BAB I
PEMERIKSAAN MATERIAL / BAHAN
Agregat kasar pada umumnya akan lebih kurang memenuhi gradasi yang
disyaratkan seperti tabel di bawah dan harus terdiri dari batu pecah atau kerikil
pecah, kecuali untuk fraksi agregat kasar HRS kelas A dan B boleh bukan batu
pecah.
b. Bersihkan benda uji dan keringkan dalam oven pada suhu (100 5) 0 C sampai
berat tetap.
5) Cara melakukan
a. Benda uji dan bola baja dimasukkan dalam mesin Los Angeles.
b. Putar mesin dengan kecepatan 30 sampai 33 RPM, 500 putaran untuk gradasi A,
B, C dan D dan 1000 putaran untuk gradasi E, F dan G.
c. Selesai pemutaran, keluarkan benda uji dari mesin, saringlah dengan saringan
No.12. Butiran yang tertahan dicuci bersih dan keringkan dalam oven sampai
berat tetap.
6) Hasil Pemeriksaan
Hasil pemeriksaan keausan agregat kasar (gradasi B) sajikan pada tabel 1.3.
Tabel 1.3 Keausan Agregat Kasar Gradasi B
UKURAN SARINGAN GRADASI B
TERTAHAN
LEWAT (mm) BENDA UJI
(mm)
76.20 (3 ) 63.50 (2 )
63.50 (2 ) 50.80 (2 )
50.80 (2 ) 38.10 (1 )
38.10 (1 ) 25.40 (1 )
25.40 (1 ) 19.05 (3/8 )
19.05 (3/8 ) 12.70 ( ) 2500
12.70 ( ) 9.51 (3/8 ) 2500
9.51 (3/8 ) 6.35 (1/4 )
6.35 (1/4 ) 4.75 (No.4)
4.75 (No.4) 2.36 (No.8)
JUMLAH BERAT (a) 5000
BERAT TERT. SARINGAN NO. 12 (b) 4555
a b
Keausan = x100% 8.9
a
7) Kesimpulan
Keausan agregat kasar rata-rata adalah 8.9 % < 40 % (Keausan agregat kasar
maksimum: PB 0206-76), dengan demikian agregat kasar memenuhi syarat sebagai
bahan campuran aspal.
c. Dinginkan benda uji pada suhu kamar selama 1-3 jam, kemudian timbang
dengan ketelitian 0,5 gr (A).
d. Rendam benda uji dalam air pada suhu kamar selama 24 jam.
e. Keluarkan benda uji dari air pada permukaan hilang (SSD), untuk butiran yang
besar pengeringan harus satu persatu.
f. Timbang benda uji kering permukaan jenuh (B).
g. Letakkan benda uji di dalam keranjang, goncangkan batunya untuk mengeluar-
kan udara yang tersekap dan tentukan beratnya di dalam air (C). Ukur suhu air
untuk penyesuaian perhitungan pada suhu standar (250 C).
6) Hasil Pemeriksaan
Hasil pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat kasar disajikan pada tabel
1.4.
Tabel 1.4 Berat Jenis & Penyerapan Air Agregat Kasar.
BENDA BENDA
PARAMETER
UJI 1 UJI 2
Berat contoh kering oven A 4955 4937
Berat contoh kering
B 5028 5032
permukaan
Berat contoh dalam air C 3174 3146
Berat jenis kering oven A 2.67 2.62
(bulk spesific gravity) BC Rerata 2.65
Berat jenis kering B 2.71 2.67
permukaan jenuh (SSD) BC Rerata 2.69
Berat jenis semu A 2.78 2.76
(apparent spesific gravity) A C Rerata 2.77
BA 1.47 1.92
Penyerapan air x100%
A Rerata 1.70
Keterangan: dikerjakan oleh Kelompok U - 2 pada tanggal 30 April 2015
7) Kesimpulan
Berat jenis kering oven 2.65, berat jenis kering permukaan jenuh 2.69, berat jenis
semu 2.77 > 2,50 (PB 0202-76) dan penyerapan air agregat 1.70 % < 3 %
(PB 0202-76). Dengan demikian agregat kasar memenuhi syarat sebagai bahan
campuran aspal.
6) Hasil Pemeriksaan
Hasil pemeriksaan gradasi agregat kasar disajikan pada tabel 1.5 dan digrafiskan
sebagaimana gambar1.1.
KUMULATIF KUMULATIF
BERAT SPESIFIKASI BERAT
UKURAN RATA-
TERTAHAN BERAT CAMPURAN TERTAHAN BERAT
SARINGAN % TER % RATA % TER %
INDIVIDU TER NORMAL INDIVIDU TER
TAHAN LOLOS TAHAN LOLOS
TAHAN TAHAN
7) Kesimpulan
Agregat lolos saringan 3/4 = 100 %, lolos saringan = 44.54 %, lolos saringan 3/8
= 7.78 %, no.4 = 2.30 %, dan lolos saringan no.200 = 0.94 %. Dengan demikian
agregat kasar ini dapat digunakan sebagai bahan campuran aspal jenis campuran
normal.
Agregat halus harus terdiri dari partikel yang bersih, keras dan bebas dari gumpalan lempung
atau mineral lain yang tidak dikehendaki. Pada umumnya dipersyaratkan sebagai berikut :
Nilai Sand Equivalent (AASHO T-76), minimum 50.
Berat Jenis semu/apparent (PB 0203-76), minimum2,50.
Dari pemeriksaan attererg (PB 0109-76), agregat haruslah non plastis.
Peresapan agregat terhadap air (PB 0202-76), maksimum 3 %.
4) Benda Uji
Benda uji adalah agregat halus berupa pasir alamdan abu batu yang lolos saringan
no.4secukupnya.
