BAHAN JALAN
MODUL 1
PENGUJIAN AGREGAT
PENGUJIAN ABRASI
PEDOMAN STANDAR
ASTM C 131-76
SNI 03-2417-1991 (Metode Pengujian Keausan Agregat dengan Mesin Abrasi Los Angeles)
MAKSUD
Mengetahui durabilitas agregat dengan cara mekanis.
PERALATAN
1. Los angeles abrasion machine
2. Bola baja
3. Oven
4. Talam
Saringan 1 2 ”, 1”,
1 3 1 3 1
5. 4 ”, 2 ”, 8 ”, 4 ”, No. 4, No.8 dan No.12
6. Timbangan ketelitian 1 gram
7. Pan
LABORATORIUM TEKNIK SIPIL
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
BENDA UJI
Sampel harus dalam keadaan bersih, kemudian dikeringkan dalam suhu 100oC ± 5oC sampai
beratnya tetap. Pisahkan sampel ke dalam ukuran fraksi sesuai pada tabel di bawah ini, kemudian
timbang (A)
Ukuran Saringan Berat Agregat
Lolos Tertahan A B C D
1 2”
1
1” 1250 + 25
3
1” 4 ” 1250 + 25
3 1
4 ” 2 ” 1250 + 10 2500 + 10
1 3
2 ” 8 ” 1250 + 10 2500 + 10
3 1
8 ” ” 4 2500 + 10
1
” 4 No.4 2500 + 10 2500 + 10
No. 4 No.8 2500 + 10
Total 5.000 + 10 5.000 + 10 5.000 + 10 5.000 + 10
Jumlah Bola Baja 12 11 8 6
Berat Bola (gram) 5000 + 25 4584 + 25 3330 + 20 2500 + 15
PROSEDUR PERCOBAAN
1. Ambil benda uji yang akan diperiksa lalu cuci sampai bersih.
2. Keringkan dalam oven selama 24 jam pada suhu 100oC ± 10oC sampai beratnya tetap.
3. Pisahkan agregat tersebut sesuai dengan kelompoknya, lalu campurkan sesuai dengan
kombinasi yang diinginkan (A/B/C/D) dengan berat total 5.000 gram (A).
4. Hidupkan lampu power.
5. Putar drum abrasi dengan menekan tombol inching sehingga tutupnya mengarah ke atas.
6. Buka tutup mesin abrasi lalu masukkan agregat yang telah disiapkan tadi.
7. Masukkan bola baja sebanyak yang disyaratkan (lihat tabel ketentuan kriteria benda uji abrasi).
8. Tutup kembali mesin abrasi tersebut.
9. Buka tutup counter lalu atur angkanya menjadi 500 kemudian ditutup kembali.
10. Tekan tombol start sehingga mesin abrasi berputar. Jumlah putaran akan terbaca pada counter
dan mesin abrasi akan berhenti berputar secara otomatis pada jumlah putaran 500.
11. Pasang talam di bawah mesin abrasi.
LABORATORIUM TEKNIK SIPIL
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
12. Buka tutup mesin lalu tekan tombol inching sehingga mesin abrasi berputar dan agregat serta
bola baja tertampung pada talam tersebut
13. Saringlah agregat tersebut dengan saringan No.12 lalu agregat tertahan dicuci sampai bersih.
14. Keringkan lagi dalam oven selama 24 jam pada suhu 100oC ± 10oC.
15. Timbang berat keringnya.
PERHITUNGAN
AB
100
Keausan = A
Dimana :
A : berat total benda uji semula (gram)
B : berat benda uji yang tertahan saringan No.12 (gram)
CATATAN
Tidak dilakukannya proses pencucian sampel setelah tes Los Angeles ini terkadang akan
mengurangi pengukuran, kehilangan sekitar lebih besar dari 0,2% dari berat sampel awal.
LABORATORIUM TEKNIK SIPIL
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
PENGUJIAN ABRASI
Kombinasi :
Gradasi Saringan
Berat Agregat
Lolos Tertahan
Parameter Nilai
Berat sebelum (gram)
Berat sesudah diayak saringan No.12 (gram)
Keausan (%)
MAKSUD
Mengetahui berat jenis agregat halus dan penyerapannya.
PERALATAN
1. Termometer
2. Talam
3. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram
4. Vacum pump
5. Piknometer kapasitas 500 ml
6. Kerucut kuningan (cone)
7. Batang penumbuk
8. Saringan No. 4
9. Oven
BENDA UJI
Sampel agregat yang lolos saringan No.4 (±1.000 gram) dengan cara sampling menggunakan
sample slitter atau quartering method.
PROSEDUR
1. Keringkan dalam oven pada suhu 100oC ± 10oC selama 24 jam lalu dinginkan.
2. Rendam benda uji tersebut selama (24 ± 4) jam dalam air.
3. Tebarkan contoh di atas permukaan terbuka dan rata kemudian dapat diangin-anginkan, contoh
uji juga dapat diaduk untuk mencapai pengeringan yang merata.
4. Untuk mengecek apakah contoh sudah dalam kondisi SSD dapat dilakukan pengujian kerucut,
masukkan ke dalam kerucut kuningan dan dibagi ke dalam 3 lapisan, lapis pertama dipadatkan
dengan penumbuk sebanyak 8 kali, lapis kedua 8 kali dan lapis ketiga 9 kali sehingga jumlah
keseluruhan tumbukan 25 kali dengan tinggi jatuh ±5 mm di atas permukaan pasir contoh
secara merata dan jatuh bebas.
5. Bersihkan daerah sekitar kerucut dari butiran agregat yang tercecer.
6. Angkat kerucut tersebut dalam arah vertikal secara perlahan-lahan.
7. Amati contoh saat dibuka, apabila masih terletak rapi, maka contoh masih basah, keringkan
kembali contoh tersebut. Apabila jatuh lepas keseluruhan, maka contoh terlalu kering. Apabila
terjadi keruntuhan sebagian sedikit demi sedikit pada permukaan benda uji tersebut, maka
contoh sudah dalam keadaan SSD.
8. Masukan ke dalam pan dan cover untuk menghindari penguapan.
9. Masukkan 500 gram benda uji ke dalam piknometer yang telah ditimbang sebelumnya.
10. Masukkan air suling sampai mencapai 90% isi piknometer, lalu putar sampai tidak terlihat
gelembung udara di dalamnya.
11. Untuk mempercepat proses ini dapat menggunakan vaccum pump, dan harus diperhatikan
jangan sampai ada air yang air yang ikut terisap.
12. Rendam piknometer dalam air hingga suhunya mencapai suhu ruangan (25oC) lalu tambahkan
air suling hingga tanda batas.
13. Timbang piknometer + air + sampel agregat (C).
14. Masukkan sampel agregat ke dalam oven pada suhu 100oC ± 10oC selama 24 jam, setelah itu
masukkan dalam desikator lalu timbang beratnya (A).
15. Isi piknometer dengan air suling sampai tanda batas, lalu ukur suhu air untuk menyesuaikan
dengan suhu standar (25oC) kemudian timbang (B).
PERHITUNGAN
A
Bulk Spesific Gravity = B+500− C
500
Bulk Spesific Gravity (SSD) = B+500− C
A
Apparent Spesific Gravity = B+ A− C
500− A
×100 %
Absorption = A
Dimana :
A : berat contoh kering (setelah dioven) (gram)
B : berat labu + air (gram)
C : berat contoh kering (setelah dioven) (gram)
LABORATORIUM TEKNIK SIPIL
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
Parameter Nilai
Berat contoh jenuh kering permukaan (gram) 500
Berat contoh kering (gram)
Berat piknometer + air (gram)
Berat piknometer + sampel SSD + air (gram)
Bulk spesific gravity
Bulk spesific gravity (SSD)
Apparent spesific gravity
Absorption/penyerapan (%)
LABORATORIUM TEKNIK SIPIL
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
MAKSUD
Mengetahui berat jenis agregat kasar dan kemampuannya menyerap air.
PERALATAN
1. Dunagan
2. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram
3. Sample Splitter
4. Saringan No. 4
5. Cawan
6. Oven
BENDA UJI
Sampel agregat yang tertahan saringan No.4 (±3.000 gram) dengan cara sampling menggunakan
sample slitter atau quartering method.
