Anda di halaman 1dari 20

Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2013

Bab 2 Pengujian Agregat Halus


Kelompok 12

62

BAB 2
PENGUJIAN AGREGAT HALUS
2.1

Kandungan Lumpur

2.1.1

Tujuan

Untuk mengetahui kandungan lumpur dalam pasir sebagai salah satu komponen
penyusun beton.

2.1.2

Dasar Teori

Pasir adalah batuan berbutir halus yang terdiri atas butiran sebesar 0,15 mm
sampai 4,75 mm. Pasir berasal dari penghancuran batuan baik secara alamiah
maupun penghancuran dengan bantuan manusia.
Pasir merupakan bahan bangunan yang berfungsi antara lain sebagai bahan
campuran adukan beton. Maka dari itu mutu dari pasir sangat perlu diperhatikan.
Sedangkan Lumpur adalah bagianbagian butiran yang dapat melewati ayakan
0,063 mm. Kandungan Lumpur dalam pasir diwajibkan tidak lebih dari 5% dari
berat kering pasir. Untuk itu pasir yang akan dipakai dalam adukan beton harus
memenuhi syarat-syarat tertentu seperti tercantum dalam peraturan beton
bertulang Indonesia (PBI) tahun 1971. Menurut PBI (N I-2) pasal 33 Ayat 3,
syarat-syarat yang harus dipenuhi agregat halus adalah sebagai berikut :

Ayat 2 :
Agregat halus harus terdiri dari butiran tajam dan keras, bersifat kekal artinya
tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca sseperti matahari dan hujan.

Ayat 3 :
Agregat halus mengandung lumpur tidak boleh lebih dari 5% (terhadap berat
keringnya). Yang dimaksud lumpur adalah bagian yang dapat lolos ayakan
0.063 mm. Bila ternyata kandungan lumpur lebih dari 5% maka agregat
halus tersebut harus dicuci sebelum digunakan sebagai bahan campuran beton

Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2013


Bab 2 Pengujian Agregat Halus
Kelompok 12

2.1.3

63

Alat dan Bahan

2.1.3.1 Alat
1. Gelas ukur 250 cc
2. Cawan
3. Neraca dengan ketelitian 0,1 gram
4. Pipet
5. Oven
2.1.3.2 Bahan
1. Agregat halus (pasir) kering dari oven, lolos ayakan 2 mm
2. Air bersih
2.1.4

Langkah Kerja

1. Menyiapkan sampel pasir dan mengeringkan dalam oven.


2. Menimbang pasir kering oven seberat 100 gram.
3. Memasukkan pasir ke dalam gelas ukur dan melakukan proses pencucian
sebagai berikut:
a. Memasukkan air ke dalam gelas ukur yang telah berisi pasir dengan
ketinggian 12 cm dari permukaan pasir.
b. Menutup mulut gelas rapat-rapat dengan tangan.
c. Gelas dikocok 10 kali (dianggap satu kali pencucian).
d. Membuang air dalam gelas (usahakan pasir tidak ikut terbuang).
e. Proses pencucian diulang sampai bersih.
4. Menuangkan pasir ke dalam cawan (air yang ikut menetes diambil dengan
pipet).
5. Pasir dalam cawan tersebut kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu
110 C selama 24 jam.
6. Setelah dikeluarkan dari oven didiamkan hingga mencapai suhu kamar.
7. Menimbang pasir yang sudah dikeringkan.
8. Melakukan perhitungan.

Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2013


Bab 2 Pengujian Agregat Halus
Kelompok 12

2.1.5 Alur Kerja

MULAI

Menyiapkan pasir kering oven dan menimbangnya sebanyak 100 gram


Mengambil tabung gelas ukur
Memasukkan pasir ke dalam tabung

Melakukan proses pencucian:


a. Memasukkan air ke dalam tabung
b. Menutup tabung rapat rapat
c. Mengocok tabung sebanyak 10 kali
(dianggap satu kali pencucian).
d. Membuang airnya
e. Mengulangi sampai airnya jernih

Memasukkan pasir ke dalam cawan


Memasukkan sampel ke dalam oven pada suhu 110 C selama 24 jam
Menimbang pasir
Melakukan perhitungan
SELESAI

