Anda di halaman 1dari 28

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

BAB 2
PEMERIKSAAN BAHAN CAMPURAN BETON

2.1 PENDAHULUAN
Beton merupakan salah satu bahan konstruksi yang telah umum
digunakan untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lain-lain. Murdock dan
Brook (1986) menyatakan bahwa beton adalah suatu bahan bangunan dan bahan
konstruksi yang sifat-sifatnya dapat ditentukan lebih dahulu dengan mengadakan
perencanaan dan pengawasan yang teliti terhadap bahan-bahan yang dipilih.
Bahan-bahan pilihan itu adalah ikatan keras yang ditimbulkan oleh reaksi kimia
antara semen, air dan agregat (pasir, kerikil, batu pecah, atau jenis agregat lain)
serta campuran bahan tambahan (additive) yang bersifat kimiawi ataupun fisikal
pada perbandingan tertentu jika dianggap perlu.
Agregat merupakan salah satu komponen dalam campuran beton berupa
butiran mineral keras dengan ukuran butiran antara 0,063 mm – 150,000 mm.
Agregat yang digunakan dalam campuran beton agregat adalah agregat halus
(pasir) dan agregat kasar (kerikil). Dalam campuran beton, agregat merupakan
bahan penguat (strengter) dan pengisi (filler) dan menempati 60% – 75% dari
volume total beton.
Semen portland ialah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara
menghaluskan klinker, yang terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang
bersifat hidrolis dan gips sebagai bahan pembantu (SK-SNI-S-04-1989-F). Fungsi
semen ialah untuk bereaksi dengan air menjadi pasta semen. Pasta semen
berfungsi untuk merekatkan butir-butir agregat agar terjadi suatu massa yang
padat. Pasta semen juga berfungsi untuk mengisi rongga-rongga di antara butir-
butir agregat.
Air merupakan bahan dasar pembuatan beton yang penting dan harganya
paling murah. Dalam pembuatan beton air diperlukan untuk bereaksi dengan
semen portland dan untuk menjadi bahan pelumas antara butir-butir agregat, agar
7
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

dapat mudah dikerjakan (diaduk, dituang dan dipadatkan). Syarat air yang bisa
digunakan sebagai bahan campuran beton adalah memiliki nilai pH air antara
4,500 – 8,500.
Bahan tambahan ialah suatu bahan berupa bubuk atau cairan, yang
ditambahkan ke dalam campuran adukan beton selama pengadukan, dengan
tujuan untuk mengubah sifat adukan atau beton (Spesifikasi Bahan Tambahan
untuk Beton, Standar, SK SNI S-18-1990-03). Pemberian bahan tambahan pada
adukan beton dengan maksud untuk memperlambat waktu pengikatan,
mempercepat pengerasan, menambah encer adukan, menambah daktilitas,
mengurangi retak-retak pengerasan, mengurangi panas hidrasi, menambah
kekedapan, menambah keawetan, dan sebagainya. Bahan kimia pembantu
(chemical admixture) dan bahan-bahan lain merupakan bahan tambahan
(additives) kepada beton.

8
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.2 PEMERIKSAAN SEMEN


2.2.1 Percobaan Kehalusan Semen
2.2.1.1 Maksud
Percobaan kehalusan semen dilakukan untuk menentukan kehalusan
semen. Kehalusan semen merupakan salah satu faktor penting yang dapat
memengaruhi kecepatan reaksi antara semen dengan air.