PROSEDUR
1. Cuci sampel untuk menghilangkan debu atau bahan lain yang merekat pada permukaan.
Keringkan dalam oven pada suhu 100oC ± 10oC selama 24 jam lalu dinginkan, kemudian
timbang (C).
2. Rendam benda uji tersebut selama (24 ± 4) jam dalam air.
3. Buang air rendamannya lalu letakkan agregat di atas kain yang menyerap air. Keringkan
masing-masing agregat hingga diperoleh keadaan jenuh kering permukaan (Saturated Surface
Dry).
4. Timbang agregat yang telah jenuh kering permukaan tersebut (A).
LABORATORIUM TEKNIK SIPIL
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
5. Segera masukkan ke dalam keranjang dunagan kemudian celupkan ke dalam container berisi
air dengan suhu 25 oC. Goyang-goyangkan keranjang tersebut di dalam air untuk mengeluarkan
gelembung-gelembung udara yang terperangkap.
6. Timbang berat agregat dalam air (B).
PERHITUNGAN
C
Bulk Spesific Gravity = A− B
A
Bulk Spesific Gravity (SSD) = A− B
C
Apparent Spesific Gravity = C− B
A−C
×100 %
Absorption = C
Dimana :
A : berat contoh kering permukaan (SSD) (gram)
B : berat contoh dalam air (gram)
C : berat contoh kering (setelah dioven) (gram)
LABORATORIUM TEKNIK SIPIL
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
Parameter Nilai
Berat contoh jenuh kering permukaan (gram)
Berat contoh dalam air (gram)
Berat contoh kering (gram)
Bulk spesific gravity
Bulk spesific gravity (SSD)
Apparent spesific gravity
Absorption/penyerapan (%)
LABORATORIUM TEKNIK SIPIL
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
MAKSUD
Mengetahui ukuran butiran dan gradasi agregat dari yang kasar hingga yang halus dalam bentuk
grafik serta untuk keperluan perencanaan perkerasan dengan tiga zona gradasi atau fraksi agregat
yaitu fraksi agregat kasar, fraksi agregat sedang dan fraksi agregat halus.
PERALATAN
1. Sieve shaker
3
2. Saringan 3”, 2½”, 2”, 1½”, 1”, ¾”, ½”, 8 ”, No.4, No.6, No.8, No.16, No.30, No.50, No.
100 dan No. 200
3. Pan dan cover
4. Timbangan atau neraca dengan ketelitian 0,2%
5. Sample splitter
6. Oven
7. Talam
8. Kuas
BENDA UJI
Agregat halus : material lolos saringan 4,75 mm sebanyak 1000 gram
Agregat sedang : material lolos saringan 9,50 mm sebanyak 1500 gram
Agregat kasar : material lolos saringan 25,4 mm sebanyak 2000 gram
LABORATORIUM TEKNIK SIPIL
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
PROSEDUR PERCOBAAN
1. Masukkan contoh agregat ke dalam oven pada suhu 110oC ± 5oC selama 24 jam atau sampai
berat agregatnya tetap. Berat tetap adalah keadaan berat benda uji selama 3 kali proses
penimbangan dan pemanasan dalam oven dengan selang waktu 2 jam berturut-turut dan tidak
akan mengalami perubahan kadar air lebih besar daripada 0,1%.
2. Timbang berat masing-masing saringan.
3. Susun saringan pada sieve shaker dengan susunan saringan yang terbesar hingga yang terkecil
lalu yang paling bawah adalah pan.
4. Masukkan agregat ke dalam saringan yang paling atas kemudian ditutup dan diguncangkan
selama 15 menit.
5. Biarkan selama 5 menit untuk memberi kesempatan supaya debu-debu mengendap.
6. Buka saringan tersebut lalu timbang berat masing-masing saringan berikut isinya.
7. Hitung berat masing-masing agregat yang tertahan dalam saringan.
LABORATORIUM TEKNIK SIPIL
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
MAKSUD
Mengetahui kadar aspal optimum dalam canpuran dengan berbagai perbedaan kadar aspal yang
digunakan
PERALATAN
1. Cawan
2. Timbangan
3. Wajan
4. Cetakan silinder
5. Penumbuk
BENDA UJI
Benda uji yang disiapkan yaitu agregat kasar, agregat medium, agregat halus dan aspal dengan
kadar 5%, 5,5%, 6%, 6,5%, 7%.
PROSEDUR
1. Lakukan analisa gradasi dari masing-masing fraksi agregat yang akan di blending.
2. Hitung batas atas dan bawah dari gradasi campuran dari spesifikasi yang ada, lalu plot hasil
analisis saringan ke dalam grafik dan tentukan persen agregat halus, medium dan kasar
3. Buat lima sampel campuran aspal dengan kadar aspal 5%, 5,5%, 6%, 6,5%, 7%
4. Timbang masing-masing agregat yang dibutuhkan untuk tiap sampel
5. Panaskan aspal dan agregat dengan temperature 150º - 200ºC
6. Letakkan wajan yang akan digunakan untuk mencampur agregat dengan aspal
LABORATORIUM TEKNIK SIPIL
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
7. Lapisi cetakan silinder dengan oli dan beri kertas dibagian bawah agar cetakan tidak lengket
dengan aspal, lalu tuangkan agregat yang telah dipanaskan ke dalam aspal 5% yang telah
ditimbang dengan wajan dan campur hingga merata ke seluruh bagian
8. Tuangkan campuran agregat dan aspal ke dalam cetakan silinder, kemudian ditusuk-tusuk
sebanyak 25 kali dan tutup kertas kembali
9. Tumbuh sebanyak 2 × 75 kali, kemudian dinginkan campuran tersebut dan lepaskan dari
cetakannya.
10. Lakukan pengujian kembali dengan kadar aspal yang berbeda.
PERHITUNGAN
MAKSUD
Mengetahui berat isi agregat halus, kasar atau campuran dan penetapan rongga udara (air void).
PERALATAN
1. Talam
2. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram
3. Batang pemadat
4. Container (Mold 6”)
5. Mistar perata
BENDA UJI
Berat isi agregat lepas : ukuran nominal maksimum agregat <100 mm
Berat isi agregat dengan goyangan : ukuran nominal maksimum agregat antara 37,5 – 100 mm
Berat isi agregat dengan tusukan : ukuran nominal maksimum agregat <37,5 mm
PROSEDUR
PERHITUNGAN
CB
Berat isi agregat = V
Dimana :
A : absorpsi agregat (%)
B : berat container (gram)
C : berat container berikut isinya (gram)
V : volume container (gram)
LABORATORIUM TEKNIK SIPIL
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
SOUNDNESS TEST
PEDOMAN
SNI 3407:2008 (Cara Uji Sifat Kekekalan Agregat dengan Cara Perendaman Menggunakan Larutan
Natrium Sulfat atau Magnesium Sulfat)
MAKSUD
Mengukur durabilitas agregat terhadap proses pelapukan akibat pengaruh alam dan juga proses
pengausan secara kimia.
PERALATAN
1. Oven
2. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram (untuk fraksi agregat halus)
3. Timbangan dengan ketelitian 1 gram (untuk fraksi agregat kasar)
4. Keranjang kawat
5. Termometer
6. Hidrometer sesuai ASTM E-100
7. Beaker glass
BENDA UJI
Prosedur Pengujian
1. Rendam sampel dalam larutan Sodium Sulfat atau Magnesium Sulfat selama antara 16 - 18 jam
dengan kedalaman perendaman sekurang-kurangnya 12,70 mm
2. Tutup bak rendaman untuk mengurangi penguapan
3. Jaga suhu larutan perendaman pada suhu (21 ± 1ºC) selama perendaman
4. Sesudah masa perendaman, tiriskan selama 15 ± 5 menit sebelum dikeringkan dalam oven.
5. Keringkan sampel sampai berat tetap pada suhu 110 ± 5 ºC, yaitu dengan mengecek kehilangan
beratnya setiap 2 – 4 jam di oven tanpa pendinginan sampai diperoleh kehilangan antaranya
tidak lebih dari 0,1%.
PERHITUNGAN
A-B
×100 %
A
Persentase pelapukan agregat =
Dimana:
SOUNDNESS TEST
Sampel Agregat Sampel Agregat
Parameter
Halus Kasar
(gram)
Berat agregat sebelum pengujian
(gram)
Berat agregat sesudah pengujian
Persentase agregat yang lapuk (%)
LABORATORIUM TEKNIK SIPIL
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
MAKSUD
Mengukur perbandingan relatif antara bagian yang merugikan (debu, tanah liat, lumpur, lempung)
dengan bahan agregat halus yang lolos saringan No.4. Semakin besar nilai Sand Equivalent maka
semakin bersih agregat tersebut.
