Anda di halaman 1dari 6

Cara penggunaan Drying Oven

Pengertian

Oven atau drying oven merupakan alat yang digunakan untuk sterilisasi atau pembersihan dengan menggunakan udara
kering. Alat sterilisasi ini dipakai untuk mensterilkan alat-alat gelas seperti Erlenmeyer, Petridish (cawan petri), tabung reaksi
dan gelas lainnya. Bahan-bahan seperti kapas, kain dan kertas juga dapat disterilkan dalam oven tetapi dalam temperatur
tertentu, pada umumnya temperatur yang digunakan pada sterilisasi cara kering adalah sekitar 140-1700C selama paling sedikit
2 jam. Perlu diperhatikan bahwa lamanya sterilisasi tergantung pada jumlah alat disterilkan dan ketahanan alat terhadap panas.

Cara Penggunaan

1. Hubungkan drying oven dengan sumber listrik

2. Masukkan peralatan laboratorium yang ingin disterilisasi kemudian atur dengan rapi dan tutup pintu oven dengan rapat.

3. Hidupkan Drying Oven dengan menekan tombol ON, kemudian lampu di drying oven akan berkedip.

4. Atur suhu dan waktu yang diinginkan pada drying oven. Jika peralatan terbuat dari plastic, dan bahan yang mudah berubah
volume seperti pipet ukur dan labu ukur sebaiknya suhu tidak melebihi 100C.

Bila suhu 1700C, atur waktu 1 jam

Bila suhu 1600C, atur waktu 2 jam

Bila suhu 1500C, atur waktu 2,5 jam

Bila suhu 1400C, atur waktu 3 jam

5. Bila waktu yang diatur telah selesai, pengatur waktu secara otomatis kemali ke nol

6. Setelah selesai biarkan terlebih dahulu peralatan laboratorium mendingin didalam oven, setelah mendingin keluarkan
peralatan laboratorium dan tata kembali peralatan laboratorium dengan rapi.

7. Jangan lupa mencabut kabel oven dari sumber listrik agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.

Slump Beton Segar


Slump pada dasarnya merupakan salah satu pengetesan sederhana untuk mengetahui
workability beton segar sebelum diterima dan diaplikasikan dalam pekerjaan pengecoran.
Workability beton segar pada umumnya diasosiasikan dengan :

Homogenitas atau kerataan campuran adukan beton segar (homogenity)


Kelekatan adukan pasta semen (cohesiveness)
Kemampuan alir beton segar (flowability)
Kemampuan beton segar mempertahankan kerataan dan kelekatan jika dipindah dengan
alat angkut (mobility)
Mengindikasikan apakah beton segar masih dalam
kondisi plastis (plasticity)

Namun selain besaran nilai slump, yang harus diperhatikan untuk menjaga kelayakan pengerjaan beton
segar adalah tampilan visual beton, jenis dan sifat keruntuhan pada saat pengujian slump dilakukan.

Slump beton segar harus dilakukan sebelum beton dituangkan dan jika terlihat indikasi plastisitas
beton segar telah menurun cukup banyak, untuk melihat apakah beton segar masih layak dipakai atau
tidak.

Pengukuran slump dilakukan dengan mengacu pada aturan yang ditetapkan dalam 2 peraturan standar :

PBI 1971 NI 2 (Peraturan Beton Bertulang Indonesia)


SNI 1972-2008 (Cara Uji Slump Beton)

Pengujian Slump Berdasarkan PBI 1971 N.I.-2


Pengukuran slump berdasar peraturan ini dilakukan dengan alat sebagai berikut :
a. Kerucut Abrams :

Kerucut terpancung, dengan bagian atas dan bawah terbuka


Diameter atas 10 cm
Diameter bawah 20 cm
Tinggi 30 cm

b. Batang besi penusuk :

Diameter 16 mm
Panjang 60 cm
Ujung dibulatkan

c. Alas : rata, tidak menyerap air


Langkah pengujian :
a. Kerucut Abrams diletakkan di atas bidang alas yang rata dan tidak menyerap air
b. Kerucut diisi adukan beton sambil ditekan supaya tidak bergeser
c. Adukan beton diisikan dalam 3 lapis, masing-masing diatur supaya sama tebalnya
(1/3tinggi kerucut Abrams)
d. Setiap lapis ditusuk-tusuk dengan batang penusuk sebanyak 10 kali
e. Setelah selesai, bidang atas diratakan
f. Dibiarkan menit (sambil membersihkan sisa jatuhan beton di samping kerucut
Abrams)
g. Kerucut ditarik vertikal ke atas dengan hati-hati tidak boleh diputar atau ada gerakan
menggeser selama menarik kerucut
h. Diukur penurunan puncak beton segar yang diuji slump-nya

cara penusukan dan pengangkatan

Berdasarkan SNI 1972:2008


Pengukuran slump berdasar peraturan ini dilakukan dengan alat sebagai berikut :
a. Kerucut Abrams :

Kerucut terpancung, dengan bagian atas dan bawah terbuka


Diameter atas 102 mm
Diameter bawah 203 mm
Tinggi 305 mm
Tebal plat min 1,5 mm

b. Batang besi penusuk :

Diameter 16 mm
Panjang 60 cm
memiliki salah satu atau kedua ujung berbentuk bulat setengah bola dengan diameter 16
mm

c. Alas : datar, dalam kondisi lembab, tidak menyerap air dan kaku

Langkah pengujian :
a. Kerucut Abrams (cetakan) dibasahi, ditempatkan di atas permukaan yang datar, dalam
kondisi lembab, tidak menyerap air dan kaku
b. Pengisian cetakan dibagi 3 kali, masing-masing sekitar 1/3 volume cetakan tiap lapis
dipadatkan dengan 25 kali tusukan secara merata dan menembus ke lapis
sebelumnya/di bawahnya namun tidak boleh menyentuh dasar cetakan
c. Lapis terakhir dilebihkan pengisiannya setelah dipadatkan lalu diratakan dengan
menggelindingkan batang penusuk di atasnya
d. Segera setelah permukaan atas beton diratakan, cetakan diangkat dengan kecepatan 3-7
detik, diangkat lurus vertikal tidak boleh diputar atau digeser ke samping selama
mengangkat kerucut
e. Seluruh proses dari awal sampai selesainya pengangkatan cetakan tidak boleh lebih lama
dari 2,5 menit
f. Letakkan cetakan di samping beton yang diuji slump-nya (boleh diletakkan dibalik
posisinya) dan ukur nilai slump : penurunan permukaan atas beton pada posisi titik tengah
permukaan atasnya
g. Jika terjadi kegagalan slump (tidak memenuhi kisaran slump yang disyaratkan,
keruntuhan benda uji termasuk keruntuhan geser), maka pengujian diulang- maksimal
3 kali, jika masih gagal maka beton dinyatakan tidak memenuhi syarat dan ditolak
h. Syarat variasi pengukuran yang memenuhi syarat dari 3 pengukuran : minimum 2
memenuhi syarat dengan selisih pengukuran tidak lebih dari 21 mm.
Pemeriksaan Abrasi dengan Mesin Los Angeles

1. Tujuan
Pemeriksaan keausan agregat adalah untuk mengetahui angka keausan suatu agregat, yang
dinyatakan dengan perbandingan antara berat bahan yang aus yaitu lolos saringan No. 12 (1,7
mm) terhadap berat mula - mula, dalam persen (%), dan juga sebagai pegangan untuk
menentukan ketahanan agregat kasar terhadap keausan dengan mengunakan mesin Abrasi Los
Angeles.

Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk menemtukan keausan agregat kasar. Hasil
pengujian bahan ini pada umumnya dapat dipergunakan dalam perencanaan dan pelaksanaan
bahan perkerasan jalan atau konstruksi beton.

Berdasarkan SK SNI 2417 1991, keausan agregat tergolong sebagai berikut :


1. Apabila nilai keausan yang diperoleh > 40%, maka agregat yang diuji tidak baik digunakan dalam
bahan perkerasan jalan.
2. Apabila nilai keausan agregat yang diperoleh < 40%, maka agregat yang diuji baik digunakan dalam
bahan perkerasan jalan.

2. Peralatan
Peralatan untuk pelaksanaan pengujian adalah sebagai berikut :
a. Mesin Abrasi Los Angeles
* Mesin ini terdiri dari silinder baja tertutup pada kedua sisinya dengan diameter 711 mm
(28"),
* Panjang dalam 508 mm (20") silinder bertumpu pada dua poros pendek yang tidak menerus
dan berputar pada poros mendatar
* Silinder berlubang untuk memasukkan benda uji
* Penutup lubang tettutup dengan rapat sehingga permukaan dalam silinder tidak terganggu
* Dibagian dalam silinder tersebut terdapat bilah baja melintang penuh setinggi 89 mm (3,5")
b. Bola-bola baja dengan diameter rata-rata 4,68 cm ( I 7/8") dan berat masing- masing antara
400 gram sampai 440 gram
c. Saringan No. 12 (1,7 mm) dan saringan-saringan lainnya)
d. Neraca / Timbangan, dengan ketelitian 5 gram ( timbangan digital)
e. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110S)C.

3. Benda Uji
Benda uji dipersiapkan dengan cara sebagai berikut :
a. Berat dan gradasi benda uji sesuai
b. Bersihkan benda uji dan keringkan dalam oven pada suhu (110 5)C. sampai berat tetap.
4. Cara Pengujian
Pengujian dilaksanakan dengan cara sebagai berikut :
a. pengujian ketahanan agregat kasar terhadap keausan dapat dilakukan dengan salah satu dari
7 cara ini:
* Cara A : Gradasi A, bahan lolos 37,5 mm ,ampai tertahan ),5 mm Jumlah bola 12 buah
dengan 500 putaran
* Cara B : Gradasi B, bahan lolos 19 mm sampai tertahan 9,5 mm. Jumlah bola 11 buah dengan
500 putaran;
* Cara C : Gradasi C, bahan lolos 9,5 mm sampai tertahan 4,75 mm (no.4), Jumlah bola 8 buah
dengan 500 putaran;
* Cara D : Gradasi D, bahan lolos 4,75 mm (no.4) sampai tertahan 2,36 mm (no.8). Jumlah bola
6 buah dengan 500 putaran;
* Cara E : Gradasi E, bahan lolos 75 mm sampai tertahan 37,5 mm Jumlah bola 12 buah dengan
1000 putaran;
* Cara F : Gradasi F, bahan lolos 50 mm sampai tertahan 25 mm. Jumlah bola 12 dengan 1000
putaran;
* Cara G : Gradasi G, bahan lolos 37,5 mm sampai tertahan 19 mm Jumlah bola 12 buah
dengan 1000 putaran

Apabila tidak ditentukan cara yang harus dilakukan, maka pemilihan gradasi disesuaikan dengan
contoh material yang merupakan wakil dari material yang akan dipakai.
b. Benda uji dan bola baja dimasukkan ke dalam mesin Abrasi Los Angeles
c. Putar mesin dengan kecepatan 30 sampai dengan 33 rpm. Jumlah putaran gradasi A, B, C, dan D 500
putaran dan untuk gradasi E, F, dan G 1000 putaran
d. Sesudah pemutaran, keluarkan benda uji dari mesin lalu saring dengan saringan no. 12 (1,7 mm).
butiran yang tertahan disaringan dicuci bersih. selanjutnya dikeringkan dalam oven pada suhu
(110 5 C sampai berat tetap

Anda mungkin juga menyukai