Anda di halaman 1dari 46

BAB III

METODE PRAKTIKUM
3.1.

Lokasi Praktikum
Fasilitas laboratorium yang digunakan dalam penelitian ini adalah Laboratorium Jalan

Raya Fakultas Teknik Universitas Udayana yang berlokasi di Kampus Bukit Jimbaran Jurusan
Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana.
3.2

Bahan Dan Alat

3.2.1

Bahan
1. Agregat alam terdiri dari agregat kasar, sebagian agregat halus, dan filler abu batu yang
diperoeh dari .........................(disediakan di lab)
2.

3.2.2

Aspal, yaitu aspal Pertamina penetrasi 60/70.


Alat
Semua alat yang diperlukan dalam penelitian ini menggunakan alat-alat Laboratorium
Jalan Raya Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Udayana

3.3 Pengujian Laboratorium


3.3.1 Analisis Saringan/Ayakan Agregat
Pemeriksaan agregat dengan metode analisis ayakan ini secara umum berpedoman pada
SNI 03-1968-1990, disesuaikan dengan kebutuhan praktikum. Berikut penjelasannya:
1.
Tujuan
Tujuan pengujian ini adalah untuk memperoleh distribusi besaran atau jumlah persentase
butiran baik agregat halus maupun agregat kasar. Distribusi yang diperoleh dapat
ditunjukkan dalam tabel atau grafik.
2.

Peralatan
Peralatan yang dipergunakan adalah sebagai berikut :
a) timbangan,
b) satu set ayakan, 37,5 mm (3), 25mm (1), 19 mm (), 12,5 mm (), 9,5 mm (),
no.4 (4,75 mm), no.8 (2,36 mm), no.16 (1,18 mm), no.30 (0,60 mm), no.50 (0,30 mm),
c)
d)
e)
f)
g)

no.100 (0,15 mm), no.200 (0,075 mm),


oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110 5)C,
alat pemisah contoh,
mesin pengguncang ayakan,
talam-talam,
kuas, sikat kuningan, sendok dan alat-alat lainnya.
1

3.

Benda Uji
Benda uji bisa diambil secara acak yang terdiri dari kombinasi agregat kasar, halus, dan
filer seberat antara 2-5 kg. Bisa juga dari agregat yang sudah diproporsikan sebelumnya
sesuai spesifikasi suatu gradasi.

4.

Cara Pengujian
Urutan proses dalam pengujian ini adalah sebagai berikut :
a) Benda uji dikeringkan dalam oven dengan suhu (110 5)C, sampai berat tetap.
b) Benda uji disaring lewat susunan ayakan dengan ukuran ayakan paling besar
ditempatkan paling atas. Ayakan diguncang dengan tangan atau mesin pengguncang
selama 15 menit.
c) Hasil pengayakan agregat dimasukkan dan diproses sesuai daftar pengolahan data
analisa saringan, digrafikkan dan dianalisa.

3.3.2

Pengujian Agregat Kasar


Pemerikaan agregat kasar meliputi pemerikaan berat jenis dan penyerapan, keausan

agregat (abrasi), kelekatan agregat terhadap aspal, angularitas agregat kasar, keawetan agregat
(soundness test), indeks kepipihan, dan pemeriksaan material lolos saringan No. 200.
3.3.2.1 Pemeriksaan Berat Jenis Dan Penyerapan Agregat Kasar
Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat kasar ini berpedoman pada SNI-03-19691990, berikut penjelasanya:
1. Tujuan
Tujuan pengujian ini untuk memperoleh angka berat jenis curah, berat jenis kering
permukaan jenis dan berat jenis semu serta besarnya angka penyerapan.
2. Peralatan
Peralatan yang dipakai meliputi :
1) keranjang kawat ukuran 3,35 mm (No. 6) atau 2,36 mm (No. 8) dengan kapasitas kirakira 5 kg,
2) tempat air dengan kapasitas dan bentuk yang sesuai untuk pemeriksaan. Tempat ini
harus dilengkapi dengan pipa sehingga permukaan air selalu tetap,
2

3) timbangan dengan kapasitas 5 kg dan ketelitian 0,1 % dari berat contoh yang ditimbang
dan dilengkapi dengan alat penggantung keranjang,
4) oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (1105)C,
5) alat pemisah contoh,
6) saringan no. 4 (4,75 mm).
3. Benda Uji
Benda uji adalah agregat yang tertahan saringan no. 4 (4,75) mm diperoleh dari alat
pemisah contoh atau cara perempat sebanyak kira-kira 5 kg.
4. Cara pengujian atau prosedur
Urutan pelaksanaan pengujian adalah sebagai berikut :
1) benda uji dicuci untuk menghilangkan debu atau bahan-bahan lain yang melekat pada
permukaan,
2) benda uji dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu (110 5)C sampai berat
tetap, sebagai catatan, bila penyerapan dan harga berat jenis digunakan dalam
pekerjaan beton dimana agregatnya digunakan pada keadaan kadar air aslinya, maka
tidak perlu dilakukan pengeringan dengan oven,
3) benda uji didinginkan pada suhu kamar selama 1-3 jam, kemudian timbang dengan
ketelitian 0,5 gram (Bk),
4) benda uji direndam dalam air pada suhu kamar selama 24 4 jam,
5) benda uji dikeluarkan dari air, lap dengan kain penyerap sampai selaput air pada
permukaan hilang, untuk butiran yang besar pengeringan halus satu persatu,
6) benda uji ditimbang pada kondisi kering-permukaan jenuh (Bj),
7) benda uji diletakan didalam keranjang, goncangan batunya untuk mengeluarkan udara
yang tersekap dan tentukan beratnya di dalam air (Ba), dan ukur suhu air untuk
penyesuaian perhitungan kepada suhu standar (25C)
5. Perhitungan
Perhitungan berat jenis dan penyerapan agregat kasar diberikan sebagai berikut :

Bk
1) Berat jenis (bulk specific gravity) = ( Bj Ba )

(1)

2) Berat jenis kering permukaan jenuh (saturated surface dry)

Bj
Bj ssd = ( Bj Ba )
Bk
3). Berat jenis semu (apparent specific gravity) = ( Bk Ba )

(2)
(3)
3

( Bj Bk )
4). Penyerapan (absorpsi) = ( Bk ) x 100

(4)

Keterangan:
Bk = berat benda uji kering oven (gram)
Bj = berat benda uji kering permukaan jenuh (gram)
Ba = berat benda uji kering permukaan jenuh dalam air (gram)
3.3.2.2 Pemeriksaan Keausan Agregat (Abrasi)
Pemeriksaan keausan agregat (abrasi) ini berpedoman pada SNI-2417-2008, berikut
penjelasannya:
1. Tujuan
Pengujian ini adalah untuk mengetahui angka keausan tersebut, yang dinyatakan dengan
perbandingan antara berat bahan aus lolos saringan No. 12 (1,7 mm) terhadap berat semula,
dalam persen.
2. Peralatan
Peralatan untuk pelaksanaan pengujian adalah sebagai berikut:
1) mesin abrasi Los Angeles, Mesin terdiri atas silinder baja tertutup pada kedua sisinya
dengan diameter dalam 711 mm (28 inci) panjang dalam 508 mm (20 inci), silinder
bertumpu pada dua poros pendek yang tak menerus dan berputar pada poros mendatar,
silinder berlubang untuk memasukkan benda uji, penutup lubang terpasang rapat
sehingga permukaan dalam silinder tidak terganggu, di bagian dalam silinder terdapat
bilah baja melintang penuh setinggi 89 mm (3,5 inci),
2) saringan No.12 (1,70 mm) dan saringan-saringan lainnya,
3) timbangan, dengan ketelitian 0,1% terhadap berat contoh atau 5 gram,
4) bola-bola baja dengan diameter rata-rata 4,68 cm (1 27/32 inci) dan berat masingmasing antara 390 gram sampai dengan 445 gram,
5) oven, yang dilengkapi dengan pengatur temperatur untuk memanasi sampai dengan
110C 5C,
6) alat bantu pan dan kuas.
3. Benda uji
Benda uji dipersiapkan dengan cara sebagai berikut:
1) gradasi dan berat benda uji sesuai Tabel 3.1,
2) bersihkan benda uji dan keringkan dalam oven pada temperatur 110C 5C sampai
berat tetap.
4

4. Persiapan benda uji


Persiapan benda uji terdiri atas:
1) agregat dicuci dan dikeringkan pada temperatur 110C 5C sampai berat tetap,
2) agregat dipilah-pilah kedalam fraksi-fraksi yang dikehendaki dengan cara penyaringan
dan lakukan penimbangan,
3) fraksi-fraksi agregat dicampur sesuai grading yang dikehendaki,
4) berat contoh dicatat dengan ketelitian mendekati 1 gram.
5. Cara pengujian
Pengujian dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:
1) pengujian ketahanan agregat kasar terhadap keausan dapat dilakukan dengan salah satu
dari 7 (tujuh) cara sesuai Tabel 1.
Tabel 1. Daftar gradasi dan berat benda uji

Su
mber: BSN (2008)
2) benda uji dan bola baja dimasukkan ke dalam mesin abrasi Los Angeles,
3) putaran mesin dengan kecepatan 30 rpm sampai dengan 33 rpm, jumlah putaran
gradasi A, gradasi B, gradasi C dan gradasi D adalah 500 putaran dan untuk gradasi E,
gradasi F dan gradasi G adalah 1000 putaran,

4) setelah selesai pemutaran, benda uji dikeluarkan dari mesin kemudian saring dengan
saringan No.12 (1,70 mm), butiran yang tertahan di atasnya dicuci bersih, selanjutnya
dikeringkan dalam oven pada temperatur 110C 5C sampai berat tetap,
5) jika material contoh uji homogen, pengujian cukup dilakukan dengan 100 putaran, dan
setelah selesai pengujian disaring dengan saringan No.12 (1,70 mm) tanpa pencucian.
Perbandingan hasil pengujian antara 100 putaran dan 500 putaran agregat tertahan di
atas saringan No.12 (1,70 mm) tanpa pencucian tidak boleh lebih besar dari 0,20,
6) metode pada butir 5) tidak berlaku untuk pengujian material dengan metode ASTM C
535-96 yaitu Standard Test Method for Resistance to Degradation of Large-Size
Coarse aggregate by Abrasion and impact in the Los Angeles Machine.
6. Perhitungan
Untuk menghitung hasil pengujian, gunakan rumus berikut:
a b
Keausan/ abrasi = a x 100

(5)

Keterangan:
a = berat benda uji semula, dinyatakan dalam gram,
b = berat benda uji tertahan saringan No.12 (1,70 mm), dinyatakan dalam gram.
3.3.2.3 Pemeriksaan Kelekatan Agregat Terhadap Aspal
Pemeriksaan kelekatan agregat terhadap aspal ini berpedoman pada SNI-2439-2011,
berikut penjelasannya:
1. Tujuan
Tujuan metode ini adalah menentukan angka kelekatan agregat terhadap aspal
2. Peralatan
Peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut :
1) wadah untuk mengaduk, kapasitas minimal 500 ml,
2) timbangan dengan kapasitas 200 gram, ketelitian 0,1 gram,
3) pisau pengaduk dari baja (spatula) lebar 25 mm panjang 100 mm,
4) tabung gelas kimia (beker) kapasitas 600 ml,
5) oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai
6) (150 1)oC,
7) saringan 6,3 mm (1/4) dan 9,5 mm (3/8),
8) termometer logam 200oC dan 100oC,
6

9) air suling dengan pH 6,0 sampai 7,0.


3. Persiapan benda uji
Cara menyiapkan benda uji :
1) benda uji adalah agregat yang lewat saringan 9,5 mm (3/8) dan tertahan pada saringan
6,3 mm (1/4) sebanyak kira-kira 100 gram,
2) Agregat dicuci dengan air suling, dikeringkan pada suhu 140 5 oC hingga berat tidak
berubah lagi (constant), simpan didalam tempat yang tertutup rapat dan siap untuk
diperiksa,
3) untuk pelapisan agregat basah perlu ditentukan berat jenis kering permukaan jenuh
(SSD) dan penyerapan dari agregat kasar.
4. Cara pengujian
Urutan proses dalam pengujian pelapisan agregat kering dengan aspal keras ini adalah
sebagai berikut :
1) 100 gram benda uji dimasukan ke dalam wadah,
2) wadah beserta benda uji dipanaskan selama 1 jam dalam oven pada suhu tetap antara
140oC 5oC,
3) aspal yang sudah panas dimasukkan sebesar 5,5 0,2 gram,
4) aduk sampai merata dengan spatula yang sudah dipanasi selama 2 - 3 menit sampai
benda uji terselimuti aspal,
5) diamkan sampai mencapai suhu ruang,
6) benda uji yang terselimuti aspal dipindahkan ke dalam tabung gelas kimia kapasitas
600 ml.
3.3.2.4 Pemeriksaan Keawetan (Soundness Test)
Pemeriksaan keawetan (soundness test) ini berpedoman pada SNI 3407-2008, berikut
penjelasannya:
1. Tujuan
Tujuan metode ini adalah untuk memperoleh indek ketangguhan batu yang akan digunakan
aakibat pengaruh lingkungan.
2. Peralatan dan bahan:
1) Timbangan
2) Oven

3) Ayakan
4) Larutan
Larutan natrium sulfat atau larutan magnesium sulfat dengan ketentuan sebagai berikut:
(1) larutan natrium sulfat, dibuat dengan cara melarutkan Na2S0410H2O kristal ke dalam
air pada suhu antara 25-30C sehingga jenuh dengan berat jenis antara 1,151-1,174,
dibuat 48 jam sebelum digunakan,
(2) larutan magnesium sulfat, dibuat dengan cara melarutkan MgS047H2O kristal ke dalam
air pada suhu antara 25-30C sehingga jenuh dengan berat jenis antara 1,295-1,308,
dibuat 48 jam sebelum digunakan.
3. Benda uji
Benda uji yang dipergunakan disesuaikan dengan fraksi agregat yang akan dipakai dalam
campuran. Dalam hal ini dapat dipakai salah satu fraksi agregat kasar sekitar 100-500
gram.
Persiapan benda uji:
1) Periksa kesiapan peralatan yang akan digunakan sesuai petunjuk pemakaian,
2) Formulir untuk mencatat data pengujian,
3) Benda uji yang telah dicuci sampai bersih kemudian dikeringkan hingga berat tetap
pada suhu (110 5)c,
4) Periksa kembali benda uji catat kondisi litologi, tingkat pelapukan, untuk fraksi besar
catat pula jumlah butirnya,
4. Cara pengujian
1) Benda uji direndam di dalam larutan natrium sulfat atau megnesium sulfat yang sudah
disiarkan menggunakan wadah tertutup selama 16 hingga 18 jam, dengan tinggi larutan
1 cm di atas benda uji,
2) Benda uji diangkat dari dalam larutan lalu biarkan dulu meniris (15 5) menit, setelah
itu keringkan di dalam oven pada suhu (110 5)c sampai berat tetap, berat benda uji
dianggap tetap apabila setelah 4 jam kehilangan beratnya tidak lebih dari 0,19 gram,
3) Benda uji didinginkan sampai mencapai suhu ruangan, kemudian siapkan untuk
direndam pada siklus berikutnya,
4) Siklus perendaman dan pengeringan diulangi sebanyak 5 kali,

5) Masing-masing fraksi dicuci sampai bersih dari garam sulfat menggunakan, larutan
bacl2 atau menggunakan air panas bersuhu 40 - 50c, sehingga larutan atau air tetap
jernih,
6) Hindari terjadinya goncangan yang mengakibatkan butiran-butiran benda uji pecah
pada waktu melakukan pencucian,
7) Dikeringkan, kemudian dinginkan dan di ayak
8) Jangan lakukan paksaan butiran menembus ayakan pada waktu melakukan
pengayakan,
9) Butiran-butiran yang tertinggal di atas ayakan ditimbang,
10) Butiran yang lewat ayakan tertentu ditimbang,
11) Perhitungkan butiran yang terselip pada lubang ayakan sebagai butiran menembus
lubang ayakan,
12) butiran-butiran yang mengalami perubahan bentuk dicatat misalnya: retak, pecah,
belah, hancur dan lain sebagainya bagi benda uji fraksi kasar.
5. Perhitungan
Rumus yang digunakan dalam metode pengujian ini:
A B
C = A x 100%

(6)

Keterangan:
C = Index ketangguhan benda uji dalam persen berat
A = Jumlah berat awal seluruh fraksi benda uji
B = Jumlah berat benda uji yang tertahan pada ayakan tertentu
Klasifikasi ketangguhan batu adalah batas tangguh bila diuji dengan menggunakan larutan
natrium sulfat diperoleh index kekekalan < 10% atau bila diuji menggunakan larutan
magnesium sulfat diperoleh index kekekalan <12%.
3.3.2.5 Pengujian Persentase Butir Pecah Pada Agregat Kasar (Angularitas Agregat Kasar)
Pemeriksaan persentase butir pecah pada agregat kasar berpedoman pada SNI
7619:2012, berikut penjelasannya:
1. Tujuan
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk memaksimalkan kekuatan geser dengan
meningkatkan gesekan antar butir pada campuran agregat dengan atau tanpa bahan
pengikat. Tujuan yang lain adalah memberikan stabilitas agregat untuk penanganan
9

permukaan dan meningkatkan tahanan gesek dan memperbaiki tekstur untuk agregat yang
digunakan sebagai lapis permukaan perkerasan.
2. Ruang lingkup
Metode uji ini mencakup penentuan persentase butir pecah yang terkandung pada contoh
agregat kasar berdasarkan massa yang memenuhi persyaratan yang ditentukan.
3. Definisi
Permukaan bidang pecah yaitu permukaan yang kasar dengan ujung bersudut atau bulat,
atau permukaan yang halus dengan ujung bersudut, dari suatu butir agregat sebagai hasil
pengolahan (pemecahan atau proses lainnya) atau karena alam. Dalam standar ini suatu
permukaan agregat dinyatakan sebagai permukaan bidang pecah apabila mempunyai
proyeksi luas bidang pecah sekurang-kurangnya seperempat dari luas proyeksi maksimum
(luas penampang maksimum) butir yang terwakili. Butir pecah - suatu butir agregat yang
mempunyai sekurang-kurangnya jumlah minimum permukaan bidang pecah yang
disyaratkan (biasanya satu atau dua)
4. Peralatan
Peralatan yang dipergunakan adalah sebagai berikut :
1) Timbangan Timbangan yang mempunyai ketelitian 0,1 % dari massa benda uji.
2) Saringan Saringan sesuai dengan ASTM E 11 (SNI 03-6866-2002).
3) Alat pemisah Alat pemisah yang sesuai untuk membagi contoh lapangan menjadi
ukuran porsi pengujian sesuai dengan ASTM C 702 (SNI 13-6717-2002).
4) Spatula Spatula atau alat sejenis untuk memilah-milah partikel agregat.
5. Benda Uji
1) Keringkan secukupnya contoh uji sehingga pada saat penyaringan, agregat kasar dan
halus dapat terpisah. Saring contoh uji dengan saringan 4,75 mm (No.4), atau saringan
yang sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan untuk menahan material sesuai
dengan SNI 1968:2008. Untuk mengurangi porsi yang tertahan saringan digunakan alat
pemisah sesuai dengan SNI 13-6717-2002, sampai diperoleh massa benda uji yang
memadai untuk pengujian.
2) Massa benda uji harus cukup besar sehingga partikel terbesar tidak lebih dari 1 %
massa benda uji.
3) Untuk agregat dengan ukuran maksimum nominal 19,0 mm (3/4 inci) atau lebih besar,
dimana kandungan butir pecah ditentukan oleh bahan yang tertahan saringan 4,75 mm
(No.4) atau saringan yang lebih kecil, benda uji dapat dipisahkan dengan saringan 9,5
mm (3/8 inci). Bagian yang lolos saringan 9,5 mm (3/8 inci) dapat terus dikurangi
10

sesuai dengan SNI 13-6717-2002, sampai minimum 200 gram (0,5 pound). Langkah
tersebut akan mengurangi jumlah butir yang akan dipisahkan selama pengujian.
Persentase butir pecah ditentukan pada setiap bagian, dan persentase rata-rata butir
pecah dari keseluruhan contoh dihitung sesuai proporsi massa dari setiap bagian.
6. Cara pengujian
1) Cuci contoh di atas saringan yang telah ditetapkan untuk mengeluarkan bahan halus
yang tersisa kemudian keringkan sampai diperoleh massa konstan. Tentukan massa
benda uji sampai mendekati 0,1 % massa contoh kering asli.
2) Tebarkan benda uji kering tersebut di atas permukaan yang rata, cukup luas dan bersih
sehingga bisa diamati dengan teliti setiap butirnya. Untuk memenuhi persyaratan
kriteria bidang pecah, amati butir agregat sehingga bidangnya bisa langsung
diperhatikan (lihat Gambar 1). Jika luas bidang pecah sekurang-kurangnya seperempat
dari luas penampang partikel maksimum yang terwakili, dianggap sebagai bidang
pecah.
3) Gunakan spatula atau alat sejenis lainnya untuk memisahkan menjadi 2 kategori: (1)
butir pecah berdasarkan apakah butir mempunyai jumlah bidang pecah yang
diperlukan, (2) butir yang tidak memenuhi kriteria. Jika jumlah bidang pecah yang
diperlukan tidak diberikan dalam spesifikasi, ketentuan dibuat berdasarkan jumlah
minimum bidang pecah.
4) Tentukan massa yang memenuhi dan yang tidak memenuhi kriteria bidang pecah.
Gunakan persentase massa untuk menghitung persentase butir pecah yang disyaratkan.
5) Jika disyaratkan butir agregat mempunyai lebih dari satu bidang pecah (misalnya, 70%
satu atau lebih bidang pecah dengan 40 % dua atau lebih bidang pecah), ulangi langkah
langkah di atas dengan contoh yang sama.
7. Perhitungan
Laporkan persentase massa butir dengan jumlah bidang pecah yang disyaratkan
dengan pembulatan 1 % sesuai dengan rumus berikut ini:
E

x100
P=

(7)

Keterangan:
P

adalah persentase butir pecah dengan jumlah bidang pecah yang disyaratkan
11

E adalah massa butir pecah dengan sekurang-kurangnya jumlah bidang pecah yang
disyaratkan
D adalah massa benda uji
3.3.3

