BAB 2
PENGUJIAN AGREGAT
2.1 PENDAHULUAN
Agregat adalah material yang dominan dalam konstruksi konkrit. Hampir
70% - 80% lebih berat konstruksi konkrit adalah agregat. Agregat terdiri atas
agregat kasar (kerikil/batu baur) dan agregat halus (pasir) dan jika diperlukan
menggunakan bahan pengisi atau filler. Pengujian agregat bertujuan untuk
mengetahui sifat atau karakteristik agregat yang diperoleh dari hasil pemecahan
stone crusher (mesin pemecah batu). Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk
menentukan pembagian butiran (gradasi) agregat halus dan agregat kasar dengan
menggunakan saringan.
Pasir untuk ukuran nominal agregat yang kurang dari 0,5 cm dan batu
kerikil adalah agregat yang mempunyai ukuran nominal yang lebih dari 0,5 cm.
Pemilihan agregat adalah menentukan jenis agregat yang akan digunakan
tergantung pada mutu agregat, ketersediaannya dilokasi, harga serta jenis
konstruksi yang akan menggunakannya. Klasifikasi agregat menjadi kasar dan
halus adalah berdasarkan ukurannya yang ditentukan menggunakan saringan. Mutu
agregat mempengaruhi kekuatan dan ketahanan konkrit.
Banyak hal yang harus diketahui mengenai agregat, karena dalam setiap
pekerjaan konstruksi apapun. Agregat merupakan hal yang sangat penting, untuk
itu diperlukan pemahaman yang lebih mengenai agregat supaya menghasilkan suatu
konstruksi yang baik dan berkualitas. Melakukan beberapa pengujian agregat, maka
bisa diketahui agregat tersebut layak pakai atau tidak. Diperlukan pengujian agar
agregat yang dihasikan memiliki kualitas yang bagus.
7
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan
8
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan
2.2.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam percobaan pengujian abrasi adalah
sebagai berikut:
1. Los angeles abrasion machine
2. Bola baja
3. Oven
4. Talam
5. Saringan 11 ⁄ 2 ”, 1”, 3 ⁄ 4”, 1 ⁄ 2 ”, 3 ⁄ 8 ”, 1 ⁄ 4 ”, No. 4, No.8 dan No.12
6. Timbangan ketelitian 1 gram
7. Pan
2. Mengeringkan didalam oven selama 24 jam dengan suhu 100oC ± 10oC sampai
beratnya tetap.
3. Memisahkan agregat sesuai kelompoknya, lalu mencampurkan sesuai dengan
kombinasi yang diinginkan (A/B/C/D) dengan berat total 5000 gram.
9
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan
14. Mengambil benda uji yang akan diperiksa lalu mencuci sampai bersih.
15. Mengeringkan dalam oven selama 24 jam pada suhu 100oC ± 10oC.
16. Menimbang berat keringnya.
2.2.6 Perhitungan
Rumus perhitungan yang dilakukan dalam pengujian abrasi adalah
sebagai berikut:
A−B
Keausan = ×100
A
Dimana:
A :berat total benda uji semula (gram)
B :berat benda uji yang tertahan saringan No. 12 (gram)
11
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan
12
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan
2.2.7 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan bahwa
untuk mengetahui keausan suatu agregat kasar dapat dilakukan dengan
menggunakan sebuah mesin yang disebut Los angeles. Pengujian dengan
menggunakan mesin Los angeles kita juga harus menentukan berapa banyak bola
baja yang akan kita pakai. Menentukan berapa banyak bola bajanya bisa
disesuaikan dengan tabel penentuan jumlah agregat.
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan dan didapatkan persentase
hasilnya yaitu 45,140% jadi berdasarkan SNI 03-2417-1991 agregat yang diuji
tergolong tidak baik untuk digunakan.
13
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan
14
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan
yang dapat dilewati air. Atau merupakan bagian relative density dari bahan
padat yang terbentuk dari campuran partikel kecuali pori atau pori udara yang
dapat menyerap air.
4. Berat jenis efektif merupakan nilai tengah dari berat jenis curah dan semu,
terbentuk dari campuran partikel kecuali pori-pori atau rongga udara yang
dapat menyerap air yang selanjutnya akan terus diperhitungkan dalam
perencanaan campuran agregat dengan aspal.
2.3.3 Peralatan
Alat – alat yang digunakan pada pengujian berat jenis dan penyerapan
agregat halus adalah sebagai berikut.
