Anda di halaman 1dari 14

A. SYARAT-SYARAT UMUM (AV) 41.

PENGANTAR

Syarat-syarat Umum (AV) 41 selengkapnya bernama : “Algemene voorwarden voor de uitvoering


bij aanneming van openbare werken” atau dalam bahasa Indonesia: “Syarat-syarat Umum untuk
pelaksanaan bangunan umum yang dilelangkan”.
Syarat-syarat Umum ini ditetapkan dengan Surat Keputusan Pemerintah Hindia Belanda, tanggal 28
Mei 1941, No.4. Oleh sebab itu dikenal dengan nama sebutan SU (AV) 41.
Pertimbangan untuk menetapkan SU (AV)41 ini adalah keperluan untuk mengatur hak-hak dan
kewajiban yang seimbang antara Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa dalam melaksanakan pekerjaan
konstruksi.
Konon kabarnya Asosiasi Kontraktor Hindia Belanda ikut membantu menyusun dan merumuskan
SU (AV)41 ini.
Walaupun SU (AV)41 merupakan hasil karya dimasa Pemerintah kolonial Belanda, namun beberapa
ketentuan yang baik dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
sekarang (UU No.18/1999 dan PP No.29/2000) tetap berlaku karena belum pernah dicabut.

KANDUNGAN ISI YANG PENTING :

1. Direksi (Pasal 3)

1.1. Yang dimaksud dengan Direksi : Pegawai atau pejabat sipil/militer yang ditunjuk Kepala
Departemen/dinas/perusahaan/pemerintah daerah atau pejabat yang disebut dalam bestek.
Pejabat tersebut.atas nama kepala yang bersangkutan mengawasi terpenuhinya Syarat-Syarat
yang telah ditetapkan untuk Penyedia Jasa (ayat 1).

1.2. Bila dalam bestek Direksi belum ditunjuk, maka penunjukan selanjutnya disampaikan secara
tertulis kepada Penyedia Jasa (ayat 2).

1.3. Direksi boleh/bisa menugaskan seseorang atau lebih bawahannya, menjalankan pengawasan
sehari-hari terhadap pekerjaan/bagian pekerjaan dengan memberitahukan hal tersebut kepada
Penyedia Jasa (ayat 3).

1.4. Petunjuk-petunjuk orang tersebut ayat (3) dianggap seperti diberikan Direksi sendiri sepanjang
sesuai bestek (ayat 4).

1.5. Bila terjadi perselisihan dengan bawahan Direksi termaksud, Penyedia Jasa dapat mengajukan
keberatan kepada Direksi (ayat 5)
Penjelasan:

a. Yang dimaksud dengan Kepala Departemen, dinas, perusahaan atau Pemerintah Daerah adalah
pejabat kepada siapa Pemerintah mengamanatkan biaya pekerjaan, jadi termasuk Kepala
Proyek. Karena tugasnya maka Direksi harus seorang ahli dalam teknik dan bidang yang sama
dengan pekerjaan yang dilaksanakan. Untuk pekerjaan-pekerjaan dilingkungan PU biasanya
pejabat PU, walaupun dapat juga terjadi untuk pekerjaan khusus, direksi ditugaskan kepada
seorang ahli swasta atau konsultan swasta (ayat 1).

b. Pengawas sehari-hari bukan Direksi tapi petugas dari Direksi (ayat 3).

c. Di tegaskan lagi bahwa bestek mempunyai kedudukan yang kuat (ayat 4)

2. Jaminan (Pasal 4).

2.1. Jika disyaratkan adanya jaminan, maka jaminan ini harus diberikan oleh Penyedia Jasa dalam
waktu satu bulan sesudah tanggal penetapan pelaksana konstruksi (ayat 1).

2.2. Jaminan diserahkan kepada Kepala Departemen/divisi/perusahaan/pemerintah daerah atau


kepada pejabat yang ditunjuk. Sesudah pekerjaan/sebagian pekerjaan diserahkan dan diterima
baik untuk mana diberi jaminan, atas permintaan Penyedia Jasa, jaminan tersebut dikembalikan
asalkan jaminan tersebut tidak diperlukan utnuk melindungi denda, ganti rugi, yang harus
ditanggung Penyedia Jasa (ayat 3)

Penjelasan :

Titik berat perlunya jaminan, untuk memberikan keamanan bagi Pengguna Jasa agar Penyedia Jasa
menjalankan tugasnya dengan baik.