PERALATAN
1. Tabung sand equivalent (SE)
2. Beban equivalent
3. Larutan standar (stock solution)
4. Gelas erlenmeyer
5. Statif
6. Cawan
7. Tin box
8. Saringan No.4
9. Sumbat karet
10. Stopwatch
BENDA UJI
Siapkan 1500 gram sampel agregat halus yang lolos saringan No.4 dan butir-butir halus yang
menggumpal dihancurkan hingga melewati saringan tersebut atau dengan cara sampling
menggunakan sample splitter atau quartering method. Keringkan sampel sampai berat tetap pada
suhu 105 ± 5ºC, lalu dinginkan
LABORATORIUM TEKNIK SIPIL
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
PROSEDUR
Persiapan Larutan
1. Larutkan 454 gram CaCl2 dengan ½ gallon air yang telah didihkan, kemudian dinginkan
2. Saring dengan menggunakan saringan No.12
3. Pada larutan yang telah disaring, tambahkan 250 gram glycerine dan 47 gram formaldehyde
kemudian diaduk rata dan encerkan hingga 1 gallon (3,78 liter)
Prosedur Pengujian
1. Masukkan larutan yang telah disiapkan ke dalam tabung silinder/labu ukur dengan
menggunakan siphon sampai setinggi 4 ± 0,1 in
2. Masukkan sampel ke dalam tabung SE dengan menggunakan corong untuk menghindari
tumpah di sekitar tabung.
3. Masukkan larutan ke dalam tabung SE hingga sampel dapat terendam sepenuhnya. Pukul
bagian bawah tabung untuk mengeluarkan gelembung udara.
4. Diamkan tabung SE selama 10 ± 1 menit., kemudian kocok dengan arah mendatar sebanyak 90
kali dalam 30 detik, dimana perhitungan dilakukan satu arah.
5. Masukkan slang ke dalam tabung SE dan buka keran hingga larutan standar equivalent masuk
ke dalam tabung SE sampai tertinggi skala 15 atau ketinggian 15 in.
6. Diamkan selama 20 menit ± 15 detik. Mulai perhitungan waktu ketika slang telah dikeluarkan.
7. Baca skala permukaan atas sebagai skala lumpur. Jika tidak ada batas garis yang jelas, maka
biarkan beberapa waktu lagi sampai terbaca skala lumpur dan catata bacaan waktu terakhir.
Jika waktu ini melebihi 30 menit, maka pengujian harus diulangi lagi.
8. Selanjutnya, masukkan skala beban equivalent secara perlahan-lahan sampai beban tersebut
berhenti.
9. Baca skala batas atas indikator, kemudian kurangi 10 in. Sebelum dikurangi 10 in, sebaiknya
periksa dahulu apakah jarak ujung kaki pemberat, kemudian kurangi 10 in. Jika tidak, kurangi
dengan jarak sesungguhmya. Catat nilai ini sebagai skala pasir.
LABORATORIUM TEKNIK SIPIL
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
PERHITUNGAN
Perhitungan pemeriksaan sand equivalent:
skala pembacaan pasir
100
skala pembacaan lumpur
Nilai SE =
Perhatian:
Hati-hati NaOH jangan sampai terkena tangan, bila hal ini terjadi segera dicuci dengan air bersih.
LABORATORIUM TEKNIK SIPIL
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
SOUNDNESS TEST
Nomor Contoh
No Parameter
I II III
MODUL 2
PENGUJIAN ASPAL
PENGUJIAN MARSHALL
PEDOMAN
AASHTO T 245-74
MAKSUD
Menentukan ketahanan (stabilitas) terhadap kelelehan plastis (flow) dari campuran aspal.
PERALATAN
1. Alat Marshall
2. Timbangan dengan ketelitian 0,1 g
3. Thermometer logam
4. Stopwatch
5. Sarung tangan dari asbes
6. Penangas air (water bath) dengan kedalaman 228,6 m (9 inci) yang dilengkapi dengan pengaur
temperature yang dapat memelihara temperature penangas air pada suhu 60ºC ± 1ºC
7. Masker
PROSEDUR
1. M e r e n d a m b e n d a
1ºC untuk benda uji
2. M e n g e l u a r k a n
Marshall
3. Memasang bagian atas alat penekan uji Marshall di atas benda uji dan letakkan seluruhnya
dalam mesin uji Marshall
LABORATORIUM TEKNIK SIPIL
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
4. Sebelum pembebanan diberikan, kepala penekan beserta benda uji dinaikkan hingga
menyentuh alas cincin penguji
5. Mengatur arloji tekan pada kedudukan angka nol
6. Memberikan pembebanan pada benda uji dengan kecepatan tetap sekitar 50,8 mm/menit
sampai pembebanan maksimum tercapai untuk pembebanan menurun seperti yang ditunjukkan
oleh jarum arloji tekan dan catat pembebanan maksimum (stabilitas) yang dicapai.
7. Untuk benda uji dengan tebal tidak sama dengan 95,2 mm, beban harus dikoreksi dengan faktor
korelasi berdasarkan volume benda uji. Mengukur tinggi dan setelah dibebani, diameter benda
uji.
PERHITUNGAN
Berat kering
Berat isi = Volume
Jumlah kandungan rongga = 100 – volume terhadap aspal – volume terhadap agregat
PENGUJIAN MARSHALL
No Parameter Nilai
1 Persen aspal (%)
2 Persen aspal terhadap batuan (%)
3 Persen aspal terhadap campuran (%)
4 Berat kering (gram)
5 Berat SSD (gram)
6 Berat dalam air (gram)
7 Volume (gram)
8 Berat isi
9 Berat maksimal (teoritis)
10 Volume terhadap aspal
11 Volume terhadap agregat
12 Jumlah kandungan rongga
13 Persen rongga terhadap agregat (%)
14 Persen rongga terhadap aspal (%)
15 Persen rongga terhadap campuran (%)
16 Pembacaan stabilitas (lbs)
17 Stabilitas (kg)
18 Koreksi stabilitas (kg)
19 Flow (mm)
20 QM (kg/mm)
LABORATORIUM TEKNIK SIPIL
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
PENGUJIAN EKSTRAKSI
PEDOMAN
SNI 03-3640-1994
MAKSUD
Mengetahui kadar aspal pada campuran
PERALATAN
1. Centrifuge extractor
2. Kertas saring
3. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
4. Ember
PROSEDUR
1. Timbang dua buah kertas saring, kemudian masukkan sampel ke dalam kertas saring lalu
timbang beratnya
2. Melepaskan pengunci penutup centrifuge extractor lalu masukkan sampel ke dalam alat,
kemudian pasang penutup alatnya
3. Menyalakan mesin centrifuge extractor dan aliri air secara terus menerus ke dalam sampel
yang terdapat di dalam alat tersebut hingga air yang dikeluarkan bersih atau jernih
4. Baliklah sampel yang dibawah menjadi di atas, kemudian tunggu hingga air yang dikeluarkan
dalam keadaan jernih
5. Dinginkan dan keluarkan dari alatnya, kemudian timbang beserta wadahnya dan hitung nilai
kadar aspalnya.
LABORATORIUM TEKNIK SIPIL
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
PERHITUNGAN
Z=X-Y
Z
×100%
Extraksi = X
Dimana
X : Berat kertas + aspal
Y : Berat kertas + agregat
LABORATORIUM TEKNIK SIPIL
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
PENGUJIAN EKTRAKSI
Nilai
No. Parameter
I II
1 Berat kertas saring
2 Berat kertas saring + aspal
3 Berat kertas saring + aspal setelah di oven
4 X
5 Y
6 Ekstraksi
MAKSUD
Mengetahui kehilangan minyak pada aspal akibat pemansan berulang dan mengukur perubahan
kinerja aspal akibat kehilangan berat
PERALATAN
1. Cawan
2. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu memanasi aspal
3. Timbangan dengan ketelitian 0,001 gram
PROSEDUR
1. Panaskan aspal sampai cair untuk campuran yang merata
2. Tuang ke dalam cawan lalu dinginkan benda uji pada suhu ruang. Sampel diperiksa harus bebas
air.
