2.5.5 Kesimpulan
Warna plat organik no. 1 sangat dianjurkan untuk bahan agregat halus karena
agregat halus tersebut mengandung bahan organik yang sangat kecil bahkan tidak
mengandung sama sekali bahan organik. Warna no.2 dan no.3 plat organik masih
mengandung bahan organik namun kadar bahan organik yang dimiliki masih dalam
batas wajar dan dapat digunakan pada campuran beton. Warna no.4 dan no.5
mengandung bahan organik yang tinggi, sehingga tidak dianjurkan penggunaannya
pada campuran beton. Pada percobaan ini, warna plat organik menunjukkan warna
yang mendekati no. 5 sehingga agregat ini memiliki zat organik yang tinggi dan
tidak dianjurkan untuk penggunaannya.
2.5.6 Pembahasan
Percobaan pemeriksaan zat organik pada benda uji agregat halus dilakukan
identifikasi warna untuk menentukan kelayakan benda uji sebagai bahan campuran
beton. Praktikum ini bertujuan menentukan kandungan organik pada agregat halus
dengan membandingkan kekeruhan yang merupakan hasil pengendapan air dan
pasir serta tambahan larutan NaOH 3% pada organic plate. Pada praktikum ini
sampel yang digunakan ialah agregat halus yang berupa pasir.
Percobaan kadar bahan organik agregat halus memiliki syarat ketentuan warna
sebagai berikut. a.Standar warna No. 1 dan No. 2, maka pasir dapat digunakan sebagai
bahan campuran beton tanpa dicuci terlebih dahulu. b.Standar warna No. 3 dan No.
4, maka larutan tersebut memiliki kandungan organik yang tinggi sehingga pasir
tersebut perlu dicuci dahulu sebelum digunakan untuk campuran beton, dan apabila
warna larutan menunjukkan kesamaan warna dengan standar warna No. 5, maka
penggunaannya perlu dipertimbangkan.
V2 8
Kadar lumpur 1 = 𝑉2+𝑉1 × 100% = 8+170 × 100% = 4,49%
V2 10
Kadar lumpur 2 = 𝑉2+𝑉1 × 100% = 10+180 × 100% = 5,26%
𝐾𝐿1+𝐾𝐿2 4,49%+5,26%
Kadar lumpur rata-rata = = 4,87%
2 2
2.6.5. Pembahasan
Hasil pemeriksaan kadar lumpur dalam agregat halus dapat dipengaruhi
oleh cara pengerjaan diantaranya yaitu, gelas ukur harus dikocok dengan baik agar
lumpur terpisah dengan pasir, serta gelas ukur harus diletakkan pada tempat yang
datar agar tidak terjadi kekeliruan dalam mengukur volume pasir dan volume
lumpur. Agregat yang baik untuk digunakan dalam campuran beton tidak
boleh mengandung terlalu banyak lumpur. Menurut SNI S–04–1989–F,
kandungan lumpur maksimal untuk agregat halus ialah sebesar 5%, sedangkan
agregat kasar maksimal 1%. Kandungan lumpur dalam agregat akan berpengaruh
terhadap kuat tekan dan kuat tarik belah beton normal
Standar kadar lumpur pada agregat halus yang baik digunakan untuk
campuran beton harus dibawah 5% yang telah ditentukan untuk penggunaan
agregat halus pada pembuatan beton. Agregat halus dengan kadar lumpur lebih dari
5% tidak dapat digunakan sebagai campuran beton karena akan mengurangi ikatan
agregat halus dengan pasta (campuran air dan semen). Apabila kandungan lumpur
melebihi 5% sebelum agregat digunakan maka agregat halus harus dicuci sampai
bersih untuk menghilangkan kadar lumpurnya. Karena lumpur memiliki sifat yang
mengembang atau menjadi lengket ketika terkena air dan menyusut saat kering. Hal
ini sangat berpengaruh pada kuat tekan beton nantinya.
BAB III
AGREGAT KASAR
Adapun prosedur percobaan pemeriksaan kadar air pada agregat kasar yang
dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Timbangan berat pan (W1).
2. Masukkan benda uji agregat kasar berupa kerikil ke dalam pan, lalu
timbang (W2).
3. Keringkan benda uji menggunakan oven dengan suhu (100±5)C selama
24 jam.
4. Setelah 24 jam, keluarkan pan yang berisi benda uji dari oven, laalu
timbang pan beserta benda uji (W3).
5. Hitung berat benda uji sebelum di oven (W4 = W2 – W1).
6. Hitung berat benda uji setelah di oven (W5 = W3 – W1).
7. Hitung kadar air yang terkandung di agregat.
Tabel 3.1.1 Data dan Pehitungan Kadar Air pada Agregat Kasar 1
OBSERVASI 1
A Berat pan (W1) 0,448 kg
B Berat pan + Berat Uji (sebelum dioven) (W2) 2,948 kg
C Berat pan + Berat Uji (sesudah dioven) (W3) 2,832 kg
D Benda uji (sebelum dioven) (W4=W2-W1) 2,5 kg
E Benda uji (setelah dioven) (W5=W3-W1) 2,384 kg
𝑊4−𝑊5 2,5 𝑘𝑔−2,384 𝑘𝑔
Kadar Air (KA1) = × 100% = × 100%= 4,87%
𝑊5 2,384 𝑘𝑔
Tabel 3.1.2 Data dan Pehitungan Kadar Air pada Agregat Kasar 2
OBSERVASI 2
A Berat pan (W1) 0,604 kg
B Berat pan + Berat Uji (sebelum dioven) (W2) 3,104 kg
C Berat pan + Berat Uji (sesudah dioven) (W3) 2,976 kg
D Benda uji (sebelum dioven) (W4=W2-W1) 2,5 kg
E Benda uji (setelah dioven) (W5=W3-W1) 2,372 kg
𝑊4−𝑊5 2,5 𝑘𝑔−2,372 𝑘𝑔
Kadar Air (KA2) = × 100% = × 100%= 5,40%
𝑊5 2,372 𝑘𝑔
𝐾𝐴1+𝐾𝐴2 4,87%+5,40%
Kadar Air rata-rata = = = 5,135%
2 2
3.1.5 Pembahasan
Kadar air adalah besarnya perbandingan antara berat air yang dikandung agregat
dalam keadaan kering dan dinyatakan dalam persen (%). Peraturan persyaratan yang
digunakan dalam “American Society for Testing and Materials”, yaitu 0,2% - 4,0%
(ASTM C70)
Kadar air bebas dihitung dari total kadar air dikurangi kapasitas absorpsi. Dapat
disimpulkan bahwa air yang terkandung dalam agregat akan mempengaruhi jumlah air
yang diperlukan di dalam campuran. Salah satu sifat yang sangat mempengaruhi besarnya
air yang terdapat dalam agregat adalah porositas dan absorpsi agregat (ASTM C128).
Sesuai dengan standard “American Society for Testing and Materials”, pengukuran
kadar air agregat halus dan kasar dalam keadaan SSD maupun keadaan asli dilakukan
dengan cara sederhana yaitu dengan menimbang agregat yang masih mengandung kadar
air, lalu mengeringkannya dalam oven selama 24 jam ditimbang lagi sebagai berat kering
dan dihitung besarnya kadar air dari agregat tersebut. Sedangkan untuk pengukuran kadar
air beton segar telah distandarisasikan pula dalam “American Society for Testing and
Materials” (ASTM C1079-87).
Pemeriksaan Kadar Air Agregat adalah perbandingan antara berat air yang
terkandung dalam agregat dibandingkan dengan berat agregat dalam keadaan
kering. Tujuan pemeriksaan ini untuk mengetahui persentase air yang terkandung
di dalam agregat kasar.
Dalam praktikum ini digunakan sampel agregat kasar atau kerikil sebanyak
2500 gram. Percobaan ini dilakukan dengan 2 kali observasi. Semakin besar berat
air yang terkandung dalam agregat kasar maka persentase kandungan kadar air yang
dimiliki semakin besar. Persentase kadar air yang dimiliki oleh agregat kasar
mempengaruhi rasio air semen yang akan digunakan pada proses campuran beton.
Agregat yang basah memberikan air ke campuran beton sehingga beton semakin
basah.