3. Pertanggungan (Asuransi) (Pasal 5).

3.1. Penyedia Jasa diwajibkan meng-asuransikan pekerjaan dan bahan-bahan dalam persediaan atas
biaya Penyedia Jasa untuk kepentingan Pengguna Jasa dengan jumlah yang semakin meningkat
(Polis Terbuka) sesuai kemajuan pekerjaan sampai serah terima akhir kecuali bestek
menentukan lain (ayat 1).

3.2. Asuransi harus termasuk semua yang disediakan Pengguna Jasa dipekerjaan termasuk Gambar-
Gambar dan Barang-Barang untuk Direksi (ayat 2).

3.3. Polis dibuat atas nama Pengguna Jasa dan bukti-bukti pembayaran premi diserahkan kepada
Direksi (ayat 3).

3.4. Penyedia Jasa wajib memperbaiki/mengganti kerusakan/kerugian akibat kebakaran yang


diasuransikan. Setelah diperbaiki Penyedia Jasa akan menerima dana dari Pengguna Jasa (ayat
4).
3.5. Jika Penyedia Jasa tidak melaksanakan perbaikan (penggantian kerusakan/kerugian dan
pekerjaan tersebut dilaksanakan Pengguna Jasa dengan biaya Penyedia Jasa, kemungkinan sisa
dana asuransi setelah dipotong biaya perbaikan/penggantian diserahkan kepada Pengguna Jasa
sedangkan bila terjadi kekurangan akan diambil/dipotong dari jumlah pembayaran atau
diselesaikan dengan cara lain (ayat 5).

3.6. Jika Penyedia Jasa lalai membayar premi asuransi maka akan dibayar Pengguna Jasa atas
tanggungan Penyedia Jasa (ayat 6).

3.7. Direksi berhak mensyaratkan bahan/alat/mesin untuk Penyedia Jasa yang ada di lapangan
diasuransikan terhadap kebakaran/kerugian lain untuk kepentingan Direksi pada perusahaan
asuransi yang ber-reputasi baik (ayat 7)

Penjelasan:

a. Tujuan pokok dari ketentuan-ketentuan dalam Pasal ini adalah menjamin keamanan Pengguna
Jasa agar tidak menderita rugi dengan mengeluarkan 2 kali biaya untuk pekerjaan yang sama
atau pengeluaran dilakukan begitu saja.

Oleh karena itu asuransi harus dilakukan terhadap :

 Pekerjaan/bagian pekerjaan yang telah dikerjakan/diserahkan Penyedia Jasa yang berarti


pekerjaan/bagian pekerjaan tersebut telah dibayar Pengguna Jasa dengan nilai
pertanggunggan disesuaikan dengan nilai pekerjaan yang diselesaikan sehingga tidak
terlalu memberatkan Penyedia Jasa;

 Barang-barang/alat-alat/bahan milik Pengguna Jasa yang diserahkan untuk pekerjaan.

b. Agar tidak disalahgunakan, polis asuransi harus atas nama Pengguna Jasa. Bila terjadi
kebakaran, klaim asuransi diberikan kepada Pengguna Jasa dan kemudian baru diserahkan
kepada Penyedia Jasa setelah pekerjaan diperbaiki.

c. Karena premi merupakan syarat mutlak berlangsungnya asuransi maka hal ini harus diawasi
Pengguna Jasa sehingga bila terjadi kelalaian Penyedia Jasa membayar premi, maka Pengguna
Jasa harus membayarkannya terlebih dahulu kemudian memotong pembayaran kepada
Penyedia Jasa.

d. Untuk pekerjaan yang bersifat khusus dan Direksi menganggap perlu maka Direksi berwenang
memerintahkan Penyedia Jasa untuk meng-asuransikan barang/bahan milik Penyedia Jasa yang
akan dipakai untuk pekerjaan.

