BAB 2
PENGUJIAN AGREGAT
2.1 PENDAHULUAN
Beton merupakan pilihan utama sebagai bahan utama penyangga struktur.
Selain karena kemudahan dalam mendapatkan material penyusunnya, hal tersebut
juga disebabkan oleh penggunaan tenaga yang cukup besar sehingga dapat
mengurangi masalah penyediaan lapangan kerja. Selain dua kinerja utama yang
telah disebutkan diatas, yaitu kekuatan tekan yang tinggi dan kemudahan
pengerjaannya, kelangsungan proses pengadaan beton pada proses produksinya
juga menjadi salah satu hal yang dipertimbangkan.
Sifat-sifat dan karakteristik material penyusun beton akan mempengaruhi
kinerja dari beton yang dibuat. Kinerja beton ini harus disesuaikan dengan
kategori bangunan yang dibuat. ASTM (American Society for Testing and
Materials) membagi bangunan-bangunan menjadi 3 kategori, yaitu rumah tinggal,
perumahan, dan struktur yang menggunakan beton mutu tinggi.
Usaha yang dilakukan oleh Departemen Pekerjaan Umum untuk
memahami karakteristik bahan penyusun campuran beton sebagai dasar
perancangan beton yaitu banyak mempublikasikan standar-standar yang berlaku
melalui LPMB. DPU-LPMB memberikan definisi tentang beton sebagai
campuran antara semen Portland atau semen hidraulik yang lainnya, agregat
halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan campuran tambahan
membentuk massa padat (SNI 03-2834-2000).
Masalah yang dihadapi oleh seorang perencana konstruksi adalah
bagaimana merencanakan komposisi dari bahan-bahan penyusun beton tersebut
agar dapat memenuhi spesifikasi teknik yang ditentukan (sesuai dengan
spesifikasi teknik dalam kontrak atau permintaan pemilik). Parameter-parameter
yang paling mempengaruhi kekuatan beton adalah kualitas semen, proporsi semen
terhadap campuran, kekuatan dan kebersihan agregat, interaksi atau adhesi antar
10
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
11
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.2.2 Maksud
Pengujian abrasi ini bertujuan untuk mengetahui durabilitas agregat
dengan cara mekanis.
2.2.4 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam pengujian abrasi agregat adalah sebagai
berikut:
1. Los angeles abrasion machine
2. Bola baja
3. Oven
4. Talam
5. Saringan 1 1 2 ”, 1”, 3 4 ”, 1 2 ”, 3 8 ”, 1
4 ”, No. 4, No.8 dan No.12
6. Timbangan ketelitian 1 gram
7. Pan
12
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
1” 3
4 ” 1250 + 25
3
4 ” 1
2 ” 1250 + 10 2500 + 10
3
1
2 ” 8 ” 1250 + 10 2500 + 10
3
8 ” 1
4 ” 2500 + 10
1
4 ” No.4 2500 + 10 2500 + 10
No. 4 No.8 2500 + 10
Total 5.000 + 10 5.000 + 10 5.000 + 10 5.000 + 10
Jumlah Bola Baja 12 11 8 6
Berat Bola (gram) 5000 + 25 4584 + 25 3330 + 20 2500 + 15
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
13. Saringlah agregat tersebut dengan saringan No.12 lalu agregat tertahan dicuci
sampai bersih.
14. Mengeringkan lagi dalam oven selama 24 jam pada suhu 100oC ± 10oC.
2.2.6 Perhitungan
Perhitungan keausan agregat pada pengujian abrasi adalah sebagai
berikut:
A-B
Keausan = �100
A
Dimana :
2.2.2 Maksud
14
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
Pengujian berat jenis dan penyerapan agregat halus ini bertujuan untuk
mengetahui berat jenis agregat halus dan penyerapannya..
