Anda di halaman 1dari 52

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.5 PEMERIKSAAN AGREGAT HALUS


2.5.1 Percobaan Analisis Saringan Agregat Halus
2.5.1.1 Maksud
Percobaan analisis saringan agregat halus untuk mengetahui ukuran
butiran dan gradasi agregat dari yang kasar hingga yang halus serta untuk
keperluan desain campuran beton serta tingkat kehalusannya yang dinyatakan
dalam modulus kehalusan.

2.5.1.2 Landasan Teori


Agregat halus adalah pasir alam sebagai penguraian alami pasir alam dari
batuan atau pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah/penghancut batu yang
mempunyai ukuran terbesar 4,800 mm. Agregat halus dapat meningkatkan
stabilitas campuran dengan saling mengunci antar butiran, agregat halus bisa
terdiri dari batu pecah atau pasir alam atau keduanya. Agregat halus adalah benda
uji yang lolos saringan No. 4 (SNI 03-1968-1990).
Agregat halus harus terdiri dari butiran tajam dan keras, bersifat kekal
artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca seperti matahari dan hujan.
Agregat halus mengandung lumpur yang tidak boleh lebih dari 5% (terhadap berat
keringnya). Lumpur adalah bagian yang lolos ayakan 0,063 mm. Bila ternyata
kandungan lumpur lebih dari 5% maka agregat tersebut harus dicuci sebelum
digunakan sebagai bahan campuran beton (PBI pasal 33 ayat 3).
Analisa saringan adalah kegiatan analisis untuk mengetahui distribusi
ukuran agregat halus dengan menggunakan ukuran-ukuran saringan tertentu.
Distribusi ukuran agregat tersebut ditunjukkan dengan lubang saringan (mm) dan
untuk menilai apakah agregat halus yang akan digunakan cocok untuk produksi
beton. Pasir yang akan dipakai dalam adukan beton harus memenuhi syarat-syarat
menurut spesifikasi bahan bangunan bagian A (SK SNI S-04-1989-F).

100
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.5.1.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk percobaan analisis agregat halus
adalah sebagai berikut.
1. Sieve shaker (mesin pengguncang).
2. Saringan No. 4, No. 8, No. 16, No. 30, No. 50 dan No. 100.
3. Pan dan cover.
4. Timbangan.
5. Oven.

101
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

(1) (2) (3)

(4)
(5)

Gambar 2.15 Peralatan Percobaan Analisis Saringan Agregat Halus

2.5.1.4 Prosedur Percobaan


Prosedur percobaan yang harus dilakukan pada percobaan analisis
saringan agregat halus adalah sebagai berikut.

102
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

1. Mengambil benda uji sebanyak ± 1000,000 gram. Mengambil sampel dengan


menggunakan sample splitter atau menggunakan quartering method.
2. Memasukkan benda uji ke dalam oven pada suhu 110ºC ± 5ºC selama 24 jam
atau sampai berat agregatnya tetap.
3. Menimbang berat masing-masing saringan.
4. Menyusun saringan pada sieve shaker dengan susunan yang terbesar hingga
yang terkecil lalu yang paling bawah adalah pan.
5. Memasukkan benda uji ke dalam saringan yang paling atas kemudian tutup
dan mengguncangkan saringan selama 15 menit.
6. Membiarkan benda uji selama 5 menit untuk memberi kesempatan supaya
debu-debu mengendap.
7. Membuka saringan lalu menimbang berat masing-masing saringan berikut
isinya.
8. Menghitung berat masing-masing contoh benda uji yang tertahan dalam
saringan.

2.5.1.5 Data Percobaan


Data percobaan untuk analisis saringan agregat halus dapat dilihat
pada tabel 2.35.

Tabel 2.35 Data Percobaan Analisis Saringan Agregat Halus


Berat Contoh Kering = 975,400 gram

103
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

Berat saringan +
Berat saringan
No. Nomor saringan tertahan
( gram ) ( gram )
No.4
1. 363,700 364,400
(4,75 mm)
No.8
2. 412,500 432,000
( 2,36 mm)
No. 16
3. 364,400 499,200
(1,18 mm)
No. 30
4. 248,400 444,400
(0,60 mm)
No. 50
5. 249,800 551,200
(0,30 mm)
No. 100
6. 322,400 601,600
(0,15 mm)
7. Pan 333,500 377,300

2.5.1.6 Perhitungan
Perhitungan pada percobaan analisis saringan agregat halus
menggunakan rumus:
Contoh perhitungan adalah saringan No. 16
Berat tertahan = (berat saringan + tertahan) – (berat saringan)
= 499,200 – 364,400
= 134,800 gram
ΣBerat tertahan = jumlah berat tertahan di saringan No. 8 + berat tertahan
saringan No. 16
= 20,200 + 134,800
= 155,000 gram

Persentase tertahan =

=
= 15,891%

104
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

Persentase lolos = 100% – Persentase tertahan


= 100 % – 15,891 %
= 84,109 %

Modulus kehalusan =

=
= 2,164

105
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

LABORATORIUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
Jalan Kelapa Dua Wetan, Kelapa Dua Wetan, Ciracas,
Jakarta Timur

Tabel 2.36 Hasil Pemeriksaan Analisis Saringan Agregat Halus


Berat Contoh Kering = 975,400 gram
Bera Persentase
t Kumulatif
sarin Jumlah
Berat Berat
Nomor gan Berat
No saringan Tertahan
saringan + tertahan Tertahan Lolos
terta
han
( gram ) ( gram ) ( gram ) ( gram ) (%) (%)
No.4
1. 363,700 364,400 0,700 0,700 0,072 99,928
(4,75 mm)
No.8
2. 412,500 432,000 19,500 20,200 2,071 97,929
(2,36 mm)
No.16
3. 364,400 499,200 134,800 155,000 15,891 84,109
(1,18 mm)
No 30
4. 248,400 444,400 196,000 351,000 35,985 64,015
(0,60 mm)
No . 50
5. 249,800 551,200 301,400 652,400 66,885 33,115
(0,30 mm)
No. 100
6. 322,400 601,600 279,200 931,600 95,510 4,490
(0,15 mm)
7. Pan 333,500 377,300 43,800 975,400 100,000 0,000

106
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

LABORATORIUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
Jalan Kelapa Dua Wetan, Kelapa Dua Wetan, Ciracas,
Jakarta Timur