3. Setelah dingin, lalu timbang benda uji (X)
4. Letakkan benda uji ke dalam oven pada suhu 190ºC selama 5 jam
5. Dinginkan benda uji kemudian timbang berat benda uji (Y)
6. Tentukan nilai kehilangan berat aspal setelah dipanaskan
PERHITUNGAN
X−Y
×100%
Kehilangan berat = X
X : berat aspal
Y : berat aspal setelah di oven
Nilai
No. Parameter
I II
1 Berat cawan
2 Berat cawan + aspal
3 Berat cawan + aspal setelah di oven
4 Berat aspal
5 Berat aspal setelah di oven
6 Kehilangan berat
MAKSUD
Menentukan nilai kekerasan aspal dengan melakukan pengujian penetrasi menggunakan alat
penetrometer
PERALATAN
1. Alat penetrasi yang dapat menggerakkan pemegang jarum naik-turun tanpa gesekan dan dapat
mengukur penetrasi sampai 0,1 mm
2. Pemegang jarum seberat (47,5 ± 0,05) gram yang dapat dilepas dengan mudah dari alat
penetrasi untuk peneraan
3. Pemberat dari (50 ± 0,05) gram atau (100 ± 0,05) gram masing-masing dipergunakan untuk
pengukuran penetrasi dengan beban 100 gram dan 200 gram
4. Jarum penetrasi dibuat dari stainless steel HRC 54 – 60. Ujung jarum harus berbentuk kerucut
terpancung dengan berat jarum 2,5 ± 0,05 gram
5. Cawan contoh trbuat dari logam atau gelas berbentuk silinder dengan dasar yang rata
berukuran sebagai berikut:
6. Bak perendam (water bath), terdiri dari bejana dengan isi tidak kurang dari 10 liter dan dapat
menahan suhu 25ºC dengan ketelitian lebih kurang 0,1ºC. Bejana dilengkapi dengan pelat
dasar berlubang-lubang terletak 50 m di atas dasar bejana dan tidak kurang dari 100 mm
dibawah permukaan air dalam bejana
7. Tempat air untuk benda uji ditempatkan di bawah alat penetrasi. Tempat tersebut mempunyai
isi tidak kurang dari 350 ml dan tinggi yang cukup untuk merendam benda uji tanpa bergerak
8. Pengatur waktu, untuk pengukuran penetrasi dengan tangan (manual) diperlukan stopwatch
dengan skala pembagian terkecil 0,1 detik atau kurang dan kesalahan tertinggi per 60 detik,
untuk pengukuran penetrasi dengan alat otomatis, kesalahan alat tersebut tidak boleh melebihi
0,1 detik
9. Termometer bak perendam harus ditera
LABORATORIUM TEKNIK SIPIL
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
BENDA UJI
Benda uji adalah aspal keras atau ter sebanyak ± 100 gram yang dipersiapkan
dengan cara sebagai berikut.
1. Panaskan contoh perlahan-lahan serta aduklah hingga cukup air untuk dapat dituangkan.
Pemanasan contoh untuk ter tidak lebih dari 60ºC di atas titik lembek dan untuk aspal tidak
lebih dari 90ºC diatas titik lembek
2. Waktu pemanasan tidak boleh melebihi 30 menit. Aduklah perlahan-lahan agar udara tidak
masuk ke dalam contoh
3. Setelah contoh cair merata tuangkan ke dalam tempat contoh dan diamkan hingga dingin.
Tinggi contoh dalam tempat tersebut tidak kurang dari angka penetrasi ditambah 10 mm.
Buatlah dua benda uji (duplo)
4. Tutup benda uji agar bebas dari debu dan diamkan pada suhu ruang selama 1 menit sampai 1,5
jam untuk benda uji kecil dan 1,5 – 2 jam untuk yang besar
PROSEDUR
1. Letakkan benda uji dalam tempat air yang kecil dn masukkan tempat air tersebut ke dalam bak
perendam yang bersuhu 25ºC. Diamkan dalam bak tersebut selama 1 – 1,5 jam untuk benda uji
kecil dan 1,5 – 2 jam untuk benda uji besar
2. Periksalah pemegang arum agar jarum dapat dipasang dengan baik dengan bersihka jarum
penetrasi dengan toluene atau pelarut lain kemudian keringkan jarum tersebut denga lap bersih
dan pasanglah jarum pada pemegang jarum
3. Letakkan pemberat 50 gram di atas jarum untuk memperoleh beban sebesar (100 ± 0,1 gram)
4. Pindahkan tempat air berikut benda uji dari bak perendam ke bawah alat penetrasi
5. Turunkan jarum perlahan-lahan sehingga jarum tersebut menyentuh permukaan benda uji,
kemudian aturlah angka 0 di arloji penetrometer sehingga jarum penunjuk berimpit dengannya
6. Lepaskan pemegang jarum dan serentak jalankan stopwatch selama (5 ± 0,1) detik bila
pembacaan stopwatch lebih dari (5 ± 1) detik, maka hasil tersebut tidak berlaku
7. Putarlah arloji penetrometer dan bacalah angka penetrasi yang berimpit dengan jarum peunjuk.
Bulatkan hingga angka 0,1 mm terdekat
8. Lepaskan jarum dari pemegang jarum dan siapkan alat penetrasi untuk pekerjaan berikutnya
LABORATORIUM TEKNIK SIPIL
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
9. L a k u k a n p e k e r j a a n
ketentuan setiap titik pemeriksaan berjarak satu sama lain dan dari tepi
dinding lebih dari 1 cm
PERHITUNGAN
Laporkan angka penetrasi rata-rata dalam bilangan bulat sekurang-kurangnya 3 pembacaan dengan
ketentuan dibawah ini.
Apabila perbedaan antara masing-masing pembaca melebihi toleransi, pemeriksaan harus diulang.
Aspal dengan penetrasi kurang dari 350 dapat diuji dengan alat-alat dan cara pemeriksaan ini,
sedangkan aspal dengan penetrasi antara 350 – 500 perlu dilakukan dengan alat-alat lain.
MAKSUD
Menentukan angkat titik leleh aspal
PERALATAN
1. Thermometer
2. Cawan kuningan beserta tabungnya
3. Tabung plat kuning
4. Alat pemanas
5. Gas elpiji
PROSEDUR
1. Masukkan air ke dalam piknometer sebanyak 800 ml
2. Masukkan aspal dengan bulatan kecil yang telah diletakkan di tabung yang di dalamna terdapat
plat kuning
3. Lalu hitung suhu setiap menitnya untuk mengetahui titik leleh pada suhu dan menit berapa
PERHITUNGAN
Titik lembek 1 + Titik lembek 2
Titik lembek rata-rata = 2
PEDOMAN
SK SNI M-30-1990-F
MAKSUD
Mengukur berat jenis aspal dengan menggunakan piknometer.
PERALATAN
1. Termometer
2. Bak perendam yang dilengkapi dengan pengatur suhu dengan ketelitian (25±0,1ºC)
3. Piknometer dengan kapasitas 30 ml
4. Bejana 1000 ml
5. Timbangan
BENDA UJI
1. Benda uji adalah sampel aspal padat sebanyak ±100 gram
2. Panaskan contoh bitumen keras sampai menjadi cair sambil diaduk. Pemanasan tidak boleh
lebih dari 30 menit pada suhu 56ºC di atas titik lembek
3. Bersihkan, keringkan dan timbanglah piknometer dengan ketelitian 1 mg (A)
PROSEDUR
1. Isilah bejana dengan air suling sehingga diperkirakan bagian atas piknometer yang terendam
adalah 40 mm. Kemudian rendam dan jepitlah bejana tersebut dalam bak perendam sehingga
terensam sekurang-kurangnya 100 mm.
2. Aturlah suhu bak perendam pada suhu 25ºC.
3. Angkatlah bejana dari bak perendam dan isilah piknometer dengan air suling kemudian
berisi piknometer ke dalam bak perendam. Diamkan bejana tersebut di dalam bak perendam
5. Tuangkan benda uji tersebut ke dalam piknometer yang telah kering hingga terisi ¾ bagian
6. Biarkan piknometer sampai dingin, selama <40 menit dan timbanglah dengan penutupnya
7. Isilah piknometer yang berisi benda uji dengan air suling dan tutuplah tanpa ditekan, diamkan
8. Angkatlah bejana dari bak perendam dan letakkan piknometer di dalamnya dan kemudian
tekanlah penutup hingga rapat. Masukkan dan diamkan bejana ke dalam bak perendam selama
sekurang-kurangnya 30 menit.