2.2.1.2 Landasan Teori


Kehalusan semen merupakan salah satu faktor penting yang dapat
mempengaruhi kecepatan reaksi antara semen dengan air. Kehalusan semen juga
memengaruhi waktu pengikatan (setting time) di mana waktu pengikatan akan
semakin lama jika butiran semen lebih kasar. Kehalusan butiran semen yang
tinggi dapat mengurangi terjadinya bleeding atau naiknya air ke permukaan, tetapi
menambah kecenderungan beton menjadi susut, sehingga mempermudah
terjadinya retakan (Jevits, 2016).
Semen adalah suatu bahan pengikat yang bereaksi ketika bercampur
dengan air. Semen dihasilkan dari pembakaran kapur dan bahan campuran lainnya
seperti pasir silika dan tanah liat pada suhu tinggi. Hasil dari pembakaran bahan
utama semen dipecahkan menjadi butiran-butiran yang halus.
Semen yang digunakan untuk bahan beton adalah semen portland atau
semen portland pozzolan. Penggunaan jenis semen biasanya disesuaikan dengan
kondisi di lapangan. Nilai kehalusan (blaine) dihitung dari permeability udara
terhadap sampel semen yang dipadatkan pada kondisi tertentu (Rdianto, 2013).

2.2.1.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam percobaan kehalusan semen adalah
sebagai berikut.
1. Saringan No. 100
2. Saringan No. 200
3. Timbangan

9
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

4. Kuas
5. Sieve shaker
6. Pan dan cover

2.2.1.4 Prosedur Percobaan


Prosedur percobaan yang dilakukan dalam percobaan kehalusan semen
adalah sebagai berikut.
1. Menimbang saringan No. 100 (W1).
2. Menimbang saringan No. 200 (W2).
3. Mengambil semen seberat 500 gram (W3).
4. Menyusun saringan dengan sususan paling atas adalah saringan No. 100,
kemudian saringan No. 200 dan yang paling bawah adalah pan.
5. Memasukkan semen yang telah ditimbang ke dalam saringan No. 100
kemudian menutup dengan cover.
6. Mengguncangkan susunan saringan dengan sieve shaker selama 10 menit.
7. Mendiamkan susunan saringan selama 5 menit, agar debu-debunya
mengendap.
8. Menimbang saringan No. 100 berikut semen yang tertahan di atasnya (W4).
9. Menimbang saringan No. 200 berikut semen yang tertahan di atasnya (W5).

2.2.1.5 Data Percobaan


Data yang didapatkan dari percobaan kehalusan semen dapat dilihat pada
Tabel 2.1 sebagai berikut.

Tabel 2.1 Data Percobaan Kehalusan Semen


Parameter Hasil
Berat saringan No. 100 (gram 377,300
)
Berat saringan No. 200 (gram 244,000
)
Berat contoh uji semen (gram 500,000
)
Berat saringan No. 100 + semen tertahan (gram 387,300
10
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

)
Berat saringan No. 200 + semen tertahan (gram 694,200
)

2.2.1.6 Perhitungan
Hasil perhitungan dari percobaan kehalusan semen yang telah dilakukan
menggunakan rumus:
W 4 −W 1
× 100%
F1 = W3
(387 , 300−377 , 300)
×100 %
= 500
= 2,000%
W 5−W2
× 100%
F2 = W3
(694, 200  244, 000)
100%
= 500
= 90,040%

Di mana :
W1 : berat saringan No. 100 (gram)
W2 : berat saringan No. 200 (gram)
W3 : berat semen (gram)
W4 : berat saringan No. 100 + semen yang tertahan (gram)
W5 : berat saringan No. 200 + semen yang tertahan (gram)

Syarat kehalusan semen yang diizinkan untuk bahan campuran beton


adalah persentase semen tertahan di saringan No. 100 (F1) adalah ≤ 0,000% dan
presentase semen yang tertahan pada saringan No. 200 (F2)≤ 22,000%,

11
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

LABORATORIUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIKSIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
Jalan Kelapa Dua Wetan, Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur

Tabel 2.2 Hasil Perhitungan Percobaan Kehalusan Semen


Parameter Hasil
Berat saringan No. 100 (gram) 377,300
Berat saringan No. 200 (gram) 244,000
Berat contoh uji semen (gram) 500,000
Berat saringan No. 100 + semen tertahan (gram) 387,300
Berat saringan No. 200 + semen tertahan (gram) 694,200
Persentase semen tertahan saringan No. 100 (%) 2,000
Persentase semen tertahan saringan No. 200 (%) 90,040

12
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.2.1.7 Kesimpulan
Data percobaan dan perhitungan yang telah dilakukan, dapat dilihat
bahwa persentase kehalusan semen yang tertahan di atas saringan No. 100 adalah
2,000% dan semen yang tertahan di atas saringan No. 200 adalah 90,040%.
Berdasarkan SNI 03-2530-1991 dengan syarat kehalusan semen untuk yang
tertahan di saringan No. 100 (F1) adalah≤ 0,000% dan presentase kehalusan semen
yang tertahan pada saringan No. 200 (F 2)≤ 22,000%, maka persentase lolos
saringan No. 100 dan No. 200 tidak memenuhi syarat.