Tabel 2.37 Hasil Pemeriksaan Modulus Kehalusan Agregat Halus


Kumulatif Berat Persentase Kumulatif
Nomor Berat Tertahan
No Tertahan Tertahan
Saringan
( gram ) ( gram ) (%)
1½"
1. 0,000 0,000 0,000
(38,10 mm)
¾"
2. 0,000 0,000 0,000
(19,05 mm)
⅜"
3. 0,000 0,000 0,000
(9,53 mm)
No. 4
4. 0,700 0,700 0,072
(4,75 mm)
No. 8
5. 19,500 20,200 2,071
( 2,36 mm )
No. 16
6. 134,800 155,000 15,891
(1,18 mm)
No. 30
7. 196,000 351,000 35,985
(0,60 mm)
No. 50
8. 301,400 652,400 66,885
(0,30 mm)
No. 100
9. 279,200 931,600 95,510
(0,15 mm)
10. pan 43,800 975,400 -
Jumlah 216,414
Modulus kehalusan 2,164

107
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

LABORATORIUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
Jalan Kelapa Dua Wetan, Kelapa Dua Wetan, Ciracas,
Jakarta Timur

Gambar 2.16 Kurva Gradasi Agregat Halus Ukuran Butiran Maksimum (mm)

108
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.5.1.7 Kesimpulan
Data percobaan dan hasil perhitungan menunjukkan nilai agregat
halus yang diperoleh lolos pada saringan No. 4 sebanyak 99,928%, agregat
halus yang lolos pada saringan No. 8 sebanyak 97,929%, saringan No. 16
sebanyak 84,109%, saringan No. 30 sebanyak 64,015%, saringan No. 50
sebanyak 33,115%, dan saringan No. 100 sebanyak 4,490%, dengan
grading zone III dan modulus kehalusan sebesar 2,164. Sehingga agregat
yang di uji baik untuk digunakan dalam pencampuran beton.

109
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.5.2 Percobaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus


2.5.2.1 Maksud
Percobaan berat jenis dan penyerapan agregat halus dilakukan
untuk mengetahui berat jenis agregat halus dan kemampuan
penyerapannya.

2.5.2.2 Landasan Teori


Berat jenis adalah nilai perbandingan antara massa dan volume
dari bahan yang kita uji. Penyerapan berarti tingkat atau kemampuan suatu
bahan untuk menyerap air. Agregat halus adalah agregat yang ukuran
butirannya lebih kecil dari 4,750 mm (No. 4) (SNI 1970:2008).
Berat jenis digunakan untuk menentukan volume yang diisi oleh
agregat. Berat jenis dari agregat pada akhirnya akan menentukan berat
jenis dari beton sehingga secara langsung menentukan banyaknya
campuran agregat dalam campuran beton. berat jenis pasir akan
mempengaruhi kekuatan beton itu sendiri. (M. Hadi H, 2018).
Pemeriksaan berat jenis dan SSD pasir adalah hal yang penting.
Kegunaannya untuk mengetahui pasir tersebut telah memenuhi syarat atau
belum untuk bahan campuran adukan beton. Dan salah satu faktor yang
mempengaruhi besarnya penyerapan pada pasir adalah suhu yang tinggi,
karena membuat pori-pori pasir menjadi semakin mudah menyerap air (M.
Hadi H, 2018).

2.5.2.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam percobaan berat jenis dan
penyerapan agregat halus adalah sebagai berikut.
1. Timbangan. 5. Talam.
2. Labu ukur 500 ml. 6. Sendok pengaduk.
3. Cetakan kerucut (cone). 7. Oven.
4. Batang penumbuk (tamper). 8. Saringan No. 4.

110
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

9. Hot plate.

(1)
(2)
(3
&
4)

(5) (6) (7)

(8) (9)

Gambar 2.17 Peralatan Percobaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus

111
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.5.2.4 Prosedur Percobaan


Prosedur percobaan yang harus dilakukan pada percobaan analisis berat
jenis dan penyerapan agregat halus adalah sebagai berikut.
1. Mengambil benda uji yang lolos saringan No. 4 (± 1000,000 gram) dengan
cara sampling menggunakan sample splitter atau quartering method. Lalu
cuci benda uji tersebut.
2. Mengeringkan dalam oven pada suhu 110ºC ± 5ºC selama 24 jam lalu
mendinginkan sampel benda uji.
3. Merendam benda uji tersebut selama 24 jam dalam air.
4. Menebarkan benda uji di atas permukaan terbuka dan rata kemudian
mengangin-anginkan, benda uji juga dapat diaduk untuk mencapai
pengeringan yang merata.
5. Cara mengetahui apakah benda uji sudah dalam kondisi SSD dapat
melakukan pengujian kerucut, memasukkan ke dalam kerucut kuningan dan
dapat dibagi ke dalam 3 lapisan, memadatkan lapisan pertama dengan
penumbuk sebanyak 8 kali, lapisan kedua 8 kali dan lapisan ketiga 9 kali
sehingga jumlah keseluruhan tumbukan 25 kali dengan tinggi jatuh ± 5,000
mm di atas permukaan pasir benda uji secara merata dan jatuh bebas.
6. Membersihkan daerah di sekitar kerucut dari butiran agregat yang tercecer.
7. Mengangkat kerucut dalam arah vertikal secara perlahan-lahan.
8. Mengamati benda uji saat dibuka, apabila masih terletak rapi, maka bahan uji
masih basah, kemudian mengeringkan kembali benda uji. Apabila jatuh lepas
keseluruhan, maka benda uji terlalu kering. Apabila terjadi penurunan pada
permukaan benda uji, maka benda uji sudah dalam keadaan SSD.
9. Memasukkan ke dalam pan dan cover untuk menghindari penguapan.
10. Mengisi labu ukur dengan air suling setengahnya lalu memasukkan benda uji
ke dalam labu ukur sebanyak 100,000 gram (jangan sampai ada butiran yang
tertinggal di leher labu ukur).
11. Menggunakan hot plate untuk mengeluarkan gelembung udara.
112
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

12. Merendam labu ukur dalam air hingga suhunya mencapai suhu ruangan lalu
menambahkan air suling sampai tanda batas.
13. Menimbang labu ukur + air + sampel agregat (C).
14. Memasukkan benda uji ke dalam oven pada suhu 100ºC ± 10ºC selama 24
jam, setelah itu memasukkan dalam desikator lalu menimbang beratnya (A).
15. Mengisi labu ukur tadi dengan air suling sampai tanda batas lalu
menimbangnya (B).