Pengujian Agregat Halus


Pemerikaan agregat halus meliputi pemerikaan berat jenis dan penyerapan, Sand

Equivalent, pemeriksaan jumlah bahan dalam agregat yang lolos saringan No.200, kadar
lempung dan pemeriksaan angularitas agregat halus.
3.3.3.1 Pemeriksaan Berat Jenis Dan Penyerapan Agregat Halus
Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat halus ini berpedoman pada SNI-031968-1990, berikut penjelasanya:
1. Tujuan
Tujuan pengujian adalah untuk mendapatkan angka untuk berat jenis curah, berat jenis
permukaan jenuh, berat jenis semu, dan penyerapan air pada agregat halus.
2. Ruang lingkup
Pengujian ini dilakukan pada untuk agregat halus, yaitu agregat lolos saringan No. 4 (4,75
mm). Hasil pengujian ini selanjutnya dapat gunakan dalam pekerjaan :
1) penyelidikan quarry agregat,
2) perencanaan campuran dan pengendalian mutu beton,
3) perencanaan campuran dan pengendalian mutu perkerasan jalan.
3. Peralatan
Peralatan yang dipergunakan adalah sebagai berikut :
1) timbangan, kapasitas 1 kg atau lebih dengan ketelitian 0,1 gram,
2) piknometer dengan kapasitas 500 ml,
3) kerucut terpancung, diameter bagian atas (40 3) mm, diameter bagian bawah (90 3)
mm dan tinggi (75 3) mm dibuat dari logam tebal minimum 0,8 mm,
4) batang penumbuk yang mempunyai bidang penumbuk rata, berat (340 15) gram,
diameter permukaan penumbuk (25 3) mm,
5) saringan No. 4 (4,75 mm),
6) oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (1105)C,
7) pengukuran suhu dengan ketelitian pembacaan 1C,
8) talam,
9) bejana tempat air,
12

10) pompa hampa udara atau tungku,


11) desikator.
4. Benda Uji
Benda uji adalah agregat yang lewat saringan No. 4 (4,75 mm) diperoleh dari alat pemisah
contoh atau cara perempat (quartering) sebanyak 100 gram.
5. Cara Pengujian
Urutan proses dalam pengujian ini adalah sebagai berikut :
1) benda uji dikeringkan di dalam oven pada suhu (110 5)C, sampai berat tetap, yang
dimaksud berat tetap adalah keadaan berat benda uji selama 3 kali proses penimbangan
dan pemanasan dalam oven dengan selang waktu 2 jam berturut-turut, tidak akan
mengalami perubahan kadar air lebih besar daripada 0,1 %, dinginkan pada suhu
ruang, kemudian rendam dalam air selama (24 4) jam,
2) air perendam dibuang dengan hati-hati, jangan ada butiran yang hilang, agregat
ditebarkan di atas talam, agregat dikeringkan diudara panas dengan cara membalikbalikan benda uji, lakukan pengeringan sampai tercapai keadaan kering permukaan
jenuh,
3) keadaan kering permukaan jenuh diperiksa dengan cara mengisikan benda uji ke dalam
kerucut terpancung, agregat dipadatkan dengan batang penumbuk sebanyak 25 kali,
angkat kerucut terpancung, keadaan kering permukaan jenuh tercapai bila benda uji
runtuh akan tetapi masih dalam keadaan tercetak,
4) segera setelah tercapai keadaan kering permukaan jenuh, 500 gram benda uji
dimasukan ke dalam piknometer, masukkan air suling sampai mencapai 90% isi
piknometer, putar sambil di guncang sampai tidak terlihat gelembung udara di
dalamnya, untuk mempercepat proses ini dapat dipergunakan pompa hampa udara,
tetapi harus diperhatikan jangan sampai ada air yang ikut terhisap, dapat juga
dilakukan dengan merebus piknometer,
5) piknometer direndam dalam air dan ukur suhu air untuk penyesuaian perhitungan
kepada suhu standar 25C,
6) air ditambahkan sampai mencapai tanda batas,
7) piknometer ditimbang berisi air dan benda uji sampai ketelitian 0,1 gram (Bt),
8) benda uji dikeluarkan, dikeringkan di dalam oven dengan suhu (110 5)C sampai
berat tetap, kemudian dinginkan benda uji dalam desikator,
9) setelah benda uji dingin kemudian ditimbang (Bk),
10) berat piknometer berisi air penuh ditentukan dan ukur suhu air gunakan penyesuaian
dengan suhu standar 25C (B).
13

6. Perhitungan
Dalam metode ini dilakukan perhitungan sebagai berikut:

Bk
1) Berat jenis curah (bulk specific gravity) = ( B 500 Bt )

(8)

2) Berat jenis jenuh kering permukaan (saturated surface dry)

500
= ( B 500 Bt )

..

(9)

3) Berat jenis semu (apparent specific gravity)

Bk
= ( B Bk Bt ) .....
(500 Bk )
Bk
4) Penyerapan (absorpsi) =
x 100

(10)
(11)

Keterangan:
Bk = berat benda uji kering oven (gram)
B

= berat piknometer berisi air (gram)

Bt = berat piknometer berisi benda uji dan air (gram)


500 = berat benda uji dalam keadaan kering permukaan jenuh (gram)
3.3.3.2 Pemeriksaan Nilai Setara Pasir (Sand Equivalent)
Pemeriksaan kebersihan agregat halus (sand equivalent) ini berpedoman pada SNI 034428-1997, berikut penjelasannya:
1. Tujuan
Tujuan metode ini adalah untuk menyeragamkan cara pengujian pasir atau agregat halus
yang plastis dengan cara setara pasir.
2. Peralatan
1) Tabung plastik atau gelas tembus pandang dan tidak berwarna, diameter bagian dalam
31,8 mm, diameter bagian luar 38,1 mm, tinggi 432 mm, permukaan luar tabung
dilengkapi dengan skala dari 0 sampai 15 dalam batuan inci untuk pembacaan indikator
pasir, bagian dasar tabung dari bahan yang sama berukuran 100 mm x 100 mm x 12,5
mm, tutup silinder dari karet atau gabus atau bahan lain yang tidak larut dalam larutan
Calsium Chloride, USP Glycerine atau Formalin,

14

2) Pipa pengalir dari logam anti karat diameter bagian dalam 6,35 mm, panjang 508 mm,
pipa siphon yang akan disambung dengan pipa pengalir diameter bagian dalam 6,35
mm, panjang 406 mm, pipa karet siphon diameter bagian dalam 6,35 mm, panjang
1220 mm, karet tiup yang disambung dengan tabung tiup dari tembaga diameter bagian
dalam 6,35 mm, panjang 50,8 mm, tutup katet atau gabung dengan dua buah lubang
yang akan dipasang pipa pengalir dan pipa tiup dari logam anti karat,
3) Beban pemberat dari tembaga seberat (1000 5) gram termasuk tangkai logam keping
pelat bundar dan telapak pembeban, tangkai logam dari kuningan diameter 6,35 mm,
panjang 444,5 mm, indikator pembacaan skala pasir berbentuk keping pelat bundar
dari nilon dengan diameter 12,7 mm, tebal 15,00 mm teletak sejauh 254 mm atau pada
skala pembacaan 10, telapak pembeban terbuat dari kuningan berbentuk segi delapan
dengan diameter 30,00 mm
4) Dua buah botol kapasitas 3,79 liter atau 1 galon masing-masing untuk menyimpan
larutan baku dan larutan kerja yang dapat ditempatkan di atas rak dengan tinggi (915
25) mm dari permukaan kerja,
5) Saringan nomor 4 (4,75 mm),
6) Tabung penakar terbuat dari logam berdiamter bagian dalam 57 mm yang mempunyai
volume (855) ml, dilengkapi dengan mistar pendatar,
7) Corong dengan mulut lebar berdiameter 100,00 mm untuk memindahkan benda uji ke
dalam tabung plastik,
8) Panci lebar yang digunakan untuk mencampur bahan-bahan pembuat larutan baju dan
larutan kerja,
9) Arloji pengukur waktu dengan satuan menit dan detik,
10) Alat pengaduk dan oven dengan pengatur suhu (100 5)C,
11) Alat pengocok dapat digunakan salah satu dari alat berikut ini:
(1) Alat pengocok mekanis setara pasir yang dapat bergerak sejauh (203,2 1,02)
mm, dan dapat beroperasi sebanyak (175 + 2) gerakan permit,
(2) Alat pengocok manual yang mampu bergerak sebanyak 100 gerakan selama (45
5) detik dengan jarak gerakan sejauh (l27 5,08) mm,
(3) Dengan menggunakan tangan yang mampu menggerakkan tabung secara mendata
sebanyak 90 gerakan selama 30 detik sejauh 200 sampai dengan 250 mm.
3. Bahan Larutan Baku dan Bahan Larutan Kerja
1) Larutan baku,
Bahan-bahan larutan baku terdiri atas :
15

(1) 454 gram technical anhydrous CaCl2,


(2) 2050 gram (1640 ml) USP glycerine,
(3) 47 gram (45 ml) formaldahyde dengan kepekatan 40% isi dalam larutan,
(4) Air suling 1890 ml,
(5) Saringan wattnan nomor 12.
2) Larutan kerja,
(1) Larutan baku sebanyak (85 5) ml,
(2) Air suling 3780 ml.
4. Benda Uji
1) Pasir alam, abu batu atau pasir hasil mesin pemecah batu disaring dengan ayakan no. 4
(4,75 mm) sebanyak 1500 gram
2) Bahan disiapkan dengan cara perempat untuk memperoleh benda uji sebanyak 4 x 85
ml
3) Persiapan benda uji dapat dilakukan dengan salah satu metode yaitu metode kering
udara atau metode pra-basah.
5. Persiapan benda uji
Persiapan larutan baku dan larutan kerja
1) Cara penyiapan larutan baku
(1) bahan-bahan ditimbang dengan ketentuan:
a. 454 gram Technical Anhydrous CaCl2,
b. 2050 gram (1640 ml)USP Glycerine,
c. 47 gram (45 ml) Formaldehyde dengan kepekatan 40% isi dalam larutan.
(2) larutan CaCl2 dicampurkan ke dalam 1890 ml air suling,
(3) disaring dengan saringan Wattman Nomor 12,
(4) Glycerine dan Formaldehyde ditambahkan ke dalam larutan tadi kemudian aduk
sampai merata.
2) Cara penyiapan larutan kerja
(1) (855) ml larutan baku diencerkan dengan air suling sampai 3780 ml dan aduk
sampai merata,
(2) dimasukkan ke dalam botol, tutup dengan tutup karet atau kayu gabus yang telah
dilengkapi dengan pipa-pipa.
Persiapan peralatan:
1) sebuah botol diisi dengan larutan kerja sebanyak 3,8 liter, tempatkan botol lebih
tinggi (91425) mm dari dasar tabung plastik penguji,
16

2) pipa-pipa karet dipasang jika diperlukan, satu pipa karet ujungnya dihubungkan
dengan pipa siphon yang menyentuh dasar botol larutan kerja, dan ujung
lainnya dihubungkan dengan pipa pengalir, hubungkan pipa karet yang lain
dengan pipa tiup yang terpasang pada tutup botol larutan kerja.
Persiapan Benda Uji
Gunakan salah satu metode penyiapan benda uji dari dua alternatif metode berikut ini :
1) Metode kering udara,
Isikan bahan yang sudah disaring dan diperempat sebanyak 85 ml ke dalam tabung
penakar sampai berlebih, kemudian padatkan dengan cara mengetuk-ngetuk bagian
bawah tabung penakar pada meja atau permukaan yang keras sampai mantap, ratakan
dengan menggunakan mistar pendatar.
2) Metode pra-basah,
(1) Campur air pada bahan yang sudah disaring dan diperempat sampai berupa pasta,
remas-remas dengan tangan dan kepal-kepal hingga bulat sehingga kalau dibiarkan
tidak buyar,
(2) Tambahkan air bila kadar air dalam pasta terlalu kering yang mengakibatkan pasta
akan buyar, keringkan pula bila ternyata kelebihan air dan diaduk kembali agar
merata,
(3) Simpan pasta yang sudah disiapkan di dalam panci, tutup dengan penutup kain atau
lap, biarkan selama tidak kurang dari 15 menit,
(4) Pindahkan contoh uji di atas kain lap tadi, bungkus dan aduk-aduk dengan
meremas-remas bagian luar kain pembungkus tersebut, kumpulkan benda uji di
tengah-tengah kain tersebut setelah diperkirakan seragam,
(5) Isikan benda uji sebanyak 85 ml ke dalam tabung penakar dan tekan-tekan kembali
dengan telapak tangan, padatkan dan ratakan.
6. Cara pengujian
Dengan menggunakan salah satu alternatif metode, maka lakukan hal-hal sebagai berikut :
1) Benda uji diambil sebanyak 85 ml, keringkan dalam oven pada suhu (110 5)c
sampai berat tetap kemudian dinginkan pada suhu ruang,
2) Tabung plastik diisi dengan larutan kerja sampai skala 5,
3) Benda uji yang sudah dikeringkan dan lolos saringan nomor 4 (4,76 mm) dimasukkan
ke dalam tabung plastik, ketuk-ketukan untuk beberapa saat kemudian diamkan selama
10 menit,
17

4) Tabung ditutup dengan penutup karet atau kayu gabus, kemudian miringkan sampai
hampir mendat dun kocok dengan salah satu alat pengocok,
5) Larutan kerja ditambahkan dengan cara mengalirkan larutan melalui pipa pengalir,
mulai dari bagian bawah pasir bergerak ke atas, sehingga lumpur yang terdapat di
bawah permukaan pasir naik ke atas lapisan pasir, tambahkan larutan kerja sampai
skala 15, kemudian biarkan selama (20 menit 15 detik),
6) Baca dan catat skala pembacaan permukaan koloid (A) sampai satu angka di belakang
koma,
7) Beban perlahan-lahan dimasukkan sampai permukaan lapisan pasir, baca skala
pembacaan pasir (B) yang ditunjukkan oleh keping skala pembacaan pasir dikurangi
dengan tinggi tangkai penunjuk (pada umumnya skala 10), sampai satu angka di
belakang koma.
7. Perhitungan
Nilai Setara Pasir (SP) dalam satuan persen dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut
:
B
Nilai SP = A x 100 %

(12)

Keterangan:
A = Skala pembacaan permukaan lumpur
B = Skala pembacaan pasir.
3.3.3.3 Pengujian Angularitas Agregat Halus
Pengujian angularitas agregat halus ini berpedoman pada SNI 03-6877-2002, berikut
penjelasanya:
1. Tujuan
Untuk mengetahui angularitas agregat halus
2. Peralatan
1) Ayakan
2) Timbangan kapasitas 1 kg atau lebih dengan ketelitian 0,1 gram.
3) Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai suhu (110 5)
o

C.

3. Benda Uji
Benda uji adalah agregat halus lolos Saringan No.4 (4,75mm) sebanyak 1000 gram.
18

4. Prosedur
1) Agregat halus lolos ayakan No.4 (4,75 mm) yang sudah dicuci dan dikering- kan,
kemudian dituangkan ke dalam silinder kecil yang sudah diukur dan dikalibrasi
volumenya (V) melalui corong standar yang dipasang diatas silinder dengan suatu
kerangka dan mempunyai jarak tertentu.
2) Berat agregat halus (W) dihitung dan ditimbang selanjutnya diisi ke dalam silinder
yang sudah diukur volumenya.
3) Berat Jenis Kering Oven agregat halus (Gsb) diukur.
4) Menghitung volume agregat halus dengan menggunakan Berat Jenis Kering Oven
agregat halus (W/Gsb).
5. Perhitungan
Perhitungan rongga udara (angularitas) agregat halus =
V (W / Gsb)
V
x 100 %

(13)

3.3.3.4 Pemeriksaan Gumpalan Lempung Dan Butir-Butir Mudah Pecah Dalam Agregat
Pemeriksaan kadar lumpur/lempung ini berpedoman pada SNI 03-4141-1996, berikut
penjelasannya:
1. Tujuan
Tujuan metode ini adalah untuk memperoleh persen gumpalan lempung dan butir-butir
mudah pecah dalam agregat halus maupun kasar, sehingga dapat digunakan oleh perencana
dan pelaksana pembangunan jalan.
2. Peralatan
1) Peralatan yang digunakan harus sudah dikalibrasi dan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku,
2) Peralatan yang digunakan harus laik pakai sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3. Benda Uji
Benda uji adalah agregat dalam kondisi kering oven dan harus sudah terlebih dahulu
melalui pengujian, sesuai dengan SNI 03-4142-1963, tentang pengujian jumlah bahan
dalam agregat yang lolos saringan No. 200 (0,075 mm):
1) benda uji agregat halus adalah agregat yang butirannya lolos saringan Nomor 4 (4,75
mm) dan tertahan Nomor 16 (1,18 mm) dengan berat minimum 100 gram

19

2) benda uji agregat kasar adalah agregat yang dipisahkan dalam beberapa fraksi dengan
menggunakan saringan Nomor 4 (4,75 mm), 3/8" (9,50 mm), 3/4" (19,00 mm) dan 11 /
2" (38,10 mm) dengan berat minimum sesuai Tabel 2.
Tabel 2. Berat kering minimum benda uji
Ukuran Agregat

Berat Kering Minimum Benda Uji


(gram)

No. 4 (4,75 mm)-3/8" (9,50 mm)

1000

3/8" (9,50 mm) - 3/4" (19,00 mm)

2000

3/4" (19,00 mm) - 1 1/2" (38,10 mm)

3000

1 1/2" (38,10 mm)

5000

Tabel 3. Ukuran saringan untuk penyaringan basah


Ukuran Agregat

Ukuran Saringan untuk Memisahkan


Benda Uji yang Sudah Pecah

No.16 (1,18 mm)-No.4 (4,75 mm)


No.4 (4,75 mm)-3/8" (9,50 mm)

No.20 (0,85 mm)


No.8 (2,36 mm)

3/8" (9,50 mm)-3/4" (19,00 mm)

No.4 (4,75 mm)

3/4" (19,00 mm)-11/2" (38,10 mm)


1 1/2" (38,10 mm)

No.4 (4,75 mm)


No.4 (4,75 mm)

4. Persiapan benda uji


Lakukan tahapan persiapan sebagai berikut :
1) Peralatan yang akan digunakan dipersiapkan,
2) Identitas benda uji ditulis kedalam formulir pengujian
3) Benda uji disiapkan dalam kondisi kering oven dengan alat pemisah kemudian
ditentukan beratnya, sehingga memenuhi ketentuan butir 3.1 untuk benda uji agregat
halus dan sesuai Tabel 2 untuk benda uji agregat kasar.
5. Cara Pengujian
Lakukan pelaksanaan pengujian sebagai berikut:
1) Wadah tanpa benda uji ditimbang,
2) Benda uji ditimbang dan masukkan ke dalam wadah, lalu diratakan dalam bentuk tipis
pada dasar wadah,
3) Air suling dimasukkan ke dalam wadah, sehingga benda uji cukup terendam dan
biarkan selama (24 4) jam,
20

4) Butir-butir yang mudah dipecah dipecahkan dengan jari-jari, hingga menjadi halus.
Cara memecahnya adalah dengan cara menekan butiran antara ibu jari dan jari
telunjuk, kuku jari tidak digunakan untuk memecah butiran
5) Benda uji yang sudah pecah dipisahkan dari sisa benda uji yang masih utuh dengan
penyaringan basah di atas saringan dengan ukuran sesuai Tabel 3.
6) Butir-butir yang tertahan pada saringan dikeluarkan dengan hati-hati dan keringkan
dalam oven pada suhu (1105)c sampai mencapai berat tetap dan timbang sampai
ketelitian 0,1 %.
6. Perhitungan
Rumus yang digunakan dalam perhitungan adalah sebagai berikut:
1) Persen gumpalan lempung dan butir-butir mudah pecah dalam agregat
(W R )
W
P =
x 100 %

(14)

Keterangan :
P = gumpalan lempung dan butir-butir mudah pecah dalam agregat
W = berat benda uji (gram),
R = berat benda uji kering oven yang tertahan pada masing-masing ukuran saringan
setelah dilakukan penyaringan basah (gram).
2) Untuk benda uji agregat kasar persen gumpalan lempung dan butir-butir mudah pecah
dihitung sebagai harga rata-rata dari persen gumpalan lempung dan butir-butir mudah
pecah untuk masing-masing fraksi yang dikoreksi dengan berat benda uji sesuai
gradasi sebelum pemisahan,
3.3.4

Pemeriksaan Filler

Pemeriksaan filler hanya meliputi pemerikaan berat jenis dan penyerapannya saja.
3.3.4.1 Pemeriksaan Berat Jenis Filler
1. Tujuan
Menentukan Berat Jenis Filler.
2. Peralatan
1) Tabung/gelas dan penutupnya
2) Timbangan dan oven.
3. Benda uji
Benda uji adalah semen yang lolos saringan No.200 sebanyak 100 gram.
21

4. Cara Pengujian
1) Tabung/gelas dan penutupnya ditimbang (A).
2) Tabung/gelas diisi dengan air sampai penuh kemudian ditutup dengan penutup kaca.
Upayakan tidak terlihat ada rongga udara yang terperangkap. Kelebihan air
dikeringkan dengan kertas tisu, lalu ditimbang (B). Kemudian air dituangkan dan
keringkan tabung/gelas.
3) Seperti langkah kedua diatas, namun diisi dengan Dilatomeric Liquid (DL), lalu
ditimbang (C).
4) Tabung/gelas diisi dengan filler minimal sepertiga volume tabung/gelas, dan ditimbang
bersama penutup kacanya (D).
5) Seperti langkah keempat diatas, dan ditambahkan dengan Dilatomeric Liquid (DL),
lalu ditimbang beserta penutup kaca (E).
5. Perhitungan
DA
C A
E D
( B A)
dDL , dDL = ( B A) ...
Berat jenis =

3.3.5

DL

= Dilatomeric Liquid (cairan yang tidak beraksi dengan filler)

dDL

= Kepadatan dari DL

(15)

PENGUJIAN ASPAL
Pengujian terhadap aspal meliputi penetrasi aspal, titik lembek, titik nyala dan

titik bakar aspal, daktilitas, kehilangan berat aspal, penetrasi setelah kehilangan berat, serta
daktilitas setelah kehilangan berat.
3.3.5.1 Pemeriksaan Penetrasi Aspal
Pemeriksaan penetrasi aspal ini berpedoman pada SNI 06-2456-1991, berikut
penjelasannya:
1. Tujuan
Tujuan metode ini adalah menyeragamkan cara pengujian untuk pengendalian mutu bahan
dalam pelaksanaan pembangunan.
2. Peralatan
Peralatan yang digunakan pada pengujian ini
a. Penetrometer
b. Jarum penetrasi
22

c. Cawan benda uji


d. Bak perendam
e. Transfer dish
f. Pengatur waktu
g. Termometer
3. Benda uji
Benda uji adalah aspal penetrasi 60/70 sebanyak 100 gram yang bersih dan bebas dari air
serta minyak ringan.
4. Persiapan benda uji
Apabila contoh tidak cukup cair, maka contoh dipanaskan dengan hati-hati dan aduk
sedapat mungkin untuk menghindari terjadinya pemanasan setempat yang berlebih.
Lakukan pemanasan ini sampai contoh cukup cair untuk dituangkan. Pemanasan contoh
tidak boleh lebih dari 90oC di atas titik lembeknya, pemanasan tidak boleh lebih dari 60
menit, lakukan pengadukan untuk menjamin kehomogenan contoh, dan jangan sampai ada
gelembung udara dalam contoh,
1) benda uji aspal dituangkan ke dalam 2 (dua) cawan (duplo) benda uji sampai batas
ketinggian pada cawan benda uji,
2) benda uji didinginkan, tinggi benda uji tidak kurang dari 120% dari kedalaman jarum
pada saat pengujian penetrasi. Tuangkan benda uji ke dalam cawan yang terpisah untuk
setiap kondisi pengujian yang berbeda. Jika diameter cawan benda uji kuran dari 65
mm dan nilai penetrasi diperkirakan lebih besar dari 200 maka tuangkan benda uji ke
dalam empat cawan untuk setiap jenis kondisi pengujian,
3) didinginkan pada temperatur antara 15 sampai dengan 30oC selama 1 sampai dengan
1,5 jam untuk benda uji dalam cawan kecil (55 mm x 35 mm) dan 1,5 jam sampai
dengan 2 jam untuk benda uji dalam cawan yang besar, dan tutup benda uji dalam
cawan benda uji agar bebas dari debu,
4) benda uji dan transfer dish diletakkan dalam bak perendam pada temperatur pengujian
selama 1 jam sampai dengan 1,5 jam untuk cawan benda uji kecil (55 mm x 35 mm)
dan 1,5 jam sampai dengan 2 jam untuk cawan benda uji besar.
5. Cara pengujian
1) pemegang jarum diperiksa agar jarum dapat dipasang dengan baik dan bersihkan jarum
penetrasi dengan toluene atau pelarut lain yang sesuai kemudian keringkan dengan lap
bersih dan pasangkan pada pemegang jarum. Apabila diperkirakan nilai penetrasi lebih
besar dari 350 disarankan menggunakan jarum penetrasi yang panjang,
23

2) pemberat 50 gram diletakkan pada pemegang jarum untuk memperoleh berat total 10
gram 0,1 gram kecuali disyaratkan berat total yang lain,
3) bila pengujian dilakukan penetrometer dalam bak perendam, letakkan cawan berisi
benda uji langsung pada alat penetrometer. Jaga cawan benda uji agar tertutupi air
dalam bak perendam. Apabila pengujian dilakukan di luar bak perendam letakkan
cawan berisi benda uji dalam transfer dish, rendam cawan benda uji dengan air dari
bak perendam dan letakkan pada alat penetrometer,
4) pastikan kerataan posisi alat penetrometer dengan memeriksa waterpass pada alat,
5) jarum diturunkan perlahan-lahan sampai jarum menyentuh permukaan benda uji. Hal
ini dilakukan dengan cara menurunkan jarum ke permukaan benda uji sampai ujung
jarum bersentuhan dengan bayangan jarum dalam benda uji. Agar bayangan jarum
dalam benda uji tampak jelas gunakan lampu sorot dengan watt rendah (5 watt) agar
tidak mempengaruhi temperatur benda uji. Kemudian aturlah angka 0 pada arloji
penetrometer sehingga jarum penunjuk berada pada posisi angka 0 pada jarum
penetrometer,
6) pemegang jarum dilepaskan selama waktu yang disyaratkan (5 detik 0,1 detik).
Apabila wadah benda uji bergerak pada saat pengujian maka pengujian dianggap gagal,
7) arloji penetrometer diatur (diputar) untuk mengukur nilai penetrasi dan bacalah angka
penetrasi yang ditunjukkan jarum penunjuk pada angka 0,1 mm terdekat,
8) Lakukan paling sedikit tiga kali pengujian untuk benda uji yang sama, dengan
ketentuan setiap titik pemeriksaan berjarak tidak kurang 10 mm dari dinding cawan
dan tidak kurang 10 mm dari satu titik pengujian dengan titik pengujian lainnya. Jika
digunakan transfer dish, masukkan benda uji dan transfer dish ke dalam bak perendam
yang mempunyai temperatur konstan pada setiap selesai satu pengujian benda uji.
Gunakan jarum yang bersih untuk setiap kali pengujian. Apabila nilai penetrasi lebih
dari 200, gunakan paling sedikit tiga jarum yang setelah digunakan dibiarkan tertancap
pada benda uji sampai tiga kali pengujian selesai. Jika diameter cawan benda uji
kurang dari 65 mm dan nilai penetrasi diperkirakan lebih dari 200,

buat setiap

pengujian dari tiga kali pengujian penetrasi dilakukan pada benda uji dalam cawan
yang terpisah.
3.3.5.2 Pemeriksaan Titik Nyala Dan Titik Bakar
Pemeriksaan titik nyala dan titik bakar ini berpedoman pada SNI 06-2433-1991, berikut
penjelasanya:
24

1. Tujuan
Tujuan metode ini adalah mendapatkan besaran cara titik nyala dan titik bakar bahan aspal
dengan clevenland open cup.
2. Peralatan
Peralatan yang dipakai dalam metode ini adalah sebagai berikut :
1) Termometer,
2) Cleveland open cup adalah cawan kuningan dengan bentuk dan ukuran tertentu,
3) Pelat pemanas, terdiri atas logam untuk meletakkan cawan clevenland,
4) Sumber pemanasan, pembakar gas atau tungku listrik, atau pembakar alkohol yang
tidak menimbulkan asap atau nyala di sekitar bagian atas cawan,
5) Penahan angin, alat yang menahan angin apabila digunakan nyala sebagai pemanasan,
3. Persiapan benda uji
Benda uji adalah contoh aspal sebanyak 100 gram yang dipersiapkan dengan cara
sebagai berikut :
1) Contoh aspal dipanaskan pada suhu 140oC sampai cukup cair,
2) Kemudian cawan cleveland diisi sampai garis batas dan hilangkan (pecahkan)
gelembung udara yang ada pada permukaan cairan.
4. Cara Pengujian
Urutan proses dalam pengujian ini adalah sebagai berikut :
1) Cawan diletakan diatas pelat pemanas dan aturlah sumber pemanas sehingga terletak di
bawah titik tengah cawan,
2) Nyala api penguji diletakan dengan poros pada jarak 75 mm dari titik tengah cawan,
3) Termometer ditempatkan tegak lurus di dalam benda uji dengan jarak 6,4 mm di atas
dasar cawan dan terletak pada satu garis yang menghubungkan titik tengah cawan dan
titik poros nyala penguji, kemudian aturlah sehingga poros termometer terletak pada
jarak diameter cawan dari tepi,
4) Penahan angin ditempatkan di depan nyala penguji,
5) Sumber pemanas dinyalakan dan aturlah pemanasan sehingga kenaikan suhu menjadi
(15 1)oC per menit sampai benda uji mencapai suhu 56oC di bawah titik nyala
perkiraan,
6) Kemudian kecepatan pemanasan di-set 5oC sampai 6oC per menit pada suhu antara
56oC dan 28oC dibawah titik nyala perkiraan,
7) Nyala penguji dinyalakan dan aturlah agar diameter nyala penguji tersebut menjadi 3,2
sampai 4,8 mm,
25

8) Nyala penguji diputar sehingga melalui permukaan cawan (dari tepi ke tepi cawan)
dalam waktu satu detik, ulangi pekerjaan tersebut setiap kenaikan suhu 2oC,
9) Lanjutkan pekerjaan (urutan 6 sd 8) sampai terlihat nyala singkat pada suatu titik di
atas permukaan benda uji, bacalah suhu pada termometer dan catat,
10) Lanjutkan urutan pekerjaan 9 sampai terlihat nyala yang agak lama sekurangkurangnya 5 detik di atas permukaan benda uji, bacalah suhu pada termometer dan
catat,
11) Pemeriksaan yang tidak memenuhi syarat toleransi, dianggap gagal dan harus diulang.
Tabel 4. Daftar toleransi suhu
Titik Nyala dan Titik

Ulangan oleh satu orang

Ulangan oleh beberapa

Bakar

dengan satu alat

orang dengan satu alat

8C (15F)

17C (30F)

Lebih Dari
8C (15F)
Sumber: Pustran-Balitbang PU, (1991)

14C (25F)

Titik Nyala
175C sampai 550F
Titik Bakar

3.3.5.3 Pemeriksaan Titik Lembek


Pemeriksaan titik lembek ini berpedoman pada SNI 06-2434-1991, berikut
penjelasannya:
1. Tujuan
Metode ini bertujuan untuk menentukan angka titik lembek aspal yang berkisar dari 30C
sampai dengan 157C dengan cara Ring and Ball.
2. Peralatan
1) cincin, dua cincin yang terbuat dari bahan kuningan.
2) pelat persiapan benda uji, dengan permukaan halus terbuat dari bahan kuningan ukuran
50 mm x 75 mm,
3) bola, dua bola baja dengan diameter 9,5 mm, setiap bola mempunyai berat 3,5 g
0,05 g,
4) pengarah bola, dua pengarah bola terbuat dari bahan kuningan, untuk meletakkan bola
di tengah cincin, satu untuk setiap bola.
5) bejana perendam, gelas kimia tahan panas, mempunyai ukuran diameter dalam tidak
kurang dari 85 mm dan tinggi tidak kurang dari 120 mm dari dasar bejana yang
26

mendapat pemanasan. Gelas kimia (Griffin beaker) bentuk pendek kapasitas 800 mL,
sesuai untuk persyaratan gelas tahan panas.
6) dudukan benda uji yang terdiri atas, pemegang cincin dan peralatannya, terbuat dari
bahan kuningan, digunakan untuk meletakkan 2 cincin berisi lapisan aspal yang
diletakkan pada posisi horizontal. Jarak dari pelat dasar ke pemegang cincin adalah 25
mm dan jarak dari pelat dasar ke dasar bejana perendam adalah 16 mm 3 mm,
7) termometer.
3. Bahan dan media
1) Cairan perendam, terdiri atas,
(1) Air suling yang sudah dididihkan
(2) Gliserin. mempunyai titik nyala 160C
(3) Ethylene glycol, dengan titik didih antara 193 sampai dengan 204C
2) Media persiapan benda uji
Untuk menghindari pelekatan aspal pada pelat persiapan benda uji, ketika aspal dituang
ke dalam cincin. Sebelum digunakan bagian atas pelat persiapan benda uji diberi
lapisan tipis silikon, campuran gliserin dan dextrin, talk atau china clay.
4. Persiapan benda uji
1) Bila pengujian tidak dapat dilakukan dalam waktu 6 jam, maka jangan lakukan
persiapan pembuatan benda uji,
2) Contoh dipanaskan dan diaduk dengan teratur untuk menghindari pemanasan berlebih
pada suatu tempat dan menghindari terjadinya gelembung pada saat benda uji dituang,
setelah cair aspal siap untuk dituang.
3) Aspal dipanaskan tidak lebih dari 2 jam sampai temperatur penuangan dapat lebih dari
110C atau di atas titik lembek aspal yang diperkirakan,
4) Bila pengujian harus diulangi,maka gunakan contoh uji yang baru pada wadah yang
bersih,
5) 2 cetakan cincin dipanaskan pada temperatur penuangan, kemudian letakkan cetakan
cincin di atas pelat persiapan benda uji yang telah diberi salah satu dari media
persiapan benda uji,
6) Aspal yang telah dipanaskan dituangkan ke dua cetakan cincin sampai berlebih.
Diamkan benda uji selama 30 menit pada temperatur udara. Untuk benda uji yang
lunak pada temperatur ruang. Diamkan benda uji sekurangnya 30 menit pada
temperatur udara (10C di bawah titik lembek yang diperkirakan). Waktu dari saat
27

benda uji dituang sampai benda uji dilepaskan dari pelat persiapan benda uji tidak
boleh lebih dari 240 menit,
7) Bila benda uji telah dingin, potong bagian aspal yang berlebih di atas cincin dengan
pisau atau spatula panas, sehingga lapisan aspal pada cincin penuh dan rata dengan
bagian atas cincin.
5. Pengujian
1) Pilih salah satu cairan perendam dan termometer yang sesuai untuk titik pengujian
lembek.
(1) air suling yang telah dididihkan untuk titik lembek antara 30C sampai dengan
80C, gunakan termometer 15C, temperatur pemanasan bejana perendam mulai
pada 5C 1C,
(2) gliserin untuk titik lembek di atas 80C sampai dengan 157C, gunakan termometer
16C, temperatur pemanasan bejana perendam mulai pada 30C 1C,
(3) ethylene Glycol untuk titik lembek antara 30C sampai 110C, gunakan termometer
16C, temperatur pemanasan bejana perendam mulai pada 5C 1C,
(4) untuk keperluan pengawasan, semua titik lembek sampai dengan 80C, dapat
ditentukan menggunakan cairan perendam air suling dan titik lembek di atas 80C,
dapat ditentukan menggunakan cairan perendam gliserin.
2) Peralatan, benda uji, pengarah bola dan termometer disiapkan. Isi bejana perendam
dengan cairan perendam sampai dengan 105 3 mm, masukkan peralatan pada
tempatnya dalam bak perendam.

Bila menggunakan ethylene glycol, pastikan

penghisap udara berfungsi untuk menghindari uap beracun.


3) Dua bola baja ditempatkan pada dasar bak perendam dengan menggunakan penjepit,
agar benda uji memperoleh temperatur yang merata.
4) Bejana perendam dan peralatan ditempatkan di dalamnya pada air es di dalam bak
perendam , pertahankan temperatur perendaman selama 15 menit. Jaga dengan hatihati tidak terjadinya kontaminasi antara cairan perendam dalam bejana dengan air es
dalam bak perendam.
5) Bola baja yang telah dikondisikan diletakkan dalam bak perendam menggunakan
penjepit di atas alat pengarah bola.
6) Bejana perendam dipanaskan dengan kecepatan rata-rata kenaikan temperatur
5C/menit. Bila perlu lindungi bejana perendam dari angin menggunakan penghalang.
Kecepatan rata-rata pemanasan tidak berlebih selama proses pengujian. Maksimum
28

variasi kenaikan temperatur untuk periode 1 menit pertama sampai menit ke 3 adalah
0,5C. Kenaikan kecepatan temperatur di luar batas yang diizinkan harus diulang.
7) Temperatur pada saat bola yang diselimuti aspal jatuh menyentuh pelat dasar dicatat.
Tidak ada koreksi untuk temperatur pemanasan. Bila perbandingan antara 2 temperatur
pada saat bola baja yang diselimuti aspal jatuh menyentuh pelat dasar terdapat
perbedaan melebihi 1oC, ulangi pengujian titik lembek.
6. Perhitungan
1) Penentuan titik lembek dari benda uji yang menggunakan cairan perendam air
mempunyai titik lembek lebih rendah dari benda uji yang diuji menggunakan cairan
perendam gliserin. Titik lembek ditentukan dengan kesepakatan bahwa perbedaan
hanya untuk titik lembek sedikit di atas 80C,
2) Perubahan dari cairan perendam air ke gliserin untuk titik lembek di atas 80C tidak
selalu ada, kemungkinan titik lembek terendah aspal pada cairan perendam gliserin
adalah 84,5C,
(1) Koreksi untuk aspal adalah

4,2C, untuk memastikan hal ini, ulangi pengujian

pada cairan perendam air.


(2) Bila dalam keadaan

rata-rata dari 2 temperatur yang ditentukan pada cairan

perendam gliserin adalah 80C atau lebih rendah untuk aspal, ulangi pengujian
pada cairan perendam air.
3) Untuk mengubah titik lembek sedikit diatas 80C, tentukan pada cairan perendam air
dan juga pada cairan perendam gliserin. Untuk Koreksi aspal adalah

4,2C, untuk

memastikan hal ini, ulangi pengujian pada cairan perendam gliserin.


(1) Dalam hal rata-rata dari penentuan 2 temperatur pada cairan perendam air adalah
85C atau lebih tinggi, ulangi pengujian pada cairan perendam gliserin.
(2) Hasil yang diperoleh menggunakan cairan perendam

ethylene glycol berbeda

dengan menggunakan cairan perendam air dan gliserin.


Beberapa rumus dapat digunakan untuk menghitung perbedaan pada aspal:
Titik lembek (gliserin)
= 1,026583 x TL (ethylene glycol) -1,334968C .
Titik lembek (air)
= 0,97418 x TL (ethylene glycol) -1,44459C .

(16)
(17)

3.3.5.4 Pemeriksaan Daktilitas


Pemeriksaan daktilitas ini berpedoman pada SNI 06-2432-1991, berikut penjelasannya:
29

1. Tujuan
Tujuan metode ini adalah untuk mendapatkan harga pengujian daktilitas bahan aspal.
2. Peralatan
Peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut :
1) Termometer,
2) Cetakan daktilitas kuningan,
3) Bak perendam isi 10 liter, yang menjaga suhu tertentu selama pengujian dengan
ketelitian 0,1oC, dan benda uji dapat terendam sekurang-kurangnya 100 m dibawah
permukaan air, bak tersebut diperlengkapi denag pelat dasar berlubang yang diletakkan
50 mm dari dasar bak perendam untuk meletakkan benda uji.
4) Mesin uji ketentuan sebagai berikut:
5) Dapat menarik benda uji dengan kecepatan yang tetap,
6) Dapat menjaga benda uji tetap terendam dan tidak menimbulkan getaran selama
pemeriksaan,
7) bahan methyl alkohol teknik atau glycerin teknik.
3. Persiapan benda uji
Benda uji adalah contoh aspal sebanyak 100 gram yang dipersiapkan sebagai berikut :
1) Semua bagian dalam sisi-sisi cetakan daktilitas dan bagian atas pelat dasar dilapisi
dengan campuran glycerin dan dextrin atau glycerin dan talk atau glycerin dan kaolin
atau amalgan, kemudian pasanglah cetakan daktilitas di atas pelat dasar,
2) Contoh aspal dipanaskan sehingga cair dan dapat dituang, untuk menghindarkan
pemanasan setempat, lakukan dengan hati-hati, pemanasan dilakukan sampai suhu
antara 80oC 100oC di atas titik lembek, kemudian contoh disaring dengan saringan
No. 50 dan setelah diaduk, dituamg dalam cetakan.
3) Pada waktu mengisi cetakan, contoh dituang hati-hati dari ujung ke ujung hingga
penuh berlebihan.
4) Cetakan didinginkan pada suhu ruang selama 30 sampai 40 menit lalu pindahkan
seluruhnya ke dalam bak perendam yang telah disiapkan pada suhu pemeriksaan
selama 30 menit, kemudian ratakan contoh yang berlebihan dengan pisau atau spatula
yang panas sehingga cetakan terisi penuh dan rata.
4. Cara pengujian
Urutan proses dalam pengujian ini adalah sebagai berikut :
1) Benda uji didiamkan pada suhu 25oC dalam bak perendam selama 85 sampai 95 menit,
kemudian lepaskan benda uji dari pelat dasar dan sisi-sisi cetakannya,
30

2) Benda uji dipasang pada alat mesin dan tariklah benda uji secara teratur dengan
kecepatan 50 mm/menit sampai benda uji putus, perbedaan kecepatan atau kurang dari
5% masih diizinkan, bacalah jarak antara pemegang benda uji, pada saat benda uji
putus (dalam sentimeter), selama percobaan berlangsung benda uji harus selalu
terendam sekurang-kurangnya 25 mm dalam air dan suhu harus dipertahankan tetap
(25oC 0.5oC),
3) Apabila benda uji menyentuh dasar mesin uji tau terapung pada permukaan air maka
pengujian dianggap tidak normal, untuk menghindari hal semacam ini maka berat jenis
air harus disesuaikan dengan berat jenis benda uji dengan menambah methyl alkohol
atau glycerin, apabila pemeriksaan normal tidak berhasil setelah dilakukan 3 kali maka
dilaporkan bahwa pengujian daktilitas bitumen tersebut gagal.
3.3.5.5 Pemeriksaan Berat Jenis Aspal
Pemeriksaan berat jenis aspal ini berpedoman pada SNI 06-2441-1991, berikut
penjelasannya:
1. Tujuan
Tujuan metode ini adalah untuk menentukan berat jenis aspal padat.
2. Peralatan
Peralatan yang dipergunakan adalah sebagai berikut :
1) termometer,
2) bak perendam yang dilengkapi pengatur suhu dengan ketelitian (25oC 0,1oC),
3) piknometer 30 ml,
4) air suling sebanyak 1000 ml,
5) bejana gelas, kapasitas 1000 ml.
3. Benda Uji
Benda uji adalah contoh aspal padat sebagai 100 gram.
4. Cara pengujian
Urutan cara pengujian ini adalah sebagai berikut :
1) bejana diisi dengan air suling sehingga diperkirakan bagian atas piknometer yang tidak
terendam 40 mm, kemudian rendam dan jepitlah bejana tersebut dalam bak perendam
sehingga perendam sekurang-kurangnya 100 mm, aturlah suhu bak perendam pada
suhu 25oC,
2) piknometer dibersihkan, dikeringkan, dan ditimbanglah dengan ketelitian 1 mg, (A)
31

3) bejana diangkat dari bak perendam dan isilah piknometer dengan air suling kemudian
tutuplah piknometer tanpa ditekan,
4) piknometer diletakkan ke dalam bejana dan tekanlah penutup sehingga rapat,
kembalikan bejana berisi piknometer ke dalam bak perendam, diamkan bejana tersebut
di dalam bak perendam selama sekurang-kurangnya 30 menit,kemudian angkatlah dan
keringkan dengan lap, timbanglah piknometer dengan ketelitian 1 mg, (B)
5) contoh bitumen keras atau ter dipanaskan sejumlah 100 gram, sampai menjadi cair dan
aduklah untuk mencegah pemanasan setempat, pemanasan tidak boleh lebih dari 30
menit pada suhu 111oC di atas titik lembek aspal,
6) benda uji tersebut dituangkan ke dalam piknometer yang telah kering hingga terisi
bagian,
7) biarkan piknometer sampai dingin, selama tidak kurang dari 40 menit dan timbanglah
dengan penutupnya dengan ketelitian 1 mg, (C)
8) piknometer yang berisi benda uji diisi dengan air suling dan tutuplah tanpa ditekan,
diamkan agar gelembung-gelembung udara keluar,
9) bejana dari bak perendam diangkat dan letakkan piknometer di dalamnya dan
kemudian tekanlah penutup hingga rapat, masukkan dan diamkan bejana ke dalam bak
perendam selama sekurang-kurangnya 30 menit, ankat keringkan, dan timbanglah
piknometer. (D)
5. Perhitungan
Hitunglah berat jenis dengan rumus :
=

(C A)
....
( BA )(DC )

(18)
Keterangan :
= berat jenis aspal
A = berat piknometer dengan penutup (gram)
B = berat piknometer berisi air (gram)
C = berat piknometer berisi aspal (gram)
D = berat piknometer berisi asal dan air (gram)

32

3.3.5.6 Pemeriksaan Kehilangan Berat Aspal (Thick Film Test)


Pemeriksaan kehilangan berat aspal (thick film test) ini berpedoman pada SNI 06-24401991, berikut penjelasannya:
1. Tujuan
Tujuan metode ini adalah menentukan kehilangan berat minyak dan aspal, yang dinyatakan
dalam persen berat semula.
2. Peralatan
Peralatan yang dipergunakan adalah sebagai berikut :
1) Termometer,
2) Oven yang dilengkapi dengan :
(1) Pengatur suhu untuk memanasi sampai 180oC 1oC:
(2) Pinggan logam berdiameter 35 cm, menggantung pada oven pada poros vertikal
dan berputar dengan kecepatan 5 sampai 6 putaran per menit,
3) Cawan baja tahan karat atau aluminium berbentuk silinder dengan dasar yang rata,
ukuran dalam : 140 mm, tinggi 9,5 mm dan tebal 0,64 mm 0,76 mm.
4) Neraca analitik, dengan kapasitas (200 0,001) gram.
3. Persiapan benda uji
Benda uji adalah minyak atau aspal sebanyak 100 gram, yang dipersiapkan dengan cara
sebagai berikut :
1) Contoh minyak atau aspal diaduk serta panaskan bila perlu untuk mendapatkan
campuran yang merata,
2) Contoh dituangkan kira-kira (50,0 0,5) gram ke dalam cawan dan setelah dingin
timbanglah dengan ketelitian 0,01 gram (A),
3) Benda uji yang diperiksa harus bebas air,
4) Benda uji dipersiapkan ganda (duplo)
4. Cara pengujian
Urutan proses dalam pengujian ini adalah sebagai berikut :
1) Benda uji diletakan di atas pinggan setelah oven mencapai suhu (163oC 1oC),
2) Termometer dipasang pada dudukannya sehingga terletak pada tengah-tengah antara
pinggir pinggan dan poros (sumbu) dengan ujung 6 mm di atas pinggan,
3) Benda uji diambil dari dalam oven setelah 5 jam sampai 5 jam 15 menit,
4) Benda uji didinginkan pada suhu ruang, kemudian timbanglah dengan ketelitian 0,01
gram (B),
33

5) Apabila hasil pemeriksaan tidak semuanya sama maka benda uji dengan hasil yang
sama dikelompokkan untuk pemeriksaan ulang.
5. Perhitungan
Penurunan Berat=

AB
x 100 .....
A

(19)
Keterangan:
A = berat benda uji semula
B = berat benda uji setelah pemanasan
3.3.6

Penentuan Gradasi Pilihan Dan Kebutuhan Material Untuk Pembuatan Campuran


Jensi Campuran bisa dipilih sesuai spesifikasi yang ada (Spec 2010 rev 3). Sebagai contoh

untuk Gradasi agregat Camp HRS-WC Grad senjang, memiliki gradasi seperti pada Tabel 5.
Proporsi material agregat dapat dilakukan dengan cara mencampur (blending), atau dengan
cara memproporsikan material sesuai gradasi pilihan/ideal. Dalam praktikum proporsi dilakukan
dengan cara memproporsikan.
Berdasarkan gradasi pilihan rencana campuran agregat pada Tabel 5, maka proporsi
rencana campuran agregat yang digunakan seperti pada Tabel 6 dan Tabel 7.
Tabel 5. Gradasi agregat untuk Camp HRS-WC Grad senjang
Ukuran Saringan
No.
3/4 "
1/2"
3/8"
No. 4 *)
No. 8
No.16 *)
No. 30
No.200

Bukaan (mm)
19.0
12.5
9.5
4.75
2.36
1.18
0.60
0.075

% lolos (thd berat)


HRS-WC
Bts bawah
100
90
75
60
52
42
35
6

Bts tengah
100
95
80
70
62.5
53.5
47.5
8

Bts atas
100
100
85
78
73
65
60
10

*) tdk ditentukan
Bila gradasi diatas digrafikkan akan terlihat seperti pada Gambar 1.

34

Gambar 1. Gradasi agregat untuk Camp HRS-WC Grad senjang


Tabel 6. Proporsi % agregat untuk campuran HRS-WC
Ukuran Saringan
No.

Bukaan (mm)

Batas
Tengah
(%) lolos

3/4 "
1/2"
3/8"
No. 4
No. 8
No.16
No. 30
No.200
Pan/talam
Jumlah
Ag. Kasar
Ag. Halus
Filer
Jumlah

19.0
12.5
9.5
4.75
2.36
1.18
0.60
0.075
-

100
95
80
70
62.5
53.5
47.5
8
0

30
62
8.0
100

Proporsi
(%) tertahan

5
15
10
7.5
9
6
39.5
8
100
% (total tertahan ayakan 4,75 mm)
% (lolos 4,75 mm tertahan 0,075mm)
% (lolos 0,075mm, min 65 % )
%

Tabel 7. Proporsi Material untuk pembuatan sampel.

35

Material

Agregat Kasar
(A)

Agregat Halus/
Pasir (B)

Ukuran ag.
(mm)

Proporsi
(%)

Total

3.3.7

3 sampel

(%)

(gram)

(gram)

(gram)

60

120

180

15

180

360

540

9,5-4,75

10

120

240

360

4,75-2,36

7.5

90

180

270

108

216

324

72

144

216

39.5

474

948

1422

96

192

288

100

100

1200

2400

3600

19-12,5
12,5-9,5

2,36-1,18
0,6-0,3

30

62

0,3-0,075
Filer (C)

1 sampel 2 sampel

0,075

Perhitungan Kadar Aspal Awal


Setelah proporsi masing-masing agregat diketahui, maka dilakukan perhitungan kadar

aspal awal (Pb) yang nantinya digunakan sebagai acuan dalam menentukan variasi kadar aspal.
Adapun perhitungannya sesuai dengan Persamaan sebagai berikut :
Pb = 0,035 (%CA) + 0,045 (%FA) + 0,18 (%FF) + konstanta

(20)

k = konstanta = 0,5 1 untuk AC, dan 2,0 3,0 untuk HRS


Kemudian kadar aspal divariasi, dengan penambahan dan pengurangan 0,5 % pada dua
rentang dibawah dan diatas Pb. Untuk Campuran HRS-WC, perhitungan dapat ditabelkan seperti
pada Tabel 8.

Tabel 8. Perhitungan kadar aspal dan variasi kadar aspal


Perhitungan

Pb = 0,035 (%CA) + 0,045 (%FA) + 0,18 (%FF) + k


36

kebutuhan
aspal
Variasi kadar
aspal

k untuk HRS = 2 3 , disini dipilih k = 2 maka

Pb

7.28 (%)

Pb = 7 % (dibulatkan) , kemudian divariasi


Kebutuhan aspal (% thd berat total campuran:
Perhitungan / jml sampel

1 sampel

2 sampel

3 sampel

1200 kg ag 2400 kg ag 3600 kg ag

6%

= 6/(100-6) x berat agregat (gram)

76.6

153.2

229.8

6,5%

= 6,5/(100-6,5) x berat agregat (gram)

83.4

166.8

250.3

7%

= 7 / (100-7) x berat agregat (gram)

90.3

180.6

271.0

7,5 %

= 7,5/(100-7,5) x berat agregat (gram)

97.3

194.6

291.9

8%

= 8 / (100-8) x berat agregat (gram)

104.3

208.7

313.0

3.3.8

Pencampuran Agregat dan Aspal Secara Panas (Hotmix)


Agregat yang sudah diroporsikan seperti pada Tabel 7 dipanaskan dalam oven atau

dengan wajan dengan pemanas kompor gas. Aspal dipanaskan terpisah dan dituangkan seberat
yang diperlukan sesuai dengan Tabel 8. Pedoman untuk temperatur pemanasan dan
pencampuran aspal seperti pada Tabel 9. Pencampuran dilakukan dengan mengaduk secepatnya
memungkinkan sampai agregat terselimuti rata dengan aspal.

Tabel 9. Ketentuan Viskositas & Temperatur Aspal untuk Pencampuran & Pemadatan

37

3.3.9

Pembuatan Benda Uji Campuran (SNI 06-2489-1991)

1. Peralatan
Terdiri atas :
1) Tiga buah cetakan benda uji diameter 101,6 mm (4 in), tinggi 76,2 mm (3 in) lengkap
dengan pelat atas dan leher sambung.
2) Mesin penumbuk manual atau otomatis lengkap dengan :
(1) Penumbuk

yang

mempunyai

permukaan

tumbuk

rata

yang

berbentuk

silinder,dengan berat 4.536 gram ( 9 gram) dan tinggi jatuh bebas 457,2 mm
15,24 mm (18 inci 0,6 in).
(2) Landasan pemadat terdiri atas balok kayu (jati atau yang sejenis)mempunyai berat
isi 0,67 0,77 kg/cm3(dalam kondisi kering)dengan ukuran 203,2 x 203,2 x 457,2
mm (8 x 8 x 18 in) dilapisidengan pelat baja berukuran 304,8 x 304,8 x25,4 mm
(12 x 12 x 1 in)dan dijangkarkan pada lantai beton di keempat bagian sudutnya.
(3) Pemegang cetakan benda uji.
3) Oven, yang dilengkapi dengan pengatur temperatur yang mampu memanaskan
campuran sampai 200oC 3oC,
4) Timbangan yang dilengkapi dengan penggantung benda uji berkapasitas 2 kg dengan
ketelitian 0,1 gram dan timbangan berkapasitas 5 kg dengan ketelitian 1 gram,
5) Termometer logam (metal thermometer) berkapasitas 10oC sampai 204oC dengan
ketelitian 2,8oC,
6) Alat pengeluar benda uji,

38

7) Untuk mengeluarkan benda uji yang sudah dipadatkan dari dalam cetakan, digunakan
alat pengeluar benda uji (extruder) dengan diameter 100 mm (3,95 in).
8) Perlengkapan lain :
(1) Wadah untuk memanaskan agregat, aspal dan campuran beraspal,
(2) Sendok pengaduk dan spatula,
(3) Kompor atau pemanas (hot plate).
(4) Sarung tangan dari asbes,karet serta pelindung pernafasan (masker).
2. Prosedur Pengerjaan
1) Keringkan agregat pada temperatur 105oC - 110oC sekurang kurangnyaselama 4 jam di
dalam oven,
2) Keluarkan agregat dari oven dan tunggu sampai beratnya tetap,
3) Pisah-pisahkan agregat ke dalam fraksi-fraksi yang dikehendaki dengan cara
penyaringan dan lakukan penimbangan,
4) Lakukan pengujian kekentalan aspal untuk memperoleh temperatur pencampuran dan
pemadatan,
5) Panaskan agregat pada temperatur 28oC di atas temperatur pencampuran sekurang
-kurangnya 4 jam di dalam oven,
6) Panaskan aspal sampai mencapai kekentalan (viskositas) yang disyaratkan untuk
pekerjaan pencampuran dan pemadatan seperti diperlihatkan pada Tabel 9.
7) pencampuran benda uji
(1) Untuk setiap benda uji diperlukan agregat sebanyak 1200 gramsehingga
menghasilkan tinggi benda uji kira-kira 63,5 mm 1,27 mm (2,5 0,05 inc),
(2) Panaskan wadah pencampur kira-kira 28oC di atas temperatur pencampuran aspal
keras,
(3) Masukkan agregat yang telah dipanaskan ke dalam wadah pencampur,
(4) Tuangkan aspal yang sudah mencapai tingkat kekentalan seperti pada Tabel 9
sebanyak yang dibutuhkan ke dalam agregat yang sudah dipanaskan, kemudian
aduk dengan cepat sampai agregat terselimuti aspal secara merata.
8) Pemadatan benda uji
(1) Bersihkan perlengkapan cetakan benda uji serta bagian muka penumbuk
dengan seksama dan panaskan sampai suhu antara 90oC - 150oC,
(2) Letakkan cetakan di atas landasan pemadat dan ditahan dengan pemegang
cetakan,
39

(3) Letakkan kertas saring atau kertas penghisap dengan ukuran sesuai ukuran
dasar cetakan,
(4) Masukkan seluruh campuran ke dalam cetakan dan tusuk-tusuk campuran
dengan spatula yang telah dipanaskan sebanyak 15 kali di sekeliling
pinggirannya dan 10 kali di bagian tengahnya,
(5) Letakkan kertas saring atau kertas penghisap di atas permukaan benda uji
dengan ukuran sesuai cetakan,
(6) Padatkan campuran dengan temperatur yang disesuaikan dengan kekentalan
aspal yang digunakan dengan 2 x 75 kali jumlah tumbukan:
(7) Pengujian kepadatan mutlak campuran beraspal untuk lalu-lintas berat
dilakukan pemadatan sebanyak 400 kali tumbukan,
(8) Pelat alas berikut leher sambung dilepas dari cetakan benda uji, kemudian
cetakan yang berisi benda uji dibalikkan dan pasang kembali pelat alas
berikut leher sambung pada cetakan yang dibalikkan tadi,
(9) Permukaan benda uji yang sudah dibalikkan tadi ditumbuk kembali dengan
jumlah tumbukan yang sama sesuai dengan (6) dan (7),
(10) Sesudah dilakukan pemadatan campuran, lepaskan pelat alas dan pasang
alat pengeluar pada permukaan ujung benda uji tersebut,
(11) Keluarkan dan letakkan benda uji di atas permukaan yang rata dan diberi
tanda pengenal serta biarkan selama kira-kira 24 jam pada temperatur
ruang,
(12) Bila diperlukan untuk mendinginkan benda uji, dapat digunakan kipas
angin.
3.3.10 Metode Pengujian Campuran Beraspal Panas dengan Alat Marshall (SNI 06-24891991)
1. Tujuan
Untuk mendapatkan suatu campuran aspal yang memenuhi ketentuan-ketentuan yang telah
ditetapkan di dalam kriteria perencanaan.
2. Peralatan
1) Alat Marshall lengkap dengan :
(1) Kepala penekan (breaking head) berbentuk lengkung, dengan jari-jari bagian dalam
50,8 mm (2 in),
40

(2) Dongkrak pembebanan (loading jack) yang digerakkan secara elektrik dengan
kecepatan pergerakan vertikal 50,8 mm/menit (2 in/menit),
(3) Cincin penguji (proving ring) dengan kapasitas 2500 kg dan atau 5000 kg,
dilengkapi arloji (dial) tekan dengan ketelitian 0,0025 mm (0,001 in).
(4) Arloji pengukur pelelehan dengan ketelitian 0,25 mm (0,1 in) beserta
perlengkapannya.
2) Tiga buah cetakan benda uji diameter 101,6 mm (4 in), tinggi 76,2 mm (3 in) lengkap
dengan pelat atas dan leher sambung.
3) Penangas air (water bath) dengan kedalaman 152,4 mm (6 in) yang dilengkapi dengan
4) Pengatur temperatur yang dapat memelihara temperatur penangas air pada 60oC 1oC,
5) Timbangan yang dilengkapi dengan penggantung benda uji berkapasitas 2 kg dengan
ketelitian 0,1 gram dan timbangan berkapasitas 5 kg dengan ketelitian 1 gram,
6) Termometer gelas untuk pengukur temperatur air dalam penangas dengan sensitivitas
sampai 0,2oC,
3. Persiapan Benda Uji
1) Bersihkan benda uji dari kotoran yang menempel,
2) Ukur tinggi benda uji dengan ketelitian 0,1 mm (0,004 in),
3) Timbang benda uji,
4) Rendam benda uji dalam air selama kira-kira 24 jam pada temperatur ruang,
5) Timbang benda uji di dalam air untuk mendapatkan isi dari benda uji,
6) Timbang benda uji dalam kondisi kering permukaan jenuh.
4. Cara pengujian
Lamanya waktu yang diperlukan dari diangkatnya benda uji dari pemanas air sampai
tercapainya beban maksimum saat pengujian tidak boleh melebihi 30 detik.
1) Rendamlah benda uji dalam penangas air selama 30 40 menit dengan temperatur
tetap 60oC 1oC untuk benda uji,
2) Keluarkan benda uji dari penangas air dan letakkan dalam bagian bawah alat penekan
uji Marshall,
3) Pasang bagian atas alat penekan uji Marshall di atas benda uji dan letakkan seluruhnya
dalam mesin uji Marshall
4) Pasang arloji pengukur pelelehan pada kedudukannya di atas salah satu batang
penuntun dan atur kedudukan jarum penunjuk pada angka nol, sementara selubung
tangkai arloji (sleeve) dipegang teguh pada bagian atas kepala penekan,
41

5) Sebelum pembebanan diberikan, kepala penekan beserta benda uji dinaikkan hingga
menyentuh alas cincin penguji,
6) Atur jarum arloji tekan pada kedudukan angka nol,
7) Berikan pembebanan pada benda uji dengan kecepatan tetap sekitar 50,8 mm (2 in) per
menit sampai pembebanan maksimum tercapai, untuk pembebanan menurun seperti
yang ditunjukkan oleh jarum arloji tekan dan catat pembebanan maksimum (stabilitas)
yang dicapai. Untuk benda uji dengan tebal tidak sama dengan 63,5 mm, beban harus
dikoreksi dengan faktor pengali seperti diperlihatkan pada Tabel 10,
8) Catat nilai pelelehan (flow) yang ditunjukkan oleh jarum arloji pengukur pelelehan
pada saat pembebanan maksimum tercapai.
5. Perhitungan
Untuk menghitung hasil pengujian stabilitas Marshall, hasil pembacaan alat x faktor
koreksi ukuran sampel. Bila pengujian menggunakan alat uji Marshall dengan jarum
penunjuk (dial gauge), maka hasil pengujian dikalikan lagi dengan hasil kalibrasi jarum
penunjuk (defleksi) alat uji (Tabel 11). Pembacaan jarum penunjuk (defleksi dial gauge).
Perlu diinterpolasi.
Contoh hasil pengujian stabilitas Marshall, disajikan pada Tabel 12.

Tabel 10. Faktor Koreksi Stabilitas, [Asphalt Institute, MS-2, 1998].

42

Volume specimen
3

(cm )
200 - 213
214 - 225
226 - 237
238 - 250
251 - 264
265 - 276
277 - 289
290 - 301
302 - 316
317 - 328
329 - 340
341 - 353
354 - 367
368 - 379
380 - 392
393 - 405
406 - 420
421 - 431
432 - 443
444 - 456
457 - 470
471 - 482
483 - 495
496 - 508
509 - 522
523 - 535
536 - 546
547 - 559
560 - 573
574 - 585
586 - 598
599 - 610
611 - 625
Catatan :

Ketebalan

Koefisiean

Spesimen (cm)
2.54
2.70
2.86
3.02
3.18
3.34
3.49
3.65
3.81
3.97
4.13
4.29
4.45
4.60
4.76
4.92
5.08
5.24
5.40
5.56
5.72
5.88
6.03
6.19
6.35
6.51
6.67
6.83
6.99
7.14
7.30
7.46
7.6

Koreksi
5.56
5.00
4.55
4.17
3.85
3.57
3.33
3.03
2.78
2.50
2.27
2.08
1.92
1.79
1.67
1.56
1.47
1.39
1.32
1.25
1.19
1.14
1.09
1.04
1.00
0.96
0.93
0.89
0.86
0.83
0.81
0.78
0.76

Catatan:
Tebal Standar Sampel dengan
diameter 10 cm adalah 6,35
cm. Sampel dengan ukuran ini
diberi koef. koreksi =1.00.
Untuk ukuran sampel yang
sedikit berbeda dari ukuran
standar, maka Nilai stabilitas
Marshallhasil pengujian
dikalikan koef. koreksi
berdasarkan volume atau
ketebalan sampel.
Lebih praktis bila koreksi
diberikan bedasarkan volume
sampel.

1 kg = 1kg x 9,8 m/dt2 = 9,8 N = 0,0098 kN


1 kN = 1 / 0,0098 = 102 kg
Tabel 11. Tabel Konversi pembacaan dial gauge stabilitas ke kN untuk alat uji tekan Marshall
model H-4454.100

43

Sumber: Humboldt (2010)


Tabel 12. Contoh Tabulasi Perhitungan Stabilitas Marshall, Dengan Factor Koreksi Ukuran
Sampel Dan Faktor Konversi Kalibrasi Jarum Penunjuk (Dial Gauge/Defleksi).
44

Tabulasi lengkap Hasil Uji sampel, disajikan pada Tabel 13.


3.3.11 Pembuatan Grafik
Hubungan Kadar Aspal dengan Karakteristik Marshall: Stabilitas, Flow, VIM, VMA, dan VFB,
dibuat grafiknya, yang disajikan pada Bab IV.
3.3.11 Penentuan Kadar Aspal Optimum
Penentuan Kadar aspal optimum ditentukan dengan merata-ratakan kadar aspal yang
memberikan stabilitas maksimum, serta persyaratan campuran lainnya seperti VMA, VFB dan
kelelehan campuran. Kadar aspal optimum dapat ditentukan dengan menggunakan Metode Barchart (disajikan pada Bab IV). Nilai kadar aspal optimum ditentukan sebagai nilai tengah dari
rentang kadar aspal maksimum dan minimum yang memenuhi spesifikasi.
3.3.12 Metode Pengujian Stabilitas Sisa dengan Alat Marshall
Untuk mengevaluasi keawetan campuran adalah pengujian Marshall perendaman di dalam air
pada suhu 60oC selama 24 jam. Perbandingan stabilitas yang direndam dengan stabilitas standar,
dinyatakan sebagai persen, dan disebut Indeks Stabilitas Sisa (IRS), dan dihitung sbb:

MSI
x100
MSS
Keterangan:
IRS =

IRS

= Indeks of Retained Strength , IRS minimum 90%.

MSI
MSS

= Stabilitas Marshall kondisi setelah direndam selama 24 jam dengan suhu 60C
= Stabilitas Marshall kondisi standar (direndam selama 30-40 menit pada suhu 60C)

( 21

45

46

Anda mungkin juga menyukai