4. Rencana Kerja (Pasal 10)

4.1. Penyedia Jasa selekasnya setelah penunjukan, wajib menyampaikan suatu rencana kerja berisi
data selengkap mungkin tentang metode kerja, rencana penggunaan peralatan, urut-urutan
pekerjaan dan perkiraan waktu pelaksanaan macam pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan
dari Direksi (ayat 1)
4.2. Persetujuan Pengguna Jasa atas rencana kerja tidak membebaskan Penyedia Jasa untuk
menyelesaikan dan menyerahkan pekerjaan sesuai bestek dan juga tak berarti memberi peluang
Penyedia Jasa minta ganti rugi jika ternyata metode pelaksanaan penggunaan peralatan atau
urut-urutan pekerjaan tidak mengenai sasaran (ayat 2)

4.3. Jika karena perobahan keadaan atau pandangan atau kelambatan pelaksanaan rencana kerja
tidak diikuti, metode rencana kerja akan dirubah dengan persetujuan Pengguna Jasa (ayat 4)

4.4. Penyedia Jasa wajib sebelumnya memberitahukan secara tertulis kepada Direksi mengenai
tanggal pekerjaan secara nyata dimulai dan pekerjaan tidak boleh dimulai sebelum jaminan
tersebut Pasal 4 ayat 1 dilaksanakan (ayat 5 dan 6)

Penjelasan:

a. Dalam melaksanakan pekerjaan yang terdiri dari banyak bagian, satu sama lain harus saling
berhubungan sehingga tidak saling mengganggu/menghalangi tapi membuat roda pelaksanaan
berputar lancar dan teratur. Untuk mencapai hal tersebut, jumlah bahan, tenaga, peralatan,
waktu mulai/akhir masing-masing bagian pekerjaan harus dianalisis, diatur dengan teliti dalam
bentuk grafis/bentuk lain yang mudah dibaca sebagai pedoman pelaksanaan bagi Penyedia Jasa
yang dinamakan rencana pekerjaan (work program).

b. Selain sebagai prasarana pelaksanaan, rencana kerja merupakan alat kontrol bagi Direksi
mengenai ketepatan/kecepatan kerja dan dapat diketahui sumber kelambatan.

c. Ketidak cocokan antara pelaksanaan dan rencana kerja bisa terjadi karena :

 Salah taksir/analisis

 Kesalahan teknis/pengurusan tanggungan Penyedia Jasa

 Keadaan diluar kemampuan Penyedia Jasa, walaupun diluar tanggungan Penyedia Jasa,
dengan diketahuinya gangguan ini, rencana kerja diperbaiki sehingga pekerjaan tidak
terlalu terlambat.

d. Walaupun rencana kerja dibuat Penyedia Jasa dan disetujui Pengguna Jasa, ditekankan bahwa
bila rencana kerja tidak cocok Penyedia Jasa tidak boleh minta ganti rugi. Hal ini berarti
Penyedia jasa harus membuat rencana kerja dengan teliti dan dapat dipertanggungjawabkan

5. Pengujian Bahan (Pasal 23)

5.1. Bahan-bahan harus memenuhi persyaratan yang tercantum dalam “Syarat-Syarat Umum” ini.
Jika syarat-syarat untuk suatu jenis bahan tertentu tidak ada dalam Syarat-Syarat Umum, maka
bahan tersebut harus memenuhi Syarat-Syarat yang lain untuk bahan sejenis.

5.2. Bahan-bahan sebelum dikerjakan/diserahkan harus dinilai/diuji mutunya disuatu Laboratorium


Pemeriksaan Bahan.
5.3. Bila Pengguna Jasa adalah Pemerintah maka Direksi berhak memutuskan bahan-bahan diuji di
Laboratorium Negara (ayat 2 dan 9)

5.4. Jika Direksi menolak bahan-bahan, Penyedia Jasa berwenang minta bahan tersebut diuji pada
Laboratorium Negara. Jika ternyata hasil pengujian memenuhi syarat maka bahan-bahan
tersebut disahkan sebagai memenuhi syarat (ayat 15)

5.5. Bila terjadi keadaan seperti tersebut butir 5.3, hasil pengujian menyatakan bahan-bahan
memenuhi syarat, maka biaya pengujian menjadi beban Pengguna Jasa (ayat 16)

6. Penyediaan/Pemberian Gambar-Gambar (Pasal 30).

6.1. Gambar bestek dan Gambar Detail harus diberi tanda oleh Direksi (ayat 1)

6.2. Jika Gambar Detail disediakan Penyedia Jasa, sesudah diadakan perubahan bila diperlukan,
disetujui Pengguna Jasa (ayat 3)

Penjelasan :

Gambar bestek/detail dianggap sah setelah ditandatangani Direksi

7. Pendetailan dan pengerjaannya (pasal 37)

Jika gambar detail yang diberikan kepada Penyedia Jasa tidak sesuai dengan gambaran yang secara
wajar dapat dibentuk dari kesatuan bestek dengan gambar-gambarnya

(dipandang dari sudut ilmu bangunan, termasuk gambar detail pokok) maka jikalau hal ini
mengakibatkan pekerjaan lebih, dapat diperhitungkan.