Gambar 2.1 Diagram Alir Pengujian Kandungan Lumpur dalam Pasir

64

Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2013


Bab 2 Pengujian Agregat Halus
Kelompok 12

2.1.6

65

Hasil Pengujian dan Analisis Data

Tabel 2.1 Hasil Pengamatan Pencucian Agregat Halus


Pencucian ke

Pengamatan

1-3

sangat keruh

keruh

5-8

agak keruh

9 10

mulai bening

11-12

agak bening

13-16

jernih/bening

keruh

sangat
keruh

1-3

agak

mulai

agak

Jernih /

keruh

bening

bening

bening

5-8

9-10

11-12

13-16

6
Gambar 2.2 Hasil Pengujian Kandungan Lumpur dalam Pasir
Analisis Data dan Perhitungan:
Berat awal pasir (a)

= 100 gram

Berat akhir pasir (b)

75 gram

Kadar Lumpur

ab
100%
a

100 75
100%
100

= 25 %

Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2013


Bab 2 Pengujian Agregat Halus
Kelompok 12

2.1.7

66

Kesimpulan

Kadar lumpur yang disyaratkan PBI 1971 untuk pasir yang akan digunakan
sebagai campuran dalam adukan beton maksimal adalah 5%. Dalam pengujian ini
diperoleh kandungan lumpur dalam pasir sebesar 25%, sehingga pasir tersebut
tidak memenuhi syarat yang telah ditetapkan sebagai bahan bangunan yang baik.
2.1.8 Solusi
Untuk memperoleh pasir yang baik maka harus dilakukan pencucian terlebih
dahulu dengan air bersih sampai pada kondisi pasir sesuai dengan yang
disyaratkan.

Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2013


Bab 2 Pengujian Agregat Halus
Kelompok 12

2.2

Kandungan Zat Organik

2.2.1

Tujuan Percobaan

67

Untuk menentukan banyak sedikitnya kandungan zat organik dalam pasir.


2.2.2

Dasar Teori

Zat organik berasal dari tumbuh-tumbuhan dan sampah yang apabila bercampur
dengan pasir akan membuat pasir kurang baik dalam pembuatan beton.Untuk
mengetahui banyak sedikitnya kandungan zat organik dalam pasir maka dapat
dilihat berdasarkan tabel Prof. Rosseno (lihat Tabel 2.2).
Tabel 2.2 Hubungan Perubahan Warna NaOH dengan Prosentase Kandungan Zat Organik
Warna campuran air + NaOH
Jernih

Kandungan Zat Organik


0%

Kuning Muda

0 - 10%

Kuning Tua

10 - 20%

Kuning Kemerahan

20 - 30%

Coklat Kemerahan

30 - 50%

Coklat Tua

50 - 100%

Sumber : Prof. Ir.Rooseno

Apabila warna air cukup bersih/jernih, maka kandungan zat organik dalam pasir
itu sedikit dan pasir dapat digunakan untuk bahan baku beton. Apabila warna air
tampak keruh, maka pasir harus dicuci dulu sebelum digunakan untuk bahan baku
beton.
2.2.3

Alat dan Bahan

2.2.3.1 Alat
1. Gelas ukur 250 cc
2. Pipet
3. Oven
4. Ayakan 2 mm
5. Cawan
6. Neraca dengan ketelitian 0,1 gr

Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2013


Bab 2 Pengujian Agregat Halus
Kelompok 12

2.2.3.2 Bahan
1. Agregat halus (pasir) dari oven lolos ayakan 2mm 130 ml.
2. Larutan NaOH 3 % 200ml.
2.2.4

Langkah Kerja

1. Mengambil contoh pasir kering oven secukupnya.


2. Mengayak pasir dengan ayakan 2 mm hingga hasil ayakan mencapai 130 cc.
3. Memasukkan contoh pasir dalam gelas ukur 250 ml.
4. Menuangkan NaOH 3% ke dalam gelas ukur sehingga mencapai 200 ml.
5. Mengocok pasir dan larutan NaOH selama 10 menit.
6. Meletakkan campuran tersebut pada tempat terlindung selama 24 jam.
7. Mengamati warna larutan NaOH di atas pasir.
8. Mencocokkan dengan tabel Prof. Rosseno.
2.2.5

Alur Kerja
MULAI

Mengambil sampel pasir kering oven


Mengayak pasir dengan ayakan 2 mm hingga hasil ayakan mencapai
130 cc.
Memasukkan contoh pasir dalam gelas ukur 250 ml
Memasukkan larutan NaOH 3% ke dalam gelas ukur sehingga mencapai
200 ml, kemudian mengocoknya selama 10 menit
A