2.5.2.5 Data Percobaan


Data percobaan untuk percobaan berat jenis dan penyerapan agregat
halus dapat dilihat pada tabel 2.38.
Tabel 2.38 Data Percobaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus.
Nilai Sampel
No Parameter
I II
(gram 105,50 100,00
1. Berat contoh jenuh kering permukaan ) 0 0
(gram 102,08
99,000
2. Berat contoh kering ) 0
(gram 648,50 641,10
3. Berat labu + air ) 0 0
(gram 702,10 696,00
4. Berat labu + sampel SSD + air ) 0 0

2.5.2.6 Perhitungan
Perhitungan berat jenis dan penyerapan agregat halus pada sampel II
dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

Bulk Spesific Gravity =

=
= 2,195

113
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

Bulk Spesific Gravity (SSD) =

=
= 2,217

Apparent Spesific Gravity =

=
= 2,245

Absorption =

=
= 1,010 %
Keterangan:
A = berat contoh kering (setelah dioven) (gram)
B = berat labu + air (gram)
C = berat labu + air + sampel agregat (gram)

114
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

LABORATORIUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
Jalan Kelapa Dua Wetan, Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur

Tabel 2.39 Hasil Perhitungan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus
Nilai Sampel Rata-
No Parameter
I II rata
(gram 100,00
105,500 102,750
1. Berat contoh jenuh kering permukaan ) 0
(gram
102,080 99,000 100,540
2. Berat contoh kering )
(gram 641,10
648,500 644,800
3. Berat labu + air ) 0
(gram 696,00
702,100 699,050
4. Berat labu + sampel ssd + air ) 0
5. Bulk spesific gravity 1,966 2,195 2,081
6. Bulk spesific gravity (SSD) 2,032 2,217 2,125
7. Apparent spesific gravity 2,106 2,245 2,175
8. Absorption/ penyerapan (%) 3,350 1,010 2,180

115
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.5.2.7 Kesimpulan
Data percobaan dan hasil perhitungan menunjukkan nilai bulk spesific
gravity sebesar 2,195, nilai bulk spesific gravity (SSD) sebesar 2,217, nilai
apparent spesific gravity sebesar 2,245, dan nilai absorption (penyerapan) sebesar
1,010%. Menurut SNI 1970:2016 penyerapan yang memenuhi syarat adalah
<3,000%, sehingga pada percobaan berat jenis dan penyerapan agregat halus telah
memenuhi syarat.

116
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.5.3 Percobaan Bobot Isi dan Rongga Udara Agregat Halus


2.5.3.1 Maksud
Percobaan bobot isi dan rongga udara dilakukan untuk menentukan bobot
isi serta rongga udara agregat halus dan kasar dalam kondisi lepas dan kondisi
padat.

2.5.3.2 Landasan Teori


Bobot isi atau berat satuan agregat adalah rasio antara berat agregat
dengan isi atau volume. Bobot isi agregat diperlukan dalam perhitungan bahan
campuran beton apabila jumlah bahan ditakar dengan ukuran volume.
Pemeriksaan volume memiliki hubungan erat dengan rencana biaya yang tersedia
dalam membuat suatu konstruksi yang dikehendaki (SNI 03-4804-1998).
Bobot isi atau disebut juga sebagai berat satuan dari agregat merupakan
rasio perbandingan antara berat agregat dan isi/ volume. Bobot isi agregat
diperlukan dalam perhitungan bahan campuran beton, apabila jumlah bahan
ditakar dengan ukuran volume. Bobot isi agregat ditinjau dalam dua keadaan,
yaitu berat volume gemburdan berat volume padat. Berat volume gembur
merupakan perbandingan berat agregat dengan volume, sedangkan berat volume
padat adalah perbandingan berat agregat dalam keadaan padat dengan volume
(Rizaldy, 2012).
Jenis agregat yang dipakai tergantung dari kehalusan butirannya dan pada
saat proses pemadatan sebaiknya tidak berlebihan karena akan mempengaruhi
bobot isi, bila pemadatan dilakukan dengan baik maka bobot isi akan sesuai
dengan rencana. Bobot isi rencana dan bobot isi pemeriksaan, perlu adanya
koreksi dengan mengalikan harga semula yang diperoleh dari perencanaan dengan
suatu faktor “Angka perbandingan berat jenis sama dengan berat jenis hasil
pemeriksaan campuran dibagi dengan berat jenis semula”. Hasil bobot isi dalam
percobaan apabila lebih kecil dari bobot isi dalam mix design, maka kebutuhan
bahan haruslah dikoreksi kembali, sehingga akan didapat kebutuhan bahan yang
sebenarnya (Rizaldy, 2012).

117
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.5.3.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk percobaan bobot isi dan rongga udara
agregat halus sebagai berikut.
1. Oven. 5. Meja getar.
2. Timbangan. 6. Mistar perata.
3. Batang pemadat Ø16 mm. 7. Jangka sorong.
4. Container (Mold 6"). 8. Sekop.

(1) (2) (3)

(4) (5)
(6)

(7) (8)

Gambar 2.18 Peralatan Kadar Percobaan Bobot Isi dan Rongga Udara Agregat
Halus.

118
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.5.3.4 Prosedur Percobaan


Percobaan pada bobot isi dan rongga udara agregat terbagi menjadi dua,
yaitu kondisi lepas dan kondisi padat. Prosedur yang harus dilakukan pada
percobaan bobot isi dan rongga udara kondisi lepas adalah sebagai berikut.
1. Menimbang berat container (B) yang telah diketahui volumenya (V).
2. Mengambil sampel agregat dan mengeringkan agregat di dalam oven hingga
beratnya tetap. Mengambil sampel dengan menggunakan sample splitter atau
quartering method.
3. Memasukkan campuran agregat halus dengan hati-hati agar tidak terjadi
pemisahan butir dari ketinggian 5,000 cm diatas container dengan
menggunakan sendok/ sekop sampai penuh.
4. Meratakan permukaan container dengan mistar perata.
5. Menimbang berat container beserta isi (C).
Prosedur yang harus dilakukan pada bobot isi dan rongga udara kondisi
padat adalah sebagai berikut.
1. Menimbang berat container (B) yang telah diketahui volumenya (V).
2. Mengambil sampel agregat dan mengeringkan agregat di dalam oven hingga
beratnya tetap. Mengambil sampel dengan menggunakan sample splitter atau
quartering method.
3. Memasukkan campuran agregat halus ke dalam container tersebut kurang
lebih sepertiga bagian lalu menumbuknya dengan batang penumbuk sebanyak
25 kali.
4. Mengulangi langkah No. 3 untuk lapis kedua.
5. Memasukkan agregat halus hingga melebihi permukaan atas container lalu
menumbuknya sebanyak 25 kali untuk lapisan terakhir.
6. Meletakkan diatas meja penggetar lalu memasang penjepitnya.
7. Menghidupkan motor penggerak selama 5 menit sampai mencapai kepadatan.
8. Mengisi kembali bagian permukaan yang berlubang dengan agregat lalu
meratakan permukaannya dengan mistar perata.
9. Menimbang container beserta dengan isinya (C).

