter atas = 10 cm, diameter bawah = 20 cm
Tinggi penurunan 1 = 23 cm dan tinggi penurunan 2 = 24,5 cm
Batas tinggi penurunan slump = 20 cm
Perhitungan
Percobaan 1 = 30-23 = 7 cm
Percobaan 2 = 30-24,5 = 5,5 cm
B.5 KESIMPULAN
Dari pecobaan didapat nilai tinggi penurunan pada percobaan 1 sebesar 7 cm
dan percobaan 2 sebesar 5,5 cm dan sudah sesuai dengan syarat yang ditentukan
sebesar 2,5-10 cm sehingga dapat diterima
C.2 PERALATAN
1) Timbangan dengan ketelitian 0,3 % dari berat contoh.
2) Tongkat pemadat, dengan diameter 16 mm, panjang 60 cm. Ujung dibulatkan dan
sebaiknya terbuat dari baja tahan karat.
3) Alat perata.
4) Takaran dengan kapasitas penggunaan :
97
Kapasitas (liter) Ukuran Maksimum Agregat (mm)
6 25,00
10 37,50
14 50,00
28 75,00
C.3 BAHAN
Contoh beton segar sebanyak-banyaknya dengan kapasitas takaran.
C.5 PERHITUNGAN
Berat Isi Beton :
W ₂−W ₁
D=
V
Dimana :
W1 = berat takaran
W2 = berat takaran + beton
V = volume takaran (liter).
D.2 PERALATAN
a) Cetakan silinder, diameter 10 cm dan tinggi 20 cm (digunakan untuk pengujian tekan).
b) Cetakan silinder, diameter 15 cm dan tinggi 30 cm (digunakan untuk pengujian tarik
belah)
c) Cetakan balok (15 x 15 x 60) cm (digunakan untuk pengujian lentur)
98
d) Tongkat pemadat baja tahan karat, diameter 16 mm, panjang 60 cm, dengan ujung
dibulatkan
e) Bak pengaduk beton kedap air atau mesin pengaduk (molen / mixer)
f) Timbangan dengan ketelitian 0,3% dari berat contoh
g) Mesin uji tekan dengan kapasitas sesuai kebutuhan
h) Mesin uji lentur balok beton
i) Satu set alat pelapis (capping)
j) Peralatan tambahan : ember, sekop, sendok perata dan talam.
D.5 CATATAN
99
1) Pemeriksaan kekuatan beton biasanya dilakukan pada umur 3, 7, 14 dan 28 hari.
2) Minimum 2 buah benda uji untuk setiap pemeriksaan.
E.2 PERALATAN
a) Timbangan
b) Mesin penguji tekan
c) Mesin penguji lentur
100
E.3 PENGUJIAN
1) Kekuatan Tekan
a. Ambillah benda uji dari tempat perawatan
b. Timbang dan catatlah berat benda uji
c. Letakkan benda uji pada mesin tekan secara sentris
d. Jalankan mesin uji tekan. Tekanan harus dinaikkan berangsur-angsur dengan
kenaikan berkisar antara 4 kg/cm2 s/d 6 kg/cm2 per detik.
e. Lakukan pembebanan sampai benda uji hancur dan catatlah beban maksimum
hancur yang terjadi selama pemeriksaan benda uji.
f. Lakukan langkah-langkah di atas sesuai dengan jumlah benda uji yang akan
ditentukan kekuatan tekan karakteristiknya.
2) Kekuatan Tekan-Belah
a. Ambillah benda uji dari tempat perawatan
b. Timbang dan catatlah berat benda uji
c. Pasang benda uji pada pemegang benda uji belah secara secara sentris, kemudian
letakkan benda uji beserta pemegangnya pada mesin tekan secara sentris.
d. Jalankan mesin uji tekan. Tekanan harus dinaikkan berangsur-angsur dengan
kenaikan berkisar antara 4 kg/cm2 s/d 6 kg/cm2 per detik.
e. Lakukan pembebanan sampai benda uji terbelah dan catatlah beban maksimum
yang terjadi pada saat benda uji terbelah.
f. Lakukan langkah-langkah di atas sesuai dengan jumlah benda uji yang akan
diperiksa.