Penjelasan :

Misalnya pada waktu tender diberikan gambar bestek untuk portal yang dibuat dari konstruksi besi
biasa sebagai dasar penawaran, kemudian pada waktu penunjukan Penyedia Jasa baru diberikan
gambar detail.

8. Hubungan dengan pekerjaan lain (Pasal 40)

8.1. Penyedia Jasa harus mengizinkan pihak lain yang diperintahkan Direksi melakukan pekerjaan
masing-masing secara bersama ditempat yang sama (ayat 1).

8.2. Jika pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan satu sama lain tersebut saling bersinggungan maka
para Penyedia Jasa yang terkait harus bermusyarawah sebelum pekerjaan-pekerjaan tersebut
bersinggungan dan kalau perlu mengusulkan pengaturan kepada Direksi (ayat 2).
8.3. Jika para Penyedia Jasa tidak segera mendapat persesuaian atau usulannya ditolak Direksi,
maka Direksi akan menetapkan bagaimana pelaksanaan oleh masing-masing Penyedia Jasa
harus dilakukan (ayat 3)

Penjelasan :

Rumah dikerjakan Penyedia Jasa A tapi Instalasi Listrik Penyedia Jasa B.

9. Penyerahan Pekerjaan (Pasal 47)

9.1. Penyedia Jasa harus menyerahkan pekerjaan pada tanggal tercantum dalam bestek atau dalam
jumlah hari almanak, yang diijinkan dalam bestek terhitung sejak penunjukan Penyedia Jasa
secara tertulis (ayat 1).

9.2. Jika bestek menetapkan bahwa pekerjaan diserahkan dalam bagian-bagian, maka Penyedia Jasa
harus menyerahkan tiap bagian tersebut pada tanggal-tanggal tersebut dalam bestek atau dalam
jumlah hari almanak yang ditentukan (ayat 2).

9.3. Penyerahan pekerjaan/bagian pekerjaan dilaksanakan berdasarkan pemeriksaan (penilaian)


sesudah Penyedia Jasa mengajukan permintaan tertulis yang mencantumkan tanggal rencana
penyerahan (ayat 3).

Penjelasan :

a. Jika jangka waktu pelaksanaan dalam hari almanak, hari-hari libur tidak dapat dipakai sebagai
alasan minta perpanjangan waktu.

b. Penyerahan pekerjaan berdasarkan hasil optimal yang disahkan dengan Berita Acara yang
menyatakan pekerjaan telah dilaksanakan sesuai bestek, baik dan lengkap.

c. Bila syarat-syarat belum terpenuhi, Penyedia Jasa harus memperbaiki. Bila melampaui batas
tanggal penyerahan bisa kena denda.

10. Perpanjangan waktu penyerahan (Pasal 48)

10.1. Jangka waktu penyerahan pekerjaan/bagian pekerjaan atas permintaan Penyedia Jasa dapat
diperpanjang dalam keadaan-keadaan berikut :

Penyedia Jasa harus mengerjakan pekerjaan tambah atau pekerjaan lain selain tersebut
dalam bestek, jika karena itu pekerjaan terpaksa diperlambat.

Pekerjaan tidak dapat dimulai pada waktu ditetapkan atau pekerjaan harus dihentikan atau
mengalami kelambatan karena Direksi atau pada waktu yang ditetapkan tidak memenuhi
kewajibannya.
Pelaksanaan pekerjaan mengalami kelambatan karena angin topan, gempa bumi, air
pasang/surut luar biasa, kebakaran, pemberontakan, sabotase atau keadaan luar biasa,
terlepas dari kehendak dan diluar kesalahan Penyedia Jasa.(ayat 1).

10.2. Permohonan perpanjangan waktu harus diajukan melalui Direksi dengan menentukan saat
mulai pekerjaan, lamanya peristiwa terjadi yang mengakibatkan kelambatan (ayat 2).

10.3. Kelambatan-kelambatan karena pemasok tidak memenuhi kewajiban tidak bisa menjadi
penyebab perpanjangan waktu kecuali keadaan diluar kekuasaan (ayat 3).