PERHITUNGAN
(C−A )
Berat jenis=
(B− A ) − ( D−C )
Dimana:
A : berat piknometer dengan penutup (gram)
B : berat piknometer berisi air (gram)
C : berat piknometer berisi bitumen (gram)
D : berat piknometer berisi bitumen dan air (gram)
LABORATORIUM TEKNIK SIPIL
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
Parameter Nilai
Berat piknometer (gram)
Berat piknometer berisi air (gram)
Berat piknometer berisi bitumen (gram)
Berat piknometer berisi bitumen dan air (gram)
Berat jenis (gram/cm3)
MAKSUD
Mengetahui suhu dimana aspal mulai dapat mengeluarkan nyala api dan terbakar akibat pemanasan
dengan menggunakan Cleveland Open Cup.
PERALATAN
1. Cawan kuningan (Cleveland cup)
2. Thermometer
3. Nyala penguji, yaitu nyala api yang dapat diatur dan memberikan nyala dengan diameter 3,2-
4,8 mm dengan panjang 7,5 cm
4. Pemanas terdiri dari logam untuk meletakkan cawan Cleveland
5. Pembakaran gas atau tungku
6. Stop watch
7. Penahan angina, alat yang menahan angina apabila sebagai pemanasan
BENDA UJI
Panaskan contoh aspal 148,9ºC - 176ºC sampai cukup air, kemudian isikan cawan Cleveland
sampai garis dan hilangkan gelembung udara yang ada pada permukaan cairan.
PROSEDUR
1. Letakkan cawan diatas kompor pemanas tetap dibawah titik tengah cawan.
2. Letakkan nyala penguji dengan poros pada jarak 7,5 cm dari titik tengah cawan.
3. Pasanglah thermometer tegak lurus di dalam benda uji dengan jarak 6,4 mm di atas dasar dan
terletak satu garis yang menghubungkan titik tengah cawan dan titik poros penguji. Kemudian
aturlah titik poros thermometer sehingga terletak pada jarak ¼ diameter cawan dari tepi.
4. Nyalakan kompor dan atur pemanasan sehingga kenaikan suhu adalah 15ºC tiap menit sampai
mencapai suhu 56ºC dibawah titik nyala yang diperkirakan untuk selanjutnya kenaikan suhu 5-
6ºC/menit.
5. Tepatkan penahan angina di depan nyala penguji.
6. Nyalakan sumber pemanas dan aturlah pemanas sehingga kenaikan suhu menjadi (15±1) per
menit sampai benda uji mencapai 56ºC dibawah titik nyala perkiraan.
7. Kemudian aturlah kecepatan pemanasan 5-6ºC/menit pada suhu 56ºC dan 28ºC dibawah titik
perkiraan.
8. Nyalakan nyala penguji dan aturlah agar diameter nyala penguji tersebut menjadi 3,2-4,8 mm.
9. Putarlah nyala penguji sehingga melalui permukaan cawan (dari tepi ke tepi cawan) dalam satu
detik. Ulangi setiap kenaikan 2ºC.
10. Lanjutkan pengujian diatas sampai terlihat nyala singkat pada suatu titik diatas permukaan
benda uji. Bacalah suhu pada thermometer dan catat.
11. Lanjutkan pembacaan suhu sampai terlihat nyala sekurang-kurangnya 5 detik diatas permukaan
benda uji. Bacalah suhu pada thermometer dan catat.
PERHITUNGAN
Faktor koreksi:
Titik nyala/ titik bakar terkoreksi = suhu terbaca + 0,03 (760 – tekanan barometric terukur)
PENGUJIAN TITIK NYALA DAN TITIK BAKAR DENGAN CLEVELAND OPEN CUP
Keterangan
No Parameter
Waktu Suhu
Contoh dipanaskan
Selesai jam:
Selesai jam:
Selesai jam:
ºC di bawah titik
No. Waktu ºC Titik Nyala
nyala
LABORATORIUM TEKNIK SIPIL
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
PENGUJIAN DAKTILITAS
PEDOMAN
SNI 06-2432-1991
MAKSUD
Mengetahui ketahanan aspal terhadap retak dalam penggunaannya sebagai lapis perkerasan
PERALATAN
1. Thermometer
2. Alat uji daktilitas
3. Cetakan daktilitas
PROSEDUR
1. Tuang air sampai plat kuning, kemudian beri glyserin di alat daktilitas hingga aspal dapat
melayang (tidak jauh ke dalam air)
2. Menyalakan mesin selama 1 menit dan pastikan naik 5 cm untuk di uji coba
3. Mulai menghitung jarak dan waktu dengan menggunakan stopwatch secara bersamaan.
Mengatur agar kecepatan tarikan alay stabil dan lihat pertambahan panjangnya setiap 1 menit
dan catat juga apabila ada aspal yang putus pada menit dan panjang ke berapa.
LABORATORIUM TEKNIK SIPIL
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
PENGUJIAN DAKTILITAS
Nilai
No. Parameter Keterangan
I II
1 Pembacaan pengukur pada alat (cm)
2 Daktilitas rata-rata
LABORATORIUM TEKNIK SIPIL
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
MAKSUD
Mengetahui kadar air dan fraksi aspal pada aspal cair melalui proses destilasi
PERALATAN
1. Labu ukur 500 ml
2. Pembakar gas
3. Tabung penerima berskala isi 2 ml, 10 ml atau 25 ml
4. Tabung pendingin dengan panjang 40 ml
5. Kompor gas
6. Batang pengaduk
7. Kaki tiga
8. Alat penyuling
9. Pelindung angina dari besi berlapis asbes 3 mm
10. Thermometer
11. Stop watch
12. Penampung timah berkapasitas 160 gram
13. 2 buah saringan kaca No.20
BENDA UJI
Bahan penunjang pengujian kadar aspal yaitu Xylena (C8H10) atau campuran
20% toluene dan 80% xylene.
PROSEDUR
Prosedur pengujian kadar aspal
1. Persipakan benda uji dengan cara mengaduk benda uji sampai homogen. Kemudian timbang
labu ukur dan catat beratnya (W1) gram.
2. Masukkan benda uji ke dalam labu sehingga berat labu+benda uji menjadi (W1+100) gram
3. Panaskan labu ukur berisi benda uji. Atur pemanasan sehingga embun yang turun dari tabung
pendingin mencapai kecepatan 2-5 tetes pe detik.
4. Teruskan penyuling sehingga air dalam tabung penerima tidak bertambah selama 5 menit.
5. Satukan air yang terdapat pada dinding penerima dengan batang pengaduk.
6. Baca dan catat isi air dalam tabung penerima.
PERHITUNGAN
Perhitungan residu aspal:
( A−TD)
R= ×100
A
Dimana:
A : volume benda uji pada awal
TD : total hasil penyulingan, yaitu volume (ml) hasil penyulingan pada suhu 3600 C
MAKSUD
Mengetahui suhu dimana aspal dan tar mulai lembek dengan menggunakan ring and bell.
PERALATAN
1. Cincin kuningan
2. Bola baja
3. Termometer
4. Penjepit
5. Alat pengarah bola
6. Dudukan benda uji, lengkap dengan pengarah bola baja dan plat dasar yang mempunyai jarak
tertentu
7. Bejana gelas
BENDA UJI
1. Panaskan contoh aspal perlahan-lahan sambil diaduk terus menerus hingga
cair merata. Pemanasan dan pengadukan dilakukan perlahan-ahan agar
gelembung-gelembung udara cepat keluar.
2. Setelah cair merata, tuanglah contoh kedalam dua buah cincin. Suhu pemanasan aspal tidak
melebihi 56ºC diatas titik lembeknya dan untuk aspal tidak melebihi 111ºC diatas titik
lembeknya.
3. Panaskan 2 buah cincin sampai mencapai suhu ruang. Letakkan kedua cincin diatas pelat
kuningan yang telah diberi lapisan campuran talk dan sabun.
4. Tuang contoh ke dalam 2 buah cincin, diamkan pada suhu sekurangnya 8ºC dibawah titik
lembeknya sekurang-kurangnya 30 menit.
