Anda di halaman 1dari 9

27

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Kekuatan Agregat Terhadap Tumbukan


4.1.1 Perhitungan
a. Pengujian minimal dilakukan untuk 2 (dua) buah benda uji
b. AIV dihitung dengan ketelitian 0,1
Nilai Impact Agregat dinyatakan dengan rumus :

C
AIV= ×100%
A−B .................................. (4.1)

Keterangan :

AIV = Agregat Impact Value (%)

A = Berat benda uji + mold (gr)

Benda I  2590 gr

Benda II  2607 gr

B = Berat mold kosong

Benda I  1994 gr

Benda II  1994 gr

C = Berat lolos # no. 2,36 mm (gr)

Benda I  33 gr

Benda II  32 gr

33
AIV= ×100%
Benda I  2590−1994 = 5,53 %
28

32
AIV = ×100%
Benda II  2607−1994 = 5,22 %

AIV ditentukan berdasarkan harga rata-rata dari dua pengukuran.

5 ,53+5 , 22
AIV rata-rata= =5 , 375 %
2

Tabel 2.2 Ukuran Agregat Standard dan Non-Standard Yang dapat


Digunakan Dengan Dasar Ukuran Saringan dari British
Standard.

Agregat Ukuran Lolos Saringan Saringan


Tertahan Pemisah

Non-Standar 28,0 mm 20,0 mm 5,0 mm

20,0 mm 14,0 mm 3,35 mm

Standar 14,0 mm 10,0 mm 2,36 mm

Non-Standar 10,0 mm 6,3 mm 1,70 mm

6,3 mm 5,0 mm 1,18 mm

5,0 mm 3,35 mm 850 µm

3,35 mm 2,36 mm 600 µm

Catatan : agregat dengan ukuran lebih besar dari 14,0 mm kurang cocok
dilakukan Impact Test.

4.1.2 Kesimpulan

Pengujian kekuatan agregat terhadap tumbukan ini untuk mendapatkan


nilai tumbuk agregat, makin besar nilainya berarti makin rendah ketahanan
agregat akibat tumbukan. Pengujian ini telah distandarisasi dibanyak negara,
antara lain Inggris [BSI] dan India [ISI].
29

BSI mengklasifikasikan nilai tumbuk agregat :

 0 - 10 = Sangat kuat
 10 - 20 = Kuat
 20 - 30 = Untuk lapisan permukaan jalan
 30 - 35 = Kurang baik untuk lapisan permukaan jalan

TRI – UK – 1976 mensyaratkan agregat yang mempunyai nilai tumbuk :

 Maksimum 30
Dapat dipakai untuk pondasi Makadam basah atau kering. Konstruksi
penyiraman [surface dressing]. Penetrasi Makadam. Lapis aspal beton
dan beton semen.

 Maksimum 35
Dapat dipakai untuk Bitumen Bound Makadam.

 Maksimum 45
Dapat dipakai untuk pondasi jalan beton semen.

 Maksimum 50
Dapat dipakai untuk lapis pondasi bawah.

Hasil pengujian ketahanan agregat dengan alat tumbuk didapat besar nilai
tumbuk agregat adalah 11,05% . Nilai ini tergolong sangat kuat menurut
standarisasi BSI.

Hasil perhitungan yang diperoleh dalam percobaan impact test agregat


dapat diperlihatkan pada lampiran B-I.
30

4.2. Titik Lembek Aspal (Softening Point with Ring and Ball Test)
4.2.1 Perhitungan

Tabel 4.2 suhu pada saat setiap bola menyentuh pelat dasar

Benda Uji Suhu(° C) Waktu (menit)

I 60,5 49,34

II 60 39,54

4.2.2 Kesimpulan

Titik lembek aspal adalah besarnya suhu dimana suatu aspal secara khusus
mencapai derajat kelembekan (mulai meleleh) di bawah kondisi spesifik dari
test.Untuk aspal keras, besarnya titik lembek dihitung berdasarkan Test Ring dan
Ball (Ring and Ball Aparatus). Spesifikasi Bina Marga (1983) tentang titik lembek
untuk aspal keras Grade 60/70 (Ring and Ball Test) seperti yang dipakai dalam
pengujian ini adalah (49 – 54)°C. Titik lembek yang diperoleh pada pengujian ini
adalah 40,5 °C, jadi memenuhi standar dan aspal dapat dipakai pada campuran
atau sebagai bahan lapisan perkerasan.

Tabel pengamatan lebih lengkap diperlihatkan pada lampiran B-II.

4.3 Penetrasi Aspal (Penetration of Bituminous)


4.3.1 Perhitungan dan Pelaporan

 Nilai penetrasi dinyatakan sebagai rata-rata dari sekurang-kurangnya


dari 3 pembacaan dengan ketentuan bahwa hasil-hasil pembacaan tidak
melampaui ketentuan dibawah ini: Tabel 4.3 nilai toleransi penetrasi

No Hasil penetrasi 0 -49 50 -149 150 -179 200

1 Nilai toleransi 2 4 6 8
31

 Apabila perbedaan antara masing-masing pembacaan melebihi toleransi,


pemeriksaan harus di ulang.
Perhitungan pengujian Penetrasi dapat dilihat pada Lampiran B-III.