5) Cara Melakukan
a. Ambilah agregat halus (pasir alam dan abu batu) yang lolos saringan no.4
secukupnya dan masukkan ke dalam tin box sampai penuh, ratakan dan tekan
dengan tangan sehingga rata permukaan.
b. Masukkan larutan standard ke dalam tabung SE skala 5
c. Masukkan contoh yang telah ditakar di atas ke dalam tabung SE dan biarkan
selama 10 menit.
d. Kocok tabung tersebut dengan arah mendatar sebanyak 90 kali. Perhitungan
dilakukan 1 arah.
e. Masukkan selang ke dalam tabung SE dan buka kran hingga larutan standard
Equivalent masuk ke dalam tabung SE sampai setinggi skala 15.
f. Diamkan selama 20 menit, kemudian baca skala di atas permukaan lumpur (B).
g. Masukkan skala beban equivalent secara perlahan-lahan sampai beban tersebut
berhenti. Baca skala setelah pembebanan (C) .
6) Hasil Pemeriksaan
Hasil pemeriksaan sand equivalent pasir alam & abu batu disajikan pada tabel 1.7.
Tabel 1.7 Nilai Sand Equivalent Agregat Halus
7) Kesimpulan
Nilai sand equivalent pasir alam 94.87 %, sedangkan nilai sand equivalent abu batu
90.48 %. Nilai sand equivalent kedua agregat halus (pasir alam dan abu batu) >
50%, dengan demikian kedua agregat halus tersebut memenuhi syarat sebagai
bahan campuran aspal.
4) Benda Uji
Benda uji adalah agregat halus (pasir alam dan abu batu) yang lolos saringan No.4
diperoleh dari alat pemisah contoh sebanyak 1000 gram.
5) Cara Melakukan
a. Keringkan benda uji dalam oven pada suhu (110 5)0C, sampai dicapai berat
tetap. Berat tetap benda uji adalah keadaan berat benda uji selama 3 kali proses
penimbangan dan pemanasan dalam oven dengan selang waktu 2 jam berturut-
turut, tidak mengalami perubahan kadar air lebih besar dari 0,1%. Dinginkan
pada suhu ruang, kemudian rendam dalam air selama (24 4) jam.
b. Buang air perendam dengan hati-hati, jangan ada butiran yang hilang, tebarkan
agregat di atas talam, keringkan di udara panas dengan cara membalik-balikkan
benda uji. Lakukan pengeringan sampai tercapai keadaan kering permukaan
jenuh.
c. Periksa keadaan kering permukaan jenuh (SSD) dengan mengisikan benda uji
dalam kerucut terpancung, padatkan dengan batang penumbuk sebanyak 25 kali,
angkat kerucut terpancung. Keadaan kering permukaan jenuh tercapai bila benda
uji runtuh akan tetapi masih dalam keadaan tercetak.
d. Segera setelah tercapai keadaan SSD masukkan 500 gram benda uji ke dalam
piknometer. Masukkan air suling sampai mencapai 90 % isi piknometer, putar
sambil diguncang sampai tidak terlihat gelembung udara di dalamnya untuk
mempercepat proses ini dapat dipergunakan vacuum pump, tetapi harus
diperhatikan jangan sampai ada air yang ikut terhisap, dapat juga dilakukan
dengan merebus piknometer.
e. Rendam piknometer dalam air dan ukur suhu air untuk penyesuaian perhitungan
kepada suhu standard 250C
f. Tambahkan air sampai tanda batas.
g. Timbang piknometer berisi air danbenda uji sampai ketelitian 0,1 gram (C).
h. Keluarkan benda uji, keringkan dalam oven dengan suhu (110 5) 0C sampai
berat tetap, kemudian dinginkan benda uji dalam desikator.
i. Setelah benda uji dingin, kemudian timbanglah (A).
j. Tentukan berat piknometer berisi air penuh dan ukur suhu air guna penyesuaian
dengan suhu standard 250C (B).
6) Hasil Pemeriksaan
Hasil pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat halus disajikan pada tabel
1.8.
7) Kesimpulan
Berat jenis kering oven rata-rata pasir alam 2.77 dan abu batu 2.61. Berat jenis
kering permukaan jenuh rata-rata pasir alam 2.80 dan abu batu 2.68. Berat jenis
semu rata-rata pasir alam 2.86 dan abu batu 2.80. Berat jenis semu masing-masing
dari kedua jenis material > 2.50 (PB 0202-76). Penyerapan air rata-rata pasir alam
1.12 % dan abu batu 2.25 %. Penyerapan air masing-masing dari kedua jenis
material < 3 % (PB 0202-76). Dengan demikian agregat halus (pasir alam & abu
batu) memenuhi syarat sebagai bahan campuran aspal.
KUMULATIF KUMULATIF
BERAT BERAT
UKURAN SPESIFIKASI RATA-
TERTAHAN BERAT TERTAHAN BERAT
SARINGAN % TER % LATASIR B RATA % TER %
INDIVIDU TER INDIVIDU TER
TAHAN LOLOS TAHAN LOLOS
TAHAN TAHAN
1 - 100 100 - - - 100
- 100 100 - - - 100
- 100 100 0 0 100
3/8 - 100 100 100 0 0 100
No. 4 18 18 1.2 98.8 72-100 98.74 17.2 19.7 1.31 98.69
No. 8 53 71 4.73 95.27 72-100 91.82 162.3 174.3 11.62 88.38
No. 16 94 165 11 89 84.28 130.4 306.7 20.45 79.55
No. 30 459 624 41.6 58.4 25-100 54.88 485.2 729.7 48.65 51.35
No. 50 528 1152 76.8 23.2 26.34 342.3 1057.7 70.51 29.49
No. 100 198 1350 90 10 11.48 209 1305.7 87.05 12.95
No. 200 76 1426 95.07 4.93 0-8 5.74 78.3 1401.9 93.46 6.54
KUMULATIF KUMULATIF
BERAT BERAT
UKURAN SPESIFIKASI RATA-
TERTAHAN BERAT TERTAHAN BERAT
SARINGAN % TER % LATASIR B RATA % TER %
INDIVIDU TER INDIVIDU TER
TAHAN LOLOS TAHAN LOLOS
TAHAN TAHAN
1 0 100 100 100
0 100 100 100
0 100 100 100
3/8 0 100 100 100 100
No. 4 26 26 1.73 98.27 72-100 98.32 10.90 24.5 1.63 98.37
No. 8 337 363 24.20 75.80 72-100 83.22 150.5 140.5 9.37 90.63
No. 16 341 704 46.93 53.07 60.02 129 495.5 33.03 66.97
No. 30 285 989 65.93 34.07 25-100 38.28 351.5 862.5 57.5 42.5
No. 50 143 1132 75.47 24.53 25.02 115 1117.5 74.5 25.5
No. 100 195.7 1327.7 88.51 11.49 11.88 106.5 1316 87.73 12.27
No. 200 114 1441.7 96.11 3.89 0-8 3.91 54.2 1441 96.07 3.93
7) Kesimpulan
Pasir alam lolos saringan no.4 = 98.74 %, lolos saringan no. 8 = 91.82 % dan lolos
saringan no.200 = 5.74 %. Sedangkan abu batu lolos saringan no.4 = 98.32 %, lolos
saringan no. 8 = 83.22 % dan lolos saringan no.200 = 3.91 %. Dengan demikian
agregat halus ini dapat digunakan sebagai bahan campuran aspal Latasir Kelas B.