119
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.5.3.5 Data Percobaan


Data percobaan bobot isi dan rongga udara kondisi lepas dan padat dapat
dilihat pada tabel 2.40 dan 2.41 sebagai berikut.
Tabel 2.40 Data Percobaan Bobot Isi dan Rongga Udara Kondisi Lepas Agregat
Halus.
Parameter Nilai
Berat container (gram) 8770,000
Berat container + agregat (gram) 14083,000
Berat agregat (gram) 5313,000
Volume container cm3 3603,870

Tabel 2.41 Data Percobaan Bobot Isi dan Rongga Udara Kondisi Padat Agregat
Halus.
Parameter Nilai
Berat container (gram) 8770,000
Berat container + agregat (gram) 14821,000
Berat agregat (gram) 6051,000
Volume container cm3 3603,870

2.5.3.6 Perhitungan
Perhitungan bobot isi dan rongga udara agregat halus pada kondisi lepas
dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

Berat isi agregat (kering) =

=
= 1,474 gram/cm3

Berat isi agregat (SSD) =

=
= 1,506 gram/cm3

120
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

Kadar rongga udara =

=
= 29,142%
Perhitungan bobot isi dan rongga udara agregat halus pada kondisi padat
dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

Berat isi agregat (kering) =

=
= 1,679 gram/cm3

Berat isi agregat (SSD) =

=
= 1,716 gram/cm3

Kadar rongga udara =

=
= 19,299%
Keterangan :
A : absorpsi agregat (%)
B : berat container (gram)
C : berat container berikut isinya (gram)
V : volume container (gram)
SG : berat jenis agregat (kering)
121
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

LABORATORIUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
Jalan Kelapa Dua Wetan, Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur

Tabel 2.42 Hasil Perhitungan Bobot Isi dan Rongga Udara Kondisi Lepas Agregat
Halus.
No Parameter Nilai
1. Berat container (gram) 8770,000
2. Berat container + agregat (gram) 14083,000
3. Berat agregat (gram) 5313,000
4. Volume container cm3 3603,870
5. Berat isi agregat ( kering ) (gram/cm3) 1,474
6. Berat isi agregat ( SSD ) (gram/cm3) 1,506
7. Kadar rongga udara % 29,142

Tabel 2.43 Hasil Perhitungan Bobot Isi dan Ronggs Udara Kondisi Padat Agregat
Halus.
N
Parameter Satuan Nilai
o
1. Berat container (gram) 8770,000
2. Berat container + agregat (gram) 14821,000
3. Berat agregat (gram) 6051,000
4. Volume container cm3 3603,870
5. Berat isi agregat ( kering ) (gram/cm3) 1,679
6. Berat isi agregat ( SSD ) (gram/cm3) 1,716
7. Kadar rongga udara % 19,299

122
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.5.3.7 Kesimpulan
Data percobaan dan hasil perhitungan menunjukkan nilai berat isi agregat
(kering) dalam kondisi lepas sebesar 1,474 gram/cm³ dan dalam kondisi padat
sebesar 1,679 gram/cm³, berat isi agregat (SSD) dalam kondisi lepas sebesar 1,506
gram/cm³ dan dalam kondisi padat sebesar 1,716 gram/cm³. Kadar rongga udara
dalam kondisi lepas sebesar 29,142% dan dalam kondisi padat sebesar 19,299%.
Percobaan bobot isi dan rongga udara mengacu pada SNI 03- 4804-1998 tentang
metode pengujian bobot isi dan rongga udara dalam agregat.

123
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.5.4 Percobaan Kadar Air Agregat Halus


2.5.4.1 Maksud
Percobaan kadar air agregat halus dilakukan untuk menentukan kadar air
yang terkandung dalam agregat. Karena nilai kadar air ini digunakan untuk
koreksi takaran air dalam adukan beton.

2.5.4.2 Landasan Teori


Kadar air agregat adalah perbandingan antara berat air yang terkandung
dalam agregat dengan agregat dalam keadaan kering. Kadar air agregat
dipengaruhi oleh besar jumlah air yang terkandung pada pori-pori agregat,
semakin besar selisih antara agregat semula dengan agregat setelah kering oven
maka banyak pula air yang dikandung oleh pori-pori agregat tersebut dan
begitupun sebaliknya (Nabilah Husna Bestari et al,2017).
Kadar air berbanding lurus dengan berat kandungan air suatu agregat dan
berbanding terbalik terhadap berat agregat dalam kondisi kering. Sehingga makin
besar nilai dari berat kandungan air agregat maka semakin besar nilai kadar air.
Sebaliknya, jika semakin kecil berat kandungan air dalam agregat maka semakin
kecil kadar air yang diperolehnya (Nabilah Husna Bestari et al,2017).
Agregat yang basah akan membuat campuran beton lebih basah. Kadar
air yang dikandung agregat dapat mempengaruhi kuat tekan beton. Dalam
rancangan campuran beton kondisi agregat harus dalam keadaan kering
permukaan atau jenuh (SSD). Oleh karena itu, kadar air agregat harus diperiksa
sebelum digunakan. (Nabilah Husna Bestari et al,2017).

2.5.4.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam percobaan kadar air agregat halus
adalah sebagai berikut.
1. Cawan.
2. Oven.
3. Timbangan.

124
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

4. Desikator.

(1) (2)

(3) (4)

Gambar 2.19 Peralatan Percobaan Kadar Air Agregat Halus.

2.5.4.4 Prosedur Percobaan


Prosedur dalam percobaan kadar air agregat halus terbagi menjadi
beberapa langkah adalah sebagai berikut.
1. Menyiapkan contoh agregat halus dengan cara sampling menggunakan
sample splitter atau quartering method sebanyak minimum 500,000 gram
untuk masing-masing contoh agregat lalu mencatat beratnya (A).

125
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

Tabel 2.44 Kriteria Sampel Kadar Air Agregat Halus.