2.2.4 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam pengujian abrasi agregat adalah sebagai
berikut:
8. Los angeles abrasion machine
9. Bola baja
10. Oven
11. Talam
12. Saringan 1 1 2 ”, 1”, 3 4 ”, 1 2 ”, 3 8 ”, 1
4 ”, No. 4, No.8 dan No.12
13. Timbangan ketelitian 1 gram
14. Pan
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.2.6 Perhitungan
Perhitungan keausan agregat pada pengujian abrasi adalah sebagai
berikut:
A-B
Keausan = �100
A
16
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
Dimana :
1.3.2.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan pada percobaan kadar bahan padat dalam air
adalah sebagai berikut:
1. Gelas ukur 100 ml
17
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2. Cawan
3. Oven
4. Timbangan
5. Desikator
6. Hot plate
(1) (2)
(3) (4)
(5) (6)
Gambar 2.4 Peralatan Percobaan Kadar Bahan Padat dalam Air
18
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
W1 15.420,000 mg
W2 15.460,000 mg
Keterangan:
W1 : Berat cawan (gram)
W2 : Berat cawan dan residu yang tertinggal (gram)
2.3.2.6 Perhitungan
Perhitungan untuk mendapatkan kadar bahan padat dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut:
1.000
Kadar bahan padat = W mg/liter (ppm)
S
dimana:
W : Berat residu kering (mg) = W2 – W1 (mg)
S : Volum sampel air (ml).
Kadar bahan padat yang diizinkan untuk bahan campuran beton
maksimum 2.000 ppm.
1.000
Kadar bahan padat = (15.460,000 – 15.420,000) 100
mg/liter (ppm)
= 400,000 ppm
2.3.2.7 Kesimpulan
Berdasarkan data percobaan dan hasil perhitungan yang telah dilakukan,
didapatkan bahwa air tersebut memiliki kandungan bahan padat sebesar 400,000
ppm. Angka tersebut berada di bawah batas maksimum yaitu 2000 ppm, sehingga
dapat disimpulkan bahwa air tersebut layak digunakan sebagai campuran
pembuatan beton.
19
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.3.3.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan pada percobaan bahan tersuspensi dalam air
adalah sebagai berikut:
1. Gelas ukur 1.000 ml
2. Oven
3. Beaker glass 1.000 ml
4. Botol semprot
5. Timbangan
6. Desikator
7. Kertas saring
(1) (2)
(3) (4)
(5) (6)
(7)
Gambar 2.5 Peralatan Percobaan Kadar Bahan Tersuspensi dalam Air
21
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
W1 2.900,000 mg
W2 2.920,000 mg
Keterangan:
W1 : Berat kertas saring yang telah dioven (mg)
W2 : Berat kertas saring beserta residu yang tertinggal (mg)
2.3.3.6 Perhitungan
Perhitungan untuk mendapatkan kadar residu dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut:
1.000
Kadar residu = W mg/liter (ppm)
S
dimana:
22
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.3.3.7 Kesimpulan
Dari data percobaan dan hasil perhitungan yang telah dilakukan,
didapatkan bahwa kandungan bahan tersuspensi dalam air yang diuji sebesar
20,000 ppm. Angka tersebut berada di bawah batas maksimum yaitu 2.000 ppm,
sehingga air dapat digunakan sebagai bahan campuran beton.
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
Tingginya zat organik dalam air berpengaruh pada wujud air yang menjadi
berwarna keruh dan menjadi berbau ataupun berasa karena adanya penguraian zat-
zat organik di dalamnya.
2.3.4.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan pada percobaan kadar organik dalam air adalah
sebagai berikut:
1. Gelas ukur 100 ml
2. Cawan
3. Oven
4. Timbangan
5. Desikator
6. Hot plate
7. Lilin
8. Korek gas
(1) (2)
(3) (4)
(5) (6)
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
W1 15.440,000 mg
W2 15.460,000 mg
Keterangan:
W1 : Berat residu beserta cawan (mg)
W2 : Berat residu beserta cawan yang telah didinginkan (mg)
2.3.4.6 Perhitungan
Perhitungan untuk mendapatkan kadar bahan organik dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut:
1.000
P = (W1 – W2) mg/liter (ppm)
S
dimana:
P : Kadar bahan organik (ppm)
W1 : Berat residu pada penimbangan pertama (mg)
W2 : Berat residu pada penimbangan kedua (mg)
S : Volume uji (ml)
Kadar bahan organik yang diizinkan untuk bahan campuran beton adalah
maksimum 2.000 ppm.
25
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.3.4.7 Kesimpulan
Berdasarkan data percobaan dan hasil perhitungan yang telah dilakukan,
diperoleh nilai kadar bahan organik air sebesar 200,000 ppm. Hal ini
menunjukkan bahwa kadar bahan organik dalam air masih jauh dari batas
maksimum yang diizinkan yakni 2.000 ppm. Sehingga air dapat digunakan
sebagai bahan campuran pembuatan beton.