1.3 ASPAL
A. Landasan Teori
Aspal adalah material yang berwarna hitam atau coklat tua dan berfungsi
sebagai bahan pengikat. pada temperatur ruang berbentuk padat. Sebagaian besar
terbentuk dari unsur hydrocarbon yang disebut bitumen. sehingga seringkali aspal
disebut juga bitumenous material.
Sebagai salah satu material konstruksi perkerasan jalan lentur. aspal hanya
menempati 4-10% berdasarkan berat atau 10-15% berdasar volume. Walau
demikian aspal merupakan komponen yang relatif mahal.
Aspal yang umumnya digunakan berasal dari proses destilasi minyak bumi.
sehingga aspal minyak ini sering disebut juga dengan aspal semen (asphalt cement -
AC) yang digunakan dalam keadaan cair dan panas. sehingga disebut juga aspal
alam yang berasal dari pulau Buton.
Aspal semen maupun aspal alam pada campuran aspal beton akan mengikat
agregat dan memberikan lapisan kedap air. serta tahan terhadap pengaruh asam.
basa dan garam. sehingga aspal akan memberikan lapisan yang kedap air. tahan
terrhadap pengaruh cuaca dan reaksi kimia yang lain.
Aspal merupakan hasil produksi dari bahan-bahan alam. sehingga sifat-sifat
aspal harus selalu diperiksa di laboratorium dan aspal yang memenuhi syarat yang
telah ditetapkan dapat dipergunakan sebagai bahan pengikat perkerasan jalan
lentur. Tabel berikut adalah contoh persyaratan aspal keras pen 60/70 dan pen
80/100.
Tabel 1.11 Persyaratan umum aspal keras
PEN
CARA PEN 60/70
JENIS PEMERIKSAAN 80/100 SATUAN
PEMERIKSAAN
Min Max Min Max
1. Penetrasi Bahan Bitumen(250 C. 5 dt) PA 0301-76 60 79 89 99 0.1 mm
0
2. Titik Lembek Aspal &Tir (ring & ball) PA 0302-76 48 58 46 54 C
0
3. Titik Nyala & Bakar (clev open cup) PA 0303-76 200 - 225 - C
4. Kehilangan berat (1630C. 5 jam) PA 0304-76 - 0.4 - 0.6 % berat
f. Bak perendam (waterbath). Terdiri dari bejana dengan isi tidak kurang 10 liter
dan dapat menahan suhu tertentu dengan ketelitian lebih kurang 0.10C. Bejana
dilengkapi dengan pelat dasar berlubang-lubang. terletak 50 mm di atas dasar
bejana dan tidak kurang dari 100 mm di bawah permukan air dalam bejana.
g. Tempat air untuk benda uji ditempatkan di bawah alat penetrasi. Tempat tersebut
mempunyai isi tidak kurang dari 350 ml dan tinggi yang cukup untuk merendam
benda uji tanpa bergerak.
h. Pengukuran waktu. Untuk pengukuran penetrasi dengan tangan diperlukan
stopwatch dengan skala pembagian terkecil 0.1 detik atau kurang dan kesalahan
tertinggi 0.1 detik per 60 detik. Untuk pengukuran penetrasi dengan alat otomatis
kesalahan alat tersebut tidak boleh melebihi 0.1 detik.
i. Termometer.
4) Benda Uji
Panaskan contoh berlahan-lahan serta aduklah hingga cukup cair untuk dapat
dituangkan. Pemanasan contoh untuk ter tidak lebih dari 600C di atas titik lembek.
dan untuk bitumen tidak lebih dari 900C di atas titik lembek. Waktu pemanasan
tidak boleh melebihi 30 menit. Aduklah berlahan-lahan agar udara tidak masuk
kedalam contoh. Setelah contoh cair merata tuangkan ke dalam tempat contoh dan
diamkan hingga dingin. Tinggi contoh dalam tempat tersebut tidak kurang dari
angka penetrasi ditambah 10 mm. Buatlah dua benda uji (duplo). Tutuplah benda
uji agar bebas dari debu dan diamkan pada suhu ruang selama 1 sampai 1.5 jam
untuk benda uji kecil dan 1.5 sampai 2 jam untuk yang besar.
5) Cara Melakukan
a. Letakkan benda uji dalam tempat air yang kecil dan masukkan tempat air
tersebut ke dalam bak perendam yang telah berada pada suhu yang ditentukan.