68

Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2013


Bab 2 Pengujian Agregat Halus
Kelompok 12

69

Meletakan campuran tersebut ditempat terlindung selama 24 jam


Mengamati perubahan warna larutan NaOH yang berada diatas pasir
Mencocokkannya dengan tabel Prof. Rosseno

SELESAI

Gambar 2.2 Diagram Alir Pengujian Kandungan Zat Organik Dalam Pasir

2.2.6

Hasil Pengujian dan Analisis Data

Setelah dikocok dan didiamkan selama 24 jam, warna NaOH yang semula jernih
berubah warna menjadi coklat tua. Berdasarkan Tabel 2.2, kandungan zat organik
sebesar 50 100 %.

Coklat Tua
Keruh
Endapan Pasir

Gambar 2.3 Hasil Pengujian

2.2.7

Kesimpulan

Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2013


Bab 2 Pengujian Agregat Halus
Kelompok 12

70

Dari hasil percobaan diperoleh perubahan warna NaOH berubah menjadi coklat
tua. Berdasarkan tabel 2.2, kandungan zat organik sebesar 50 - 100 %. Hal ini
menunjukkan bahwa pasir tersebut mengandung zat organik sekitar 50 100 %
sehingga pasir tersebut tidak memenuhi syarat untuk digunakan sebagai bahan
baku beton karena terlalu banyak zat organik.

2.3 Specific Gravity Agregat Halus

Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2013


Bab 2 Pengujian Agregat Halus
Kelompok 12

2.3.1

71

Tujuan

Untuk menentukan Bulk Specific Gravity, Bulk Specific Gravity SSD, Apparent
Specific Gravity, dan Absorbsion Agregat Halus.
2.3.2

Dasar Teori

Untuk mendapatkan mutu beton yang baik juga dipengaruhi dari mutu agregat
yang baik, FAS, serta dengan pemeliharaan yang baik pula. Penentuan berat jenis
pasir serta daya serap pasir tersebut didalam air dilakukan dalam dua tahap :
Tahap I

Penentuan keadaan fisik bahan (pasir dalam keadaan kering


permukaan atau SSD).

Tahap II

Penentuan berat jenis pasir (specific gravity)

Bulk specific gravity ( perbandingan berat pasir kering dengan volume pasir
total).

A
B D C

Bulk specific gravity SSD (perbandingan berat pasir dalam keadaan SSD
dengan volume pasir total).

D
B D C

Appearent Spesific Gravity pasir (perbandingan berat pasir kering di banding


volume pasir kering).

A
A B C

Absorbtion (besarnya air yang diserap pasir).

DA
x100%
A

Keterangan:
A = Berat pasir oven
B = Berat volumetric flash air
C =

Berat pasir + air + volumetric flash

D = Berat pasir SSD

Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2013


Bab 2 Pengujian Agregat Halus
Kelompok 12

72

2.3.3 Alat dan Bahan


2.3.3.1 Alat
1. Conical Mould dan temper (pemadat)
2. Tabung Volumetrick Flash 500 cc
3. Neraca/timbangan dengan ketelitian 5 gr.
4. Oven
5. Cawan
6. Pipet
2.3.3.2 Bahan
1. Agregat halus (pasir) 500 gram lolos ayakan 2 mm.
2. Air bersih.
2.3.4

Langkah Kerja

1. Membuat pasir dalam keadaan SSD dengan cara:


a. Mengambil pasir yang telah disediakan (dianggap kondisi lapangan SSD),
masukkan dalam conical mould sampai 1/3 tinggi.
b. Menumbuk dengan temper sebanyak 15 kali, tinggi jatuh temper 2 cm.
c. Menambah pasir hingga 2/3 tinggi, lalu mengulangi prosedur b.
d. Menambah pasir hingga penuh dan mengulangi lagi prosedur b.
e. Memasukkan pasir hingga penuh lalu meratakan permukaan pasir.
f. Mengangkat conical mould sehingga pasir dengan sendirinya akan
merosot. Pemerosotan pasir tidak boleh lebih dari tinggi dan apabila
penurunan pasir mencapai 1/3 tinggi atau 2,5 cm, maka pasir tersebut
sudah dalam keadaan kering permukaan (SSD).
2. Mengambil pasir SSD sebanyak 500 gram, dimasukkan dalam volumetrick
flash, dan diisi air hingga penuh lalu didiamkan hingga 24 jam.