26
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
Persyaratan
No Uraian Hasil Pemeriksaan
Umum
1 Keadaan Air
Jernih Jernih
Jernih/Kotor/Keruh
2 Rasa Air Tawar Tawar
27
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.4.1.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan pada percobaan analisis saringan agregat kasar
adalah sebagai berikut:
1. Mesin pengguncang saringan (sieve shaker)
2. Saringan 3", 1½", 1", ¾", ⅜", dan No.4
3. Pan dan cover
4. Timbangan
5. Oven
(1) (2)
(3) (4)
28
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
(5)
Gambar 2.7 Peralatan Percobaan Analisis Saringan Agregat Kasar
29
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
Berat
Berat Saringan
Nomor
Saringan +
Saringan
Tertahan
(gram) (gram)
3"
557,000 577,000
(76,20 mm)
1½"
636,000 636,000
(38,10 mm)
1"
609,000 655,000
(25,40 mm)
¾"
547,000 773,000
(19,05 mm)
⅜"
526,000 1065,000
(9,53 mm)
No. 4
430,000 602,000
(4,75 mm)
Pan 453,000 467,000
30
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
31
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.4.1.6 Kesimpulan
Pada percobaan ini didapatkan bahwa agregat yang diujikan lolos
saringan 3" dan 1½” adalah 100%. Agregat yang lolos pada saringan 1" adalah
95,386%. Agregat yang lolos saringan ¾" adalah 72,718%. Agregat yang lolos
saringan ⅜" adalah 18,656%. Agregat yang lolos saringan No.4 adalah 1,404%.
Hal ini berarti agregat yang digunakan memiliki kisaran ukuran lebih kecil dari
38,100 mm.
32
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.4.2.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan pada percobaan berat jenis dan penyerapan
agregat kasar adalah sebagai berikut:
1. Dunagan test set
2. Saringan No.4
3. Oven
4. Cawan
33
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
(1) (2)
(3) (4)
Gambar 2.8 Peralatan Percobaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar
34
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
8. Mengeringkan agregat dalam oven selama 24 jam pada suhu 100ºC ± 10ºC,
setelah didinginkan, menimbang berat keringnya (C).
2.4.2.5 Data Percobaan
Data percobaan berat jenis dan penyerapan agregat kasar dapat dilihat
pada Tabel 2.8.
2.4.2.6 Perhitungan
Perhitungan pada berat jenis dan penyerapan agregat kasar dilakukan
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Perhitungan pada sampel 1:
C
Bulk Spesific Gravity =
A-B
4949,000
= 5186,000 - 3148,000
= 2,428
A
Bulk Spesific Gravity (SSD) =
A-B
5186,000
= 5186,000 - 3148,000
= 2,545
C
Apparent Spesific Gravity =
C-B
4949,000
= 4949,000 - 3148,000
= 2,748
35
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
A-C
Absorption = 100%
C
5186,000 - 4949,000
= 100%
4949,000
= 4,789%
36
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.4.2.7. Kesimpulan
Berdasarkan data percobaan dan hasil perhitungan pada sampel I yang
telah dilakukan, maka dapat diketahui nilai Bulk Spesific Gravity sebesar 2,428,
Bulk Spesific Gravity (SSD) sebesar 2,545, Apparent Spesific Gravity sebesar
37
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2,748 dan Absorption sebesar 4,789%. Nilai Arbsorption agregat kasar tersebut
tidak memenuhi syarat karena melebihi batas maksimum yaitu 3%. Hasil dari
perhitungan tersebut digunakan dalam penentuan variabel-variabel pada mixed
design.
38
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
Percobaan ini dilakukan untuk menentukan berat isi atau bobot isi dalam
kondisi lepas dan padat.
2.4.3.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan pada percobaan bobot isi agregat kasar adalah
sebagai berikut:
1. Timbangan
2. Batang pemadat
3. Container (Mold 6”)
4. Meja getar
5. Mistar perata
6. Jangka sorong
7. Sekop
(1) (2) 39
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
(3) (4)
(5) (6)
(7)
40
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.4.3.6 Perhitungan
41
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
dimana:
A = 7.304,000 gram
C = 11.654,000 gram
Perhitungan bobot isi padat pada sampel I:
Volume = π r2 t = 3.208,920 cm3
12.195,000 - 7.304,000
Berat isi lepas = 3.187,452
= 1,534 gram/cm3
dimana:
A = 7.304,000 gram
C = 12.195,000 gram
42
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
43
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.4.3.7 Kesimpulan
Berdasarkan data percobaan dan hasil perhitungan yang telah dilakukan,
maka dapat diketahui berat isi lepas sebesar 1,285 gram/cm 3 dan berat isi padat
sebesar 1,470 gram/cm3.