13
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.3 PEMERIKSAAN AIR


2.3.1 Percobaan Pemeriksaan pH Air
2.3.1.1 Maksud
Percobaan pemeriksaan pH air dilakukan untuk menentukan nilai pH air
secara kasar.

2.3.1.2 Landasan Teori


pH merupakan nilai yang menunjukkan sifat asam atau basanya suatu
larutan yang diukur pada skala 0,000 – 14,000. Nilai pH air normal adalah 7,000,
apabila nilai pH air di bawah tujuh maka air bersifat asam, sedangkan jika pH air
di atas 7,000 maka air bersifat basa. Tinggi atau rendahnya nilai pH air tergantung
pada beberapa faktor yaitu, konsentrasi gas-gas dalam air seperti CO 2, konsentrasi
garam-garam karbonat dan bikarbonat, dan proses dekomposisi bahan organik di
dasar perairan.
Percobaan pH air selain menggunakan kertas lakmus atau indikator asam
basa dapat diukur juga dengan pH meter yang bekerja berdasarkan prinsip
elektrolit/ konduktivitas suatu larutan. Sistem pengukuran pH mempunyai tiga
bagian yaitu elekroda pengukuran pH, elektrodarefrensi dan alat pengukur
impedansi tinggi. Istilah pH berasal dari “p”, lambang matematika dari negatif
logaritma, dan “H” lambang kimia untuk unsur Hidrogen. Definisi yang formal
tentang pH adalah negatif logaritma dari aktivitas ion Hidrogen. pH adalah
singkatan dari power of Hydrogen (Ardiansyah, 2015).
Penentuan pH air dalam pembuatan campuran beton merupakan hal yang
sangat penting. Karena air sangat memengaruhi proses pencampuran beton
sehingga adonan untuk pembuatan beton menjadi homogen dan mendapatkan
hasil yang baik. Berdasarkan SNI 03-6817-2002, syarat nilai pH air yang
diizinkan untuk membuat campuran beton yaitu 4,500 – 8,500. Jika pH air yang
digunakan dalam campuran beton di bawah 4,500 maka akan menyebabkan hasil
beton yang korosif sedangkan jika pH air yang digunakan di atas 8,500 maka akan
membuat daya rekat antar bahan berkurang.

14
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.3.1.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan pada percobaan pemeriksaan pH air adalah
sebagai berikut.
1. Cawan
2. Indikator pH
3. Gelas ukur

2.3.1.4 Prosedur Percobaan


Prosedur yang digunakan pada percobaan pemeriksaan pH air adalah
sebagai berikut.
1. Mengambil sampel air ± 200,000 ml ke dalam gelas ukur.
2. Memasukkan sampel air kedalam cawan ±200,000 ml.
3. Mencelupkan indikator pH ke dalam air lalu memeriksa perubahan warna
yang terjadi.
4. Membandingkan warna tersebut dengan warna-warna standar, memilih yang
paling mendekati sehingga pH-nya dapat ditentukan.
5. pH air yang diizinkan adalah 4,500 – 8,500.

2.3.1.5 Data Percobaan


Data yang didapatkan dari percobaan pemeriksaan pH air dapat dilihat
pada Gambar 2.1 dan didapatkan nilai pH air sebesar 6,500.