3. Setelah 24 jam, menimbang volumetrick flash yang berisi pasir dan air
tersebut.

Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2013


Bab 2 Pengujian Agregat Halus
Kelompok 12

73

4. Mengeluarkan pasir dari volumetrick flash dan memasukkan ke cawan dengan


membuang air terlebih dahulu, jika dalam cawan masih ada air
mengeluarkannya dengan menggunakan pipet.
5. Memasukkan pasir dalam cawan ke dalam oven dengan suhu 110 0 C selama
24 jam.
6. Volumetrick flash yang telah kosong dan bersih diisi air sampai penuh dan
ditimbang.
7. Pasir yang telah dioven didiamkan sampai mencapai suhu kamar kemudian
menimbang pasir tersebut.
8. Dari data yang diperoleh, dapat dihitung nilai Spesific Gravity (berat jenis).
2.3.5

Alur Kerja
MULAI
Membuat pasir SSD
a.Mengambil pasir yang telah disediakan (dianggap kondisi
lapangan SSD), masukkan dalam conical mould sampai 1/3
tinggi
b.Menumbuk dengan tamper sebanyak 15 kali, tinggi jatuh
temper 2 cm
c.Menambah pasir hingga 2/3 tinggi, lalu mengulangi prosedur b
d.Menambah pasir hingga penuh dan mengulangi lagi prosedur
b
e.Memasukkan pasir hingga penuh lalu meratakan permukaan
pasir
f.Mengangkat conical mould sehingga pasir dengan sendirinya
Mengambil 500 gram pasir SSD
SSD

A
A
Memasukkan ke dalam volumetrick flash +
air hingga penuh, didiamkan 24 jam

Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2013


Bab 2 Pengujian Agregat Halus
Kelompok 12

74

Mengeluarkan pasir dari volumetrick flash dan


memasukkan ke cawan dengan membuang air terlebih
dahulu
Memasukkan pasir dalam cawan ke dalam oven
dengan suhu 1100 C selama 24 jam.

Volumetrick flash yang telah kosong dan bersih diisi air


sampai penuh dan ditimbang
Pasir yang telah dioven didiamkan sampai mencapai suhu
kamar kemudian menimbang pasir tersebut

Diperoleh data untuk perhitungan nilai specific gravity

SELESAI
Gambar 2.4 Diagram Alir Pengujian Spesific Gravity Agregat Halus
2.3.6

Hasil Pengujian dan Analisis Data

2.3.6.1 Data Hasil Pengujian


1. Berat pasir SSD

= 515

gram (D)

2. Berat pasir kering oven

= 500

gram (A)

3. Berat volumetrick flash + air

= 700

gram (B)

4. Berat volumetrick flash + air + pasir

= 985

gram (C)

5. Tinggi pasir

cm

6. Berat Volumetric Flash

= 175

7,3

gram

2.3.6.2 Analisis Data


Bulk Specific Gravity =
1.

A
500

2,1739 gr / cc
B D C 700 515 985

Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2013


Bab 2 Pengujian Agregat Halus
Kelompok 12

Bulk Specific Gravity SSD =

D
515

2,2391gr / cc
B D C 700 515 985

Apparent Specific Gravity =

A
500

2,3256 gr / cc
A B C 500 700 985

2.
3.
Absorbsion
4.

2.3.7

75

= D A 100% 515 500 100% 3%


A

500

Kesimpulan

Dari hasil percobaan dan analisis data diperoleh nilai:


1. Bulk Specific Gravity agregat halus

= 2,1739 gr/cc

2. Bulk Specific Gravity SSD agregat halus = 2,2391 gr/cc


3. Apparent Specific Gravity

= 2,3256 gr/cc

4. Absorbsion

=3 %

Berdasar ASTM C.128-79 syarat Bulk Specific Gravity SSD adalah 2,5 2,7.
Hasil percobaan dan analisis data menunjukkan bahwa nilai Bulk Specific Gravity
SSD adalah 2,2391 sehingga dapat disimpulkan bahwa pasir sampel tidak
memenuhi syarat dan layak digunakan sebagai agregat halus dalam pembuatan
beton.
2.3.8

Solusi

Untuk memperoleh pasir SSD sesuai syarat maka rendam pasir dalam air bersih
sampai semua pasir terendam air selama 24 jam. Kemudia ambil pasir dalam air,
letakkan di atas goni, dan pasir diratakan permukaannya hingga timbunan tipis
kira-kira setebal 3-5 cm, dan diangin-anginkan didalam ruangan (terlindung dari
sinar matahari langsung). Pada saat-saat tertentu pasir di bolak-balik. Jika pasir
sudah tampak tidak basah lagi permukaannya, ujilah dengan alat uji pasir SSD.