Diamkan dalambak tersebut selama 1 sampai 1.5 jam untuk benda uji kecil dan
0.5 sampai 2 jam untuk benda uji besar.
b. Periksalah pemegang jarum agar jarum dapat dipasang dengan baik dan
bersihkan jarum penetrasi dengan toluene atau pelarut lain kemudian keringkan
jarum tersebut dengan lap bersih dan pasanglah jarum pada pemegang jarum.
c. Letakkan pemberat 50 gram di atas jarum untuk memperoleh beben sebesar (100
0.1) gram.
d. Pindahkan tempat air dari bak perendam ke bawah alat penetrasi.
e. Turunkan jarum perlahan-lahan sehingga jarum tersebut menyentuh permukaan
benda uji. Kemudian aturlah angka 0 di arloji penetrometer. sehingga jarum
penunjuk berimpit dengannya.
f. Lepaskan pemegang dan serentak jalankan stopwatch selama waktu (5 0.1)
detik.
g. Putarlah arloji penetrometer dan bacalah angka penetrasi yang berimpit dengan
jarum penunjuk. Bulatkan hingga angka 0.1 mm terdekat.
h. Lakukan pekerjaan a sampai g di atas tidak kurang dari 3 kali untuk benda uji
yang sama. Titik-titik pemeriksaan berjarak satu sama lain dan dari tepi dinding
lebih dari 1 cm.
i. Catatan: (i) bitumen dengan penetrasi kurang dari 150 dapat diuji dengan alat-
alat dan cara pemeriksaan ini. sedangkan bitumen dengan penetrasi 350 dan 500
perlu dilakukan dengan alat-alat lain. (ii) apabila pembacaan stopwatch lebih dari
(5 0.1) detik. hasil tersebut tidak berlaku (diabaikan).
6) Hasil Pemeriksaan
Pemeriksaan penetrasi aspal (jenis aspal 80/100). hasilnya adalah: (I) 90 (II) 92 (III)
91 (IV) 90 (V) 89 (VI) 89 (VII) 91 (VIII) 91 (IX) 93 (X) 90 dalam satuan 0.1 mm.
nilai rata-rata penetrasi aspal adalah 90.6 (0.1 mm).
7) Kesimpulan
Nilai penetrasi aspal (jenis aspal 80/100) adalah 90.6 (0.1 mm).Lebih besar dari
nilai minimum 80 (0.1 mm) dan lebih kecil dari nilai maksimum 99 (0.1 mm).
Kemudian contoh disaring dengan saringan No. 50 dan setelah diaduk. dituang
dalam cetakan.
c. Pada waktu mengisi cetakan. contoh dituang hati-hati dari ujung ke ujung hingga
penuh berlebihan.
d. Dinginkan cetakan pada suhu ruang selama 30 sampai 40 menit. lalu pindahkan
seluruhnya ke dalam bak peredam yang telah disiapkan pada suhu pemeriksaan
(sesuai dengan spesifikasi) selama 30 menit. kemudian ratakan contoh yang
berlebihan dengan pisau atau spatula yang panas sehingga cetakan terisi penuh
dan rata.
5) Cara Melakukan
a. Benda uji didiamkan pada suhu 250C dalam bak perendam selama 85 sampai 95
menit. kemudian lepaskan benda uji dan plat dasar dan sisi-sisi cetakan.
b. Pasanglah benda uji pada alat mesin uji dan tariklah banda uji secara teratur
dengan kecepan 5 cm/menit sampai benda uji putus. Perbedaan kecepatan 5%
masih diijinkan.Bacalah jarak antara pemegang cetakan. pada saat benda uji
putus (dalam cm). Selama percobaan berlangsung benda uji harus selalu
terendam sekurang-kurangnya 2.5 cm dari air dan suhu dipertahankan tetap (25
0.5)0C.
c. Apabila benda uji menyentuh dasar mesin uji atau terapung pada permukaan air
maka pengujian dianggap tidak normal. Untuk menghindari hal semacam ini
maka BJ air harus disesuaikan dengan BJ benda uji dengan menambah methyl
alkohol atau sodium klorida. Apabila pemeriksaan normal tidak berhasil setelah
dilakukan 3 kali maka dilaporkan bahwa pengujian daktilitas bitumen tersebut
gagal.
6) Hasil Pemeriksaan
Pemeriksaan daktilitas aspal (jenis aspal 80/100).Hasilnya adalah: (I) 126 (II) 95
(III) 105 dalam satuan cm. Nilai rata-rata daktilitas aspal adalah 108.66 cm.
7) Kesimpulan
Nilai daktilitas aspal (jenis aspal 80/100) adalah 108.66 cm. Lebih besar dari nilai
minimum 100 cm.
5) Cara Melakukan
a. Pasang dan aturlah kedua benda uji di atas dudukannya dan letakkan pengarah
bola di atasnya. Kemudian masukkan seluruh peralatan tersebut ke dalam bejana
gelas.
Isilah bejana dengan air suling baru. dengan suhu (5 1)0C sehingga tinggi
permukaan air berkisar antara 101.6 mm sampai 108 mm. Letakkan termometer
yang sesuai untuk pekerjaan ini antara kedua benda uji (kurang lebih 12.7 mm
dari tiap cincin).
Periksa dan aturlah jarak antara permukaan plat dasar dengan benda uji sehingga
menjadi 25.4 mm.
b. Letakkan bola-bola baja yang bersuhu 50C di atas dan di tengah permukaan
masing-masing benda uji yang bersuhu 50C menggunakan penjepit dengan
memasang kembali pengarah bola.
c. Panaskan bejana sehingga kenaikan suhu menjadi 50C per-menit. Kecepatan
pemanasan ini tidak boleh diambil dari kecepatan rata-rata dari awal dan akhir
pekerjaan ini. Untuk 3 menit yang pertama perbedaan kecepatan pemanasan
tidak boleh melebihi 0.50C.
d. Catatan: apabila kecepatan pemanasan melebihi ketentuan dalam 4.c. maka
pekerjaan diulangi. dan apabila dari suatu pekerjaan duplo perbedaan suhu dalam
6 melebihi 10C. maka pekerjaan diulangi.
6) Hasil Pemeriksaan
Pemeriksaan titik lembek aspal (jenis aspal 80/100). Hasilnya adalah: (I) 460 C &
(II) 460C. Nilai rata-rata titik lembek aspal adalah 450C.
7) Kesimpulan
Nilai titik lembek aspal adalah 460C, memenuhi syarat nilai minimum yaitu 460C.
E. Pemeriksaan Titik Nyala Dan Titik Bakar Dengan Cleveland Open Cup
1) Referensi
PA 0303 76
AASHTO T48 74*
ASTM D92 52
2) Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan titik nyala dan titik bakar dari
semua hasil minyak bumi kecuali minyak bakar dan bahan lainnya yang
mempunyai titik nyala open cup kurang dari 790C.