3) Kekuatan Lentur
a. Ambillah benda uji dari tempat perawatan
b. Timbang dan catatlah berat benda uji
c. Letakkan benda uji pada mesin lentur secara sentris
d. Jalankan mesin uji lentur.
e. Lakukan pembebanan sampai benda uji patah dan catatlah beban maksimum yang
terjadi pada saat benda uji patah.
f. Lakukan langkah-langkah di atas sesuai dengan jumlah benda uji yang akan
diperiksa.
E.4 PERHITUNGAN
a. Kuat Tekan Beton :
P × faktor bentuk
¿ f ' ci=
A × Fu
Dimana : P = beban maksimum (N)
A = Luas penampang benda uji
Fu = Faktor umur
101
b. Kuat Tarik Belah Beton :
σc=σt .
[ D2
r ( D-r)
2P
−1
]
Dengan σt=
π. L.D
Dimana : P = beban maksimum (N)
L = Panjang / tinggi silinder
D = Diameter silinder (cm)
r = Jarak elemen dari puncak silinder (cm) = jari-jari
Nomor Beton 1
P
¿
A
102
234000
¿
17662, 5
= 13,25 MPa
KESIMPULAN :
f'cr
103
UNTUK PERHITUNGAN KUAT TEKAN BETON (F’CI)
Kuat Tekan Beton :
P × faktor bentuk
¿ f ' ci=
A × Fu
Dimana : P = beban maksimum (N)
A = Luas penampang benda uji
Fu = Faktor umur
Untuk Silinder 15 X 30
A =1/4 x л x D2
=1/4 x 3,14 x 1502
= 17662,5 mm2
Nomor Beton 1
P × faktor bentuk
¿ f ' ci=
A × Fu
234 × 1
¿
17662, 5 ×0 , 65
= 20,38 Mpa
Nomor Beton 7
P × faktor bentuk
¿ f ' ci=
A × Fu
267 × 1
¿
17662, 5 ×0 , 65
= 17,18 Mpa
104
Untuk Factor Umur 21 Hari
Untuk Factor Umur 28 Hari
Standar Deviasi :
√
n
∑ ( f ' ci−f ' cr )2
1
S = n -1
=
= Mpa
KESIMPULAN :
Dari hasil perhitungan didapat nilai S = Mpa
Nilai yang didadpat dari perhitungan adalah MPa berada dibawah kekuatan tekan beton yang
direncanakan batas atas= MPa dan batas bawah MPa. Maka tidak memenuhi syarat. Untuk
itu perlu ada koreksi pada perencanaan dan ketelitian pada saat pengerjaan pengecoran serta
perhitungan pada saat pembacaan uji tekan beton.
σc=σt .
[ D2
r ( D-r)
−1
]
2P
Dengan σt=
π. L.D
Dimana : P = beban maksimum (N)
L = Panjang / tinggi silinder
D = Diameter silinder (cm)
r = Jarak elemen dari puncak silinder (cm) = jari-jari
105
PENGUJIAN KUAT TARIK BELAH BETON
Tanggal Tanggal Umur Bentuk Berat Tekanan Tek. Vertikal
No.
Buat test (hari) benda uji (kg) P (KN) f'ct (Mpa)
Silinder 15 x 30
Silinder 15 x 30
Contoh Perhitungan :
2P
¿ σt =
π . L.D
=
= kg/mm3
KESIMPULAN :
Dari hasil percobaan dan pengamatan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin
lama umur beton (dimulai dari pelepasan dari cetakan ) semakin kuat tekanan betonnya,
maka pada umur 28 hari, kuat beton menjadi konstan. Dari percobaan didapatkan pula data
sebagai berikut :
Kuat tarik belah rata-rata sebesar........... Mpa
1 Balok 15 x 15 x 60 cm
2 Balok 15 x 15 x 60 cm
106
RVA = 1/2P ; RVB = 1/2 P
∑V = RVA + RVB = P
= 1/2 P + 1/2 P = P
Contoh Perhitungan :
PL
¿ fr=
bd ²
=
107
KESIMPULAN :
Dari hasil percobaan dan pengamatan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin
lama umur beton (dimulai dari pelepasan dari cetakan ) semakin kuat tekanan betonnya,
maka pada umur 28 hari, kuat beton menjadi konstan. Dari percobaan didapatkan pula data
sebagai berikut :
Kuat tarik lentur rata-rata sebesar ........... Mpa
KETERANGAN :
f’c yang direncnakan adalah 20 MPa dan mutu beton yang terjadi adalah Mpa ,
termasuk dalam interval kepercayaan dikarenakan perhitungan mix design pada penentuan
berat jenis beton segar, dalam penentuan grafik (penarikan garis) sesuai dengan persentase
yang di dapat. Oleh karena itu, berdasarkan perhitungan interval kepercayaan data ini
BAB IV
PENUTUP
A KESIMPULAN
1. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 % berat kering, apabila
kadar lumpur lebih besar dari 5%, maka agregat halus harus dicuci bila ingin
dipakai untuk campuran beton atau bisa juga digunakan langsung tetapi kekuatan
beton berkurang 5 %.
