62
BAB 2
PENGUJIAN AGREGAT HALUS
2.1
Kandungan Lumpur
2.1.1
Tujuan
Untuk mengetahui kandungan lumpur dalam pasir sebagai salah satu komponen
penyusun beton.
2.1.2
Dasar Teori
Pasir adalah batuan berbutir halus yang terdiri atas butiran sebesar 0,15 mm
sampai 4,75 mm. Pasir berasal dari penghancuran batuan baik secara alamiah
maupun penghancuran dengan bantuan manusia.
Pasir merupakan bahan bangunan yang berfungsi antara lain sebagai bahan
campuran adukan beton. Maka dari itu mutu dari pasir sangat perlu diperhatikan.
Sedangkan Lumpur adalah bagianbagian butiran yang dapat melewati ayakan
0,063 mm. Kandungan Lumpur dalam pasir diwajibkan tidak lebih dari 5% dari
berat kering pasir. Untuk itu pasir yang akan dipakai dalam adukan beton harus
memenuhi syarat-syarat tertentu seperti tercantum dalam peraturan beton
bertulang Indonesia (PBI) tahun 1971. Menurut PBI (N I-2) pasal 33 Ayat 3,
syarat-syarat yang harus dipenuhi agregat halus adalah sebagai berikut :
Ayat 2 :
Agregat halus harus terdiri dari butiran tajam dan keras, bersifat kekal artinya
tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca sseperti matahari dan hujan.
Ayat 3 :
Agregat halus mengandung lumpur tidak boleh lebih dari 5% (terhadap berat
keringnya). Yang dimaksud lumpur adalah bagian yang dapat lolos ayakan
0.063 mm. Bila ternyata kandungan lumpur lebih dari 5% maka agregat
halus tersebut harus dicuci sebelum digunakan sebagai bahan campuran beton
2.1.3
63
2.1.3.1 Alat
1. Gelas ukur 250 cc
2. Cawan
3. Neraca dengan ketelitian 0,1 gram
4. Pipet
5. Oven
2.1.3.2 Bahan
1. Agregat halus (pasir) kering dari oven, lolos ayakan 2 mm
2. Air bersih
2.1.4
Langkah Kerja
MULAI
64
2.1.6
65
Pengamatan
1-3
sangat keruh
keruh
5-8
agak keruh
9 10
mulai bening
11-12
agak bening
13-16
jernih/bening
keruh
sangat
keruh
1-3
agak
mulai
agak
Jernih /
keruh
bening
bening
bening
5-8
9-10
11-12
13-16
6
Gambar 2.2 Hasil Pengujian Kandungan Lumpur dalam Pasir
Analisis Data dan Perhitungan:
Berat awal pasir (a)
= 100 gram
75 gram
Kadar Lumpur
ab
100%
a
100 75
100%
100
= 25 %
2.1.7
66
Kesimpulan
Kadar lumpur yang disyaratkan PBI 1971 untuk pasir yang akan digunakan
sebagai campuran dalam adukan beton maksimal adalah 5%. Dalam pengujian ini
diperoleh kandungan lumpur dalam pasir sebesar 25%, sehingga pasir tersebut
tidak memenuhi syarat yang telah ditetapkan sebagai bahan bangunan yang baik.
2.1.8 Solusi
Untuk memperoleh pasir yang baik maka harus dilakukan pencucian terlebih
dahulu dengan air bersih sampai pada kondisi pasir sesuai dengan yang
disyaratkan.
2.2
2.2.1
Tujuan Percobaan
67
Dasar Teori
Zat organik berasal dari tumbuh-tumbuhan dan sampah yang apabila bercampur
dengan pasir akan membuat pasir kurang baik dalam pembuatan beton.Untuk
mengetahui banyak sedikitnya kandungan zat organik dalam pasir maka dapat
dilihat berdasarkan tabel Prof. Rosseno (lihat Tabel 2.2).
Tabel 2.2 Hubungan Perubahan Warna NaOH dengan Prosentase Kandungan Zat Organik
Warna campuran air + NaOH
Jernih
Kuning Muda
0 - 10%
Kuning Tua
10 - 20%
Kuning Kemerahan
20 - 30%
Coklat Kemerahan
30 - 50%
Coklat Tua
50 - 100%
Apabila warna air cukup bersih/jernih, maka kandungan zat organik dalam pasir
itu sedikit dan pasir dapat digunakan untuk bahan baku beton. Apabila warna air
tampak keruh, maka pasir harus dicuci dulu sebelum digunakan untuk bahan baku
beton.