Gambar 2.1 Percobaan Pemeriksaan pH Air


15
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

LABORATORIUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIKSIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
Jalan Kelapa Dua Wetan, Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur

Tabel 2.3 Hasil Percobaan Pemeriksaan pH Air


Parameter Hasil
Keadaan air (jernih/ keruh/ kotor) Jernih
Rasa air Tawar
Bau air Tidak berbau
pH air 6,500

16
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.3.1.6 Kesimpulan
Data percobaan yang telah dilakukan nilai pH air yang diperoleh adalah
6,500 dengan keadaan air jernih, tawar dan tidak berbau. Menurut SNI 03-6817-
2002, syarat pH air yang baik digunakaan untuk pembuatan campuran beton
adalah 4,500 – 8,500, jadi air tersebut memenuhi syarat dan dapat digunakan
untuk campuran pembuatan beton.

17
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.3.2 Percobaan Kadar Bahan Padat dalam Air


2.3.2.1 Maksud
Percobaan kadar bahan padat dalam air dilakukan untuk menentukan
kadar bahan padat atau garam mineral dalam air.

2.3.2.2 Landasan Teori


TDS (Total Dissolve Solid) yaitu ukuran zat terlarut (baik itu zat organik
maupun anorganik) yang terdapat pada sebuah larutan. Umumnya berdasarkan
definisi di atas seharusnya zat yang terlarut dalam air (larutan) harus dapat
melewati saringan yang berdiameter 2,000 mikrometer. Aplikasi yang umum
digunakan adalah untuk mengukur kualitas cairan biasanya untuk pengairan,
pemeliharaan aquarium, kolam renang, proses kimia, dan pembuatan air mineral.
Setidaknya, dapat mengetahui air minum mana yang baik dikonsumsi tubuh,
ataupun air murni untuk keperluan kimia misalnya pembuatan kosmetik, obat-
obatan, dan makanan (Misnani, 2010).
Total padatan terlarut merupakan bahan-bahan terlarut dalam air yang
tidak tersaring dengan kertas saring millipore dengan ukuran pori 0,45 μm.
Padatan ini terdiri dari senyawa-senyawa anorganik dan organik yang terlarut
dalam air, mineral dan garam-garamnya. Penyebab utama terjadinya TDS adalah
bahan anorganik berupa ion-ion yang umum dijumpai di perairan. Sebagai contoh
air buangan sering mengandung molekul sabun, deterjen dan surfaktan yang larut
air, misalnya pada air buangan rumah tangga dan industri pencucian.
Banyak zat terlarut yang tidak diinginkan dalam air. Mineral, gas, zat
organik yang terlarut mungkin menghasilkan warna, rasa dan bau yang secara
estetis tidak menyenangkan. Beberapa zat kimia mungkin bersifat racun, dan
beberapa zat organik terlarut bersifat karsinogen. Cukup sering, dua atau lebih zat
terlarut khususnya zat terlarut dan anggota golongan halogen akan bergabung
membentuk senyawa yang bersifat lebih dapat diterima daripada bentuk
tunggalnya (Misnani, 2010).

18
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.3.2.3 Peralatan
Peralatan yang digunakaan pada saat percobaan kadar bahan padat dalam
air adalah sebagai berikut.
1. Gelas ukur 500 ml
2. Cawan penguap
3. Oven
4. Timbangan
5. Desikator
6. Hot plate

2.3.2.4 Prosedur Percobaan


Prosedur yang digunakan pada percobaan kadar bahan padat dalam air
adalah sebagai berikut.
1. Menimbang cawan yang akan digunakan (W1).
2. Memasukkan sampel air sebanyak 500 ml ke dalam cawan penguap, lalu
menguapkan dalam hot plate sampai airnya hampir habis.
3. Memasukkan ke dalam oven 110 oC sampai beratnya tetap (±1 jam).
4. Mendinginkan cawan dalam desikator.
5. Menimbang berat cawan dan berat kering residu yang tertinggal (W2).

2.3.2.5 Data Percobaan


Data yang didapatkan dari percobaan kadar bahan padat dalam air dapat
dilihat pada Tabel 2.4 sebagai berikut.