5. Setelah dingin, ratakan permukaan contoh dalam cincin dengan pisau yang telah dipanaskan.
PROSEDUR
1. Benda uji adalah aspal atau ter sebanyak ± 25 gram.
2. Pasang dan aturlah kedua benda uji diatas kedudukan dan letakkan pengarah bola diatasnya.
Kemudian masukkan seluruh peralatan tersebut ke dalam bejana gelas.
3. Isilah bejana dengan air suling baru, dengan suhu (5±1)ºC sehingga tinggi permukaan air
berkisar antara 101,6 – 108 mm.
4. Letakkan thermometer yang sesuai untuk pekerjaan ini diantara kedua benda uji (kurang lebih
12,7 mm dari tiap cincin)
5. Periksalah dan aturlah jarak antara permukaan pelat dasar benda uji sehingga menjadi 25,4 mm
6. Letakkan bola baja yang bersuhu 5ºC diatas dan ditengah-tengah permukaan benda uji yang
bersuhu 5ºC menggunakan penjepit dengan memasang kembali pengarah bola
7. Panasakan bejana sehingga kenaikan suhu menjadi 5ºC per menit. Untuk 3 menit pertama,
perbedaan kecepatan pemanasan tidak boleh melebih 0,5ºC. Apabila kecepatan pemanasan
melebihi ketentuan, maka pengujian diulangi.
PERHITUNGAN
Hitung dan catat suhu pada saat setiap bola menyentuh pelat dasar. Catat suhu titik lembek bahan
bersangkutan dari hasil pengamatan rata-rata dan bulatkan sampai 0,5ºC terdekat untuk tiap
percobaan ganda.
Spesifikasi Bina Marga tentanng titik lembek untuk aspal keras pen 40 (ring and ball test) adalah
minimum 51ºC dan maksimum 63ºC, sedangkan untuk pen 60 adalah minimum 48ºC dan
maksimum 58ºC.
LABORATORIUM TEKNIK SIPIL
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
Keterangan
No Parameter
Waktu Suhu
Contoh dipanaskan
Selesai jam:
Selesai jam:
MODUL 3
PEMBUATAN CAMPURAN ASPAL
MIX DESIGN
PEDOMAN
MAKSUD
Perencanaan campuran aspal beton berdasarkan metode Marshall bertujuan untuk menentukan
jumlah pemakaian aspal yang tepat sehingga dapat menghasilkan komposisi yang baik antara agegat
dan aspal sesuai dengan persyaratan teknis perkerasan jalan yang ditentukan.
PERALATAN
PROSEDUR
Penentuan Komposisi Agregat Dalam Campuran
Berdasarkan hasil pemeriksaan gradasi/analisa saringan agregat dibuat grafik yang didasarkan pada
persen lolos untuk masing-masing nomor saringan yang digunakan. Selanjutnya untuk mendapatkan
prosentase masing-masing fraksi agregat (chipping, pasir dan abu batu) dalam campuran dipakai
Metode Grafis Diagonal, dimana prosedurnya sebagai berikut:
1. Gradasi ideal yang akan digunakan dari persyaratan gradasi yang ditentukan dan digambar
empat persegi panjang dengan ukuran (10 × 20) cm
2. Dibuat garis diagonal dari ujung kiri bawah keujung kanan atas.
3. Sisi vertikal menyatakan persen lolos saringan dengan skala 0 dibawah dan 100 diatas.
4. D e n g a n m e l i h
titik.
5. Dari tiap titik pada diagonal ditarik garis vertikal untuk menempatkan nomor-nomor saringan.
6. Digambar grafik gradasi dari masing-masing fraksi yang akan dicampur.
7. Untuk menentukan prosentase agregat kasar, dilihat dari jarak antara grafik gradasi kasar
terhadap tepi bawah dan jarak grafik sedang terhadap tepi atas yang harus sama, pada suatu
garis lurus.
8. Pada garis tersebut, ditarik garis vertikal yang memotong garis diagonal. Kemudian dari titik
potong ini ditarik garis horisontal yang memotong garis tepi, sehingga didapat prosentase
agregat kasar yang diperlukan.
9. Langkah 7 dan 8 diulangi untuk mendapatkan prosentase agregat halus dan bahan pengisi.
Setelah diperoleh komposisi dari setiap jenis fraksi agregat, dibuat suatu tabel hasil analisa
gabungan agregat, dimana prosentase masing-masing fraksi yang akan digunakan diperoleh
dari hasil perkalian dengan prosentase lolos untuk masing-masing nomor saringannya.
Kemudian dijumlahkan untuk masing-masing nomor saringan lalu dilihat apakah gradasi
tersebut sudah memenuhi spesifikasi yang diisyaratkan sesuai jenis campuran yang akan
dibuat.
10. Hasil penggabungan agregat diusahakan mendekati “ideal spec”, jika melalui grafik diagonal
belum bagus maka digunakan metode coba-coba (Trial and Error) yaitu menentukan terlebih
dahulu prosentase dari masing-masing agregat (tanpa mengubah persen lolos) kemudian hasil
penggabungan agregat diperoleh melalui perkalian prosentase dengan persen lolos dari
agregat. Selanjutnya hasil perkalian tersebut masing-masing dijumlahkan dan dilihat apakah
hasilnya mendekati nilai “ideal spec”. Selanjutnya dibuat grafik penggabungan agregat dan
grafik spesifikasinya, setelah itu dihitung berat masing-masing fraksi yaitu prosentase fraksi
dikali dengan kapasitas mold.
PERHITUNGAN
Penentuan Berat Aspal Dalam Campuran
Setelah ditentukan kadar aspal yang akan digunakan dalam campuran,
maka berat aspal dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut.
Berat aspal (gram) = A × B
Dimana:
A : kadar aspal (%)
B : kapasitas mold (gram)
MAKSUD
Pembuatan dan pengetasan benda uji dimaksudkan untuk menentukan ketahanan (stabilitas)
terhadap kelelahan dari campuran aspal yang telah dibuat/ditentukan komposisinya. Benda uji
(briket) yang dibuat untuk masing-masing kadar aspal berkisar antara 5,5 % - 7,0 % adalah
sebanyak 3 (tiga) buah.
PERALATAN
1. Cetakan benda uji yang berdiamater 10,16 cm (4”) dengan tinggi 7,62 mm (3”) yang dilengkapi
dengan pelat alas dan leher sambung.
2. Penumbuk yang mempunyai permukaan tumbuk yang rata berbentuk silinder, dengan tinggi
jatuh bebas 45,75 cm (18”) dan berat 4,536 kg
3. Alat pengeluar benda uji yang telah dipadatkan yaitu sebuah alat ejector
4. Landasan pemadat terdiri dari balok kayu (jati atau sejenisnya) berukuran kira kira 20 × 20 ×
45 cm3 (8” × 8” × 8”) yang dilapisi pelat baja berukuran 30 × 30 × 2,5 cm 3 (12” × 12” × 1”)
dan diikat pada lantai beton dengan empat bagian siku
5. Silinder cetakan benda uji
6. Peralatan Marshall test yang dilengkapi dengan kepala penekan berbentuk lengkung, cincin
penguji yang berkapasitas 3000 kg dilengkapi arloji tekan dengan perlengkapannya, arloji
kelelahan dengan perlengkapan
7. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (200 ± 3) °C
8. Bak perendam dilengkapi dengan pengatur suhu minimum 20°C
9. Perlengkapan lainnya, antara lain:
a. Panci-panci untuk memanaskan agregat, aspal dan campuran
b. Pengukur suhu dari logam berkapasitas 250°C dan 100°C dengan ketelitian 0,5 atau 1%
dari kapasitas
c. Kompor
LABORATORIUM TEKNIK SIPIL
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
d. Sendok pengaduk
e. Sarung asbes dan karet
f. Timbangan yang dilengkapi penggantung benda uji berkapasitas 2 kg dengan ketelitian 0,1
gram dan timbangan berkapasitas 5 kg dengan ketelitian 1 graM
g. Corong yang terbuat dari aluminium
h. Spatula
i. Satu set saringan terdiri dari ukuran : ¾, ½, 3/8, No.4, No.8, No.30, No.50, No.100 dan
No.200, serta Pan.