2. Agregat halus tidak boleh mengandung bahan organik (zat hidup) terlalu banyak
dan harus dibuktikan dengan percobaan warna dari Abrams-Harder dengan larutan
NaOH 3%. Dari syarat-syarat tersebut setelah dilakukan pemeriksaan di dapatkan
data yaitu : Kadar zat organik agregat halus, setelah didiamkan selama 24 jam
berwarna kuning muda yang berarti memiliki penurunan kekuatan sebesar 0-5%.
108
didapat kadar lumpur yang ada = 0,89 % < 5 % berarti kandungan lupurya sangat
rendah, sehigga dapat langsung digunakan dalam pembuatan beton tanpa harus di
cuci terlebih dahulu.
3. Kadar air untuk agregat kasar berupa kerikil : kadar air asli = 4,215 % dan kadar
air SSD = 1,7 %. Kadar air untuk agregat halus berupa pasir : kadar air asli = 13,56
% dan kadar air SSD = 0,66 %.
4. Dari uji pemeriksaan berat isi diperoleh data yaitu : Berat isi semen lepas /gembur
sebesar 1.16 gr /cm3 dan padat sebesar 1 , 26 gr /cm3 . Berat isi agregat halus :
lepas /gembur sebesar :1 ,74 gr /cm3 dan padat sebesar :1 , 87 gr /cm3. Berat isi
agregat kasar : lepas /gembur sebesar1,421 gr /cm3 dan padat sebesar1 ,55 gr /cm3.
5. Dalam pengujian analisa agregat tertahan di dapatkan, untuk agregat halus paling
banyak tertahan pada saringan No.100 sebanyak 22,52%, dan agregat kasar paling
banyak tertahan pada saringan 3/8” sebanyak 57,59%.
6. Data dari percobaan pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat kasar
diperoleh, Agregat kasar memiliki berat jenis (Bulk) rata-rata adalah = 2,59, Berat
jenis kering permukaan jenuh rata-rata = 2,65, Berat jenis semu (Apparent) rata-
rata = 2,76, Penyerapan (Abbsorsi) rata-rata = 2,43 %.
7. Dan dari percobaan pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat halus di dapat,
Agregat halus memiliki berat jenis (Bulk) rata-rata adalah = 2,63, Berat jenis
kering permukaan jenuh rata-rata = 2,67, Berat jenis semu (Apparent) rata-rata =
2,75, Penyerapan (Abbsorsi) rata-rata = 1,68 %. Dalam pengujian keausan
ageregat di dapat prosentase hasil perhitungan adalah 18,36 %(terdapat pada
prasyarat agregat pasal 5.3 SNI 03-2847-2002 tentang mutu dan cara uji agregat
beton. Sii 0052-80 ) berarti agregat yang diuji layak untuk dijadikan bahan
konstruksi.
8. Berat jenis semen rata-rata dari percobaan diperoleh 2,9. Dan Dari hasil praktikum,
pemeriksaan konsistensi semen hidrolis diperoleh kedalaman penetrasi jarum
sebesar 33 mm ( mendekati semen ) dengan penambahan air sebanyak 31,00 %
atau 31,00 % x 500 gr = 155gr.
9. Dari pemeriksaan waktu ikat semen ini, semen memilik waktu ikat awal 120 menit
dan memiliki waktu ikat akhir 285 menit. Maka semen dapat dipakai dalam
konstruksi. Pada penertrasi ke 25 mm, diperoleh waktu ikat 120 menit. Apabila
ingin menghambat waktu pengikatan beton bisa ditambahkan bahan tipe B
“Retarding Admixture”dan tuntuk mempercepat waktu pengikatan beton bisa
menggunakan bahan tipe C “Accelerating Admixture”.