2.4

Gradasi Agregat Halus

2.4.1

Tujuan

Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2013


Bab 2 Pengujian Agregat Halus
Kelompok 12

76

Untuk memeriksa susunan atau variasi susunan agregat halus dan angka kehalusan
agregat halus (pasir) tersebut.
2.4.2

Dasar Teori

Agregat halus adalah butiran mineral dengan ukuran 4,75 mm yang berfungsi
sebagai bahan pengisi dalam campuran adukan beton atau mortar. Pasir yang
merupakan agregat halus merupakan hasil dari disintegrasi batuan. Berdasarkan
tempat terjadinya, pasir dibedakan menjadi :
a. Pasir galian
b. Pasir sungai
c. Pasir laut
Untuk menggunakan pasir sebagai bahan utama dari beton maka ukuran
butirannya harus memenuhi syarat.

Gradasi agregat adalah susunan ukuran

buturan dari agregat tersebut. Apabila butir-butir agregat mempunyai ukuran yang
sama, maka volume pasir akan menjadi besar. Sebaliknya jika ukuran bervariasi
maka ukuran volumenya akan menjadi kecil.
Pada pembuatan beton diinginkan suatu butiran yang kemampatannya tinggi,
karena volume porinya sedikit, maka akan membutuhkan bahan pengikat yang
sedikit pula. Pernyataan gradasi digunakan sebagai prosentase dari berat butiran
yang tertinggal atau lolos dari suatu ayakan.
Gradasi agregat halus sangat penting untuk menjamin mutu beton yang
berkualitas sesuai dengan ukuran yang diinginkan.
Menurut PBI 1971 pasal 33 ayat 1 gradasi agregat halus yang baik adalah :

Sisa diatas ayakan 4 mm minimal 2 % berat


Sisa diatas ayakan 1 mm minimal 10 % berat
Sisa diatas ayakan 0,25 mm minimal 80 95 % berat

Menurut ASTM harga modulus kehalusan berkisar antara 2,3 3,1. Dengan
adanya ketentuan seperti diatas maka kita sangat perlu memeriksa gradasi pasir
sebelum

digunakan

kelayakannya.

untuk

campuran

adukan

beton

untuk

mengetahui

Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2013


Bab 2 Pengujian Agregat Halus
Kelompok 12

77

Tabel 2.3 Batasan Susunan Butiran Agregat Halus Sesuai ASTM C 33-81
(Edward G Nawi ,1990)
Ukuran saringan

Prosentase lolos saringan


Daerah 2
Daerah 3
Daerah 4
100
100
100

(mm)
10,00

Daerah 1
100

4,80

90-100

90-100

90-100

95-100

2,40

60-95

75-100

85-100

95-100

1,20

30-70

55-90

75-100

90-100

0,60

15-34

35-59

60-79

80-100

0,30

5-20

8-30

12-40

15-50

0,15
0-10
0-10
0-10
Sumber : Teknologi Beton; Kardiyono Tjokrodimulyo. 1994

0-15

Keterangan:
Daerah I

: pasir kasar

Daerah II

: pasir agak kasar

Daerah III

: pasir agak halus

Daerah IV

: pasir halus

2.4.3

Alat dan Bahan

2.4.3.1 Alat

1. Neraca/timbangan berkapasitas 2 kg, ketelitian 5 gr.


2. Satu set mesin getar.
3. Satu set ayakan dengan diameter:

9,50 mm

4.75 mm

2.36 mm

1.18 mm

0.85 mm

0.30 mm

0.15 mm

Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2013


Bab 2 Pengujian Agregat Halus
Kelompok 12

78

0 (pan)