PROSEDUR
1. Masing-masing agregat dikeringkan sampai beratnya tetap pada suhu (110 ± 50) °C. Setelah
dingin agregat dipisah-pisahkan dengan cara penyaringan kering kedalam fraksi - fraksi yang
dikehendaki, lalu ditimbang sesuai dengan besarnya prosentase perbandingan komposisi
agregat
2. Campuran agregat tersebut, dipanaskan sampai mencapai suhu pencampuran (170 ± 20)°C
dalam panci pencampuran. Sementara itu aspal juga dipanaskan secara terpisah sampai
mencapai suhu pencampuran
3. Aspal dituangkan kedalam panci pencampuran/agregat yang sudah dipanaskan tersebut, sesuai
dengan beratnya yang telah ditetapkan. Kemudian diaduk sampai homogen dan terlihat seluruh
permukaan agregat tertutup oleh aspal. Suhu selama pengadukan campuran aspal diusahakan
tetap dipertahankan (150°C), dimana hal ini dikontrol dengan thermometer
4. Campuran aspal yang telah homogen, dipindahkan kedalam cetakan benda uji (mould) yang
telah dibersihkan dan diletakkan pada dasarnya kertas saring/penghisap lebih dahulu.
Pemindahan campuran kedalam cetakan dilakukan dengan bantuan corong aluminium yang
diletakkan diatas cetakan
5. Campuran didalam cetakan dtusuk-tusuk dengan spatula (sendok semen) sebanyak 15 kali pada
bagian pinggir cetakan secara keliling dan 10 kali pada bagian dalamnya/tengahnya. Lalu
ratakan permukaan campuran menjadi bentuk yang sedikit cembung dan taruhlah kertas saring
diatasnya
LABORATORIUM TEKNIK SIPIL
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
MAKSUD
Pembuatan dan pengetasan benda uji dimaksudkan untuk menentukan ketahanan (stabilitas)
terhadap kelelahan dari campuran aspal yang telah dibuat/ditentukan komposisinya. Benda uji
(briket) yang dibuat untuk masing-masing kadar aspal berkisar antara 5,5 % - 7,0 % adalah
sebanyak 3 (tiga) buah.
PERALATAN
1. Cetakan benda uji yang berdiamater 10,16 cm (4”) dengan tinggi 7,62 mm (3”) yang dilengkapi
dengan pelat alas dan leher sambung.
2. Penumbuk yang mempunyai permukaan tumbuk yang rata berbentuk silinder, dengan tinggi
jatuh bebas 45,75 cm (18”) dan berat 4,536 kg
3. Alat pengeluar benda uji yang telah dipadatkan yaitu sebuah alat ejector
4. Landasan pemadat terdiri dari balok kayu (jati atau sejenisnya) berukuran kira kira 20 × 20 ×
45 cm3 (8” × 8” × 8”) yang dilapisi pelat baja berukuran 30 × 30 × 2,5 cm 3 (12” × 12” × 1”)
dan diikat pada lantai beton dengan empat bagian siku
5. Silinder cetakan benda uji
6. Peralatan Marshall test yang dilengkapi dengan kepala penekan berbentuk lengkung, cincin
penguji yang berkapasitas 3000 kg dilengkapi arloji tekan dengan perlengkapannya, arloji
kelelahan dengan perlengkapan
7. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (200 ± 3) °C
8. Bak perendam dilengkapi dengan pengatur suhu minimum 20°C
9. Perlengkapan lainnya, antara lain:
a. Panci-panci untuk memanaskan agregat, aspal dan campuran
b. Pengukur suhu dari logam berkapasitas 250°C dan 100°C dengan ketelitian 0,5 atau 1%
dari kapasitas
c. Kompor
d. Sendok pengaduk
e. Sarung asbes dan karet
f. Timbangan yang dilengkapi penggantung benda uji berkapasitas 2 kg dengan ketelitian 0,1
gram dan timbangan berkapasitas 5 kg dengan ketelitian 1 graM
g. Corong yang terbuat dari aluminium
h. Spatula
i. Satu set saringan terdiri dari ukuran : ¾, ½, 3/8, No.4, No.8, No.30, No.50, No.100 dan
No.200, serta Pan.
PROSEDUR
1. Benda uji dikeluarkan dalam bak perendaman, lalu dimasukkan kedalam cincin penjepit dan
diletakkan diatas piston penekan
2. Sebelum pembebanan dilakukan, kepala penekan beserta benda uji dinaikkan hingga
menyentuh alat cincin penjepit. Pada cincin penjepit dipasang dial (arloji) pembacaan kelelahan
(flow), jarum dial di stel pada angka nol
3. Dial stabilitas yang terpasang pada proving ring yang telah diitentukan, di stel pada angka nol
4. Benda uji pada kondisi ini telah siap untuk ditekan. Kemudian mesin dijalankan dengan
membuka aliran listrik pada motor penggerak
5. Mesin dimatikan setelah jarum stabilitas tidak bergerak lagi (telah mencapai stabilitas
maksimum). Kemudian dibaca/dicatat nilai stabilitas dan flow yang diperoleh. Perlu pula
diketahui bahwa waktu benda uji dari bak perendaman sampai mencapai beban maksimum
adalah tidak boleh lebih dari 30 detik.
LABORATORIUM TEKNIK SIPIL
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
MODUL 4
PENGUJIAN LAPANGAN
CORE DRILL
PEDOMAN
MAKSUD
Pengujian core drill bertujuan untuk menentukan dan mengambil sampel perkerasan di lapangan
sehingga dapat diketahui tebal dan karakteristik campuran perkerasan. Pengujian ini dilakukan di
beberapa titik STA yang telah ditentukan bersama.
PERALATAN
1. Mesin core drill
2. Mobil pengangkut mesin core drill
3. Bahan penambal lubang hasil core drill
4. Penjepit aspal
5. Jangka sorong
PROSEDUR
1. Alat dicetak pada lapusan aspal dalam posisi datar
2. Menyediakan air dengan alat yang ada sistem pompa
3. Masukkan air ke dalam alat core drill melalui selang yang telah tersedia di alat tersebut. Air
berfungsi sebagai pendingin, dan juga agar mata bor tidak cepat aus serta tidak mengalami
kerusakan selama pengujian.
4. Lalu hidupkan mesin core drill.
5. Setelah mesin dihidupkan, mata bor diturunkan secara perlahan pada titik yang telah ditentukan
sampai kedalaman tertentu. Jika telah mencapai kedalaman tertentu mesin dimatikan dan mata
bor dinaikkan kembali.
6. Lubang hasil pengeboran ditutup kembali menggunakan bahan yang telah disediakan.
LABORATORIUM TEKNIK SIPIL
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
7. Hasil pengeboran diambil dengan menggunakan alat penjapit. Untuk diukur ketebalan dengan
menggunakan jangka sorong.
8. Foto hasil pengujian untuk dokumentasi dan hasil pengukuran tersebut dicatat untuk dihitung
rata-ratanya
PERHITUNGAN
1. Mengukur ketebalan inti core dengan janga sorong tiga sisi
T1 : tebal 1
T2 : tebal 2
T3 : tebal 3
2. Menghitung tebal rata-rata inti core (cm)
Ketebalan rata-rata = (T1+T2+T3)/3
3. Menimbang inti core (gram), lalu dimasukkan ke dalam wadah perendaman selama 24 jam
4. Menimbang inti core di dalam air (gram)
5. Mengangkat sampel lalu mengeringkan dengan lap kain sehingga kering permukaan (SSD),
kemudian timbang (gram)
6. Menghitung volume (gram)
Volume = Berat dalam air – Berat SSD
7. Menghitung buld density (gram/cm3)
Buld Density = Bering kering/ volume
8. Menghitung kepadatan relative (%)
Kepadatan = Buld density lapangan/ buld density JSD
LABORATORIUM TEKNIK SIPIL
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
EXTRACTOR
PEDOMAN
SNI – 03-6894-2002 ( Metode Pengujian Kadar Aspal dari Briket dengan Alat Ekstractor )
MAKSUD
Menentukan nilai kadar aspal yang terdapat dalam campuran (mis design)
PERALATAN
1. Centrifuge Extractor
2. Gelas ukur 500 ml
3. Saringan ekstraksi atau kertas filter
4. Timbangan dengan keteliian 0,01 gram
5. Talam/ baskom
PROSEDUR
1. Menimbang sampel dan saringan ektsraksi sebelum melakukan ekstraksi aspal
2. Meletakan mesin centrifuge extractor pada lantai dasar yang keras
3. Melepaskan pengunci penutup centrifuge extractor lalu memasukan sampel dan bensin
sebanyak 500 ml kemudian memasang saringan ekstraksi dan memasang penutup centrifuge
Ekstractor. Serta menguncinya.
