Pengujian Beton
SNI 2458 : 2008 Tata cara pengambilan contoh uji beton segar
Persyaratan :
Jumlah contoh Waktu pengambilan Cara Pengambilan
SNI 2493:2011 Tata cara pembuatan dan perawatan benda uji beton di laboratorium SNI 0303-48104810-1998 Metode pembuatan dan perawatan benda uji beton di lapangan Persyaratan
Tempat Pembuatan Waktu pembuatan
Silinder :
Max. aggregate size of 50 mm (2 in.): 150 300 mm (6 x 12 in.) in.) .) Silinder Standar Max. Aggregate size > 50 mm (2 in.): Diameter = 3 x max. aggr. / Height = 2 x diameter High-Strength Concrete: 100 x 200 mm (4 x 8 in.)
Lingkup Cara uji ini meliputi penentuan nilai slump beton, baik di laboratorium maupun di lapangan.
o umur beton
Konversi kekuatan beton berdasarkan umur : 3 hari : 0,40 (40%) 7 hari : 0,65 (65%) 14 hari : 0,88 (88%) 21 hari : 0,95 (95%) 28 hari : 1,00 (100%) 90 hari : 1,20 (120%) 365 hari : 1,35 (135%)
MR =
10
Pengujian Agregat
11
AGREGAT KASAR Analisis Saringan Berat Jenis & penyerapan Berat Isi Abrasi Impact Crushing Kepipihan Lolos Saringan No. 200 Kadar lempung Soundness
23
AGREGAT HALUS
Analisa Saringan Berat jenis & penyerapan Berat Isi Partikel Ringan Soundness Organik Impurities Alkali Reaktif
24
12
SNI 03-6868-2002 Tata cara pengambilan contoh uji secara acak untuk bahan konstruksi Nomor: SNI 03-6889-2002 Tata cara pengambilan contoh agregat
Mempersiapkan sejumlah contoh dari lapangan menjadi sejumlah contoh sesuai kebutuhan uji. Menggunakan alat pemisah contoh (sample splitter) Menggunakan metoda perempat (quartering)
26
13
27
28
14
Analisis saringan agregat ialah penentuan persentase berat butiran agtegat yang lolos darisatu set saringan kemudian angka-angka persentase digambarkan pada grafik pembagian butir. Maksud Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pemeriksaan untuk menentukan pembagian butir (gradasi) agregat halus dan agregat kasar dengan menggunakan saringan. Tujuan Tujuan pengujian ini ialah untuk memperoleh distribusi besaran atau jumlah persentase butiran baik agregat halus maupun agregat kasar.Distribusi yang diperoleh dapat ditunjukan dalam table atau grafik.
29
Peralatan yang dipergunakan adalah sebagai berikut : 1) timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2% dari berat benda uji; 2) satu set saringan; 37,5 mm (3); 63,5 mm (2); 50,8 mm (2); 19,1 mm (); 12,5mm (); 9,5 mm (); No.4 (4.75 mm); No.8 (2,36 mm); No.16 (1,18 mm); No.30 (0,600 mm); No.50 (0,300 mm); No.100 (0,150 mm); No.200 (0,075 mm); 3) oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110 + 5)C; 4) alat pemisah contoh; 5) mesin pengguncang saringan; 6) talam-talam; 7) kuas, sikat kuningan, sendok, dan alat-alat lainnya.
30
15
31
32
16
33
(mm) inci
(4.75 mm); (2,36 mm); (1,18 mm); (0,600 mm); (0,300 mm); (0,150 mm); (0,075 mm); No.4 No.8 No.16 No.30 No.50 No.100 No.200
Pan
34
17
35
Ukuran Saringan mm 0,075 0,15 0,30 0,60 1,20 2,40 4,80 9,60 19,00 inci No.200 No.100 No.50 No.30 No.16 No.8 No.4 3/8" 3/4"
0 0 8 35 55 75 90 100 100
Modulus Kehalusan
Fine Aggr egate Gradation Curve 120 100 80 % p as sin g s ie ve 60 0.3 40 0.3 20 0 0 0 0.15 0.15 0.15 0.3 Sieve Size 0.6 Minimum Maksimum Eksisting 0.6 0.6 1.2 1.2 1.2 2.4 2.4 2.4 4.8 4.8 9.6 19
36
18
1) berat jenis curah ialah perbandingan antara berat agregat kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25C; 2) berat jenis kering permukaan jenuh yaitu perbandingan antara berat agregat kering permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadan jenuh pada suhu 25C; 3) berat jenis semu ialah perbandingan antara berat agregat kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan kering pada suhu 25C; 4) penyerapan ialah perbandingan berat air yang dapat diserap terhadap berat agregat kering, dinyatakan dalam persen.
37
Maksud Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pengujian untuk menentukan berat jenis curah, berat jenis kering permukaan jenuh, berat jenis semu dari agregat kasar, serta angka penyerapan dari agregat kasar. Tujuan Tujuan pengujian ini untuk memperoleh angka berat jenis curah, berat jenis kering permukaan jenis dan berat jenis semu serta besarnya angka penyerapan.
38
19
39
40
20
41
DISARING No. 4
+ 5 kg
DICUCI
KERINGKAN
42
21
TIMBANG
KONDISI SSD
KERINGKAN TIMBANG
43
44
22
45
Maksud Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pengujian untuk menentukan berat jenis curah, berat jenis kering permukaan jenuh, berat jenis semu dari agregat halus, serta angka penyerapan dari agregat halus. Tujuan Tujuan pengujian ini untuk memperoleh angka berat jenis curah, berat jenis kering permukaan jenis dan berat jenis semu serta besarnya angka penyerapan.
46
23
Peralatan yang dipergunakan adalah sebagai berikut : 1) timbangan, kapasitas 1 kg atau lebih dengan ketelitian 0,1 gram; 2) piknometer dengan kapasitas 500 ml; 3) kerucut terpancung, diameter bagian atas (40 3) mm, diameter bagian bawah (90 3) mm dan tinggi (75 3) mm dibuat dari logam tebal minimum 0,8 mm; 4) batang penumbuk yang mempunyai bidang penumbuk rata, berat (340 15) gram, diameter permukaan penumbuk (25 3) mm; 5) saringan No. 4 (4,75 mm); 6) oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (1105)C; 7) pengukuran suhu dengan ketelitian pembacaan 1C; 8) talam; 9) bejana tempat air; 10) desikator.
47
48
24
+ 1000 g
DISARING No. 4
49
TIMBANG
TIMBANG
TIMBANG
50
25
51
52
26
Maksud Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan untuk menentukan ketahanan agregat kasar terhadap keausan dengan mempergunakan mesin Abrasi Los Angeles. Tujuan Pengujian ini adalah untuk mengetahui angka keausan tersebut, yang dinyatakan dengan perbandingan antara berat bahan aus lolos saringan No. 12 (1,7 mm) terhadap berat semula, dalam persen.
53
Peralatan untuk pelaksanaan pengujian adalah sebagai berikut : 1) mesin Abrasi Los Angeles (lampiran C): mesin terdiri dari silinder baja tertutup pada kedua sisinya dengan diameter 711mm (28") panjang dalam 508 mm (20"); silinder bertumpu pada dua poros pendek yang tak menerus dan berputar pada poros mendatar; Silinder berlubang untuk memasukkan benda uji: penutup lubang terpasang rapat sehingga permukaan dalam silinder tidak terganggu; di bagian dalam silinder terdapat bilah baja melintang penuh setinggi 89 mm (3,5"); 2) saringan No. 12 (1,7 mm) dan saringan-saringan lainnya); 3) timbangan, dengan ketelitian 5 gram); 4) bola-bola baja dengan diameter rata-rata 4,68 cm ( I 7/8") dan berat masingmasing antara 400 gram sampai 440 gram; 5) oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (1102)C.
54
27
55
56
28
57
DISARING No. 12
TIMBANG
58
29
59
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat isi agregat halus, kasar atau campuran. Berat isi agregat adalah perbandingan berat agregat terhadap volume wadah.
60
30
Timbangan dengan ketelitian 0,1% berat contoh. Talam berkapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh agregat. Tongkat pemadat diameter 15 mm, panjang 60 cm dengan ujung bulat sebaik nya terbuat dan baja tahan karat. Mistar perata (straight edge). Wadah baja yang cukup kaku berbentuk silinder dengan alat pemegang, berkapasitas seperti table berikut :
61
62
31
63
64
32
65
1. PERHITUNGAN HASIL UJI W3 Berat isi agregat Dimana : V = isi wadah (dm3). = V
kg/ dm3
66
33
Yang dimaksud dengan kotoran organik adalah bahan-bahan organik yang terdapat di dalam pasir dan menimbulkan efek yang merugikan terhadap mutu mortar atau beton. Maksud Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam pelaksanaan pengujian untuk menentukan adanya bahan organik dalam pasir alam yang akan digunakan sebagai bahan campuran mortar atau beton Tujuan Pengujian ini adalah untuk mendapatkan angka dengan petunjuk larutan standar atau standar warna yang telah ditentukan terhadap larutan benda uji pasir. Pengujian ini selanjutnya dapat digunakan dalam pekerjaan pengendalian mutu agregat.
67
1) Pengambilan benda uji pasir harus lolos saringan No. 4, berat minimum 500 gram dan dalam keadaan kering, kalau perlu di keringkan di udara terbuka; 2) Botol gelas yang mempuyai skala, tidak berwarna mempunyai tutup dari karet, gabus atau lainnya yang tidak larut dalam larutan NaOH, dengan isi sekitar 350 ml; 3) Larutan standar terdiri dari larutan 0,,250 gram K2Cr2O7 di dalam 100 ml H2So4 (kerapatan 1,84) atau menggunakan warna standar organik plate.
68
34
69
Maksud Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam pengujian-pengujian di laboratorium untuk mengetahui sifat kekekalan batu terhadap proses pelarutan dengan cara perendaman di daerah larutan natrium sulfat atau magnesium sulfat. Tujuan Tujuan metode ini adalah untuk memperoleh index ketangguhan batu yang akan digunakan sebagai bahan bangunan pada bangunan air.
70
35
1)
2)
index kekekalan batu adalah nilai kekekalan batu terhadap, proses pelarutan, disintegrasi oleh sebab perendaman di dalam larutan megnesium sulfat dan natrium, sulfat; batu bersifat kekal adalah batu segar, yang terbentuk oleh mineral keras dengan ikatan kuat antar mineral dan sangat sedikit atau tidak bereaksi dan atau disintegrasi terhadap magnesium sulfat dan natriurn sulfat;
71
36
73
Jumlah bahan dalam agregat yang lolos saringan Nomor 200 (0,075 mm) adalah banyaknya bahan yang lolos saringan Nomor 200 (0,075 mm) sesudah agregat dicuci sampai air cucian menjadi jernih; Maksud Metode Pengujian Jumlah Bahan Dalam Agregat Yang Lolos Saringan Nomor 200 (0,075 mm) adalah banyaknya bahan yang lolos saringan nomor 200 (0,075mm) sesudah agregat dicuci sampai air cucian menjadi jernih. Tujuan Tujuan metode ini adalah untuk memperoleh persentase jumlah bahan dalam agregat yang lolos saringan Nomor 200 (0,075 mm), sehingga berguna bagi perencana dan pelaksana pembangunan jalan.
74
37
75
76
38
Gumpalan lempung dan butirbutir-butir mudah pecah dalam agregat alam adalah butir-butir agregat yang mudah pecah dengan cara ditekan di antara Ibu jari dan jari telunjuk, setelah agregat tersebut direndam dalam air suling selama (24 4) jam; Maksud Metode Pengujian Gumpalan Lempung dan Butir-butir Mudah Pecah Dalam Agregat dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam pelaksanaan pengujian untuk menentukan gumpalan lempung dan butir-butir mudah pecah dalam agregat alam. Tujuan Tujuan metode ini adalah untuk memperoleh persen gumpalan lempung dan butir butir mudah pecah dalam agregat halus maupun kasar, sehingga dapat digunakan oleh perencana dan pelaksana pembangunan jalan.
77
Peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut: 1) saringan terdiri dari ukuran Nomor 20 (0,85 mm), Nomor 16 (1,18 mm), Nomor 8 (2,36 mm), Nomor 4 (4,75 mm), 3/8" (9,50 mm), 3/4" (19,00 mm) dan 11/ 2" (38,10mm); 2) wadah tahan karat yang cukup untuk menebarkan benda uji, sehingga dapat menyebar tipis pada dasar wadah; 3) timbangan untuk menentukan berat benda uji mempunyai ketelitian 0,1% dari berat benda uji; 4) oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110 5)C.
78
39
79
80
40
Pengujian Semen
1. SNI 15-0129-2004 Semen portland putih 2. SNI 15-0302-2004 Semen portland pozolan 3. SNI 15-2049-2004 Semen portland 4. SNI 15-3500-2004 Semen portland campur 5. SNI 15-7064-2004 Semen portland komposit 6. SNI 03-6823-2002 Metode pengujian susut kering mortar yang mengandung semen portland 7. SNI 03-6825-2002 Metode pengujian kekuatan tekan mortar semen portland untuk pekerjaan sipil 8. SNI 03-6826-2002 Metode pengujian konsistensi normal semen portland dengan alat vicat untuk pekerjaan sipil 9. SNI 03-6827-2002 Metode pengujian waktu ikat awal semen portland dengan menggunakan alat vicat untuk pekerjaan sipil
41
Jenis Pengujian Tipe I Kadar Udara, Volume, Max % Kehalusan, Luas Permukaan Spesifik, m2/kg - Pengujian Turbidimeter, Min - Pengujian Permiabilitas Udara, Min Pengembangan Autoclave, Max % Kuat Tekan, Min, MPa - 1 hari - 3 hari - 7 hari - 28 hari Waktu Pengikatan, menit * Alat Vicat (menit) - Pengikatan Awal, Min - Pengikatan Akhir, Max * Alat Gillmore (menit) - Pengikatan Awal, Min - Pengikatan Akhir, Max Konsistensi Normal semen
60 600 60 600 45 50 - 375 45 50 - 375 12,4 19,3 27,6 10,3 17,2 27,6 160 280 0,8 160 280 0,8 12
Spesifikasi Tipe II
12
Tipe III
12
Tipe IV
12
Tipe V
12
45 50 - 375
45 50 - 375
45 50 - 375
60 600
60 600
60 600 83
Diproduksi dengan mencampur 85-60% semen portland dengan 15-40% pozzolana, yang merupakan bahan aktif alamiah seperti abu vulkanis atau batu apung atau bahan buatan seperti abu bahan bakar, tanah liat bakar atau batu tulis Kecepatan pertambahan kekuatan relatif rendah Mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap agresi sulfat Mempunyai tahanan yang lebih tinggi terhadap disintegrasi kimia dari pada semen portland
84
42
TIPE Accelerating
PENGARUH TERHADAP CAMPURAN BETON Mempercepat waktu pengikatan dan menambah kekuatan awal
Memperlambat waktu pengikatan Mengurangi jumlah air campuran dengan konsistensi yang ditetapkan
Accelerating water-reducing
Mengurangi jumlah air campuran dengan konsistensi yang ditetapkan serta mempercepat pengikatan Mengurangi jumlah air campuran dengan konsistensi yang ditetapkan serta memperlambat waktu pengikatan Mengurangi jumlah air campuran dengan konsistensi rendah Membentuk gelembung udara dalam campuran beton
Retarding water-reducing
Superplasticizer Air-entrained
85
Tipe A (mengurangi Air) Tipe B (memperlambat pengikatan dan pengerasan) Tipe C (mempercepat pengikatan dan pengerasan) Tipe D (mengurangi jumlah air dan memperlambat pengikatan) Dan lain lain
86
43
SNI 03-2460-1991 Abu terbang sebagai bahan tambahan untuk campuran beton, Spesifikasi SNI 03-2495-1991 Bahan tambahan untuk beton, Spesifikasi SNI 2496:2008 Spesifikasi bahan tambahan pembentuk gelembung udara untuk beton
44
89
SNI 07-1050-1989 Baja tulangan untuk konstruksi beton pratekan SNI 07-0954-2005 Baja tulangan beton dalam bentuk gulungan SNI 07-0065-2002 Baja tulangan beton hasil canai panas ulang SNI 07-0663-1995 Jaring kawat baja las untuk tulangan beton SNI 07-6401-2000 Spesifikasi kawat baja dengan proses canai dingin untuk tulangan beton SNI 03-6812-2002 Spesifikasi anyaman kawat baja polos yang dilas untuk tulangan beton SNI 07-2052-2002 Baja tulangan beton SNI 07-2529-1991 Baja beton, Metode pengujian kuat tarik SNI 07-0371-1998 Batang uji tarik untuk bahan logam SNI 07-0408-1989 Cara uji tarik logam SNI 07-0410-1989 Cara uji lengkung tekan logam SNI 03-6814-2002 Tata cara pelaksanaan sambungan mekanis untuk tulangan beton
45
91
92
46
93
47
95
96
48
97
98
49
50