Titik nyala adalah suhu pada saat terlihat nyala singkat pada suatu titik di atas
permukaan aspal.
Titik bakar adalah suhu pada saat terlihat nyala sekurang-kurangnya 5 detik pada
suatu titik di atas permukaan aspal.
3) Peralatan
a. Cleveland open cup. berupa cawan kuningan.
b. Pelat pemanas.
Terdiri dari logam. untuk meletakkan cawan cleveland. Bagian atas dilapisi
seluruhnya oleh asbes setebal 0.6 cm (1/4).
c. Sumber pemanas.
Pembakaran gas atau tungku listrik. atau pembakar alkohol yang tidak
menimbulkan asap atau nyala disekitar bagian atas cawan.
d. Penahan angin
Alat yang menahan angin apabila digunakan nyala sebagai pemanasan.
e. Nyala penguji.
Yang dapat diatur dan memberikan nyala dengan diameter 3.2 sampai 4.8 mm
dengan panjang tabung 7.5 cm.
f. Termometer
4) Benda Uji
a. Panaskan contoh aspal antara 148.90C dan 1760C. sampai cukup cair.
b. Kemudian isilah cawan cleveland sampai garis dan hilangkan (pecahkan)
gelembung udara yang ada pada permukaan cairan.
5) Cara Melakukan
a. Letakkan cawan di atas pelat pemanas dan aturlah sumber pemanas sehingga
terletak di bawah titik tengah cawan.
b. Letakkan nyala penguji dengan poros pada jarak 7.5 cm dari titik tengah cawan.
c. Tempatkan termometer tegak lurus di dalam benda uji dengan jarak 6.4 mm di
atas dasar cawan. dan terletek pada satu garis yang menghubungkan titik tengah
cawan dan titik poros nyala penguji. Kemudian aturlah sehingga poros
termometer terletak pada jarak diameter cawan dari tepi.
d. Tempatkan penahan angin di depan nyala penguji.
e. Nyalakan sumber pemanas dan aturlah pemanasan sehingga kenaikan suhu
menjadi (15 1) 0C per menit sampai benda uji mencapai suhu 560C di bawah
titik nyala perkiraan.
f. Kemudian aturlah kecepan pemanasan 50C per menit pada suhu antara 560C dan
280C di bawah titik nyala perkiraan.
g. Nyalakan nyala penguji sehingga melalui permukaan cawan (dari tepi ke tepi
cawan) dalam waktu satu detik. Ulangi pekerjaan tersebut setiap kenaikan suhu
20C.
h. Lanjutkan pekerjaan f dan g sampai terlihat nyala singkat pada suatu titik di atas
permukaan benda uji. Bacalah suhu pada termometer dan catat.
i. Lanjutkan pekerjaan h sampai terlihat nyala yang agak lama sekurang-kurangnya
5 detik di atas permukaan benda uji. Bacalah suhu pada termometer dan catat.
j. Catatan: hasil pemeriksaan yang tidak memenuhi syarat toleransi (sebagaimana
tabel 1.13) dianggap gagal dan harus diulangi.
6) Hasil Pemeriksaan
Hasil pemeriksaan titik nyala aspal (jenis aspal 80/100) adalah: 3120C. Sedangkan
hasil pemeriksaan titik bakar aspal adalah: 3150C.
Kesimpulan
Nilai titik nyala aspal adalah 3120C lebih besar dari nilai minimum 2250C,
sedangkan nilai titik bakar aspal adalah 3150C juga lebih besar dari nilai
minimum 2250C.
BAB II
PERENCANAAN DAN PEMBUATAN CAMPURAN ASPAL
Adalah sangat baik jika hasil pengujian diringkas dalam suatu formulir,
sehingga hasilnya siap digunakan untuk tahapan selanjutnya pada proses rencana.
Apabila agregat kasar atau pasir mengandung cukup banyak bagian yang lolos atau
tertahan ayakan # 4 (6,25 mm), maka material tersebut harus dipisahkan menjadi 2
fraksi yang diperiksan secara terpisah.
Gradasi butir dari masing-masing kelompok agregat: agregat kasar/sedang, dan
halus (pasir) digambarkan pada amplop gradasi yang telah ditetapkan. Karena
perencanaan campuran menggunakan penyelesaian matematik/aljabar (seperti: matriks
3 x 3), maka agregat kasar dan agregat sedang dikelompokkan pada fraksi agregat kasar
(CA), yang proporsi pencampurannya harus ditentukan terlebih dahulu jika digunakan
agregat kasar dan agregat sedang ini dapat digunakan cara grafis diagonal. Contoh
batas distribusi ukuran partikel agregat kasar dan agregat halus dapat dilihat pada tabel
1.2 dan 1.3.
STAR
T
Pemeriksaan sifat
agregat
Input parameter
perencanaan
Spesifikasi
Campuran ya
ya
Resep campuran
akhir
Fraksi-fraksi rencana di atas tidak sama seperti yang diperlukan untuk proporsi
penakaran (batch propoortion) yang diperlukan untuk agregat kasar, pasir dan bahan
pengisi tambahan. Campuran nominal direncanakan sedemikian rupa sehingga
merupakan nilai tengah dari batas-batas komposisi yang diberikan pada spesifikasi.
Batas komposisi rencana diberikan pada tabel 2.3.
Tabel 2.3 Pedoman proporsi campuran nominal
Persen berat total campuran aspal
Komponen campuran LATASIR LATASIR LATASTON LASTON ATB
A B
Fraksi agregat kasar
0 10 5 23 35 45 50
(CA) > saringan # 8
Fraksi agregat halus
88 CA b 92 CA b 65 FF b 55 FF b 50 FF b
(FA) # 8 - # 200
Fraksi filler (FF) <
12 8 7 4,5 4,5
saringan # 200
Total kadar aspal
b B B b b
dalam campuran
TOTAL 100 100 100 100 100
Catatan :
1. Total kadar aspal = kadar aspal efektif + absorbsi aspal oleh agregat
2. Perkiraan absorbsi aspal 50 % absorbsi air oleh campuran agregat
3. Batas nilai b dapat dilihat pada tabel 2.1.
Perbandingan campuran agregat yang nominal, kadar aspal dan kadar bahan
pengisi yang ditambahkan, kemudian digunakan sebagai titik awal dan dasar referensi
untuk variasi-variasi campuran yang diselidiki dalam percobaan di laboratorium.