Tabel 2.4 Data Percobaan Kadar Bahan Padat dalam Air


Parameter Hasil
(gram
Berat cawan 16,420
)
(gram
Berat cawan + berat residu 16,580
)
Volume sampel air (ml) 500,000

19
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

20
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.3.2.6 Perhitungan
Hasil perhitungan dari percobaan kadar bahan padat dalam air yang telah
dilakukan menggunakan rumus:

Berat residu kering (W) = W2  W1

= (16,580  16, 420)


= 0,160 gram
= 160,000 mg
1000

Kadar bahan padat dalam air = S
1000
160, 000 
= 500
= 320,000 ppm (mg/liter)
Di mana :
W1 : berat cawan (gram)
W2 : berat cawan dan residu yang tertinggal (gram)
W : berat residu kering = W2 – W1 (gram)
S : volume sampel air (ml)

Persyaratan kadar bahan padat dalam air yang di izinkan untuk campuran
beton adalah maksimum 2000,000 ppm.

21
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

LABORATORIUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIKSIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
Jalan Kelapa Dua Wetan, Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur

Tabel 2.5 Hasil Perhitungan Percobaan Kadar Bahan Padat dalam Air
Parameter Hasil
(gram
Berat cawan 16,420
)
(gram
Berat cawan + berat residu 16,580
)
Volume sampel air (ml) 500,000
Konsentrasi bahan padat (ppm) 320,000

22
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.3.2.7 Kesimpulan
Data hasil percobaan dan hasil perhitungan yang telah dilakukan, kadar
bahan padat dalam air sebanyak 320,000 ppm. Menurut SNI 03-6817-2002
persyaratan kadar bahan padat dalam air yang diizinkan untuk pembuatan
campuran beton maksimum 2000,000 ppm. Kadar bahan padat dalam air pada
percobaan yang telah dilakukan memenuhi syarat dan dapat digunakan untuk
campuran beton.

23
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.3.3 Percobaan Bahan Tersuspensi dalam Air


2.3.3.1 Maksud
Percobaan bahan tersuspensi dalam air dilakukan untuk menentukan
konsentrasi bahan yang tersuspensi dalam air.

2.3.3.2 Landasan Teori


Uji TSS (Total suspended Solid) merupakan suatu cara untuk menguji
kadar total padatan. Larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau
lebih zat. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut
atau solute, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak dari pada zat-zat lain
dalam larutan disebut pelarut atau solven.
Zat Padat Tersuspensi dapat bersifat organis dan inorganis. Zat Padat
Tersuspensi dapat diklasifikasikan sekali lagi menjadi antara lain zat padat
terapung yang selalu bersifat organis dan zat padat terendap yang dapat bersifat
organis dan inorganis. Jumlah padatan tersuspensi dapat dihitung menggunakan
Gravimetri. (Misnani, 2010).
Pemeriksaan kandungan bahan tersuspensi pada air merupakan langkah
penting yang harus dilakukan untuk mengetahuin bahan-bahan yang tidak terlihat
secara langsung dalam air yang dapat mempengaruhi kekuatan beton. Pengunaan
volume air yang berlebihan dapat beresiko menurunkan kuat tekan beton,
bleeding, susut, atau terjadinya pemisahan agregat antara akgregat kasar dan
agregat halus, namun untuk memperoleh hasil yang lebih maksimal, proses
pengecoran, pemadatan dan perawatan beton juga harus diperhatikan. Syarat air
yang layak digunakan untuk pembuatan beton dapat di lihat pada SNI 03-2847-
2002 (Manurung, 2013).

24
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.3.3.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan pada percobaan kadar bahan tersuspensi dalam
air adalah sebagai berikut.
1. Gelas ukur 1.000 ml
2. Oven
3. Beaker glass 1.000 ml
4. Botol semprot
5. Timbangan
6. Desikator
7. Kertas saring

2.3.3.4 Prosedur Percobaan


Prosedur yang digunakan pada percobaan kadar bahan tersuspensi dalam
air adalah sebagai berikut.
1. Mengeringkan kertas saring dalam oven pada suhu 103 oC sampai 105 oC
selama ±1 jam.
2. Mendinginkan kertas saring dalam desikator.
3. Menimbang kertas saring yang telah di oven (W1).
4. Memasukkan sampel air yang akan disaring ke dalam botol semprot sebanyak
1000 ml.
5. Mengaduk sampel air sampai homogen kemudian masukkan ke dalam beaker
glass yang telah dipasang kertas saring.
6. Mengeringkan residu bersama kertas saring dalam oven pada suhu 103 oC
sampai 105 oC selama 24 jam.
7. Mendinginkan kertas saring dan residu ke dalam desikator.
8. Setelah dingin timbang residu dan kertas saring tersebut (W2).