Berat
Ukuran Butiran Maksimum Agregat
Minimum
(mm) (inci) (kg)
4,750 1/4" 0,500
9,500 3/8" 1,500
12,500 1/2" 2,000
19,000 3/4" 3,000
25,000 1" 4,000
37,500 1 1/2" 6,000
50,000 2" 8,000
63,000 2 1/2" 10,000
75,000 3" 13,000
90,000 3 1/2" 16,000
100,000 4" 25,000
150,000 6" 20,000

2. Memasukkan yang telah diambil ke dalam cawan.


3. Memasukkan cawan beserta benda uji ke dalam oven dengan suhu 100ºC ±
10ºC selama kurang lebih 24 jam.
4. Mengeringkan di dalam oven, lalu memasukkan cawan berserta benda uji ke
dalam desikator.
5. Menimbang kembali benda uji setelah dingin (B).

2.5.4.5 Data Percobaan


Data percobaan yang diperoleh dari percobaan kadar air agregat halus
dapat dilihat pada tabel 2.45 berikut.
Tabel 2.45 Data Percobaan Kadar Air Agregat Halus.
Nilai
No Parameter
I II
1. Berat contoh awal (gram) 500,000 500,100
2. Berat contoh kering (gram) 489,198 487,800
3. Berat air (gram) 10,802 12,300
4. Kadar air (%) 2,208 2,522

126
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.5.4.6 Perhitungan
Perhitungan Kadar air agregat halus nilai II dilakukan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut.
Berat air =A–B
= 500,100 – 487,800
= 12,300

Kadar air =

=
= 2,522%
Keterangan:
A : berat isi air (gram)
B : berat contoh kering (gram)
A–B : berat air (gram)

127
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

LABORATORIUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
Jalan Kelapa Dua Wetan, Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur

Tabel 2.46 Hasil Perhitungan Kadar Air Agregat Halus.


Nilai Rata-
No Parameter
rata
I II
1. Berat contoh awal (gram) 500,000 500,100 500,050
2. Berat contoh kering (gram) 489,198 487,800 488,499
3. Berat air (gram) 10,802 12,300 11,551
4. Kadar air (%) 2,208 2,522 2,365

128
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.5.4.7 Kesimpulan
Hasil percobaan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa dari agregat
halus pada sampel I dan sampel II mengandung air sebanyak 2,208% dan 2,522%.
Dengan rata-rata kadar air pada agregat halus sebesar 2,365%. Syarat kadar air
agregat halus yang diperoleh menurut SNI 03-1971-1990 maksimal 5,000%
sehingga kadar air agregat halus terlah memenuhi campuran beton.

129
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.5.5 Percobaan Kadar Lumpur dan Lempung Agregat Halus


2.5.5.1 Maksud
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui kandungan lumpur dan
lempung dalam agregat. Supaya tidak terjadi pemisahan antar agregat dengan
semen.

2.5.5.2 Landasan Teori


Lumpur adalah bempa tanah atau sejenisnya dengan ukuran butiran lebih
kecil dari 0,075 mm. lumpur juga biasanya tercampur pada pasir dan kerikil.
Dalam jumlahnya yang cukup banyak dapat mengurangi kekuatan beton. Lumpur
pada pasir biasanya berasal dari endapan sungai (M Hadi, 2017).
Pengaruh lumpur pada beton segar yaitu menghambat proses hidrasi
semen. Beton yang mengalami masa perawatan sesaat setelah percetakan, lumpur
dapat menjadi penyebab terbentuknya lapisan yang menyelimuti agregat, sehingga
mencegah terjadinya adhesi semen. Ada kecenderungan meningkatnya
penggunaan air dalam campuran yang bersangkutan, jika terdapat lumpur.
Lumpur tidak dapat menjadi satu dengan semen sehingga menghalangi
penggabungan antara semen dengan agregat (Murdock dan Brook, 1979).
Kadar lumpur yang berlebih pada agregat dapat membuat kekuatan beton
menjadi rendah. Kadar lumpur berlebih juga menyebabkan mutu beton yang
diinginkan tidak tercapai. Tujuan diperlukan pemeriksaan mutu agregat agar
mendapatkan bahan-bahan campuran beton yang campuran yang memenuhi
syarat, sehingga beton yang dihasilkan nantinya sesuai dengan yang diharapkan
(M Hadi, 2017).

2.5.5.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan pada percobaan kadar lumpur dan lempung
agregat halus sebagai berikut.
1. Saringan No. 4, No. 16 dan No. 200
2. Timbangan

130
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

3. Oven
4. Cawan

(1) (2)

(3) (4)
Gambar 2.20 Peralatan Percobaan Kadar Lumpur dan Lempung Agregat Halus.

2.5.5.4 Prosedur Percobaan


Prosedur dalam percobaan kadar air agregat halus terbagi menjadi
beberapa langkah adalah sebagai berikut.
1. Mengambil agregat halus (saringan lolos No. 4) dengan cara sampling
menggunakan sample splitter atau quartering method, lalu masukkan ke
dalam cawan sebanyak ± 500,000 gram.
2. Memasukkan cawan beserta isinya ke dalam oven dengan suhu 100ºC ± 10ºC
selama 24 jam.
3. Mendinginkan benda uji ke dalam desikator lalu menimbang berat masing-
masing sampel keringnya (A).
4. Memasukkan air pencuci ke dalam cawan lalu mengaduk hingga terjadi
pemisahan sempurna antara butir-butir kasar dan halus. Mengusahakan bahan
halus tersebut melayang sehingga mempermudah memisahkannya.
131
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

5. Menuangkan air pencuci segera di atas saringan No. 16 yang di bawahnya


dipasang saringan No. 200.
6. Mengulangi pencucian dan penyaringan hingga air pencuci terlihat jernih.
7. Mengembalikan benda uji yang tertahan saringan No. 16 dan No. 200 ke
dalam cawan lalu mengeringkan ke dalam oven pada suhu 100°C ± 10°C
selama 24 jam.
8. Mendinginkan ke dalam desikator lalu menimbang berat kering benda uji
tersebut (B).
2.5.5.5 Data Percobaan
Data percobaan kadar lumpur dan lempung dapat dilihat pada Tabel 2.47
dibawah ini.
Tabel 2.47 Data Percobaan Kadar Lumpur dan Lempung Agregat Halus.
No Parameter Nilai
(gram
1. 515,700
Berat agregrat kering awal )
(gram
2. 510,500
Berat agregrat kering setelah pencucian )
3. Kadar lumpur dan lempung % 1,008