Sebagai pedoman, proporsi takaran nominal tiang sesuai dengan batas-batas gradasi
yang disyaratkan dalam tabel 1.2, ditunjukkan pada tabel 1.3. Proporsi bahan mentah
dinyatakan dengan proporsi penakaran (batch proportion). Setiap penakaran dari
bahan mentah adalah menyumbang untuk masing-masing fraksi (lihat skema gambar
2.2).
CA
AGREGAT
KASAR FA
FF
CA
CA
AGREGAT
FA FA
HALUS
FF
FF
CA b
FILLER FA
FF
A. Jenis Campuran
Jenis campuran aspal yang direncanakan: LATASIR B
B. Pemilihan dan Penentuan Sifat-Sifat Agregat
Sifat-sifat agregat ditentukan berdasar hasil pemeriksaan bahan sebelumnya,
meliputi: hasil analisa saringan agregat kasar dan agregat halus (abu batu & pasir
alam), hasil pemeriksaan berat jenis &penyerapan agregat kasar dan agregat halus.
Ringkasan hasil pemeriksaan tersebut sebagai represenatasi sifat-sifat agregat,
disajikan pada tabel 2.4.
Tabel 2.4 Ringkasan Sifat-Sifat Agregat
Gradasi Lolos Saringan
Agre Berat Jenis
(%) Absorbsi
gat yang
Kering air (%)
tersedia #8 # 200 SSD Semu
oven
Batu Pecah 1) 1.79 0.94 2.65 2.69 2.77 1.70
Abu Batu 2) 83.22 3.91 2.61 2.68 2.80 2.56
Pasir Alam 3) 91.82 5.74 2.77 2.80 2.86 1.11
Keterangan:
1) Hasil pemeriksaan Analisa Saringan dan Berat Jenis & Penyerapan Agregat
Kasar
2) Hasil pemeriksaan Analisa Saringan dan Berat Jenis & Penyerapan Agregat
Halus (Abu Batu)
3) Hasil pemeriksaan Analisa Saringan dan Berat Jenis &Penyerapan Agregat
Halus (Pasir Alam)
= 22.50
= 55.60 = [S]
= 13.00
98.21 12.22 0
[S] = 0.85 82.90 0
0.94 4.88 100
= 814161.55 + 0 + 0 0 0 1036.41
= 813125.15
8290.01 1222.18 0
= 84.80 9821 0
73.96 467.57 8131.25
0.01020 0,00150 0
= 0.00010 0.01208 0
0.00009 0.00058 0.010
Proporsi penakaran
= [S]-1
Hasil :
A (Agregat Kasar) = 14.58 %
B (Agregat Halus) = 66.92 %
C (Bahan Pengisi) = 9.60 %
Gradasi lengkap campuran dan luas permukaan agregat total (Total Agregate
Surface Area), selanjutnya dapat dihitung (lihat formulir yang bersangkutan).
Tabel 2.10 Gradasi Agregat Kombinasi & Luas Total Permukaan Agregat
UKURAN GRADASI AGREGAT GRADASI AGREGAT KOMBINASI
AYAKAN ASTM
a b c d I II III IV V
1 100.00 100.00 100.00 100 100 100 100 100 100
100.00 100.00 100.00 100 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
44.54 100.00 100.00 100 91.31 91.22 91.12 91.02 90.92 1 x 0.41
3/8 7.78 100.00 100.00 100 85.56 85.40 85.24 85.07 84.91
#4 2.30 98.32 98.74 100 83.62 83.46 83.29 83.12 82.95 x 0.41
#8 1.79 83.22 91.82 100 75.56 75.43 75.30 75.17 75.03 x 0.82
# 16 1.68 60.02 84.28 100 64.50 64.42 64.34 64.25 64.16 x 1.64
# 30 1.48 38.28 54.88 100 45.38 45.37 45.35 45.34 45.33 x 2.87
# 50 1.34 25.02 26.34 100 29.56 29.60 29.64 29.69 29.73 x 6.14
# 100 1.11 11.88 11.48 100 19.12 19.20 19.28 19.37 19.45 x 12.29
# 200 0.94 3.91 5.74 100 14.07 14.17 14.27 14.37 14.48 x 32.27
PERBANDINGAN a. Agregat Kasar 15.66 15.83 16.01 16.18 16.37
CAMP. b. Abu Batu 34.86 34.69 34.52 34.35 34.18
AGREGAT (% 39.17 39.05 38.93 38.81 38.68
c. Pasir
BERAT TOTAL
AGREGAT) d. Bahan Pengisi 10.31 10.42 10.54 10.65 10.77
LUAS TOTAL PERMUKAAN AGREGAT (M2 /Kg) 12.03 12.07 12.11 12.16 12.20
B. Benda Uji
a. Persiapan benda uji.
Keringkanlah agregat, sampai beratnya tetap pada suhu (105 5)0C. Pisah-
pisahkan agregat dengan cara penyaringan kering ke dalam fraksi-fraksi yang
dikehendaki atau sebagai berikut ini
1 sampai
sampai No. 4 (4,76 mm)
No. 4 (4,76 mm) sampai No. 8 (2,38 mm)
Lewat No. 8 (2,38 mm)
b. Penentuan suhu pencampuran dan pemadatan.
Suhu pencampuran dan pemadatan harus ditentukan sehingga bahan pengikat
yang dipakai menghasilkan viscositas seperti tabel berikut :
Tabel 2.12 Viskositas Penentu Suhu
Campuran Pemadatan
Saybolt Saybolt
Bahan Pengikat Kinematik Engler Kenematik Engler
Furol Furol
C. St Det. S. F. C. St. Det. S. F.
Aspal panas 170 20 85 10 - 280 30 140 15 -
Aspal dingin 170 20 85 10 - 280 30 140 15 -
Tar 25 3 40 5
c. Persiapan campuran
Untuk tiap benda uji diperlukan agregat sebanyak 1200 gram sehingga
menghasilkan tinggi benda uji kira-kira 6,25 cm 0,125 cm (2,5 0,05).