2.4.3.2. Bahan
1. Agregat halus (pasir) 3000 gr.
2.4.4

Langkah Kerja

1. Menyiapkan agregat halus (pasir) sebanyak 3000 gr.


2. Menyiapkan satu set ayakan dan menyusun berurutan mulai dari pan (paling
bawah), hingga ayakan 9,5 mm (paling atas), lalu susunan ayakan tersebut
diletakkan pada mesin penggetar.
3. Menuangkan pasir ke dalam ayakan paling atas dan menutup rapat-rapat
susunan ayakan tersebut.
4. Menghidupkan mesin penggetar selama 5 menit.
5. Setelah 5 menit matikan mesin, lalu menimbang dan mencatat berat agregat
halus yang tertinggal pada masing-masing ayakan.
2.4.5

Alur Kerja
MULAI
Menyiapkan pasir sebanyak 2000 gr
Menyiapkan satu set ayakan dan menyusun mulai dari bawah ke atas: pan;
0,15 mm; 0,30 mm; 0,85 mm; 1,18 mm; 2,36 mm; 4,75 mm; 9,50 mm
Menuangkan pasir ke dalam ayakan paling atas dan menutupnya rapatrapat
Memasukkan ke dalam mesin penggetar (vibrator) dan menyalakannya 5
menit
A
A

Menimbang dan mencatat pasir yang tertinggal pada masing-masing ayakan

Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2013


Bab 2 Pengujian Agregat Halus
Kelompok 12

79

SELESAI
Gambar 2.5 Diagram Alir Pengujian Gradasi Agregat Halus
2.4.6

Hasil Pengujian dan Analisis Data

2.4.6.1 Hasil Pengujian

Tabel 2.4 Data Hasil Percobaan Gradasi Agregat Halus


Diameter Ayakan (mm)
9,50

Pasir Tertinggal (gram)


0

4,75

105

2,36

270

1,18

415

0,85

295

0,30

1325

0,15

200

0,00
Jumlah

15
2625

Berat awal pasir

= 3000 gram

Berat pasir setelah diayak

= 2625 gram

2.4.6.2 Analisis Data


Tabel 2.5 Analisis Data Gradasi Agregat Halus
Diameter

Berat Tertinggal

Ayakan
(mm)

Gram

Kumulatif

Berat Lolos

SNI

Kumulatif

Standart

(%)

Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2013


Bab 2 Pengujian Agregat Halus
Kelompok 12

9,50
4,75
2,36
1,18
0,85
0,30
0,15
0,00

0
105
270
415
295
1325
200
15
2625

(%)
0
3,5
12,5
26,333
36,166
80,333
87
87,5
333,332

0
3,5
9
13,833
9,833
44,167
6,667
0,5
87,5

Sehingga banyak pasir yang hilang

100
96,5
87,5
73,667
63,834
19,667
13
12,5
466,668

80

100
90-100
75-100
55-90
35-59
8-30
0-10
-

= 3000 - berat tertinggal


= 3000 2625
= 375 gram

2625
100%
3000

87,5%

3000 2625
x100%
3000

12,5%

333,332 87,5
87,5

2,8095

Dengan perhitungan di atas maka pasir tersebut masuk dalam daerah II dan
memenuhi syarat dalam standar SK-SNI-T-15-1990-03 dan ASTM C.33-97.

Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2013


Bab 2 Pengujian Agregat Halus
Kelompok 12

81

Grafik 2.1 Hubungan Antara Diameter Ayakan dengan Prosentase Lolos


2.4.7

Kesimpulan

Syarat gradasi agregat kasar :


1. Modulus halus untuk British Standart (BS.882:1992) = 1,5-3,8
2.

Kehilangan butiran maksimal 1 % dari berat semula

Dari data hasil percobaan dan analisis data dapat disimpulkan bahwa:
a. Prosentase kehilangan berat pada saat pengujian adalah 12,5%. Hal ini
menunjukkan bahwa agregat halus sampel tidak memenuhi syarat sebagai
bahan bangunan pembuatan beton, karena standar nilai kehilangan berat
maksimal 1% dari berat semula.
b. Modulus kehalusan agregat halus sebesar 2,8095. Berdasarkan ASTM C.3397 syarat modulus kehalusan agregat halus adalah 2,3 3,1, berdasar SII0052-80 syarat modulus kehalusan agregat halus adalah 1,5 3,8. Jadi,
agregat halus memenuhi syarat pembuatan beton.

Anda mungkin juga menyukai