4. Menyalakan mesin centrifuge Ekstractor dan mengulanginya 3 – 4 kali hingga bersih atau
jenuh.
5. Pada proses ke 4, bensin yang terakhir keluarkan yang sudah bersih atau jenuh ditadah di gelas
ukur untuk digunakan pada sampel berikutnya.
6. Setelah selesai lalu, mengeluarkan sampel hingga bensinnya melayang atau habis.
7. Setelah itu didiamkan sampai dingin, lalu ditimbang beserta wadahnya
8. Menghitung nilai kadar aspal
9. Mengulangi prosedur tersebut untuk sampel berikutnya
LABORATORIUM TEKNIK SIPIL
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
PERHITUNGAN
Kadar aspal = (A- (D + E)) / A × 100%
Dimana:
A : berat awal sampel sebelum ekstraksi
B : berat kertas filter
C : berat kertas filter setelah ekstraksi
D : berat masa dari kertas filter (C – B)
LABORATORIUM TEKNIK SIPIL
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
MODUL 5
PENGUJIAN STRUKTUR PERKERASAN
MAKSUD
Pengukuran kinerja perkerasan jalan dan perencanaan lapis tambah (overlay) dengan alat
Benkelman Beam dilakukan dengan cara pengukuran lendutan balik maksimum, sedangkan
lendutan balik titik belok dan cekung lendutan digunakan sebagai data pembanding.
PERALATAN
1. Truk dengan spesifikasi standar yaitu:
a. Berat kosong truk (5 ± 0,1) ton
b. Jumlah as 2 buah dengan roda belakang ganda
c. Beban masing-masing roda belakang atau beban gandar 8,16 ton
d. Ban dalam kondisi baik dan dari jenis kembang halus (zig-zag) dengan ukuran 25,4 cm ×
50,8 cm
e. Tekanan angina ban (5,5 ± 0,07) kgcm2
f. Jarak sisi antara kedua bidang kontak ban pada permkaan jalan antara 10 cm sampai
dengan 15 cm
2. Alat timbang muatan praktis kapasitas 10 ton dengan ketelitian 0,001 ton
3. Alat Benkelman Beam terdiri dari 2 batang dengan panjang total (366 ± 0,16) cm yang terbagi
menjadi dua bagian dengan perbandingan 1:2 oleh sumbu O dengan perlengkapan sebagai
berikut.
a. Arloji pengukur berskala mm dengan ketelitian 0,025 mm atau dengan ketelitian yang
lebih baik
LABORATORIUM TEKNIK SIPIL
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
b. Alat penggetar
c. Alat pendatar
4. Alat penyetel Benkelman beam
5. Pengukur tekanan angin yang dapat mengukur tekanan 5,5 kg/cm2 dengan ketelitian 0,01
kg/cm2 atau 80 psi dengan ketelitian 1 psi
6. Peralatan pengukur temperature yang terdiri dari
a. Termometer udara dan thermometer permukaan, kapasitas 80ºC dengan ketelitian 1ºC
b. Alat-alat penggali sederhana, pahat dan palu
c. Payung atau alat pelindung lainnya terhadap sinar matahari
7. Rolmeter 3 m dan 30 m
8. Minyak arloji pengukur dan alcohol murni untuk membersihkan batang arloji pengukur
PROSEDUR
Prosedur pengukuran lendutan balik maksimum adalah sebagai berikut.
1. Tentukan titik pada permukaan jalan tanpa median atau disesuaikan dengan kebutuhan
2. Tentukan titik pada permukaan jalan yang akan diuji dan diberi tanda (+) dengan kapur tulis
3. Pusatkan salah satu ban ganda pada titik yang telah ditentukan tersebut, apabila yang diuji ada
di sebelah kiri sebelah jalur maka yang dipusatkan adalah ban ganda kiri, apabila yang akan
diuji adalah kiri dan kanan pada suatu jalur maka yang dipusatkan pada titik-titik yang telah
ditetapkan tersebut adalah ban ganda kiri dan ban ganda kanan
4. Tumit batang Benkelman beam diselipkan di tengah-tengah ban ganda tersebut, sehingga tepat
dibawah pusat muatan sumbu gandar dan batang Benkelman beam masih dalam keadaan
terkunci
5. Atur ketiga kaki sehingga Benkelman beam dalam keadaan datar
6. Lepaskan kunci Benkelman beam sehingga batang Benkelman beam dapat digerakkan turun
naik
7. Atur batang arloji pengukur sehingga menyinggung dengan bagian atas dari batang belakang
8. Hidupkan penggetar (buzzer) untuk memeriksa kestabilan jarum arloji pengukur
LABORATORIUM TEKNIK SIPIL
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
9. Setelah jarum arloji pengukur stabil, atur jarum pada ngka nol sehingga kecepatan perubahan
jarum lebih kecil atau sama dengan 0,025 mm/menit atau setelah 3 menit (catat pembacaan ini
sebagai pembacaan awal)
10. Jalankan truk perlahan-lahan maju ke depan dengan kecepatan maksimum 5 km/jam sejauh 6
m, setelah truk berhenti, arloji pengukur dibaca setiap menit sampai perubahan jarum lebih
kecil atau sama dengan 0,05 mm/menit atau setelah 3 menit (catat pembacaan ini sebagai
pembacaan akhir)
11. Catat temperature permukaan jalan (tp) dan temperature udara (tu) pada tiap titik pengujian,
temperature tengah (tt) dan temperature bawah (tb) bila perlu dicatat setiap 2 jam
12. Tekanan angin ban selalu diperiksa bila dianggap perlu setiap empat jam dan dibuat selalu (80
± 1) psi
13. Apabila diragukan adanya perubahan letak muatan, maka beban gandar belakang truk selalu
diperiksa dengan timbangan muatan. Periksa dan catat tebal lapis permukaan serta data lain
yang diperlukan
5. Beri tanda pada permukaan jalan mulai dari titik kontak batang dengan jarak 10 cm, 20 cm, 30
cm, 40 cm, 50 cm, 70 cm, 100 cm, 150 cm, 200 cm, dan 600 cm arah ke muka.
6. Truk dijalankan mundur perlahan-lahan sehingga tumit batang terselip di antara salah satu ban
ganda belakang truk berhenti pada saat pusat muatan ban ganda belakang berasa di atas titik
kontak belakang.
7. Pada waktu truk berjalan mundur dan ban ganda belakang sudah berada 2 m di depan titik
kontak batang dan diperkirakan batang tidak akan tepat masuk di antara ban ganda yang
bersangkutan maka truk harus maju lagi untuk memperbaiki arah
8. Pada kedudukan ban ganda belakang tersebut pada point nomor 6, maka dilakukan pembacaan
arloji pengukur setiap menit sampai kecepatan perubahan jarum lebih kecil atau sama dengan
0,025 mm/menit atau setelah 3 menit (catat pembacaan ini sebagai pembacaan lendutan
maksimum)
9. Kemudian jalankan truk maju perlahan-lahan sejauh 10 cm dari titik kontak batang, pembacaan
dilakukan lagi setiap menit sampai kecepatan perubahan jarum lebih kecil atau sama dengan
0,025mm/menit atau setelah 3 menit
10. Truk dijalankan lagi maju perlahan-lahan pada jarak 20 cm, 30 cm, 40 cm, 50 cm, 70 cm, 100
cm, 150 cm, 200 cm, dan 600 cm dari titik kontak batang dan pembacaan dilakukan pada tiap-
tiap jarak tersebut diatas sesuai dengan point 8, (catat pembacaan tersebut sebagai pembacaan
cekung lendutan)
11. Periksa dan catat tebal lapis permukaan serta data lain yang diperlukan
PERHITUNGAN
Temperatur lapis permukaan (TL) dihitung denngan persamaan sebagai berikut.
TL = 1/3 ( tp + tt + tb )
Dimana:
TL : temperature lapis permukaan (ºC)
tp : temperature permukaan (ºC)
tt : temperature tengah (ºC)
tb : temperature bawah (ºC)