2.5.5.6 Perhitungan
Perhitungan pada kadar lumpur dan lempung dilakukan menggunakan
rumus sebagai berikut.

Kadar lumpur dan lempung =

=
= 1,008%
Keterangan :
A : berat contoh kering awal (gram)
B : berat contoh kering setelah pencucian (gram)

132
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

LABORATORIUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
Jalan Kelapa Dua Wetan, Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur

Tabel 2.47 Data Percobaan Kadar Lumpur dan Lempung Agregat Halus.
No Parameter Nilai
(gram
1. 515,700
Berat agregrat kering awal )
(gram
2. 510,500
Berat agregrat kering setelah pencucian )
3. Kadar lumpur dan lempung % 1,008

133
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.5.5.7 Kesimpulan
Data percobaan menunjukkan kadar lumpur dan lempung sampel agregat
halus mengandung 1,008% lumpur dan lempung. Percobaan kadar lumpur dan
lempung mengacu pada SNI ASTM C117:2012 tentang metode pengujian jumlah
bahan dalam agregat yang lolos saringan No. 200 (0,075 mm) dalam agregat
mineral dengan pencucian.

134
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.5.6 Percobaan Kadar Bahan Organik Agregat Halus


2.5.6.1 Maksud
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui kadar bahan organik yang
terkandung dalam agregat halus yang akan digunakan sebagai bahan campuran
beton. Karena jika kadar bahan organik terlalu banyak terkandung dalam agregat
bisa mempengaruhi kekuatan beton.

2.5.6.2 Landasan Teori


Faktor yang sangat memperngaruhi kekuatan beton adalah faktor air
semen, umur beton, jenis semen dan sifat agregat beton yang akan digunakan.
Sifat agregat yang dimaksud meliputi kadar lumpur lempung, kadar organik, dan
berat jenis. Umumnya setiap agregat yang digunakan sebagai bahan beton
walaupun diambil tempat yang sama, akan memberikan sifat yang berbeda dan
akan memberikan pengaruh yang berbeda pula pada kekuatan beton itu sendiri (M
Hadi, 2017).
Agregat halus yang digunakan pada campuran beton dapat berupa pasir
akam sebagai disintegrasi alami dari batu-batuan (natural sand) atau pasir buatan
(artificial sand) yang dihasilkan alat-alat pemecah batu. Agregat halus sebagai
salah satu komponen beton, yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat
tertentu. Salah satunya ialah pasir tidak boleh banyak mengandung bahan organik
(M Hadi, 2017).
Bahan organik ini yang terdapat dalam agregat biasanya berasal dari hasil
penghancuran zat-zat tumbuhan. Bahan organic banyak terdapat dalam agregat
halus. Beberapa bahan organic bisa berpengaruh negative pada semen. Zat organic
yang tercampur dapat membuat asam-asam organic dan zat lain bereaksi dengan
semen yang sedang mengeras. Kadar bahan organic akan memperlambat proses
pengikatan semen, dan juga akan memperlambat perkembangan kekuatan beton
(M Hadi, 2017).

135
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.5.6.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam percobaan kadar bahan organik adalah
sebagai berikut.
1. Botol organik.
2. Larutan NaOH 3%.
3. Standar warna.
4. Gelas ukur.

(1) (2)

(3) (4)
Gambar 2.21 Peralatan Percobaan Kadar Bahan Organik Agregat Halus.

2.5.6.4 Prosedur Percobaan


Prosedur dalam percobaan kadar bahan organik agregat halus terbagi
menjadi beberapa langkah adalah sebagai berikut.
1. Mengambil pasir dalam keadaan asli (dari lapangan) dengan cara sampling
menggunakan sample splitter atau quartering method sebanyak 130 ml.

136
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2. Memasukkan pasir ke dalam botol organik lalu menambahkan larutan NaOH


3% sampai batas 200 ml.
3. Menutup botol organik, lalu mengocoknya selama 10 menit hingga tercampur
dengan baik.
4. Membiarkan selama 24 jam agar terjadi reaksi sempurna antara larutan NaOH
dengan bahan-bahan organik.
Ketentuan warna
1. Bandingkan warna larutan dengan standar warna.
2. Standar warna No.1 dan No.2 berarti pasir tersebut dapat digunakan sebagai
bahan campuran beton tanpa dicuci terlebih dahulu.
3. Bila warna larutan sama dengan standar warna No.3 dan No.4, maka
kandungan organiknya tinggi sehingga pasir tersebut perlu dicuci dahulu
sebelum digunakan untuk campuran beton, dan apabila warna larutan sama
dengan No.5, maka penggunaannya perlu dipertimbangkan.
2.5.6.5 Data percobaan
Data percobaan kadar bahan organik agregat halus dapat dilihat pada
Tabel 2.48.

137
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

LABORATORIUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
Jalan Kelapa Dua Wetan, Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur

Tabel 2.48 Hasil Percobaan Kadar Bahan Organik Agregat Halus.

Hasil Pengamatan

Dapat digunakan

138
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.5.6.6 Kesimpulan
Data percobaan yang diperoleh menunjukkan standar warna No. 1.
Dalam ketentuan standar warna No. 1 dan No. 2 menyatakan pasir yang
digunakan sebagai bahan campuran beton memiliki kadar bahan organik yang
masih dapat ditoleransi sehingga tidak perlu dicuci terlebih dahulu

139
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.5.7 Soundness Test Agregat Halus


2.5.7.1 Maksud
Soundness test agregat halus dimaksudkan untuk mengetahui
keausan/pelapukan agregat akibat pengaruh iklim atau cuaca.
2.5.7.2 Landasan Teori
Metode sifat kekekalan bentuk batu terhadap larutan natrium sulfat dan
magnesium sulfat. Metode pengujian soundness secara umum dimaksudkan untuk
mengetahui sifat kekekalan agregat terhadap proses kimiawi sebagai akibat dari
pengaruh perbedaan iklim dan cuaca. Percobaan ini dilakukan dengan
menggunakan larutan natrium sulfat atau magnesium sulfat jenuh (PBI 89.1990).
Cara uji yang digunakan adalah agregat halus yang disiapkan sesuai
dengan persyaratan contoh uji dalam metode soundness. Benda uji direndam lalu
dikeringkan selama periode waktu yag ditentukan di dalam larutan natrium sulfat
atau magnesium sulfat jenuh. Selisih kehilangan berat saat awal sebelum
pengujian dan setelah pengujian dinyatakan sebagai persentase nilai soundness
test agregat (Mira Pemayun, 2015).
Alasan dilakukannya test ini dikarenakan beton mengalami kontak
langsung dengan cuaca luar, pengaruh cuaca ini memberi andil dalam keretakan
pada beton sehingga konstruksi bangunan yang berumur cukup lama banyak
mengalami keretakan. Salah satu pengaruh lingkungan yang menyebabkan beton
retak adalah air hujan. Beton pada bangunan tua menerima air hujan secara
langsung, lama kelamaan air hujan masuk meresap ke dalam pori-pori beton yang
kemudian mencapai tulangan pada beton (Mira Pemayun, 2015).