Penjelasan :

Barang impor dengan kapal laut, kapal tenggelam merupakan pengecualian ayat 3.

11. Denda kelambatan (Pasal 49).

Jika dalam bestek ditetapkan denda kelambatan dalam satuan waktu/hari tanpa menetapkan batas
maksimum maka denda maksimum tidak boleh melebihi 10% x harga borongan.

Penjelasan :

Denda tidak melebihi jumlah perkiraan keuntungan yang akan diperoleh (10%).

12. Pekerjaan tambah dan kurang (Pasal 50).

12.1. Penyimpangan rencana tak boleh terjadi tanpa izin Pengguna Jasa kecuali Direksi diberi kuasa
yang harus diberitahukan secara tertulis kepada Penyedia Jasa.(ayat 1).

12.2. Penyedia Jasa wajib mengizinkan setiap perubahan yang diperintahkan (ayat 2).

12.3. Jika pengetrapan ayat-ayat dalam Pasal ini mengakibatkan pekerjaan kurang, Penyedia Jasa
harus menerima jika pekerjaan kurang ini diperhitungkan menurut Pasal 51 (ayat 3).

12.4. Jika pengetrapan ayat-ayat dalam Pasal ini mengakibatkan pekerjaan lebih dan dalam hal
Direksi menghendakinya maka Penyedia Jasa harus mengerjakannya kecuali setelah
diperhitungkan dengan pekerjaan kurang mengakibatkan biaya lebih dari 10% dari harga
borongan (ayat 4).

12.5. Jika terjadi pekerjaan tambah melebihi 10% (setelah diperhitungkan dengan pekerjaan
kurang) dan Direksi menghendaki tetap dilaksanakan oleh Penyedia Jasa yang sama, maka
Penyedia Jasa tersebut harus memberikan pernyataan tertulis dalam jangka waktu tertentu
apakah dia bersedia untuk mengerjakan pekerjaan tambah yang melebihi 10% tersebut disertai
syarat-syarat yang diminta (ayat 5).

12.6. Jika Penyedia Jasa dalam hal tersebut ayat 5 tidak bersedia melaksanakan pekerjaan tambah
yang melebihi 10% tersebut atau tidak memberikan pernyataan tertulis dalam waktu yang
ditentukan tentang hal tersebut, maka Pengguna Jasa berwenang untuk melengkapi pekerjaan
tersebut (ayat 6).

12.7. Jika Penyedia Jasa membuktikan bahwa karena pengetrapan ayat-ayat ini timbul kerugian
baginya, maka kerugian ini akan diganti sejumlah yang ditetapkan Pengguna Jasa menurut
norma keadilan.

Penjelasan :

a. Ayat 1 :

 Perencanaan hanya boleh dirubah Pengguna Jasa (yang melelangkan);

 Direksi pun tanpa izin Pengguna Jasa tidak boleh mengadakan penyimpangan;

 Penyimpangan rencana dapat mengakibatkan tambahan biaya;

 Penyedia Jasa wajib melakukan perubahan walaupun kadang-kadang berarti pengurangan


penerimaan.

 Kewajaran yang dapat disimpulkan : selisih lebih dari pekerjaan tambah dan pekerjaan
kurang, Penyedia Jasa memperoleh 10% keuntungan

 Kewajiban mutlak Penyedia Jasa adalah pekerjaan tambah (setelah dikurangi pekerjaan
kurang) tidak melebihi 10%.

b. Ayat 7 :
Unsur keadilan dan kewajaran diperhatikan.

13.Perhitungan Pekerjaan Tambah/Kurang (Pasal 51).

13.1. Perhitungan pekerjaan tambah/kurang dilaksanakan berdasarkan harga satuan tersebut dalam
kontrak (bestek) dan pembayarannya dilakukan pada pembayaran angsuran berikutnya tanpa
keuntungan yang akan dibayarkan pada waktu pembayaran akhir (Penyerahan) (ayat 2 dan
Pasal 58 ayat 4).

13.2. Jika perhitungan akhir (setelah diperhitungkan dengan pekerjaan kurang menghasilkan
pekerjaan tambah maka Penyedia Jasa memperoleh keuntungan 10% dari harga borongan.
Dalam hal terjadi kebalikannya tidak dipotong 10% (ayat 3).

13.3. Harga satuan yang tidak ada dalam bestek/surat penawaran ditetapkan berdasarkan musyawarah
antara Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa (ayat 4).