1. Termometer
2. Talam
3. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram
4. Vacum pump
5. Piknometer kapasitas 500 ml
6. Kerucut kuningan (cone)
7. Batang penumbuk
8. Saringan No. 4
9. Oven
15
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan
4. Untuk mengecek apakah contoh sudah dalam kondisi SSD dapat dilakukan
pengujian kerucut, masukkan ke dalam kerucut kuningan dan dibagi ke dalam
3 lapisan, lapis pertama dipadatkan dengan penumbuk sebanyak 8 kali, lapis
kedua 8 kali dan lapis ketiga 9 kali sehingga jumlah keseluruhan tumbukan 25
kali dengan tinggi jatuh ±5 mm di atas permukaan pasir contoh secara merata
dan jatuh bebas.
5. Membersihkan daerah sekitar kerucut dari butiran agregat yang tercecer.
6. Mengangkat kerucut tersebut dalam arah vertikal secara perlahan-lahan.
7. Mengamati contoh saat dibuka, apabila masih terletak rapi, maka contoh masih
basah, keringkan kembali contoh tersebut. Apabila jatuh lepas keseluruhan,
maka contoh terlalu kering. Apabila terjadi keruntuhan sebagian sedikit demi
sedikit pada permukaan benda uji tersebut, maka contoh sudah dalam keadaan
SSD.
8. Masukan ke dalam pan dan cover untuk menghindari penguapan.
9. Masukkan 500 gram benda uji ke dalam piknometer yang telah ditimbang
sebelumnya.
10. Masukkan air suling sampai mencapai 90% isi piknometer, lalu putar sampai
tidak terlihat gelembung udara di dalamnya.
11. Untuk mempercepat proses ini dapat menggunakan vaccum pump, dan harus
diperhatikan jangan sampai ada air yang air yang ikut terisap.
12. Merendam piknometer dalam air hingga suhunya mencapai suhu ruangan
(25ºC) lalu tambahkan air suling hingga tanda batas.
13. Menimbang piknometer + air + sampel agregat (C).
14. Masukkan sampel agregat ke dalam oven pada suhu 100ºC ± 10ºC selama 24
jam, setelah itu masukkan dalam desikator lalu timbang beratnya (A).
15. Mengisi piknometer dengan air suling sampai tanda batas, lalu ukur suhu air
untuk menyesuaikan dengan suhu standar (25ºC) kemudian timbang (B).
16
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan
2.3.6 Perhitungan
Perhitungan berat jenis dan penyerapan agregat halus diberikan adalah
sebagai berikut.
A
1. Bulk Spesific Gravit =
B + 500,000 − C
492,000
=
736,000 + 500,000 − 1030,000
= 2,388
500,000
2. Bulk Spesific Gravity (SSD) =
B + 500,000 − C
500,000
=
736,000 + 500,000 − 1030,000
= 2,427
A
3. Apparent Spesific Gravity =
B+A−C
492,000
=
736,000 + 492,000
= 2,484
500 − A
4. Absorption = 100%
A
500,000 − 492,000
= 100%
492,000
= 1,626 %
17
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan
Dimana:
A : berat contoh kering (setelah di oven) (gram)
B : berat piknometer + air (gram)
C : berat contoh kering (setelah di oven) (gram)
18
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan
Tabel 2.5 Hasil Percobaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus
No Parameter Nilai
1 Berat contoh jenuh kering permukaan (gram) 500,000
2 Berat contoh kering (gram) 492,000
3 Berat piknometer + air (gram) 736,000
4 Berat piknometer + sampel SSD + air (gram) 1030,000
5 Bulk spesific gravity 2,388
6 Bulk spesific gravity (SSD) 2,427
7 Apparent spesific gravity 2,484
8 Absorption/ penyerapan (%) 1,626
19
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan
2.3.7 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian dalam perhitungan berat jenis dan penyerapan
agregat halus di dapatkan hasil berat jenis kering agregat halus 2,388, berat jenis
saat SSD 2,427, berat jenis semu 2,484, dan penyerapannya 1,626%. Berdasarkan
SNI 03 – 1970 – 1990 nilai berat jenis agregat 2,5 dan nilai penyerapan agregat
maksimal 3% dan dari hasil praktikum yang diperoleh dapat disimpulkan agregat
tersebut dapat digunakan dalam pembuatan aspal.
20
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan
21
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan
berat isinya lebih besar karena kegunaanya untuk menahan radiasi yang
membahayakan manusia.
2.4.3 Peralatan
Alat – alat yang digunakan pada pengujian berat jenis dan penyerapan
agregat halus adalah sebagai berikut.
1. Dunagan
2. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram
3. Sample Splitter
4. Saringan No. 4
5. Cawan
6. Oven
22
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan
2.4.6 Perhitungan
Perhitungan yang dilakukan pada pengujian berat jenis dan agregat kasar
adalah sebagai berikut.