2.5.7.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam soundness test agregat halus adalah
sebagai berikut.
1. Beaker glass.
2. Timbangan dengan ketelitian minimal 0,100% dari berat benda uji.
3. Natrium sulfat/ magnesium sulfat.

140
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

4. Oven.
5. Desikator.
6. Termometer dengan ketelitian 0,1ºC.
7. Hidrometer.
8. Wadah untuk agregat halus, kawat kasa berbentuk tabung yang bagian
atasnya terbuka yang mempunyai ukuran bukaan saringan No. 60.
9. Saringan, dengan ukuran saringan sebagai berikut.
Tabel 2.49 Ukuran Saringan untuk Agregat Halus.
Ukuran Saringan
No. 4 (4,750 mm)
No. 5 (4,000 mm)
No. 8 (2,400 mm)
No. 16 (1,200 mm)
No. 30 (0,600 mm)
No. 50 (0,300 mm)
No. 100 (0,150 mm)

BENDA UJI
Agregat halus yang akan diuji harus lolos saringan ukuran 9,500 mm (3/8")
dengan berat tidak kurang dari 100,000 gram untuk masing-masing ukuran,
seperti yang ditunjukan pada Tabel 2.50.
Tabel 2.50 Ukuran Saringan yang Digunakan untuk Agregat Halus.
Lolos Saringan Tertahan Saringan
9,500 mm (3/8") 4,750 mm (No. 4)
4,750 mm (No. 4) 2,360 mm (No. 8)
2,360 mm (No. 8) 1,180 mm (No. 16)
1,180 mm (No. 16) 0,600 mm (No. 30)
0,600 mm (No. 30) 0,300 mm (No. 50)

141
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.5.7.4 Prosedur Percobaan


Prosedur percobaan untuk melakukan soundness agregat halus adalah
sebagai berikut.
1. Menyiapkan larutan garam sulfat.
a. Menyiapkan larutan jenuh garam natrium sulfat/ magnesium sulfat
dengan cara melarutkan kristal murni garam natrium sulfat/ magnesium
sulfat dalam air panas lalu menyaringnya.
b. Larutan ini harus betul-betul jenuh sehingga tidak terlihat adanya
kelebihan garam yang tidak larut.
c. Mengaduk baik-baik, kemudian menyimpannya dalam desikator selama
48 jam sebelum dipergunakan.
d. Menghancurkan terlebih dahulu hablur-hablur pada larutan dengan cara
diaduk, kemudian menentukan berat jenisnya.
1) Jika menggunakan natrium sulfat, berat jenis nya antara 1,151 –
1,174.
2) Jika menggunakan magnesium sulfat, berat jenisnya antara 1,295 –
1,308.
2. Mengambil agregat halus di atas saringan No. 50, keringkan dalam oven
sampai beratnya tetap kemudian saring.
3. Mengambil agregat halus sebagai benda uji ± 100 gram untuk masing-masing
fraksi yang telah disaring, kemudian catat berat totalnya. Jangan gunakan
agregat halus yang menempel pada celah saringan.
4. Memasukkan agregat halus ke dalam beaker glass, kemudian tuangkan
larutan garam natrium/ magnesium yang telah disediakan sehingga larutan
tersebut dapat merendam seluruh permukaan agregat halus dengan ketinggian
± 12,500 mm (1/2").
5. Menutup beaker glass dengan rapat untuk mengurangi penguapan dan
masuknya substansi lain. Aturlah temperatur perendaman pada suhu 20,3ºC –
21,9ºC.

142
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

6. Masukkan beaker glass dalam desikator dan diamkan selama minimum 16


jam dan maksimum 18 jam.
7. Mengeluarkan agregat halus dari dalam larutan, biarkan tiris selama 15 ± 5
menit. Mengeringkan dalam oven pada temperatur 110 ± 5ºC sampai beratnya
tetap, kemudian dinginkan agregat halus sebelum direndam kembali dalam
larutan.
8. Ulangi proses perendaman dan pengeringan agregat halus minimum 5 kali.
Apabila pengujian terpaksa dihentikan sementara, simpanlah agregat halus di
dalam oven pada temperatur 110 ± 5ºC sampai pengujian dilanjutkan
kembali.
9. Setelah proses perendaman dan pengeringan selesai, mencuci agregat halus
dengan cara mengalirkan air panas (43 ± 6ºC) ke dalam cawan sampai meluap
keluar untuk memastikan agregat halus telah bersih dari larutan natrium
sulfat/magnesium sulfat. Selama proses pencucian, jagalah agregat halus dari
guncangan atau tumbukan yang dapat membuat pecah atau retaknya benda
uji.
10. Mengeringkan masing-masing fraksi agregat halus dalam oven sampai
diperoleh beratnya tetap.
11. Saringlah agregat halus dengan ukuran saringan yang sama pada saat
persiapan benda uji, lalu timbang dan catat berat agregat halus yang tertahan
pada masing-masing saringan (B).

2.5.7.5 Perhitungan
Perhitungan pada soundness test agregat halus dilakukan menggunakan
rumus sebagai berikut.

Persentase agregat yang lapuk =


Keterangan:
A : berat agregat sebelum pengujian
B : berat agregat sesudah pengujian

143
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.5.8 Bulking Factor Test


2.5.8.1 Maksud
Bulking factor test dilakukan untuk mengetahui persentase peningkatan
volume pasir dengan kadar air asli dibandingkan dalam keadaan jenuh air.