13.4. Jika sifat dari suatu perubahan menyebabkannya, maka penyimpangan dari harga satuan dalam
ayat terdahulu dapat ditentukan suatu jumlah harga yang menyebabkan harga borongan naik
atau turun. Penetapan berdasarkan hasil musyawarah antara Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa
(ayat 5).
14. Pos-pos yang diperhitungkan (Pasal 52).

14.1. Untuk bagian-bagian pekerjaan yang harga pembeliannya tidak menentu satu dan lain hal
karena syarat yang ditentukan tentang baik tidaknya penyelesaiannya, maka dalam bestek boleh
dicantumkan pos-pos yang diperhitungkan, pos-pos mana harus cukup menggambarkan biaya
yang berhubungan dengan bagian yang harus dibeli (ayat 1).

14.2. Perhitungan pengeluaran Penyedia Jasa untuk pembelian-pembelian dimaksud dilakukan


sedemikian rupa, sehingga dia menerima selisih antara harga pembelian (sesuai bukti) dan
harga tercantum dalam pos yang diperhitungkan dalam bestek. Jika terjadi harga pembelian
kurang dari pos yang diperhitungkan maka kelebihannya akan dipotong dari harga borongan
(ayat 2).

Penjelasan :

Maksud pasal ini agar dalam hal harga-harga bahan tidak stabil, Penyedia Jasa tidak dirugikan dan
juga Pengguna Jasa tidak harus membayar harga yang lebih tinggi.

15. Tanggung Jawab Penyedia Jasa (Pasal 54).

15.1. Penyedia Jasa bertanggung jawab selama 5 (lima) tahun sejak hari penyerahan jika:

a. Dia sendiri yang membuat perencanaan (sebagian atau seluruhnya) atas segala kerugian
atau ketidak sempurnaan pekerjaan/bagian pekerjaan/menimbulkan kerusakan pada bagian
lain/berdekatan sebagai akibat langsung dari rencananya yang tidak layak/kualitas bahan
yang buruk kecuali ketidak sempurnaan merupakan akibat dari keadaan yang sewaktu
dikerjakan tidak diketahui sebelumnya (ayat 1).

b. Rencana dibuat Pengguna Jasa, terjadi kerusakan dan ketidak sempurnaan akibat kualitas
bahan/pelaksanaan yang buruk (ayat 2).

c. Rencana dibuat Pengguna Jasa dan seharusnya Penyedia Jasa secara wajar mengetahui
sebelumnya bahwa rencana tersebut kurang sempurna sehingga perlu dirubah namun
Penyedia Jasa tidak memberitahukan kepada Pengguna Jasa dan terus melaksanakannya
(ayat 3).

15.2. Dengan ketentuan tersebut ayat 1 Pasal 1609 KUHPer tidak berlaku lagi (ayat 2).

15.3. Setelah dinyatakan adanya kerusakan/ketidak sempurnaan tersebut ayat 1, Penyedia Jasa
harus diberi kesempatan memperbaiki kerusakan/ketidak sempurnaan dan bila perlu
mengambil tindakan pencegahan meluasnya kerusakan/ketidak sempurnaan.
Penjelasan :

a. Ketentuan tanggung jawab Penyedia Jasa selama 5 tahun sejak tanggal penyerahan sebenarnya
cukup panjang dengan maksud untuk lebih mendorong Penyedia Jasa melaksanakan pekerjaan
dengan baik dan seksama (cara, teknik, pemakaian bahan) sehingga terjamin mutu pekerjaan.

b. Dalam pasal ini ditekankan pula, bahwa selain menjaga kebaikan mutu pelaksanaan, Penyedia
Jasa juga harus memperhatikan kewajaran gambar/bestek dan rencana pada waktu pelaksanaan.
Dia tidak boleh bersikap acuh tak acuh terhadap kemungkinan terdapatnya kenyataan yang
tidak sesuai dengan rencana atau hal yang tidak diduga semula, yang akan berpengaruh buruk
pada hasil pekerjaan dimana dia dapat disalahkan, bila tidak memberitahu pada Direksi.

Contoh :

Dalam bestek ditentukan panjang tiang pancang 12 m. Pada salah satu sudut bangunan, ternyata
beberapa tiang pancang masuk keseluruhan panjang dan masuknya melebihi persyaratan maksimum
(misalnya 0,5 cm pada setiap 10 kali pukulan). Dalam hal ini walaupun Penyedia Jasa telah
memenuhi bestek tentang panjang tiang pancang, dia harus memberitahu kelainan ini kepada Direksi
dan minta instruksi lebih lanjut.