B SARAN
a. Lebih teliti dalam melakukan praktikum
b. Ikut prosedur dan petunjuk dengan baik
c. Lebih mempelajari materi yang ada
d. Materi yang dipakai seharusnya adalah materi yang sudah di uji pada percobaan
sebelumya agar didapatkan mutu yang sesuai dengan rencana
109
Daftar Pustaka
110
LAMPIRAN
111
TABEL FAKTOR UMUR
Umur Faktor umur Umur Faktor umur Umur Faktor umur Umur Faktor umur Umur Faktor umur
3 0.400 43 1.048 83 1.177 123 1.218 163 1.240
4 0.463 44 1.052 84 1.181 124 1.219 164 1.240
5 0.525 45 1.055 85 1.184 125 1.219 165 1.241
6 0.588 46 1.058 86 1.187 126 1.220 166 1.241
7 0.650 47 1.061 87 1.190 127 1.220 167 1.242
8 0.683 48 1.065 88 1.194 128 1.221 168 1.243
9 0.716 49 1.068 89 1.197 129 1.221 169 1.243
10 0.749 50 1.071 90 1.200 130 1.222 170 1.244
11 0.781 51 1.074 91 1.201 131 1.222 171 1.244
12 0.814 52 1.077 92 1.201 132 1.223 172 1.245
13 0.847 53 1.081 93 1.202 133 1.223 173 1.245
14 0.880 54 1.084 94 1.202 134 1.224 174 1.246
15 0.890 55 1.087 95 1.203 135 1.225 175 1.246
16 0.900 56 1.090 96 1.203 136 1.225 176 1.247
17 0.910 57 1.094 97 1.204 137 1.226 177 1.247
18 0.920 58 1.097 98 1.204 138 1.226 178 1.248
19 0.930 59 1.100 99 1.205 139 1.227 179 1.249
20 0.940 60 1.103 100 1.205 140 1.227 180 1.249
21 0.950 61 1.106 101 1.206 141 1.228 181 1.250
22 0.957 62 1.110 102 1.207 142 1.228 182 1.250
23 0.964 63 1.113 103 1.207 143 1.229 183 1.251
24 0.971 64 1.116 104 1.208 144 1.229 184 1.251
25 0.979 65 1.119 105 1.208 145 1.230 185 1.252
26 0.986 66 1.123 106 1.209 146 1.231 186 1.252
27 0.993 67 1.126 107 1.209 147 1.231 187 1.253
28 1.000 68 1.129 108 1.210 148 1.232 188 1.253
29 1.003 69 1.132 109 1.210 149 1.232 189 1.254
30 1.006 70 1.135 110 1.211 150 1.233 190 1.255
31 1.010 71 1.139 111 1.211 151 1.233 191 1.255
32 1.013 72 1.142 112 1.212 152 1.234 192 1.256
33 1.016 73 1.145 113 1.213 153 1.234 193 1.256
34 1.019 74 1.148 114 1.213 154 1.235 194 1.257
35 1.023 75 1.152 115 1.214 155 1.235 195 1.257
36 1.026 76 1.155 116 1.214 156 1.236 196 1.258
37 1.029 77 1.158 117 1.215 157 1.237 197 1.258
38 1.032 78 1.161 118 1.215 158 1.237 198 1.259
39 1.035 79 1.165 119 1.216 159 1.238 199 1.259
40 1.039 80 1.168 120 1.216 160 1.238 200 1.26
41 1.042 81 1.171 121 1.217 161 1.239
42 1.045 82 1.174 122 1.217 162 1.239
112
Faktor konversi standar benda uji :
Perbandingan kuat tekan beton pada berbagai benda uji
(PBI 1971 N.I.-2)
Konversi satuan
Faktor konversi satuan dari kg/cm2 ke MPa :
1 Mpa = 1 N/mm2
1 kg = 9,81 N
1 N/mm2 = (1/9,81) kg/mm2 = (100/9,81) kg/cm2
1 Mpa = (100 / 9,81) kg/cm2
1 kg/cm2 = (9,81 / 100) Mpa
113
114
115
116