2.5.8.2 Landasan Teori


Bulking factor adalah rasio dari volume pasir dalam keadaan kering
dikurang volume dalan keadaan jenuh. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk
mengetahui material yang tepat untuk menghasilkan mutu beton yang baik sesuai
dengan kebutuhan dan kegunaan. Material yang baik mempunyai kadar air yang
baik juga (Pramudiyanto, 2016)
Bulking agregat tergantung pada dua faktor yaitu persentase kadar air dan
ukuran partikel agregat halus. Bulking meningkat karena kadar air naik sampai
batas tertentu dan menyebabkan kadar air mengalami penurunan volume, ketika
agregat halus benar-benar jenuh makan tidak menunjukkan bulking apapun
(Pramudiyanto, 2016)
Bulking factor test penting dilakukan untuk mendapatkan kualitas beton
yang tepat dengan daya tekan yang tinggi. Kenaikan volume pasir terjadi
dikarenakan adanya kandungan air didalamnya. Kenaikan volume terjadi ketika
pasir mengandung kadar air yang tidak cukup untuk membuat pasir sepenuhnya
jenuh, tetapi cukup banyak untuk membentuk lapisan air disekitar partikel pasir.
Lapisan air yag berada di sekitar pasir ini saling tolak menolak dan menyebabkan
ekspansi (Budi Santoso, 2017)

144
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.5.8.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam bulking factor test adalah sebagai berikut.
1. Gelas ukur 1000 ml.

(1)
Gambar 2.22 Peralatan Bulking Factor Test.

2.5.8.4 Prosedur Percobaan


Prosedur percobaan untuk melakukan bulking factor test adalah sebagai
berikut.
1. Mengambil benda uji dengan kadar air asli.
2. Memasukkan ke dalam gelas ukur sampai skala ± 300,000 ml. Mencatat
volume benda uji (A).
3. Mengisi gelas ukur dengan air sampai setengahnya.
4. Mengaduk sampel hingga keadaan jenuh air.
5. Membaca volume pasir (B).

2.5.8.5 Data Percobaan


Data yang diperoleh dari bulking factor test berupa volume semula dan
volume dalam keadaan jenuh dapat dilihat pada Tabel 2.51
Tabel 2.51 Data Percobaan Bulking Factor Test.
Parameter Nilai
(ml
300,000
Volume semula )
(ml
260,000
Volume dalam jenuh air )
145
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.5.8.6 Perhitungan
Perhitungan bulking factor test dilakukan dengan menggunakan rumus
sebagai berikut.

Bulking factor test =

=
= 15,385%
Keterangan:
A : volume pasir dengan kadar air asli (ml)
B : volume pasir dalam keadaan jenuh air (ml)

146
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

LABORATORIUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
Jalan Kelapa Dua Wetan, Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur

Tabel 2.52 Hasil Perhitungan Bulking Factor Test


Parameter Nilai

Volume semula (ml) 300,000

Volume dalam jenuh air (ml) 260,000

Bulking factor (%) 15,385

147
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.5.8.7 Kesimpulan
Data percobaan dan hasil perhitungan menunjukkan data volume semula
sebesar 300,000 ml dan volume dalam keadaan jenuh air sebesar 260,000 ml.
Bulking factor pada contoh pasir adalah 15,385%. Menurut BS 812 : Part 2 : 1995
syarat nilai persentase bulking factor adalah < 20,000% , sehingga pada nilai
persentase bulking factor test telah memenuhi persyaratan.

148
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.5.9 Sand Equivalent Test


2.5.8.1 Maksud
Sand equivalent test dilakukan untuk mengetahui kebersihan agregat
halus atau pasir untuk digunakan sebagai bahan campuran pada beton.

2.5.8.2 Landasan teori


Sand equivalent test adalah uji lapangan cepat untuk menunjukkan
proporsi relatif dari debu halus atau material seperti tanah liat dalam agregat halus
(atau tanah granular). Istilah “sand equivalent” mengungkapkan konsep bahwa
sebagian besar agregat halus adalah campuran dari partikel kasar yang diinginkan
(misalnya pasir) dan umumnya tanah liat atau benda dan debu yang tidak
diinginkan. Bahan-bahan ini dapat melapisi partikel agregat dan mencegah dari
pengikatan-pengikatan beton yang tepat (Fiqri Darmawan, 2017).
Agregat yang digunakan untuk beton harus bersih, bebas dari zat-zat
asing seperti tumbuhan, butiran lunak, gumpalan tanah liat (lempung) yang
melekat pada agregat. Agregat yang kotor akan memberikan pengaruh yang jelek
pada kekuatan beton. Kebersihan agregat dapat dilihat secara visual namun
dengan suatu analisa saringan disertai pencucian agregat akan memberikan hasil
yang lebih akurat (Fiqri Darmawan, 2017).
Pengujian setara pasir (sand equivalent test) dilakukan untuk menentukan
perbandingan relative dari bagian yang dapat merugikan terhadap bagian bahan
agregat yang lolos saringan No. 4. Pengujian sand equivalent adalah metode
pengujian agregat halus menggunakan suatu alat uji dan larutan kerja tertentu.
Nilainya adalah perbandingan antara skala pembacaan pasir terhadap skala
pembacaan lumpur pada alat uji (Fiqri Darmawan, 2017).

2.5.8.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam sand equivalent test adalah sebagai
berikut.
1. Tabung Sand Equivalent (SE)

149
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2. Beban equivalent
3. Larutan standar (stock solution)
4. Gelas Erlenmeyer
5. Statif
6. Cawan
7. Tin box
8. Saringan No. 4
9. Sumbat karet
10. Stopwatch

2.5.8.4 Prosedur percobaan


Prosedur percobaan yang dilakukan pada sand equivalent test adalah
sebagai berikut.
1. Mengambil pasir dari lapangan yang lolos saringan No. 4 dengan cara
sampling menggunakan sample splitter atau quartering method secukupnya
lalu memasukkannya ke dalam tin box sampai penuh.
2. Memasukkan larutan standar ke dalam tabung SE sampai skala 5.
3. Memasukkan pasir yang telah ditakar ke dalam tabung SE dan
membiarkannya 10 menit.
4. Mengocok tabung tersebut dengan arah mendatar sebanyak 90 kali, di mana
dilakukan satu arah.
5. Memasukkan selang ke dalam tabung SE dan membuka keran hingga larutan
standar equivalent masuk ke dalam tabung SE sampai tertinggi skala 15.
6. Mendiamkan 20 menit, kemudian membaca skala di atas permukaan lumpur
(skala lumpur).
7. Memasukkan skala beban equivalent secara perlahan-lahan sampai beban
tersebut berhenti
8. Membaca skala setelah pembebanan yang ditunjukkan oleh beban.

150
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.5.8.5 Perhitungan
Perhitungan sand equivalent dapat dilakukan dengan menggunakan
rumus sebagai berikut.

Nilai SE =

151
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma

Anda mungkin juga menyukai