Jika Penyedia Jasa terus saja bekerja tanpa memberitahu tentang kelainan ini kepada Direksi, maka
jika dalam waktu 5 (lima) tahun ternyata bangunan retak, dia bertanggung jawab.

KUHPer Pasal 1609 :

Jika suatu gedung yang telah diborongkan dibuat untuk suatu harga tertentu, seluruhnya atau
sebagian musnah disebabkan karena suatu cacad dalam penyusunannya, atau bahkan karena tidak
sanggupnya tanah, maka para ahli pembangunannya serta para pemborongnya adalah bertanggung
jawab untuk itu selama sepuluh tahun.

16.Kewajiban Penyedia Jasa dalam jangka waktu pemeliharaan (Pasal 55).

Tanpa mengurangi maksud Pasal 63 ayat 1 terhitung sejak penyerahan pekerjaan selama jangka
waktu tersebut dalam bestek atas perintah pertama Direksi, Penyedia Jasa wajib memperbaiki
sampai memuaskan Direksi, semua kekurangan yang nyata akibat pelaksanaan kurang sempurna dan
yang diakibatkan pemakaian bahan yang buruk.

17. Pemutusan Perjanjian (Pasal 62).

17.1. Jika Penyedia Jasa tidak melaksanakan bestek/perjanjian atau tidak menurut instruksi Direksi,
maka Direksi memberi waktu yang wajar secara tertulis bagi Penyedia Jasa untuk memenuhi
kewajibannya (ayat 1).

17.2. Jika Penyedia Jasa tidak mengindahkan teguran tersebut ayat 1 atau selanjutnya terus melakukan
kesalahan yang sama, perjanjian dapat diputuskan tanpa perantaraan pengadilan. Perjanjian tetap
berlaku sampai hari pemberitahuan dan akibat-akibat pemutusan baru mulai sesudah hari itu (ayat
2).
17.3. Pengguna Jasa selanjutnya berwenang memutuskan perjanjian tanpa adanya kelalaian Penyedia
Jasa terlebih dulu :

a. Setelah denda kelambatan penyerahan mencapai maksimum seperti tersebut dalam Pasal 49.

b. Penyedia Jasa ternyata melakukan tindakan dengan pihak ketiga pada waktu tender sehingga
persaingan bebas tersingkirkan dan dalam hal mana Penyedia Jasa juga dikenakan denda
sebesar 10% dari harga barang.

c. Menurut penilaian Pengguna Jasa, Penyedia Jasa telah dikenakan denda f. 1.000 (gulden)
karena memasukkan orang ke lapangan tanpa ijin.(ayat 3).

17.4. Jika terjadi pemutusan perjanjian sesuai pasal ini, tanpa mengurangi hak Penyedia Jasa atas
pembayaran pekerjaan yang telah diserahkan maka Penyedia Jasa harus membayar denda-
denda yang terhutang, denda yang telah dijatuhkan, ganti rugi atas biaya, kerugian dan bunga
yang diderita dan akan diderita Pengguna Jasa. Selanjutnya Pengguna Jasa berhak meneruskan
pekerjaan itu sendiri (swakelola) atau menyuruh pihak ketiga atas biaya Penyedia Jasa dengan
harga pekerjaan sesuai Pasal 61 ayat 6. Akan tetapi Penyedia Jasa tidak punya hak sedikitpun
atas pembayaran yang belum dilakukan sebelum pekerjaan selesai sama sekali. Jika pekerjaan
diselesaikan dengan harga lebih rendah dari harga borongan maka Penyedia Jasa tidak bisa
menuntut selisihnya (ayat 4).

17.5. Dalam hal terjadi pemutusan perjanjian berdasarkan pasal ini, Pengguna Jasa berwenang
menggunakan alat-alat untuk Penyedia Jasa untuk pelaksanaan termasuk bahan-bahan yang
sudah didatangkan di atau dekat pekerjaan. Pengguna Jasa memelihara alat-alat/bahan tersebut
tapi tidak harus membayar ganti rugi untuk penggunaannya. Pengguna Jasa tidak menanggung
resiko apapun, kecuali timbul kerusakan karena kesalahan pemakaian (ayat 5).