44
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
Kadar air agregat adalah perbandingan antara berat air yang dikandung
agregat dengan berat agregat keadaan kering. Jumlah air yang terkandung di
dalam agregat perlu diketahui, karena akan mempengaruhi jumlah air yang
diperlukan di dalam campuran beton. Agregat yang basah (banyak mengandung
air), akan membuat campuran lebih basah dan sebaliknya.
Menentukan banyaknya kandungan air yang terdapat didalam agregat
dalam keadaan jenuh permukaan kering sangat penting karena berpengaruh
terhadap banyaknya air yang diperlukan pada campuran beton. Kadar air agregat
adalah besarnya perbandingan antara berat air agregat dengan agregat dalam
keadaan kering, dinyatakan dalam persen (SK SNI 03–1971–1990). Kadar air
perlu diketahui untuk menghitung jumlah air yang diperlukan dalam campuran
beton.
2.4.4.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan pada percobaan kadar air agregat kasar adalah
sebagai berikut:
1. Tin box
2. Timbangan
3. Oven
4. Desikator
(1) (2)
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
Nomor Sampel
Parameter
I II III
(gram
Berat tin box 9,030 9,320 10,300
)
(gram
Berat tin box + contoh basah 86,780 86,290 91,830
)
(gram
Berat tin box + contoh kering 83,300 82,160 89,110
)
2.4.4.6 Perhitungan
Perhitungan yang digunakan pada kadar air agregat kasar adalah sebagai
berikut:
Benda uji I:
Berat air (A) = W2 – W3
= 86,780 - 83,300
= 3,480 gram
Berat contoh kering (B) = W3 – W1
46
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
= 83,300 - 9,030
= 74,270 gram
A
Kadar air (w) = 100%
B
3,480
= 74,270 100%
= 4,686 %
dimana:
W1 : Berat tin box
W2 : Berat tin box + contoh basah
W3 : Berat tin box + contoh kering
A : Berat air
B : Berat contoh kering
47
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.4.4.7 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa dari berbagai macam agregat mengandung kadar air yang berbeda-beda.
48
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
Kadar air pada percobaan 1 adalah 4,686%, percobaan 2 adalah 5,670%, dan
percobaan 3 adalah 3,451%. Rata-rata kadar air agregat dari ketiga percobaan
adalah 4,602%.
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
terkena (terendam) air akan mengembang dan kemudian pecah dapat mengganggu
ikatan antara agregat dengan pasta semennya.
Lumpur tidak diizinkan dalam jumlah banyak, untuk masing–masing
agregat kadar lumpur yang diizinkan berbeda. Kadar lumpur agregat normal yang
diizinkan berdasarkan SK SNI S–04–1989–F untuk agregat halus (pasir) adalah
maksimal 5% dan untuk agregat kasar (split) maksimal 1%. Ada kecenderungan
meningkatnya penggunaan air dalam campuran beton yang bersangkutan, jika
terdapat lumpur. Lumpur tidak dapat menjadi satu dengan semen sehingga
menghalangi penggabungan antara semen dengan agregat. Pada akhirnya
kekuatan tekan beton akan berkurang karena tidak dapat saling mengikat.
2.4.5.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan pada percobaan kadar lumpur dan lempung
adalah sebagai berikut:
1. Saringan No.4
2. Timbangan
3. Oven
4. Tin box
(1) (2)
(3) (4)
50
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
Gambar 2.11 Peralatan Percobaan Kadar Lumpur dan Lempung Agregat Kasar
Tabel 2.16 Data Percobaan Kadar Lumpur dan Lempung Agregat Kasar
Nomor Sampel
Parameter
I II III
Berat agregat kering (semula) + tin
(gram) 56,940 43,810 56,080
box
Berat agregat kering (akhir) + tin
(gram) 56,760 43,360 55,810
box
Berat tin box (gram) 10,240 10,260 8,820
51
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.4.5.6 Perhitungan
Perhitungan pada kadar lumpur dan lempung dilakukan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
A-B
Kadar lumpur dan lempung = 100%
A
dimana:
A : Berat agregat kering semula
B : Berat agregat kering akhir
Benda uji 1:
A-B
Kadar lumpur dan lempung = 100%
A
46,700 - 46,520
= 100%
46,700
= 0,385%
52
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
53
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.4.5.7 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa dalam
agregat kasar memiliki kandungan kadar lumpur dan lempung yang berbeda-beda.