Panaskan panci pencampur beserta agregat kira-kira 280C diatas suhu
pencampuran untuk aspal panas dan tar dan aduk sampai merata. Untuk aspal
dingin pemanasan sampai 140C diatas suhu pencampuran. Sementara itu panaskan
aspal sampai suhu pencampuran. Tuangkan aspal sebanyak yang dibutuhkan
kedalam agregat yang sudah dipanaskan tersebut. Kemudian aduklah dengan
cepat pada suhu seperti yang disebut pada tabel 3.1, sampai agregat terlapis
merata.
d. Pemadatan benda uji.
Bersihkan perlengkapan cetakan benda uji serta bagian muka penumbuk dengan
seksama dan panaskan sampai suhu antara 93,3 dan 148,90C.
Letakkan selembar kertas saring atau kertas penghisap yang sudah digunting
menurut ukuran cetakan kedalam dasar cetakan, kemudian masukkanlah seluruh
campuran kedalam cetakan dan tusuk-tusuk campuran keras-keras dengan spatula
yang dipanaskan atau aduklah dengan sendok semen 15 kali keliling pinggirannya
dan 10 kali dibagian dalamnya. Lepaskan lehernya, dan ratakan permukaan
campuran dengan mempergunakan sendok semen menjadi bentuk yang sedikit
cembung. Waktu akan dipadatkan suhu campuran harus dalam batas-batas suhu
pemadatan seperti pada tabel 3.1.
Letakkan cetakan diatas landasan pemadat, pada pemegang cetakan. Lakukan
pemadatan dengan alat penumbuk sebanyak 75,50 atau 35 sesuai kebutuhan
dengan tinggi jatuh 45 cm (18).
Selama pemadatan tahanlah agar sumbu palu pemadat selalu tegak lurus pada alas
cetakan. Lepaskan keping alas dan lehernya, balikkan alat cetak berisi benda uji
dan pasanglah kembali perlengkapannya. Tumbuklah permukaan benda uji yang
sudah dibalik ini dengan jumlah tumbukan yang sama.
e. Sesudah pemadatan, lepaskan keping alas dan pasanglah alat pengeluar benda uji
pada permukaan ujung ini. Dengan hati-hati keluarkanlah dan letakkan benda uji
di atas permukaan rata yang halus, biarkan selama 24 jam pada suhu ruang.
f. Bersihkan benda uji dari kotoran-kotaran yang menempel dan berilah tanda
pengenal pada masing-masing benda uji.
g. Timbang dan ukur tinggi benda uji dengan ketelitian 0,1 mm
h. Rendam benda uji ke dalam air kira-kira 24 jam pada suhu ruang atau dimasukan
ke dalam waterbath.
BAB III
PEMERIKSAAN CAMPURAN ASPAL
tetap (60 1)0C untuk benda uji aspal panas dan (38 1)0C untuk benda uji tar.
Untuk benda uji aspal dingin masukkan benda uji ke dalam oven selama
minimum 2 jam dengan suhu tetap (25 1)0C. Sebelum melakukan pengujian
bersihkan batang penutup (guide rod) dan permukaan dalam dari kepala penekan
(test heads). Lumasi batang penuntun sehingga kepala penekan yang atas dapat
meluncur bebas. bila dikehendaki kepala penekan direndam bersama-sama benda
uji pada suhu antara 21 sampai 380C. Keluarkan benda uji dari bak perendam
atau dari oven atau dari pemanas udara dan letakkan ke dalam segmen bawah
kepala penekan. Pasang segmen atas di atas benda uji dan letakkan
keseluruhannya dalam mesin penguji. Pasang arloji kelelehan (flow meter) pada
kedudukannya diatas salah satu batang penuntun dan atur kedudukan jarum
penunjuk pada angka nol. sementara selubung tangkai arloji (sleeve) dipegang
teguh terhadap segmen atas kepala penekan (breaking head). Tekan selubung
tangkai arloji kelelehan tersebut pada segmen atas dari kepala penekan selama
pembebanan berlangsung.
f) Sebelum pembebanan diberikan. kepala penekan beserta benda ujinya dinaikkan
hingga menyentuh alas cincin penguji. Atur kedudukan jarum arloji tekan pada
angka nol. Berikan pembebanan kepada benda uji dengan kecepatan tetap 50 mm
permenit sampai pembebanan maksimum yang tercapai. Lepaskan selubung
tangkai arlogi kelelehan(sleeve) pada alat mencapai pembebanan maksimum dan
catat nilai kelelehan yang ditunjukkan oleh arloji kelelehan.
Waktu yang diperlukan dan saat dingkatnya benda uji dari rendaman air sampai
tercapainnya beban maksimum tidak boleh melebihi 30 detik.
g) Catatan: untuk benda uji yang tebalnya tidak sebesar 2.5 inci (63.5 mm)
koreksilah bebannya (stabilitasnya) dengan mempergunakan faktor perkalian
yang bersangkutan sesuai tabel 3.2. pada tabel tersebut. hubungan isi / tebal
didasarkan pada benda uji yang diameternya 101.6 mm.
6) Hasil Pemeriksaan
Pencatatan data campuran aspal. baik fisik maupun bacaan arloji dengan alat
Marshal. serta nilai stabilitas yang disesuaikan dikemukakan pada tabel 3.1.
Penyesuaian nilai stabilitas. diperoleh dengan persamaan:
Tabel 3.3 Angka Kalibrasi Alat Uji Tekan - Marshal Test No. Seri 13.6000.03.06
Nominal Factor
UUT Indication Reapetability U95%
Standart Kalibrasi
(Div x 0.01 mm) Error (%) k=2
(lbf) (lbf/Div)
0 0 0.00 0.00 0.95
596.82 9 66.31 1.38 0.95
1194.34 27 44.23 0.92 0.95
1791.87 45 39.82 0.70 0.95
2389.40 65 36.76 0.56 0.95
2986.94 82 36.43 0.47 0.95
3584.49 101 35.49 0.40 0.95
4182.04 119 35.14 0.35 0.95
4779.60 138 34.63 0.31 0.95
5377.16 157 34.25 0.28 0.95
Kadar Aspal
BJ Ha s i l Teba l
No. Benda Uji
a b c d A B C D E F G H J K L M N P Q R S
Catatan 1 Li ha t
Catatan 1
100 E 100 (D J) M
Form.
A T(100 A) 100T 1000(A R)
G F
Dari Lab
Dari Lab
Dari Lab
Dari Lab
Dari Lab
Dari Lab
Lihat
Lihat 100 - A A
102 N
Ha s i l QT(100 - A)
H D Perhi tunga
B D
C T
n Gra da s i
1.A 15.66 34.86 39.17 10.31 6.90 2.73 2.77 2.49 1164 657 1173 516.00 2.26 9.26 52.9 257.1 3.4
1.B 15.66 34.86 39.17 10.31 6.90 2.73 2.77 2.49 1166 665 1181 516.00 2.26 9.10 42.5 432.7 3.5
Rata - rata 2.26 9.18 344.9 3.5 0.98 12.03 0.57 5.45
2.A 15.83 34.69 39.05 10.42 7.90 2.73 2.77 2.45 1171 667 1186 519.00 2.26 7.89 51.6 292.8 4.6
2.B 15.83 34.69 39.05 10.42 7.90 2.73 2.77 2.45 1168 653 1184 531.00 2.20 10.20 45.2 417.7 2.35
Rata - rata 2.23 9.05 355.2 3.5 1.00 12.07 0.56 6.36
3.A 16.01 34.52 38.93 10.54 8.90 2.73 2.77 2.41 1127.5 640 1145 505.00 2.23 7.52 52 297.5 1.6
3.B 16.01 34.52 38.93 10.54 8.90 2.73 2.77 2.41 1165.5 673 1177 504.00 2.31 4.21 58 925.3 2.9
Rata - rata 2.27 5.86 611.4 2.3 2.66 12.11 0.55 7.29
4.A 16.18 34.35 38.81 10.65 9.90 2.73 2.77 2.38 1160 674 1164 490.00 2.37 0.52 33.5 3900.6 4.1
4.B 16.18 34.35 38.81 10.65 9.90 2.73 2.77 2.38 1157 670 1163 493.00 2.35 1.38 31.5 3316.1 4.1
Rata - rata 2.36 0.95 3608.4 4.1 8.63 12.16 0.55 8.23
5.A 16.37 34.18 38.68 10.77 10.90 2.73 2.77 2.35 1166 678 1168 490.00 2.38 -1.42 27.6 2647.7 6.6
5.B 16.37 34.18 38.68 10.77 10.90 2.73 2.77 2.35 1146 665 1149 484.00 2.37 -0.91 25.2 578.6 5.9
Rata - rata 2.37 -1.17 1613.1 6.3 2.53 12.20 0.54 9.18
3.4 KESIMPULAN
Campuran aspal jenis Latasir B dengan kadar aspal optimum 9.13 % menghasil
kualitas campuran dengan parameter:
Marshall Stability : 1390 kg
Marshall Quotient : 4.10 KN/mm
Volume Air Voids : 4.70 %
Film Thickness : 7.60 mm
BAB IV
KESIMPULAN
1. Campuran aspal jenis LASTON (AC) dengan kadar aspal optimum 9.13 %
menghasil kualitas campuran dengan parameter:
Marshall Stability : 1100 kg
Marshall Quotient : 4.6 KN/mm
Volume Air Voids : 5.3 %
Campuran aspal jenis LASTON (AC) terbentuk dari proporsi campuran dengan
komposisi bahan-bahan:
Agregat Kasar = 39.38 %
Agregat Halus :
(a) Abu Batu = 25.09%
(b) Pasir Alam = 24.10%
Bahan Pengisi (filter) = 5.36%
Kadar Aspal (b) = 6.07%
DAFTAR PUSTAKA
1. Affandi. Mf. Perencanaan Campuran Aspal Beton ( Job Mix Design ) dan
Pengendaliannya di AMP. Lokakarya pengendalian mutu dan aspek-aspek supervisi
lain dalam pelaksanaan konstruksi jalan. Jakarta. 19 23 Maret 1990.
2. Asphalt Institute. Mix Desain Methods for Aspalt Concrete and other Hot Mix
Types. Manual Series No. 2 (MS 2). 1974.
3. Dalimin. BRE. Pengaspalan. Lestari. Jakarta. 1979.
4. Dalimin. BRE. Pelaksanaan Pembangunan Jalan. Lestari. Jakarta.1979.
5. Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga. Petunjuk
Pelaksanaan Lapis Tipis Aspal Pasir ( Latasir ). 14/PT/B/1983.
6. Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga. Petunjuk
Pelaksanaan Lapis Tipis Aspal Beton ( Lataston ). 12/PT/B/1983.
7. Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga. Petunjuk
Pelaksanaan Lapis Tipis Aspal Beton ( Laston ). 13/PT/B/1983.
8. Direktorat Jenderal Bina Marga. Manual Pemeriksaan Jalan No. 01/MN/BM/1976.
Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik. 1976.
9. Direktorat Jenderal Bina Marga. Central Quality Control & Monitoring Unit. C.P.
Corne & Associates Ltd. PT. Virama Karya. Komentar pada Spesifikasi untuk
Kontrak Pemeliharaan Jalan. Seksi 6.3/I. Aspal campuran panas dengan durabilitas
tinggi. buku I : Rencana Campuran. Agustus 1988.
10. Directorat General of Highways. ADB Sevent Road Betterment Project. General
Specification & Addendum G 1. Bipran. 1987.
11. Nagy. John E.. Asphalt Paving Manual. Directorate General of Highways. 1988.
12. Pemerintah Daerah Propinsi Tingkat I Jawa Timur Cabang Dinas Pekerjaan Umum
Bina Marga Daerah di Malang. Spesifikasi Umum Proyek Peningkatan Jalan Druju
Sendang Biru. 1990.