17.6. Alat-alat dimaksud dianggap sebagai digadaikan sebagai tambahan jaminan atas segala tagihan
yang mungkin akan dilakukan Pengguna Jasa akibat perjanjian dan pemutusannya (ayat 6).

17.7. Untuk semua pemberitahuan, penyitaan, gugatan dan tuntutan terhadapnya, sesudah pemutusan
perjanjian, Penyedia Jasa tetap memiliki domisili yang telah dipilih (ayat 7).

17.8. Untuk kejadian-kejadian yang sudah diatur dalam Pasal ini, Penyedia Jasa lebih-lebih dianggap
telah mengesampingkan berlakunya Pasal-Pasal 1265 sampai dengan Pasal 1267 KUHPer (ayat
8).

Penjelasan :

a. Pasal ini pertama-tama melindungi Pengguna Jasa (pihak yang melelangkan) terhadap
kemungkinan Penyedia Jasa bertindak sewenang-wenang dalam pelaksanaan pekerjaan.

b. Pemutusan perjanjian adalah tindakan terjauh yang dapat diambil Pengguna Jasa jika Penyedia
Jasa sudah keterlaluan.
c. Dalam hal ini Direksi harus mempunyai bukti nyata mengenai kelalaian Penyedia Jasa dalam
hal mana buku harian dan rencana kerja berperan penting dalam memutuskan perjanjian.

Bagi Penyedia Jasa pemutusan perjanjian hanya berakibat kerugian antara lain :

 nama baik tercemar

 tidak bisa menerima pembayaran apapun kecuali yang sudah diprestasikan dikurangi
potongan-potongan hutang-hutang, denda, dan sebagainya.

 Jika masih ada sisa harga borongan setelah diselesaikan Direksi, maka Penyedia Jasa tidak
berhak sama sekali untuk minta bagian.

Catatan :

Pasal 1265 KUHPer :

Suatu syarat batal adalah syarat yang bila dipenuhi menghentikan perikatan dan membawa segala
sesuatu kembali pada keadaan semula, seolah-olah tidak pernah ada suatu perikatan.

Syarat ini tidak menangguhkan pemenuhan perikatan; hanyalah ia mewajibkan si berpiutang


mengembalikan apa yang telah diterimanya, apabila peristiwa yang dimaksudkan terjadi.

Pasal 1266 KUHPer :

Syarat batal dianggap selalu dicantumkan dalam persetujuan-persetujuan yang timbal balik,
manakala salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya.

Dalam hal yang demikian, persetujuan tidak batal demi hukum, tetapi pembatalan harus dimintakan
kepada Hakim.

Permintaan ini juga harus dilakukan, meskipun syarat-syarat batal mengenai tidak dipenuhinya
kewajiban dinyatakan didalam persetujuan.

Jika syarat-syarat batal tidak dinyatakan dalam persetujuan, Hakim adalah leluasa untuk menurut
keadaan, atas permintaan tergugat memberikan suatu jangka waktu untuk masih juga memenuhi
kewajibannya, jangka waktu mana namun tidak boleh lebih dari satu bulan.

Pasal 1267 – KUHPer :

Pihak terhadap siapa perikatan tidak dipenuhi, dapat memilih apakah ia, jika hal itu masih dilakukan,
akan memaksa pihak yang lain untuk memenuhi persetujuan, ataukah ia akan menuntut pembatalan
persetujuan, disertai penggantian biaya, kerugian atau bunga.
18.Pelaksanaan pekerjaan oleh Direksi karena kelalaian Penyedia Jasa
(Pasal 63).

18.1. Jika Penyedia Jasa tidak memenuhi perintah tertulis Direksi dalam waktu yang wajar maka
Direksi berwenang tanpa mengurangi ketentuan Pasal 62 mengerjakan sendiri atau menyuruh
orang lain mengerjakan atas beban biaya Penyedia Jasa (ayat 1).

18.2. Kerugian/kelambatan yang mungkin terjadi akibat tindakan ini tetap menjadi tanggung jawab
Penyedia Jasa (ayat 2).

Penjelasan :

Pasal ini perlu diperhatikan untuk menjamin kelancaran dan mutu pekerjaan. Penyedia Jasa
seharusnya berusaha agar Pasal ini tidak diterapkan agar nama baiknya tidak ternoda.

Anda mungkin juga menyukai