2.2.3
2.2.3.1 Alat
1. Gelas ukur 250 cc
2. Pipet
3. Oven
4. Ayakan 2 mm
5. Cawan
6. Neraca dengan ketelitian 0,1 gr
2.2.3.2 Bahan
1. Agregat halus (pasir) dari oven lolos ayakan 2mm 130 ml.
2. Larutan NaOH 3 % 200ml.
2.2.4
Langkah Kerja
Alur Kerja
MULAI
68
69
SELESAI
Gambar 2.2 Diagram Alir Pengujian Kandungan Zat Organik Dalam Pasir
2.2.6
Setelah dikocok dan didiamkan selama 24 jam, warna NaOH yang semula jernih
berubah warna menjadi coklat tua. Berdasarkan Tabel 2.2, kandungan zat organik
sebesar 50 100 %.
Coklat Tua
Keruh
Endapan Pasir
2.2.7
Kesimpulan
70
Dari hasil percobaan diperoleh perubahan warna NaOH berubah menjadi coklat
tua. Berdasarkan tabel 2.2, kandungan zat organik sebesar 50 - 100 %. Hal ini
menunjukkan bahwa pasir tersebut mengandung zat organik sekitar 50 100 %
sehingga pasir tersebut tidak memenuhi syarat untuk digunakan sebagai bahan
baku beton karena terlalu banyak zat organik.
2.3.1
71
Tujuan
Untuk menentukan Bulk Specific Gravity, Bulk Specific Gravity SSD, Apparent
Specific Gravity, dan Absorbsion Agregat Halus.
2.3.2
Dasar Teori
Untuk mendapatkan mutu beton yang baik juga dipengaruhi dari mutu agregat
yang baik, FAS, serta dengan pemeliharaan yang baik pula. Penentuan berat jenis
pasir serta daya serap pasir tersebut didalam air dilakukan dalam dua tahap :
Tahap I
Tahap II
Bulk specific gravity ( perbandingan berat pasir kering dengan volume pasir
total).
A
B D C
Bulk specific gravity SSD (perbandingan berat pasir dalam keadaan SSD
dengan volume pasir total).
D
B D C
A
A B C
DA
x100%
A
Keterangan:
A = Berat pasir oven
B = Berat volumetric flash air
C =
72
Langkah Kerja
3. Setelah 24 jam, menimbang volumetrick flash yang berisi pasir dan air
tersebut.
73
Alur Kerja
MULAI
Membuat pasir SSD
a.Mengambil pasir yang telah disediakan (dianggap kondisi
lapangan SSD), masukkan dalam conical mould sampai 1/3
tinggi
b.Menumbuk dengan tamper sebanyak 15 kali, tinggi jatuh
temper 2 cm
c.Menambah pasir hingga 2/3 tinggi, lalu mengulangi prosedur b
d.Menambah pasir hingga penuh dan mengulangi lagi prosedur
b
e.Memasukkan pasir hingga penuh lalu meratakan permukaan
pasir
f.Mengangkat conical mould sehingga pasir dengan sendirinya
Mengambil 500 gram pasir SSD
SSD
A
A
Memasukkan ke dalam volumetrick flash +
air hingga penuh, didiamkan 24 jam
74
SELESAI
Gambar 2.4 Diagram Alir Pengujian Spesific Gravity Agregat Halus
2.3.6
= 515
gram (D)
= 500
gram (A)
= 700
gram (B)
= 985
gram (C)
5. Tinggi pasir
cm
= 175
7,3
gram
A
500
2,1739 gr / cc
B D C 700 515 985
D
515
2,2391gr / cc
B D C 700 515 985
A
500
2,3256 gr / cc
A B C 500 700 985
2.
3.
Absorbsion
4.
2.3.7
75
500
Kesimpulan
= 2,1739 gr/cc
= 2,3256 gr/cc
4. Absorbsion
=3 %
Berdasar ASTM C.128-79 syarat Bulk Specific Gravity SSD adalah 2,5 2,7.
Hasil percobaan dan analisis data menunjukkan bahwa nilai Bulk Specific Gravity
SSD adalah 2,2391 sehingga dapat disimpulkan bahwa pasir sampel tidak
memenuhi syarat dan layak digunakan sebagai agregat halus dalam pembuatan
beton.
2.3.8
Solusi
Untuk memperoleh pasir SSD sesuai syarat maka rendam pasir dalam air bersih
sampai semua pasir terendam air selama 24 jam. Kemudia ambil pasir dalam air,
letakkan di atas goni, dan pasir diratakan permukaannya hingga timbunan tipis
kira-kira setebal 3-5 cm, dan diangin-anginkan didalam ruangan (terlindung dari
sinar matahari langsung). Pada saat-saat tertentu pasir di bolak-balik. Jika pasir
sudah tampak tidak basah lagi permukaannya, ujilah dengan alat uji pasir SSD.
2.4
2.4.1
Tujuan
76
Untuk memeriksa susunan atau variasi susunan agregat halus dan angka kehalusan
agregat halus (pasir) tersebut.