2.3.3.5 Data Percobaan


Data yang didapatkan dari percobaan bahan tersuspensi dalam air dapat
dilihat pada Tabel 2.6 sebagai berikut.

25
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

Tabel 2.6 Data Percobaan Bahan Tersuspensi dalam Air


Parameter Hasil
(gram
Berat kertas saring 2,310
)
Berat kertas saring + berat residu (gram
2,350
tertahan )
Volume sampel air (ml) 1000,000

2.3.3.6 Perhitungan
Hasil perhitungan dari percobaan kadar residu dalam air yang telah
dilakukan dihitung dengan rumus:

Berat residu kering (W) = W2  W1

= (2, 350  2,310)


= 0,040 gram
= 40,000 mg
1000

Konsentrasi bahan tersuspensi = S
1000
40, 000 
= 1000
= 40,000 ppm (mg/liter)
Di mana :
W1 : berat kertas saring yang telah di oven (gram)
W2 : berat kertas saring beserta residu yang tertinggal (gram)
W : berat residu = W2 – W1 (gram)
S : volume sampel air (ml)

Bahan tersuspensi dalam air yang diizinkan untuk bahan campuran beton
adalah maksimum 2000,000 ppm.

26
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

LABORATORIUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIKSIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
Jalan Kelapa Dua Wetan, Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur

Tabel 2.7 Hasil Perhitungan Percobaan Kadar Bahan Tersuspensi dalam Air
Parameter Hasil
(gram
Berat kertas saring 2,310
)
Berat kertas saring + berat residu (gram
2,350
tertahan )
Volume sampel air (ml) 1000,000
Konsentrasi bahan tersuspensi (ppm) 40,000

27
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.3.3.7 Kesimpulan
Data percobaan dan hasil perhitungan yang telah dilakukan, didapatkan
bahan tersuspensi dalam air sebanyak 40,000 ppm. Menutut SNI 06-6989.3-2004
persyaratan bahan tersuspensi yang diizinkan dalam pembuatan campuran beton
maksimum 2000,000 ppm. Maka kadar bahan tersuspensi dalam air pada
percobaan yang telah dilakukan memenuhi syarat dan dapat digunakan untuk
campuran beton.

28
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.3.4 Percobaan Kadar Organik dalam Air


2.3.4.1 Maksud
Percobaan kadar organik dalam air dilakukan untuk menentukan kadar
bahan organik dalam air.

2.3.4.2 Landasan Teori


Bahan kadar organik secara keseluruhan dapat menurunkan kekuatan
beton, bahkan jika kadar organik tersebut berlebih justru akan merusak beton itu
sendiri. Kadar organik yang ada pada umumnya adalah minyak, lemak, glukosa
dan beberapa senyawa garam. Zat organik tersebut jika tercampur pada campuran
dapat membuat asam-asam organis dan zat lain bereaksi dengan semen yang
sedang mengeras. Hal ini dapat mengakibatkan berkurangnya kekuatan beton dan
juga menghambat hidrasi semen sehingga proses pengerasan berlangsung lambat.
Secara spesifik kadar organik yang ada pada agregat tersebut akan bereaksi
dengan kalsium hidroksida yang ada pada semen dan membetuk senyawa baru
yang bersifat merusak beton itu sendiri.
Nilai kalium permanganat (KMnO4) didefinisikan sebagai jumlah mg
KMnO4 yang diperlukan untuk mengoksidasi zat organik yang terdapat di dalam
satu liter contoh air dengan didihkan selama 10 menit. Proses oksidasi untuk
penetapan nilai kalium permanganat dapat dilakukan dalam kondisi asam atau
kondisi basa, akan tetapi oksidasi dalam kondisi asam adalah lebih kuat, dengan
demikian ion-ion klorida yang terdapat pada contoh air akan ikut teroksidasi. Oleh
karena itu oksidasi kalium permanganat dalam kondisi basa dianjurkan untuk
pemeriksaan contoh air yang mengandung kadar klorida lebih dari 300 mg/l.
Permanganometri adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi redoks.
Teknik titrasi ini biasa digunakan untuk menentukan kadar oksalat atau besi dalam
suatu sample. Pada permanganometri, titran yang digunakan adalah kalium
permanganat (Nurlina, 2018).

29
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.3.4.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan pada percobaan kadar organik dalam air adalah
sebagai berikut.
1. Gelas ukur 500 ml
2. Cawan
3. Oven
4. Timbangan
5. Desikator
6. Hot plate
7. Korek gas

2.3.4.4 Prosedur Percobaan


Prosedur yang digunakan pada percobaan kadar organik dalam air adalah
sebagai berikut.
1. Mengambil contoh air sebanyak 500 ml.
2. Jika kapasitas cawan tidak dapat menampung sebanyak 500 ml, maka dapat
melakukan menguapkan air secara berulang hingga mencapai 500 ml.
3. Menguapkan air di atas hot plate sampai mendekati kering, kemudian
mengering kan cawan di oven dengan suhu 110 oC sampai beratnya tetap (± 1
jam).
4. Mendinginkan cawan menggunakan desikator.
5. Menimbang residu bersamaan dengan cawan (W2).
6. Memijarkan residu dalam cawan (selama 1 jam).
7. Mendinginkan cawan dalam desikator lalu menimbang (W1).

30
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.3.4.5 Data Percobaan


Data yang didapatkan dari percobaan kadar bahan organik dalam air
dapat dilihat pada Tabel 2.8 sebagai berikut.

Tabel 2.8 Data Percobaan Kadar Bahan Organik dalam Air


Parameter Hasil
(gram
Berat residu dengan cawan setelah dipijarkan 16,570
)
(gram
Berat residu dengan cawan setelah dioven 16,580
)
Volume sampel air (ml) 500,000

2.3.4.6 Perhitungan
Hasil perhitungan dari percobaan kadar organik dalam air yang telah
dilakukan dihitung dengan rumus:

Berat residu kering (W) = W2  W1

= (16,580  16,570)
= 0,020 gram
= 20,000 mg

1000

Konsentrasi Bahan Organik = S
1000
20, 000 
= 500
= 20,000 ppm (mg/liter)
Di mana:
W1 : berat residu beserta cawan (gram)
W2 : berat residu beserta cawan yang telah di dingikan (gram)
W : berat residu = W2 – W1 (gram)
S : volume sampel air (ml)

31
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

Kadar bahan organik yang diizinkan untuk bahan campuran beton adalah
maksimum 2000,000 ppm.

32
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

LABORATORIUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIKSIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
Jalan Kelapa Dua Wetan, Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur

Tabel 2.9 Hasil Perhitungan Percobaan Kadar Bahan Organik dalam Air
Parameter Hasil
(gram
Berat residu dengan cawan setelah dipijarkan 16,570
)
(gram
Berat residu dengan cawan setelah dioven 16,580
)
Volume sampel air (ml) 500,000
Konsentrasi bahan organik (ppm) 20,000

33
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.3.4.7 Kesimpulan
Data percobaan dan hasil perhitungan yang telah di lakukan di dapatkan
kadar bahan organik dalam air sebanyak 20,000 ppm. Menurut SNI 03-6817-
2002. Persyaratan kadar bahan organik yang diizinkan untuk bahan campuran
beton adalah maksimum 2000,000 ppm. Jadi kadar bahan organik dalam air pada
percobaan yang telah dilakukan memenuhi syarat dan dapat digunakan untuk
campuran beton.

34
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma

Anda mungkin juga menyukai