C
1. Bulk Spesific Gravity =
A−B
4910,000
=
5000,000 − 4070,000
= 5,280
A
2. Bulk Spesific Gravity (SSD) =
A−B
5000,000
=
5000,000 − 4070,000
= 5,376
C
3. Apparent Spesific Gravity =
C−B
4910,000
=
4910,000 − 4070,000
= 5,485
A−C
4. Absorption = 100%
C
5000,000 − 4910,000
= 100%
4910,000
= 1,833 %
23
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan
Tabel 2.7 Hasil Percobaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar
No Parameter Nilai
1 Berat contoh jenuh kering permukaan (gram) 5000,000
2 Berat contoh dalam air (gram) 4070,000
3 Berat contoh kering (gram) 4910,000
4 Bulk spesific gravity 5,280
5 Bulk spesific gravity (SSD) 5,376
6 Apparent spesific gravity 5,845
7 Absorption/ penyerapan (%) 1,833
24
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan
2.4.7 Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan pada percobaan berat
jenis dan penyerapan agregat kasar didapatkan nilai rata-rata, untuk berat jenis
kering agregat kasar sebesar 5,280, berat jenis kering permukaan (SSD) sebesar
5,376, berat jenis semu sebesar 5,845 dan penyerapan sebesar 1,833 %. Standar
persyaratan penyerapan berdasarkan SNI 03-1970-1990, penyerapan agregat kasar
adalah sebesar 2,500 ̶ 3,000%. Nilai penyerapan agregat kasar sudah memenuhi
standar.
25
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan
26
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan
2.5.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam pengujian analisis saringan agregat
adalah sebagai berikut.
1. Sieve Shaker
2. Saringan 3”, 2½”, 2”, 1½”, 1”, ¾”, ½”, ⅜”, No. 4, No. 6, No. 8, No. 16, No.
30, No. 50, No. 100, dan No. 200
3. Pan dan Cover
4. Timbangan atau neraca dengan ketelitian 0,2%
5. Sample Splitter
6. Oven
7. Talam
8. Kuas
27
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan
3. Menyusun saringan pada sieve shaker dengan susunan saringan yang terbesar
hingga yang terkecil lalu yang paling bawah adalah pan.
4. Memasukkan agregat ke dalam saringan yang paling atas kemudian ditutup
dan diguncangkan selama 15 menit.
5. Mendiamkan selama 5 menit untuk memberi kesempatan supaya debu-debu
mengendap.
Data pengujian berat jenis dan penyerapan agregat dapat dilihat dari table
berikut.
28
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan
29
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan
30
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan
2.5.7 Perhitungan
Perhitungan yang dilakukan pada saringan ½ dalam percobaan analisis
saringan agregat kasar adalah sebagai berikut:
1. Berat tertahan = (berat saringan + tertahan) berat saringan
= 2674,300 558,700
= 2115,600 gram
2. Jumlah berat tertahan = berat tertahan + jumlah berat tertahan
saringan ¾
= 2115,600 + 185,100
= 2300,700 gram
2.5.8 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan dari data pemeriksaan analisis
saringan agregat yang dilakukan adalah diperoleh persentase campuran
agregat berdasarkan fraksinya yaitu kasar, halus dan sedang.
31
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan
32
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan
33
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan
2.6.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalan percobaan joint mix formula adalah sebagai
berikut :
1. Cawan
2. Timbangan
3. Wajan
4. Cetakan Silinder
5. Penumbuk
34
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan
35
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan
2.7.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam percobaan berat isi agregat adalah sebagai
berikut:
1. Talam
2. Timbangan dengan ketelitian 0,1mm
3. Batang pemadat
36
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan
37
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan
38
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan
39
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan
2.8.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam percobaan soundness adalah sebagai berikut:
1. Oven
2. Timbangan ketelitian o,1 gram
3. Timbangan ketelitian 1 gram
4. Keranjang Kawat
5. Termometer
6. Hidrometer sesuai ASTM E-100
7. Beaker glass
8. Saringan
Tabel 2.11 Saringan Agregat Soundness Test
Agregat Halus Agregat Kasar
0,15 mm (No.100) 8,00 mm
0,30 mm (No.50) 9,50 mm
0,60 mm (No.30) 12,50 mm
1,18 mm (No.16) 16,00 mm
2,36 mm (No.8) 19,00 mm
4,00 mm (No.5) 25,00 mm
4,75 mm (No.4) 32,00 mm
37,50 mm
50,00 mm
63,50 mm
b. Agregat Kasar
1) Mencuci bersih agregat kasar.
2) Mengeringkan sampel berat konstan pada suhu (110±5°C)
3) Menyaring agregat dan timbang sesuai ukuran-ukuran fraksi pada tabel
dibawah.
4) Menempatkan masing-masing sampel pada keranjang yang tersedia
secara terpisah dan beri label+.
41
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan
Namun, karena larutan ini tidak stabil dan timbul kristal selama pembuatan,
pencampuran heptahydrate salt dianjurkan tidak kurang dari 1400 gram/1 liter
air.
