BAB 2
PENGUJIAN AGREGAT HALUS
Pasir merupakan bahan bangunan yang berfungsi antara lain sebagai bahan
campuran adukan beton. Untuk itu, mutu dari pasir sangat perlu diperhatikan.
Sedangkan lumpur adalah bagianbagian butiran yang dapat melewati ayakan
0,063 mm. Kandungan lumpur dalam pasir diwajibkan tidak lebih dari 5% dari
berat kering pasir. Untuk itu pasir yang akan dipakai dalam adukan beton harus
memenuhi syarat-syarat tertentu seperti tercantum dalam peraturan beton
bertulang Indonesia (PBI) tahun 1971. Menurut PBI (N I-2) pasal 33 Ayat 3,
syarat-syarat yang harus dipenuhi agregat halus adalah sebagai berikut :
Ayat 2 :
Agregat halus harus terdiri dari butiran tajam dan keras, bersifat kekal artinya
tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca sseperti matahari dan hujan.
Ayat 3 :
Agregat halus mengandung lumpur tidak boleh lebih dari 5% (terhadap berat
keringnya). Yang dimaksud lumpur adalah bagian yang dapat lolos ayakan
0.063 mm. Bila ternyata kandungan lumpur lebih dari 5% maka agregat
halus tersebut harus dicuci sebelum digunakan sebagai bahan campuran
beton.
60
62
2.1.2 Tujuan
Untuk mengetahui kandungan lumpur dalam pasir sebagai salah satu komponen
penyusun beton.
2.1.3.1 Alat
a. Gelas ukur 250 cc.
b. Cawan.
c. Neraca dengan ketelitian 0,1 gram.
d. Pipet.
e. Oven.
2.1.3.2 Bahan
a. Agregat halus (pasir) kering dari oven, lolos ayakan 2 mm.
b. Air bersih.
4. Menuangkan pasir ke dalam cawan (air yang ikut menetes diambil dengan
pipet).
5. Pasir dalam cawan tersebut kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu
110 C selama 24 jam.
6. Setelah dikeluarkan dari oven didiamkan hingga mencapai suhu kamar.
7. Menimbang pasir yang sudah dikeringkan.
8. Melakukan perhitungan.
Mulai
A
62
Menimbang pasir.
Melakukan perhitungan.
Selesai
2.1.7 Kesimpulan
Kadar lumpur yang disyaratkan PBI 1971 untuk pasir yang akan digunakan
sebagai campuran dalam adukan beton maksimal adalah 5%. Dalam pengujian ini
diperoleh kandungan lumpur dalam pasir sebesar 25%, sehingga pasir tersebut
tidak memenuhi syarat yang telah ditetapkan sebagai bahan bangunan yang baik.
Untuk memperoleh pasir yang baik maka harus dilakukan pencucian terlebih
dahulu dengan air bersih sebelum digunakan.
62
Apabila warna air cukup bersih/jernih, maka kandungan zat organik dalam pasir
itu sedikit dan pasir dapat digunakan untuk bahan baku beton. Apabila warna air
tampak keruh, maka pasir harus dicuci dulu sebelum digunakan untuk bahan baku
beton.
2.2.3.1 Alat
a. Gelas ukur 250 cc.
b. Pipet.
c. Oven.
d. Ayakan 2 mm.
e. Cawan.
f. Neraca dengan ketelitian 0,1 gr.
2.2.3.2 Bahan
a. Agregat halus (pasir) dari oven lolos ayakan 2mm 130 ml.
b. Larutan NaOH 3 % 200ml.
62
Tabel 2.2 Hubungan Perubahan Warna NaOH dengan Prosentase Kandungan Zat Organik
Warna campuran air + NaOH Kandungan Zat Organik
Jernih 0%
Kuning Muda 0 - 10%
Kuning Tua 10 - 20%
Kuning Kemerahan 20 - 30%
Coklat Kemerahan 30 - 50%
Coklat Tua 50 - 100%
Sumber : Prof. Ir.Rooseno
62
Mulai
Selesai
Gambar 2.2 Diagram Alir Pengujian Kandungan Zat Organik Dalam Pasir
2.2.7 Kesimpulan
Dari hasil percobaan diperoleh perubahan warna NaOH berubah menjadi coklat
tua. Berdasarkan tabel 2.2, kandungan zat organik sebesar 50 - 100 %. Hal ini
menunjukkan bahwa pasir tersebut mengandung zat organik sekitar 50 100 %
dan pasir tersebut masih dapat digunakan sebagai bahan pembuatan beton.
2.3.2 Tujuan
Untuk menentukan Bulk Specific Gravity, Bulk Specific Gravity SSD, Apparent
Specific Gravity, dan Absorbsion Agregat Halus.
2.3.3.1 Alat
a. Conical Mould dan temper (pemadat) .
b. Tabung Volumetrick Flash 500 cc.
c. Neraca/timbangan dengan ketelitian 5 gr.
d. Oven.
e. Cawan.
f. Pipet.
2.3.3.2 Bahan
a. Agregat halus (pasir) 500 gram lolos ayakan 2 mm.
b. Air bersih.
62
a.
Memasukkan ke dalam volumetrick flash + air hingga penuh,
didiamkan 24 jam.
A
62
Selesai
2.3.7 Kesimpulan
Dari hasil percobaan dan analisis data diperoleh nilai:
1. Bulk Specific Gravity agregat halus = 2,1739 gr/cc
2. Bulk Specific Gravity SSD agregat halus = 2,2391 gr/cc
3. Apparent Specific Gravity = 2,3256 gr/cc
4. Absorbsion =3 %
Berdasar ASTM C.128-79 syarat Bulk Specific Gravity SSD adalah 2,5 2,7.
Hasil percobaan dan analisis data menunjukkan bahwa nilai Bulk Specific Gravity
SSD adalah 2,2391 sehingga dapat disimpulkan bahwa pasir sampel tidak
memenuhi syarat dan tidak layak digunakan sebagai agregat halus dalam
pembuatan beton.
Untuk menggunakan pasir sebagai bahan utama dari beton maka ukuran
butirannya harus memenuhi syarat. Gradasi agregat adalah susunan ukuran
buturan dari agregat tersebut. Apabila butir-butir agregat mempunyai ukuran
yang sama, maka volume pasir akan menjadi besar. Sebaliknya jika ukuran
bervariasi maka ukuran volumenya akan menjadi kecil.
Gradasi agregat halus sangat penting untuk menjamin mutu beton yang
berkualitas sesuai dengan ukuran yang diinginkan.
Menurut PBI 1971 pasal 33 ayat 1 gradasi agregat halus yang baik adalah :
1. Sisa diatas ayakan 4 mm minimal 2 % berat.
2. Sisa diatas ayakan 1 mm minimal 10 % berat.
3. Sisa diatas ayakan 0,25 mm minimal 80 95 % berat.
Menurut ASTM harga modulus kehalusan berkisar antara 2,3 3,1. Dengan
adanya ketentuan seperti diatas maka kita sangat perlu memeriksa gradasi pasir
sebelum digunakan untuk campuran adukan beton untuk mengetahui
kelayakannya.
62
Tabel 2.3 Batasan Susunan Butiran Agregat Halus Sesuai ASTM C 33-81
(Edward G Nawi ,1990)
Ukuran saringan Prosentase lolos saringan
(mm) Daerah 1 Daerah 2 Daerah 3 Daerah 4
10,00 100 100 100 100
4,80 90-100 90-100 90-100 95-100
2,40 60-95 75-100 85-100 95-100
1,20 30-70 55-90 75-100 90-100
0,60 15-34 35-59 60-79 80-100
0,30 5-20 8-30 12-40 15-50
0,15 0-10 0-10 0-10 0-15
Sumber : Teknologi Beton; Kardiyono Tjokrodimulyo. 1994
Keterangan:
Daerah I : pasir kasar
Daerah II : pasir agak kasar
Daerah III : pasir agak halus
Daerah IV : pasir halus
2.4.2 Tujuan
Untuk memeriksa susunan atau variasi susunan agregat halus dan angka kehalusan
agregat halus (pasir) tersebut.
2.4.3.1 Alat
a. Neraca/timbangan berkapasitas 2 kg, ketelitian 5 gr.
b. Satu set mesin getar.
c. Satu set ayakan dengan diameter:
1. 9,50 mm
62
2. 4.75 mm
3. 2.36 mm
4. 1.18 mm
5. 0.85 mm
6. 0.30 mm
7. 0.15 mm
8. 0 (pan)
2.4.3.2. Bahan
a. Agregat halus (pasir) 3000 gr.
Mulai
Menyiapkan satu set ayakan dan menyusun mulai dari bawah ke atas: pan;
0,15 mm; 0,30 mm; 0,85 mm; 1,18 mm; 2,36 mm; 4,75 mm; 9,50 mm.
Selesai
Berat tertinggal
Berat pasir tertinggal = 100%
3000
2625
100%
3000
87,5%
3000 2625
x100%
3000
12,5%
333,332 87,5
87,5
2,8095
Dengan perhitungan di atas maka pasir tersebut masuk dalam daerah II dan
memenuhi syarat dalam standar SK-SNI-T-15-1990-03 dan ASTM C.33-97.
100
Batas Atas
% Lolos Saringan
80
60 Batas Bawah
40
Hasil
20 Percobaan
0
0 2 4 6 8 10
Diameter Ayakan
2.4.7 Kesimpulan
Syarat gradasi agregat kasar :
1. Modulus halus untuk British Standart (BS.882:1992) = 1,5-3,8
2. Kehilangan butiran maksimal 1 % dari berat semula
Dari data hasil percobaan dan analisis data dapat disimpulkan bahwa:
1. Prosentase kehilangan berat pada saat pengujian adalah 12,5%. Hal ini
menunjukkan bahwa agregat halus sampel tidak memenuhi syarat sebagai
bahan bangunan pembuatan beton, karena standar nilai kehilangan berat
maksimal 1% dari berat semula.
2. Modulus kehalusan agregat halus sebesar 2,8095. Berdasarkan ASTM C.33-
97 syarat modulus kehalusan agregat halus adalah 2,3 3,1, berdasar SII-
0052-80 syarat modulus kehalusan agregat halus adalah 1,5 3,8. Jadi,
agregat halus memenuhi syarat pembuatan beton.
62