2.4.2
Dasar Teori
Agregat halus adalah butiran mineral dengan ukuran 4,75 mm yang berfungsi
sebagai bahan pengisi dalam campuran adukan beton atau mortar. Pasir yang
merupakan agregat halus merupakan hasil dari disintegrasi batuan. Berdasarkan
tempat terjadinya, pasir dibedakan menjadi :
a. Pasir galian
b. Pasir sungai
c. Pasir laut
Untuk menggunakan pasir sebagai bahan utama dari beton maka ukuran
butirannya harus memenuhi syarat.
buturan dari agregat tersebut. Apabila butir-butir agregat mempunyai ukuran yang
sama, maka volume pasir akan menjadi besar. Sebaliknya jika ukuran bervariasi
maka ukuran volumenya akan menjadi kecil.
Pada pembuatan beton diinginkan suatu butiran yang kemampatannya tinggi,
karena volume porinya sedikit, maka akan membutuhkan bahan pengikat yang
sedikit pula. Pernyataan gradasi digunakan sebagai prosentase dari berat butiran
yang tertinggal atau lolos dari suatu ayakan.
Gradasi agregat halus sangat penting untuk menjamin mutu beton yang
berkualitas sesuai dengan ukuran yang diinginkan.
Menurut PBI 1971 pasal 33 ayat 1 gradasi agregat halus yang baik adalah :
Menurut ASTM harga modulus kehalusan berkisar antara 2,3 3,1. Dengan
adanya ketentuan seperti diatas maka kita sangat perlu memeriksa gradasi pasir
sebelum
digunakan
kelayakannya.
untuk
campuran
adukan
beton
untuk
mengetahui
77
Tabel 2.3 Batasan Susunan Butiran Agregat Halus Sesuai ASTM C 33-81
(Edward G Nawi ,1990)
Ukuran saringan
(mm)
10,00
Daerah 1
100
4,80
90-100
90-100
90-100
95-100
2,40
60-95
75-100
85-100
95-100
1,20
30-70
55-90
75-100
90-100
0,60
15-34
35-59
60-79
80-100
0,30
5-20
8-30
12-40
15-50
0,15
0-10
0-10
0-10
Sumber : Teknologi Beton; Kardiyono Tjokrodimulyo. 1994
0-15
Keterangan:
Daerah I
: pasir kasar
Daerah II
Daerah III
Daerah IV
: pasir halus
2.4.3
2.4.3.1 Alat
9,50 mm
4.75 mm
2.36 mm
1.18 mm
0.85 mm
0.30 mm
0.15 mm
78
0 (pan)
2.4.3.2. Bahan
1. Agregat halus (pasir) 3000 gr.
2.4.4
Langkah Kerja
Alur Kerja
MULAI
Menyiapkan pasir sebanyak 2000 gr
Menyiapkan satu set ayakan dan menyusun mulai dari bawah ke atas: pan;
0,15 mm; 0,30 mm; 0,85 mm; 1,18 mm; 2,36 mm; 4,75 mm; 9,50 mm
Menuangkan pasir ke dalam ayakan paling atas dan menutupnya rapatrapat
Memasukkan ke dalam mesin penggetar (vibrator) dan menyalakannya 5
menit
A
A
79
SELESAI
Gambar 2.5 Diagram Alir Pengujian Gradasi Agregat Halus
2.4.6
4,75
105
2,36
270
1,18
415
0,85
295
0,30
1325
0,15
200
0,00
Jumlah
15
2625
= 3000 gram
= 2625 gram
Berat Tertinggal
Ayakan
(mm)
Gram
Kumulatif
Berat Lolos
SNI
Kumulatif
Standart
(%)
9,50
4,75
2,36
1,18
0,85
0,30
0,15
0,00
0
105
270
415
295
1325
200
15
2625
(%)
0
3,5
12,5
26,333
36,166
80,333
87
87,5
333,332
0
3,5
9
13,833
9,833
44,167
6,667
0,5
87,5
100
96,5
87,5
73,667
63,834
19,667
13
12,5
466,668
80
100
90-100
75-100
55-90
35-59
8-30
0-10
-
2625
100%
3000
87,5%
3000 2625
x100%
3000
12,5%
333,332 87,5
87,5
2,8095
Dengan perhitungan di atas maka pasir tersebut masuk dalam daerah II dan
memenuhi syarat dalam standar SK-SNI-T-15-1990-03 dan ASTM C.33-97.
81
Kesimpulan
Dari data hasil percobaan dan analisis data dapat disimpulkan bahwa:
a. Prosentase kehilangan berat pada saat pengujian adalah 12,5%. Hal ini
menunjukkan bahwa agregat halus sampel tidak memenuhi syarat sebagai
bahan bangunan pembuatan beton, karena standar nilai kehilangan berat
maksimal 1% dari berat semula.
b. Modulus kehalusan agregat halus sebesar 2,8095. Berdasarkan ASTM C.3397 syarat modulus kehalusan agregat halus adalah 2,3 3,1, berdasar SII0052-80 syarat modulus kehalusan agregat halus adalah 1,5 3,8. Jadi,
agregat halus memenuhi syarat pembuatan beton.