4.4 Uji Kepadatan Di Lapangan (Sand Cone)


4.4.1 Perhitungan dan pelaporan

Alur langkah pengujian dan perhitungan, secara umum, antara lain:

1. Penentuan volume/isi botol yang digunakan


Penentuan volume/isi botol yang dimanfaatkan adalah air, yang sudah
diketahui massa jenisnya adalah 1 kg/lt atau 1 kg/dm³ atau 1 g/cm³ atau 1 ton/m³.
Untuk keperluan praktis dianggap berat isi air = massa jenis air, dengan
mengabaikan faktor percepatan gravitasi yang berbeda antar lokasi. Untuk
mendapatkan volume/isi botol yang digunakan, timbang berat :

 botol + corong (kosong)


 botol + corong + air

lalu hitung volume/isi botol dengan rumus :

V1 = W2 – W1
V1 = Isi / volume botol (cm3)
W1 = Berat botol + corong (gram)
W2 = Berat botol + corong + air (gram)

Gambar 4.4.1 silinder (sand cone )


32

2. Penentuan berat isi pasir yang digunakan


Untuk menentukan berat isi pasir, isilah botol dengan pasir, lalu ditimbang
beratnya dan dihitung dengan rumus di samping. Cara pengisian botol dengan
pasir harus dengan hati-hati :

 tutup kran, isi corong dengan pasir sampai penuh


 buka kran dan dijaga supaya pasir pada corong minimal setengah corong
 isi sampai botol penuh dan tutup kran kembali
 bersihkan kelebihan pasir di atas kran

W 3−W 1
γs= ............................... ( 2.a )
V1
γ s = Berat isi pasir (g/cm3)
V1 = Volume / isi botol (cm3)
W1 = Berat botol + corong (gram)
W3 = Berat botol + corong + pasir (gram)
Untuk menentukan berat pasir dalam corong saja :

 isi pasir secukupnya pada botol


 tutup kran dan bersihkan sisa pasir di atas kran
 timbang botol + corong + pasir
 balikkan botol dan corong pada alas yang rata
 buka kran sampai pasir berhenti mengalir (memenuhi corong)
 tutup kran kembali, timbang kembali botol + corong + sisa pasir

Hitung berat pasir dalam corong dengan rumus di bawah

WC = W4 - W5 ......................................... ( 2.b )
WC = Berat pasir dalam corong (gram)
W4 = Berat botol + corong + pasir secukupnya (gram)
W5 = Berat botol + corong + sisa pasir (gram)
33
C)
A)

B)
D)

Gambar 4.4.1 sketsa silinder di lapangan

3. Perhitungan Volume Lubang


W 10
Ve= ……………............…..... ( 3 )
γs

Ve = volume lubang (cm3)


γ s = berat isi pasir (g/cm3)
W10 = berat pasir dalam lubang (gram)

4. Perhitungan Berat Isi Kering

W10 = W6 – W7 – WC …………….…......... (4.a)

W10 = Berat pasir dalam lubang (gram)


W6 = Berat botol + corong + pasir secukupnya (gram)
W7 = berat botol + corong + pasir secukupnya (gram)
WC = berat pasir dalam corong (gram)

W 8−W 9
γw= ........................................ (4.b)
Ve

γ w = Berat isi tanah (g/cm3)

Ve = Volume lubang (cm3)


W8 = Berat wadah + tanah (gram)
W9 = Berat wadah (gram)
34

γw
γd= x 100 % .......................... (4.c)
100+wc

γ d = Berat isi kering tanah (g/cm3)


γ w = Berat isi tanah (g/cm3)

WC = kadar air tanah (%)

4.4.2 Kesimpulan

Pemeriksaan kepadatan tanah di lapangan dengan menggunakan Sand


Cone bertujuan untuk memeriksa kepadatan tanah di lapangan secara langsung.
Derajat kepadatan tanah di lapangan yang dibutuhkan dalam rekayasa sipil, seperti
perkerasan jalan raya adalah sama atau lebih besar dari 95%. Dengan nilai derajat
kepadatan sebesar 97,58 %, maka kepadatan yang dibutuhkan telah tercapai.

Hasil perhitungan yang diperoleh dalam percobaan sand cone dapat


diperlihatkan pada lampiran B-IV.

4.5 Pengujian Dinamic Cone Penetrometer (DCP)

4.5.1 Contoh perhitungan Data

1. Menghitung nilai DCP di tumbukan ke-1.


kumulatif penetrasi
DCP =
kumulatif tumbukan
30
=
1
= 30 mm

2. Menghitung Log CBR di tumbukan ke-1.


Log CBR = 2.8135 – (1.313 x (Log DCP))
= 2.8135 – (1.313 x (Log 30))
= 0,87 mm
35

3. Menghitung nilai CBR di tumbukan ke-1.


CBR = 10 Log cbr
= 100,87
= 7,48%

4.5.2 Kesimpulan
Dari hasil praktikum CBR lapangan dengan DCP, kita dapat mengetahui
nilai CBR lapangan melalui grafik hubungan kumulatif tumbukan dan kumulatif
penetrasi.

Hasil perhitungan dan graphic yang diperoleh dalam Pengujian Dinamic


Cone Penetrometer (DCP) dapat diperlihatkan pada lampiran B-V.

Anda mungkin juga menyukai