Kadar lumpur dan lempung pada percobaan 1 adalah 0,385%, percobaan 2 adalah
1,341%, percobaan 3 adalah 0,571%. Dimana dari ke tiga hasil percobaan tersebut
didapatkan nilai rata-rata sebesar 0,766%.
54
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.4.6.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan pada percobaan abrasion test adalah sebagai
berikut:
1. Los angeles abrasion machine
2. Bola baja
3. Talam
4. Saringan No.12
5. Pan dan cover
55
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
(1) (2)
(3) (4)
(5)
Gambar 2.12 Peralatan Percobaan Abrasion Test
56
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
Tabel 2.18 Data Percobaan Keausan Agregat dengan Mesin Los Angeles
57
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
= 25,980%
dimana:
A : Berat total
B : Berat benda uji tertahan saringan No.12
58
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
59
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
60
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.4.6.7 Kesimpulan
Berdasarkan data percobaan dan hasil perhitungan yang telah dilakukan,
maka dapat diketahui bahwa keausan agregat yang diujicobakan adalah 25,980%.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa agregat tersebut memiliki persentase keausan di
bawah batas maksimum yaitu 40%.
61
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.4.7.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan pada percobaan analisis bentuk agregat kasar
adalah sebagai berikut:
1. Jangka sorong
2. Cawan
3. Timbangan
4. Oven
62
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
(1) (2)
(3) (4)
Gambar 2.13 Peralatan Percobaan Analisis Bentuk Agregat
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.4.7.6 Perhitungan
Perhitungan yang diperoleh dari data analisis bentuk agregat kasar adalah
sebagai berikut:
Berat agregat total (A) = 311,000 gram
Berat agregat untuk P > 3L (B) = 23,000 gram
Berat agregat untuk L > 3T (C) = 25,000 gram
Perhitungan:
BC
Persentase agregat panjang dan pipih = 100%
A
23,000 25,000
= 100%
311,000
= 15,434%
Persentase yang diizinkan adalah maksimum 20%
64
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.4.7.7 Kesimpulan
65
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
66
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
agregat halus dan kasar. Alat yang digunakan adalah seperangkat saringan dengan
ukuran diameter tertentu.
Gradasi gabungan dari agregat halus untuk beton kelas II, mutu K-125
dan mutu lebih tinggi harus ditentukan dengan cara analisis saringan dengan
menggunakan saringan standard ISO 63-31, 5-16. Selain itu juga digunakan untuk
mendapatkan prosentasi agregat halus dalam campuran.
2.5.1.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan pada percobaan analisis saringan agregat halus
adalah sebagai berikut:
1. Mesin pengguncang saringan (sieve shaker)
2. Saringan No.8, No.16, No.30, No.50, N0.100, No.200
3. Pan dan cover
4. Timbangan
5. Oven
(1) (2)
(3) (4)
(5) 67
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
No.100
244,000 364,000
(0,15 mm)
No.200
237,000 248,000
(0.075 mm)
Pan 445,000 446,000
69
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.5.1.6 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan didapatkan bahwa agregat yang diujikan lolos
saringan No.8 adalah 88,977%. Agregat yang lolos pada saringan No.16 adalah
70
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
67,134%. Agregat yang lolos saringan No.30 adalah 28,857%. Agregat yang lolos
saringan No.50 adalah 13,226%. Agregat yang lolos saringan No.100 adalah
1,202%. Agregat yang lolos saringan No.200 adalah 0,100%. Oleh karena itu,
agregat halus tersebut termasuk ke dalam Grading zone I.
71
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
karena lebih teliti dibandingkan dengan perbandingan volume dan juga untuk
menentukan banyaknya pori agregat.