3. Merendam sampel dalam larutan Sodium Sulfat atau Magnesium Sulfat selama
antara 16 - 18 jam dengan kedalaman perendaman sekurang- kurangnya 12,70 mm.
4. Menutup bak rendaman untuk mengurangi penguapan.
5. Menjaga suhu larutan perendaman pada suhu (21 ± 1ºC) selama perendaman.
6. Sesudah masa perendaman, meniriskan selama 15 ± 5 menit sebelum
mengeringkan dalam oven.
7. Mengeringkan sampel sampai berat tetap pada suhu 110 ± 5 ºC, yaitu dengan
mengecek kehilangan beratnya setiap 2 – 4 jam di oven tanpa pendinginan sampai
diperoleh kehilangan antaranya tidak lebih dari 0,1%.
8. Setelah berat tercapai, membiarkan sampel dingin pada suhu ruang sebelum siap
merendam kembali. Mengulangi percobaan dari tahap awal perendaman,
pengeringan oven (minimal 5 kali). Jika selama proses pengulangan berhalangan
dengan hari libur, maka sampel ditinggalkan dalam keadaan kondisi kering oven
pada suhu ruang.
9. Setelah perendaman ke -5 (terakhir) dan sampel telah didinginkan akibat
pengeringan oven, cuci dengan larutan Barium klorida (BaCl2) untuk melarutkan
Sodium Sulfat atau Magnesium Sulfat yang melekat pada sampel.
10. Mencuci sampel dengan air yang mengalir pada suhu 43 ± 6ºC.
11. Mengeringkan sampel sampai berat konstan pada suhu 110 ± 5ºC.
12. Menyaring benda uji agregat halus dengan saringan yang sama dengan saringan
yang dipakai pada saat sebelum perendaman, sedangkan untuk agregat kasar
menggunakan saringan yang sesuai. Berikut adalah saringan agregat kasar (setelah
perendaman).
13. Menimbang benda uji dan catat sebagai berat akhir pengujian.
43
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan
2.9.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk sand equivalent adalah sebagai berikut.
1. Tabung sand equivalent (SE)
44
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan
2. Beban equivalent
3. Larutan standar (stock solution)
4. Gelas erlenmeyer
5. Statif
6. Cawan
7. Tin box
8. Saringan No.4
9. Sumbat karet
10. Stopwatch
2.9.4 Percobaan
Prosedur percobaan yang dilakukan dalam sand equivalent adalah sebagai
berikut.
Persiapan Larutan
1. Melarutkan 454 gram CaCl2 dengan ½ gallon air yang telah didihkan, kemudian
dinginkan.
2. Menyaring dengan menggunakan saringan No.12.
3. Pada larutan yang telah disaring, tambahkan 250 gram glycerine dan 47 gram
formaldehyde kemudian diaduk rata dan encerkan hingga 1 gallon (3,78 liter)
Prosedur Pengujian
1. Masukkan larutan yang telah disiapkan ke dalam tabung silinder/labu ukur dengan
menggunakan siphon sampai setinggi 4 ± 0,1 in.
2. Masukkan sampel ke dalam tabung SE dengan menggunakan corong untuk
menghindari tumpah di sekitar tabung.
3. Masukkan larutan ke dalam tabung SE hingga sampel dapat terendam sepenuhnya.
Pukul bagian bawah tabung untuk mengeluarkan gelembung udara.
4. Mendiamkan tabung SE selama 10 ± 1 menit., kemudian kocok dengan arah
mendatar sebanyak 90 kali dalam 30 detik, dimana perhitungan dilakukan satu
arah.
45
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan
5. Masukkan slang ke dalam tabung SE dan buka keran hingga larutan standar
equivalent masuk ke dalam tabung SE sampai tertinggi skala 15 atau ketinggian
15 in.
6. Mendiamkan selama 20 menit ± 15 detik. Mulai perhitungan waktu ketika slang
telah dikeluarkan.
7. Membaca skala permukaan atas sebagai skala lumpur. Jika tidak ada batas garis
yang jelas, maka biarkan beberapa waktu lagi sampai terbaca skala lumpur dan
catata bacaan waktu terakhir. Jika waktu ini melebihi 30 menit, maka pengujian
harus diulangi lagi.
8. Selanjutnya, masukkan skala beban equivalent secara perlahan-lahan sampai
beban tersebut berhenti.
9. Membaca skala batas atas indikator, kemudian kurangi 10 in. Sebelum dikurangi
10 in, sebaiknya periksa dahulu apakah jarak ujung kaki pemberat, kemudian
kurangi 10 in. Jika tidak, kurangi dengan jarak sesungguhmya. Catat nilai ini
sebagai skala pasir.
46
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan
47
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma