Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM MATERIAL BETON

KADAR BUTIR HALUS LOLOS SARINGAN N0.200 AGREGAT HALUS

DISUSUN OLEH :

NATASYA YUNI HASIBUAN


2105131032

Dosen Pengampu : Tetra Oktaviani

TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN


JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI MEDAN
TAHUN 2021-2022
KADAR BUTIR HALUS LOLOS SARINGAN N0.200 AGREGAT HALUS

I. TUJUAN
Tujuan dari praktikum pemeriksaan bahan lolos saringan No. 200 adalah sebagai berikut
ini :
a. Untuk menentukan jumlah bahan yang terdapat dalam agregat lewat saringan No.200
b. Untuk menentukan dan mengetahui kadar lumpur yang dikandung oleh agregat
halus.
c. Mampu menggunakan alat praktikum dan melakukan pengolahan data dari hasil
praktikum dengan baik.

II. LANDASAN TEORI


Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan
atau tanpa bahan campuran tambahan yang membentuk massa padat. Pengertian
umum beton berarti campuran bahan bangunan berupa pasir dan kerikil atau koral
kemudian diikat semen bercampur air, maupun perbandingan pencampurannya.
Agregat yang merupakan salah satu bahan campuran beton adalah butiran mineral
alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran beton atau mortar.

Berdasarkan SNI 03-6820-2002, agregat halus adalah agregat besar butir


maksimum 4,76 mm berasal dari alam atau hasil alam, sedangkan agregat halus
olahan adalah agregat halus yang dihasilkan dari pecahan dan pemisahan butiran
dengan cara penyaringan atau cara lainnya dari batuan atau terak tanur tinggi.
Berdasarkan ASTM C33 agregat halus umumnya berupa pasir dengan partikel butir
lebih kecil dari 5 mm atau lolos saringan No. 4 dan tertahan pada saringan No. 200.

Agregat yang digunakan dalam campuran beton dapat berupa agregat alam atau
agregat buatan, secara umum agregat dapat dibedakan berdasarkan ukurannya.
Jenis agregat ada 2 yaitu agregat kasar dan agregat halus. Setiap unsur yang
berhubungan dengan tanah pastilah mengandung partikel halus, tidak terkecuali pada
agregat halus.

Tanah liat dan lumpur yang sering terdapat pada agregat mungkin berbentuk
gumpalan atau lapisan yang menutupi lapisan agregat. Hal tersebut dapat mengurangi
kekuatan dan ketahanan beton. Adanya lumpur pada agregar dapat menyebabkan
meningkatnya penggunaan air dalam campuran beton yang bersangkutan.
Lumpur tidak dapat menjadi satu dengan semen atau akan mengurangi daya lekat
agregat dengan pasta semen, sehingga menghalangi penggabungan antara semen
dengan agregat. Akhirnya kekuatan tekan beton akan berkurang karena tidak
adanya saling mengikat. Oleh karena itu kadar lumpur pada agregat sangat penting
untuk di uji dan jumlahnya yang diijinkan SK SNI S–04–1989–F pada agregat
dibatasi yaitu tidak boleh lebih dari 5% pada agregat halus jika kadar lumpur
melewati dari yang diijinkan maka agregat harus di cuci ulang sampai sampai kadar
lumpur pada agregat rendah.

III. PERALATAN DAN BAHAN


A. Peralatan
1. Ayakan , ukuran lubang ayakan 1,18 (no.16) dan 0,075 mm (no.200)
2. Oven < diatur dengan suhu konstan (110±5)°c
3. Timbangan digital yang memiliki ketelitian maksimum 0,1%
4. Ember , untuk membersihkan dan juga menyimpan agregat
5. Wadah, untuk menampung agregat saat pengujian

B. Bahan
1. Benda uji agregat halus dalam keadaan kering sebanyak 500 gram.
2. Air

IV. PELAKSANAAN PENELITIAN


1. Siapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan
2. Siapkan pan atau wadah dan letakkan sekitar ± 2000 gram agregat halus
3. Kemudian masukkan agregat halus yang sebelumnya ke dalam oven dengan suhu
(110 ±5) °C dan biarkan selama ± 24 jam

4. Setelah kurang lebih 24 jam keluarkan agregat halus dari oven kemudian biarkan
hingga agregat halus dingin.

5. Setelah agregat halus mulai dinging lakukan pengayakan agregat halus pada
saringan ukuran lubang ayakan 1,18mm (no.16) dan 0,075 mm (no.200) untuk
mendapatkan butiran yang lolos dari hasil pengayakan
6. Setelah melakukan pengayakan timbanglah wadah yang digunakan kemudian
timbang juga benda uji 1 dan benda uji 2 (W1)

7. Cucilah benda uji hingga bersih dari lumpur kemudian saring dan pindahkan kembali
agregat halus ke wadah dan pastikan tidak ada yang tersisa.
8. Setelah melakukan pencucian masukkan kembali benda uji ke dalam oven dengan suhu
(110 ±5) °C selama ± 24 jam
9. Langkah selanjutnya keluarkan benda uji dari oven, dinginkan dan kemudian
timbang kembali benda uji dengan wadah. (W2)

V. PERHITUNGAN
Persen bahan lolos saringan N0.200 (0,075 mm) Benda Uji 1
W6 = W3−W5/W3 X 100%
= 500 gr – 494,8 gr / 500 gr X 100%
= 1,04 %
Persen bahan lolos saringan N0.200 (0,075 mm) Benda Uji 2
W6 = W3−W5/W3 X 100%
= 500 gr – 495,5 gr / 500 gr X 100%
= 0,9 %
Rata rata (%) = (1,04 % + 0,9 %) / 2
= 0,97 %

VI. KESIMPULAN
Kadar lumpur yang diizinkan dari SK SNI S–04–1989–F pada agregat halus dibatasi
tidak boleh lebih dari 5 % dan dari data yang kami dapatkan pada Benda Uji 1 yaitu
sebesar 1,04% maka Benda Uji 1 telah memenuhi syarat dan tidak perlu melakukan
pencucian ulang. Dan untuk Benda Uji 2 data yang di dapatkan sebesar 0,9 % maka
Benda Uji 2 telah memenuhi syarat dan juga tidak perlu melakukan pencucian
ulang.

VII. SARAN
Sebaiknya kegiatan praktikum ini dilaksanakan sesuai SNI yang sudah ditetapkan dan
pergunakan alat dan bahan sesuai dengan ketentuan yang ada.

Anda mungkin juga menyukai