Berat jenis yang kecil akan mempunyai volume yang besar sehingga
dengan berat sama akan dibutuhkan aspal yang banyak dan sebaliknya. Agregat
dengan kadar pori besar akan membutuhkan jumlah aspal yang lebih banyak
karena banyak aspal yang terserap akan mengakibatkan aspal menjadi lebih
tipis.Penentuan banyak pori ditentukan berdasarkan air yang dapat terarbsorbsi
oleh agregat. Nilai penyerapan adalah perubahan berat agregat karena penyerapan
air oleh pori-pori dengan agregat pada kondisi kering.
2.5.2.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan pada percobaan analisis saringan agregat halus
adalah sebagai berikut:
1. Timbangan
2. Labu ukur 500 ml
3. Kerucut kuningan (cone)
4. Penumbuk (tamper)
5. Talam
6. Sendok pengaduk
7. Oven
8. Saringan No.4
9. Hot plate
(1) (2)
(3) (4)
72
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
(6)
(7) (8)
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
(5)
(9)
Gambar 2.15 Peralatan Percobaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus
73
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
Tabel 2.25 Data Percobaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus
Nomor Sampel
Parameter Rata-rata
I II
Berat contoh jenuh kering
A (gram) 95,000 98,000 96,500
permukaan
B Berat contoh dalam air (gram) 670,000 670,000 670,000
74
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.5.2.6 Perhitungan
Perhitungan pada berat jenis dan penyerapan agregat kasar dilakukan
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Perhitungan pada sampel 1:
A
Bulk Spesific Gravity =
B 100 - C
95,000
= 670,000 100,000 729,000 100%
= 2,317
100
Bulk Spesific Gravity (SSD) =
B 100 - C
100,000
= 670,000 100,000 729,000 100%
= 2,439
A
Apparent Spesific Gravity =
BA-C
95,000
= 670,000 95,000 729,000 100%
= 2,639
100 - A
Absorption = 100%
A
100,000 - 95,000
= 100%
95,000
= 5,263 %
75
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
76
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.5.2.7 Kesimpulan
Berdasarkan data praktikum dan hasil perhitungan yang telah dilakukan,
maka dapat diketahui nilai Bulk Spesific Gravity sebesar 2,317, Bulk Spesific
Gravity (SSD) sebesar 2,439, Apparent Spesific Gravity sebesar 2,639 dan
Absorption (penyerapan) sebesar 5,263%. Hasil dari perhitungan tersebut
digunakan dalam penentuan variabel-variabel pada mixed design.
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
. Benda uji adalah elemen atau bagian dari suatu konstruksi bangunan
yang ditujukan untuk diuji tingkat. Benda uji elemen atau bagian dari suatu
konstruksi bangunan yang ditujukan untuk diuji tingkat ketahanan apinya (Revisi
SNI 03-1741-2000). Berat isi adalah berat per satuan volume. Berat isi dalam
keadaan seimbang adalah berat isi yang ditentukan menurut pasal 8.2 tentang
pengukuran berat isi dalam keadaan seimbang, dicapai oleh beton ringan
struktural setelah disimpan dalam ruangan dengan kelembaban relatif 50% ± 5%
dan temperatur 23ºC ± 2ºC selama jangka waktu yang cukup sampai berat konstan
tercapai (Revisi SNI 03-3402-1994).
Berat isi kering oven berat seperti yang ditentukan dalam pasal 8.3.
tentang pengukuran berat isi kering oven, dicapai oleh beton ringan struktural
setelah dimasukkan dalam oven pengering pada 110ºC ± 5ºC selama periode
waktu cukup sampai berat konstan tercapai (Revisi SNI 03-3402-1994). Berat isi
teoritis beton adalah biasanya ditentukan di laboratorium, nilainya diasumsikan
tetap untuk semua campuran yang dibuat dengan komposisi dan bahan yang
identik. Hal ini diperhitungkan dengan cara berat total material dalam campuran
(kg) dibagi dengan total volume absolut (m3). Berat isi teoritis beton (kg/m3)
dihitung pada keadaan bebas udara (SNI 1973:2008).
2.5.3.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan pada percobaan bobot isi agregat halus adalah
sebagai berikut:
1. Timbangan
2. Batang pemadat
3. Container (Mold 6”)
4. Meja getar
5. Mistar perata
6. Jangka sorong
7. Sekop
78
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
(1) (2)
(3) (4)
(5) (6)
(7)
79
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
Prosedur yang digunakan dalam percobaan berat isi padat adalah sebagai
berikut:
1. Menimbang berat container (A) yang telah diketahui volumenya.
2. Memasukkan campuran agregat halus ke dalam container tersebut kurang
lebih sepertiga bagian lalu menusuk-nusuknya dengan batang pemadat
sebanyak 25 kali.
3. Mengulangi hal yang sama untuk lapis kedua.
4. Memasukkan agregat halus hingga melebihi permukaan atas container lalu
menusuk-nusuknya sebanyak 25 kali untuk lapisan terakhir.
5. Meletakkan container di atas meja penggetar lalu pasang penjepitnya.
6. Menghidupkan motor penggerak selama 5 menit sampai mencapai kepadatan.
7. Mengisi kembali bagian permukaan yang berlubang dengan agregat lalu
meratakan permukaannya dengan mistar perata.
8. Menimbang container berikut isinya (C).
80
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
(gram
Berat container + agregat 12.080,000 12.193,500 12.121,000
)
(gram
Berat agregat 4.518,000 5.071,500 4.919,000
)
2.5.3.6 Perhitungan
Perhitungan berat isi agregat halus dilakukan dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
C-A
Berat isi =
V
dimana:
A : berat container (gram)
C : berat container berikut isinya (gram)
V : volume container (cm3)
Perhitungan bobot isi lepas:
Volume = π r2 t = 3.207,640 cm3
12.080,000 - 7.562,000
Berat isi lepas = 3.192,817
= 1,415 gram/cm3
dimana:
A = 7.562,000 gram
C = 12.080,000 gram
dimana:
A = 7.562,000 gram
C = 12.080,000 gram
81
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
82
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.5.3.7 Kesimpulan
83
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
agregat sangat sulit ditentukan tanpa diuji terlebih dahulu. Kondisi agregat
(split/kerikil dan pasir) ini dapat berupa kering udara atau basah. Kadar air yang
berbeda-beda pada agregat ini dapat mengakibatkan pengurangan atau
penambahan air terhadap campuran sehingga faktor air semen yang sudah
direncanakan juga mengalami perubahan sehingga menghasilkan kuat tekan beton
yang kemungkinan beragam. Kadar air tersebut dapat dihitung dengan
membandingkan keadaan pada saat agregat belum dikeringkan dan pada saat
setelah dikeringkan.
Kadar air pada agregat sangat dipengaruhi oleh jumlah air yang
terkandung dalam agregat. Semakin besar selisih antara berat agregat semula
dengan berat agregat setelah kering oven, maka semakin banyak pula air yang
dikandung oleh agregat tersebut dan sebaliknya. Karena besar kecilnya kadar air
berbanding lurus dengan jumlah air yang terkandung, maka semakin besar jumlah
air yang terkandung dalam agregat semakin besar pula kadar air itu dan
sebaliknya. Akan tetapi bila berat kering oven besar maka kadar air akan semakin
kecil dan sebaliknya.
2.5.4.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan pada percobaan kadar air agregat halus adalah
sebagai berikut:
1. Tin box
2. Timbangan
3. Oven
4. Desikator
85
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
(1) (2)
(3) (4)
Gambar 2.17 Peralatan Percobaan Kadar Air Agregat Halus
86
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
I II III
Berat tin box (gram) 9,760 10,110 8,940
Berat tin box + contoh basah (gram) 76,070 83,320 66,370
Berat tin box + contoh kering (gram) 74,070 81,070 64,580
Tabel 2.31 Data Percobaan Kadar Air Agregat Halus
2.5.4.6 Perhitungan
Perhitungan yang digunakan pada kadar air agregat halus adalah sebagai
berikut:
Benda uji I:
Berat air (A) = W2 – W3
= 76,070 - 74,070
= 2,000 gram
Berat contoh kering (B) = W3 – W1
= 74,070 - 9,760
= 64,310 gram
A
Kadar air (w) = 100%
B
2,000
= 64,310 100%
= 3,110 %
dimana:
W1 : Berat tin box
W2 : Berat tin box + contoh basah
W3 : Berat tin box + contoh kering
A : Berat air
87
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
88
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
Nomor Sampel
Parameter
I II III
Berat tin box (gram) 9,760 10,110 8,940
Berat tin box + contoh basah (gram) 76,070 83,320 66,370
Berat tin box + contoh kering (gram) 74,070 81,070 64,580
Berat air (gram) 2,000 2,250 1,790
Berat contoh kering (gram) 64,310 70,960 55,640
Kadar air (%) 3,110 3,171 3,217
Kadar air rata-rata (%) 3,166
Tabel 2.32 Pemeriksaan Kadar Air Agregat Halus
89
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.5.4.7 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa dari berbagai macam agregat mengandung kadar air yang berbeda-beda.
Kadar air pada percobaan 1 adalah 3,110%, percobaan 2 adalah 3,171%, dan
percobaan 3 adalah 3,217%. Rata-rata kadar air agregat dari ketiga percobaan
adalah 3,166%.
90
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.5.5.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan pada percobaan kadar lumpur dan lempung
agregat halus adalah sebagai berikut:
1. Saringan No.4
91
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2. Timbangan
3. Oven
4. Tin box
(1) (2)
(3) (4)
Gambar 2.18 Peralatan Percobaan Kadar Lumpur dan Lempung Agregat Halus
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
Tabel 2.33 Data Percobaan Kadar Lumpur dan Lempung Agregat Halus
Nomor Sampel
Parameter
I II III
Berat agregat kering (semula) + tin
box
(gram) 44,640 40.050 49,580
Berat agregat kering (akhir) + tin box (gram) 28,490 28,450 37,950
Berat tin box (gram) 9,700 9,280 8,940
2.5.5.6 Perhitungan
Perhitungan pada kadar lumpur dan lempung agregat halus dilakukan
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
A-B
Kadar lumpur dan lempung = 100%
A
dimana:
A : Berat agregat kering semula
B : Berat agregat kering akhir
Benda uji 1:
A-B
Kadar lumpur dan lempung = 100%
A
34,840 - 18,790
= 100%
34,840
= 46,068%
93
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
94
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
95
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.5.5.7 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa dalam
agregat kasar memiliki kandungan kadar lumpur dan lempung yang berbeda-beda.
Kadar lumpur dan lempung pada percobaan 1 adalah 46,068%, percobaan 2
adalah 37,699%, percobaan 3 adalah 28,617%. Dimana dari ke tiga hasil
percobaan tersebut didapatkan nilai rata-rata sebesar 37,461%.
96
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.5.6.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan pada percobaan kadar bahan organik agregat
halus adalah sebagai berikut:
1. Botol organik
2. Larutan NaOH 3%
3. Standar warna
4. Gelas ukur
97
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
(1) (2)
(3) (4)
Gambar 2.19 Peralatan Percobaan Kadar Bahan Organik Agregat Halus
98
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.5.6.6 Perhitungan
Membandingkan warna larutan dengan standar warna. Standar warna
No.1 dan No.2 yaitu pasir tersebut bisa dipakai sebagai bahan campuran beton
tanpa dicuci terlebih dahulu, jika warna larutan sama dengan standar warna No.3
dan No.4, maka kandungan bahan organiknya tinggi sehingga pasir tersebut perlu
dicuci dahulu sebelum digunakan untuk campuran beton, dan apabila warnanya
pada No.5 perlu dipertimbangkan penggunaannya.
99
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
HASIL PENGAMATAN
2.5.6.7 Kesimpulan
100
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
101
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
sesuai dengan kebutuhan dan kegunaan, material yang baik mempunyai kadar air
yang baik.
Bulking agregat tergantung pada dua faktor yaitu persentase kadar air dan
ukuran partikel agregat halus. Bulking meningkat karena kadar air naik sampai
batas tertentu dan menyebabkan kadar air mengalami penurunan volume, ketika
agregat halus benar-benar jenuh maka tidak menunjukkan bulking apapun.
2.5.7.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan pada percobaan bulking factor test adalah
sebagai berikut:
1. Gelas ukur 1.000 ml
(1)
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.5.7.6 Perhitungan
Perhitungan Bulking factor test dilakukan dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
Percobaan 1:
A-B
Bulking factor = 100%
B
300,000 - 265,000
= 100%
265,000
= 13,208%
103
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
104
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.5.7.7 Kesimpulan
Berdasarkan data percobaan dan hasil perhitungan yang telah dilakukan,
maka dapat dikestahui bulking factor pada percobaan 1 adalah 13,208%,
percobaan 2 adalah 20,000% dan 3 memiliki nilai 7,143%. Nilai rata-rata bulking
factor dari ketiga percobaan adalah 13,450%.
105
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma