Anda di halaman 1dari 134

EVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN OBAT PADA

PASIEN ANAK DENGAN DIAGNOSIS DBD DI RUANG


RAWAT INAP RSUD DR. H.. MOHAMMAD RABAIN
MUARA ENIM PROVINSI SUMATRA
SELATAN TAHUN 2019

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh :
YENNY INDRIANI
51502010

PROGRAM STUDI SI FARMASI


STIK SITI KHADIJAH
PALEMBANG
2019
EVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN OBAT PADA
PASIEN ANAK DENGAN DIAGNOSIS DBD DI RUANG
RAWAT INAP RSUD DR. H.. MOHAMMAD RABAIN
MUARA ENIM PROVINSI SUMATRA
SELATAN TAHUN 2019

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Farmasi Pada Program Studi S1 Farmasi
STIK Siti Khadijah Palembang

Oleh :
YENNY INDRIANI
51502010

PROGRAM STUDI SI FARMASI


STIK SITI KHADIJAH
PALEMBANG
2019

ii
iii
iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Yenny Indriani

NIM : 51502010

Program Studi : S1 Farmasi

Judul Skripsi : Evaluasi Kerasionalan Penggunaan Obat Pada Pasien Anak


Dengan Diagnosis DBD Di Ruang Rawat Inap RSUD DR.
H.. Mohammad Rabain Muara Enim Provinsi Sumatra
Selatan Tahun 2019

1. Memberikan kewenangan pada Perpustakaan STIK Siti Khadijah


untuk mempublikasikan Skripsi Saya secara digital melalui media
resmi STIK Siti Khadijah Palembang.
2. Tidak akan menuntut konvensasi apapun atas publikasi karya tulis
Saya.
3. Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak ada karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak
terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh
orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan
disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila ternyata kelak terbukti ada
ketidakbenaran dalam pernyataan saya diatas, maka saya akan
bertanggung jawab sepenuhnya.

Palembang, 26 Februari 2020


Yang Membuat Pernyataan

Yenny Indriani

v
RIWAYAT HIDUP PENULIS

1. Identitas

Nama : Yenny Indriani

NIM : 51502010

Tempat Lahir : Muara Enim

Tanggal Lahir : 14 Agustus 1997

Agama : Islam

Nama Orang Tua

Nama Ayah : Puryadi

Nama Ibu : Yuliati

Jumlah Saudara : 3 (tiga)

Anak ke : 3 (tiga) dari 3 bersaudara

Alamat : Muara Enim

2. Riwayat Pendidikan

- Tahun 2003-2009 : SDN 3 Muara Enim

- Tahun 2009-2012 : SMPN 4 Muara Enim

- Tahun 2012-2015 : SMAN 2 Muara Enim

- Tahun 2015-2019 : S1 Farmasi STIK Siti Khadijah Palembang

vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto :

1. Karen sebaik-baiknya ilmu adalah yang diamalkan, sebaik-baiknya harta

adalah yang disedekahkan , dan sebaik-baiknya manusia adalah yang

menebar manfaat badi sesama. (HR. Bukhori dan Muslim).

2. “ Mintalah kepada-Ku, maka akan Ku perkenankan pintumu.” (Q.S Al-

Mukminin: 60).

Alhamdulillahhirobil’alamin, untaian rasa syukur karena nikmat sehat-Nya

dan nikmat rejeki-Nya kepada Allah SWT dan Lantunan shalawat kepada Nabi

Muhammad SAW skripsi ini saya persembahan kepada :

❖ Kepada kedua orang tua yang sangat saya cinta dan saya sayangi,

Ayahku Puryadi dan Yuliati yang telah mencurahkan do’a tulus dan

kasih sayang untuk saya selama ini.

❖ Saudaraku yang tersayang yang selalu memberikan semangat.

❖ Semua Sepupuku yang aku sayangi.

❖ Dosen, S1 Farmasi dan Dosen Pembimbing yang dengan sabar dan tulus

selalu membagi ilmu dan pengalaman.

❖ Teman-teman S1 Farmasi STIK Siti Khadijah Palembang Angkatan

2015.

vii
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah

memberikan Rahmat dan Hidayahnya hingga saya dapat menyelesaikan Skripsi

ini, yang berjudul : “Evaluasi Kerasionalan Penggunaan Obat Pada Pasien Anak

Dengan Diagnosis DBD Di Ruang Rawat Inap RSUD DR. H.. Mohammad

Rabain Muara Enim Provinsi Sumatra Selatan Tahun 2019”

Skripsi ini merupakan tugas akhir dan sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Farmasi Program Studi S1 Farmasi STIK Siti Khadijah

Palembang.

Pada kesempatan ini saya sampaikan rasa terima kasih sebesar-besarnya

kepada kedua orang tuaku yang selalu memberikan motivasi, support dan

membantu dalam segala hal sehingga saya sampai dititik ini, serta penghargaan

setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membimbing dan memberikan

bantuan serta petunjuk sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, kepada :

1. Dr. dr. Ibrahim Edy Sapada., M.Kes selaku Ketua STIK Siti Khadijah

Palembang.

2. Sigit Cahyo Hardiansyah, S.Farm., Apt., M.Kes selaku Ketua Prodi S1

Farmasi STIK Siti Khadijah Palembang.

3. Mayaranti Wilsya., S.Far., Apt., M.Sc selaku Sekertaris Program Studi S1

Farmasi STIK Siti Khadijah Palembang.

4. dr. H. Achmad Ridwan. Mo., M.Sc Selaku Pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan, masukan dan saran selama penyusunan skripsi.

viii
5. Citra Yuliyanda P,M.Farm.,Apt selaku Dosen Pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan, masukan dan saran selama penyusunan skripsi.

6. Seluruh Dosen S1 Farmasi STIK Siti Khadijah Palembang.

7. Teman-teman seperjuangan Farmasi 2015.

Akhirnya, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna,

sehingga dengan segala keterbatasan yang ada, penulis dengan senang hati

menerima kritik dan saran yang berguna untuk menyempurnakan skripsi ini.

Semoga Allah SWT mengampuni segala kesalahan kita, serta menerima amal baik

dan melimpahkan segala rahmat serta hidayahnya kepada kita semua. Amin.

Palembang, Februari 2020

Penulis

ix
EVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN DEMAM
BERDARAH DENGUE (DBD) DI RUANG RAWAT INAP RSUD
DR. H. MOHAMAD RABAIN MUARA ENIM PROVINSI
SUMATERA SELATAN TAHUN 2018

YENNY INDRIANI

ABSTRAK

Pengobatan terhadap virus dengue sampai sekarang bersifat penunjang agar pasien dapat
bertahan hidup. Saat ini, berbagai pilihan obat tersedia sehingga diperlukan pertimbangan yang
cermat dalam memilih obat untuk suatu penyakit. Banyaknya jenis obat yang tersedia dapat
memberikan masalah tersendiri dalam praktik, terutama menyangkut pemilihan dan
penggunaan obat secara benar dan aman. Jenis penelitian ini menggunakan penelitian non-
eksperimental yaitu penelitian dengan pengambilan data tanpa perlakuan terhadap subyek uji.
Rancangan yang digunakan adalah gambaran deskriptif untuk mengetahui evaluasi
kerasionalan penggunaan obat pada pasien Demam Berdarah Dengue (DBD), adapun jumlah
sampel yang diambil dalam penelitian ini yaitu 57 responden. Hasil analisis didapatkan bahwa
tidak dijumpai responden yang mengalami tidak tepat diagnosis, distribusi frekuensi responden
yang mengalami tepat indikasi sebanyak 53 responden (93,0%), dan responden yang
mengalami tidak tepat dosis sebanyak 4 responden (7,0%). Tidak dijumpai responden yang
mengalami tidak tepat pemilihan obat. Distribusi frekuensi responden yang mengalami tepat
dosis sebanyak 49 responden (86,0%), dan responden yang mengalami tidak tepat dosis
sebanyak 8 responden (14,0%). Perlu adanya monitoring dan evaluasi terapi pada pasien
dengan diagnosa pasien DBD dikarenakan obat-obatan yang digunakan berpotensi mengalami
interaksi obat dan diharapkan adanya lembar copy resep di dalam rekam medis pasien.

Daftar Pustaka : 26 (2013-2016)


Kata Kunci : Kerasionala, Obat DBD

PENDAHULUAN melaksanakan pembangunan disegala

Negara Indonesia merupakan negara bidang, diantaranya adalah pembangunan

berkembang yang sedang giat-giatnya dalam bidang kesehatan. Pada hakekatnya


pembangunan kesehatan adalah berdarah telah meningkat 30 kali lipat

pembangunan masyarakat seutuhnya dan selama lebih dari 50 tahun. Pada tahun 2015

pembangunan masyarakat seluruhnya. WHO memperkirakan sekitar 50-100 juta

Tujuan dari pembangunan kesehatan itu kasus infeksi virus dengue terjadi setiap

sendiri adalah untuk meningkatkan tahun baik di negara yang terletek di daerah

kemampuan dan kemandirian hidup sehat tropik maupun subtropik, yang

setiap penduduk untuk mencapai derajat mengakibatkan 250.000-500.000 kasus

kesehatan yang optimal yang diarahkan demam berdarah dengue dan 24.000

untuk meningkatkan kesejahteraan kematian setiap tahunnya (Sehat

keluarga dan masyarakat serta Indonesiaku, 2016).

mempertinggi pentingnya hidup sehat Target rencana strategi Kementerian

(Effendi, 2014). Kesehatan untuk angka kesakitan DBD

World Health Organization (WHO) tahun 2014 sebesar <35 per 100.000

mengklasifikasikan dengue sebagai infeksi penduduk. Pada tahun 2012 terdapat 5

virus yang ditularkan oleh nyamuk yang provinsi yang memiliki CFR akibat DBD

menyebabkan penyakit seperti flu yang tinggi (> 2%) yaitu Provinsi Papua Barat,

parah dan kadang-kadang komplikasi yang Maluku, Gorontalo, Kep. Bangka Belitung,

berpotensi mematikan yang disebut demam dan Jambi. Hal ini menunjukkan bahwa

berdarah. Data dari Pusat Pengendalian dan masih perlu upaya peningkatan kualitas

Pencegahan Penyakit Amerika Serikat pelayanan kesehatan, manajemen tata

melaporkan transmisi penyakit demam laksana penderita di sarana-sarana

berdarah di Amerika Serikat sebagian besar pelayanan kesehatan, peningkatan kualitas

karena perjalanan ke daerah-daerah sub- dan kuantitas SDM kesehatan di rumah

tropis dan tropis, dan data dari WHO sakit dan puskesmas (dokter, perawat dan

menunjukkan angka kejadian demam lain-lain) termasuk peningkatan sarana-


sarana penunjang diagnostik dan didapatkan hasil penggunaan analgetik-

penatalaksanaan bagi penderita di sarana- antipiretik yang rasional sebesar 51 kasus

sarana pelayanan kesehatan (Kemenkes RI, (77,27%).

2016). Populasi adalah keseluruhan objek

Berdasarkan data Dinas Kesehatan penelitian atau objek yang diteliti

Sumatera Selatan kasus demam berdarah di (Notoatmodjo, 2014). Populasi dalam

Sumatera Selatan pada tahun 2014 penelitian ini adalah semua pasien anak

sebanyak 1.143, pada tahun 2015 sebanyak Demam Berdarah Dengue (DBD) yang

1.721 kasus dan pada tahun 2016 tercatat di rekam medik Ruang Rawat Inap

mengalami peningkatan sebanyak 3.243 RSUD Dr. H. Mohamad Rabain Muara

kasus (Dinkes Sumsel, 2016). Enim Provinsi Sumatera Selatan Tahun

penelitian menurut Hapsaritentang 2019 berjumlah 79 orang.

(2016). evaluasi penggunaan analgetik- Penyakit Demam Berdarah Dengue

antipiretik pada pasien anak Demam (DBD) merupakan penyakit yang

Berdarah Dengue (DBD) di Instalasi Rawat disebabkan oleh infeksi virus DEN-1,

Inap Rumah Sakit “X”, didapatkan hasil DEN-2, DEN-3 atau, DEN-4 (virus denggi

bahwa analgetik-antipiretik yang paling tipe 1-4) yang ditularkan melalui gigitan

banyak digunakan adalah Parasetamol nyamuk aedes aegypti dan aedes albopictus

sebesar 66 pasien (100%). Hasil penelitian yang sebelumnya telah terinfeksi oleh virus

menunjukkan penggunaan analgetik- dengue dari penderita DBD lainnya. Masa

antipiretik tepat indikasi sebesar 66 pasien inkubasi penyakit DBD, yaitu periode sejak

(100%), tepat pasien sebesar 66 pasien virus dengue menginfeksi manusia hingga

(100%), tepat obat sebesar 66 pasien menimbutkan gejala klinis, antara 3-14

(100%), dan tepat dosis sebesar 51 pasien hari, rata-rata antara 4-7 hari (Ginanjar,

(77,27%). Kemudian, dari evaluasi tersebut 2015).


\ Untuk lebih jelasnya digambarkan Dengue (DBD) yang tercatat di rekam

dalam bentuk skema kerangka konsep medik RSUD Dr. H. Mohamad Rabain

sebagai berikut. Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan

Evaluasi Kerasionalan Penggunaan Obat Tahun 2019, yang berjumlah 57 orang.


Pada Pasien Demam Berdarah Dengue
(DBD) : Tabel 4.1
1. Tepat Diagnosis Distribusi Frekuensi Responden
2. Tepat Indikasi Penyakit Menurut Tepat Diagnosis di RSUD Dr.
3. Tepat Pemilihan Obat H. Mohamad Rabain Muara Enim
4. Tepat Dosis Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2019
5. Tepat Cara Pemberian
6. Tepat Interval Waktu Pemberian Tepat Persentase
No Jumlah
7. Tepat lama pemberian Diagnosis (%)
8. Obat yang diberikan harus efektif dan 1. Tepat 57 100
aman 2. Tidak 0 0
9. Tepat penyerahan obat (dispensing) Tepat
10. Pasien patuh (-) Total 57 100
11. Tepat tindak lanjut (follow-up) (-) Sumber : Peneliti, 2020
12. Tepat informasi (-) Berdasarkan tabel diatas, dapat
13. Waspada terhadap efek samping (-)
14. Tepat penilaian kondisi pasien (-) diketahui bahwa dari 57 responden, tidak

dijumpai responden yang mengalami tidak


METODE
tepat diagnosis sebanyak 57 responden
Dalam penelitian ini menggunakan
(100%).
analisis univariate. Analisis univariat
Tabel 4.2
adalah cara analisis dengan Distribusi Frekuensi Responden
Menurut Tepat Indikasi
mendeskripsikan atau menggambarkan di RSUD Dr. H. Mohamad Rabain
Muara Enim Provinsi
data yang telah terkumpul sebagaimana Sumatera Selatan Tahun 2019

adanya tanpa membuat kesimpulan yang Tepat Persentase


No Jumlah
Indikasi (%)
berlaku untuk umum atau generalisasi. 1. Tepat 53 93,0
2. Tidak 4 7,0
Pada umumnya analisis ini hanya Tepat
Total 57 100
menghasilkan distribusi dan presentase dari Sumber : Peneliti, 2020

tiap variabel. Jumlah total sampel terdiri Berdasarkan tabel diatas, dapat

dari pasien pasien Demam Berdarah diketahui bahwa dari 57 responden, yang
mengalami tepat indikasi sebanyak 53 mengalami tepat dosis sebanyak 49

responden (93,0%), dan responden yang responden (86,0%), dan responden yang

mengalami tidak tepat indikasi sebanyak 4 mengalami tidak tepat dosis sebanyak 8

responden (7,0%). responden (14,0%).

Tabel 4.3 Tabel 4.5


Distribusi Frekuensi Responden Distribusi Frekuensi Responden
Menurut Tepat Pemilihan Obat Menurut Tepat Cara Pemberian
di RSUD Dr. H. Mohamad Rabain di RSUD Dr. H. Mohamad Rabain
Muara Enim Provinsi Muara Enim Provinsi
Sumatera Selatan Tahun 2019 Sumatera Selatan Tahun 2019

Tepat Tepat
Persentase Persentase
No Pemilihan Jumlah No Cara Jumlah
(%) (%)
Obat Pemberian
1. Tepat 57 100 1. Tepat 57 100
2. Tidak Tepat 0 0 2. Tidak 0 0
Total 57 100 Tepat
Sumber : Peneliti, 2020 Total 57 100
Sumber : Peneliti, 2020
Berdasarkan tabel diatas, dapat
Berdasarkan tabel diatas, dapat
diketahui bahwa dari 57 responden, tidak
diketahui bahwa dari 57 responden
dijumpai responden yang mengalami tidak
didapatkan tidak ada responden yang tidak
tepat pemilihan obat sebanyak 57
tepat cara pemberian, sebanyak 57
responden (100%).
responden (100%).
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Responden Tabel 4.6
Menurut Tepat Dosis Distribusi Frekuensi Responden
di RSUD Dr. H. Mohamad Rabain Menurut Tepat Interval Waktu
Muara Enim di RSUD Dr. H. Mohamad Rabain
Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2019 Muara Enim Provinsi
Sumatera Selatan Tahun 2019
Persentase
No Tepat Dosis Jumlah
(%) Tepat
Jumla Persent
1. Tepat 49 86,0 No Interval
h ase (%)
2. Tidak Tepat 8 14,0 Waktu
Total 57 100 1. Tepat 57 100
Sumber : Peneliti, 2020 2. Tidak Tepat 0 0
Total 57 100
Berdasarkan tabel diatas, dapat Sumber : Peneliti, 2020

diketahui bahwa dari 57 responden, yang


Berdasarkan tabel diatas, dapat Total 57 100
Sumber : Peneliti, 2020
diketahui bahwa dari 57 responden
Berdasarkan tabel diatas, dapat
didapatkan tidak ada responden yang tidak
diketahui bahwa dari 57 responden
tepat interval waktu, sebanyak 57
didapatkan tidak ada responden yang tidak
responden (100%).
tepat obat, sebanyak 57 responden (100%).
Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Responden Tabel 4.9
Menurut Tepat Lama Pemberian Distribusi Frekuensi Responden
di RSUD Dr. H. Mohamad Rabain Menurut Tepat Penyerahan Obat di
Muara Enim Provinsi RSUD Dr. H. Mohamad Rabain Muara
Sumatera Selatan Tahun 2019 Enim Provinsi
Sumatera Selatan Tahun 2019
Tepat
Persentase
No Lama Jumlah
(%)
Pemberian Tepat
Persentase
1. Tepat 57 100 No Penyerahan Jumlah
(%)
2. Tidak 0 0 Obat
Tepat 1. Tepat 57 100
Total 57 100 2. Tidak Tepat 0 0
Sumber : Peneliti, 2020 Total 57 100
Sumber : Peneliti, 2020
Berdasarkan tabel diatas, dapat
Berdasarkan tabel diatas, dapat
diketahui bahwa dari 57 responden
diketahui bahwa dari 57 responden
didapatkan tidak ada responden yang tidak
didapatkan tidak ada responden yang tidak
tepat lama pemberian, sebanyak 57
tepat penyerahan obat, sebanyak 57
responden (100%).
responden (100%).
Tabel 4.8
Distribusi Frekuensi Responden Dari hasil penelitian yang dilakukan
Menurut Penilaian Kondisi Pasien di
RSUD Dr. H. Mohamad Rabain Muara responden yang mengalami tepat diagnosis
Enim Provinsi
Sumatera Selatan Tahun 2019 sebanyak 78 responden (100%), dan tidak

Obat Yang dijumpai responden yang tidak tepat


Diberikan
Persentase diagnosis sebanyak 0 responden (0%).
No Harus Jumlah
(%)
Efektif Dan
Aman Menurut Kemenkes RI (2011),
1. Tepat 57 100
2. Tidak Tepat 0 0 penggunaan obat disebut rasional jika
diberikan untuk diagnosis yang tepat. Jika Berdasarkan hal tersebut di atas,

diagnosis tidak ditegakkan dengan benar, maka peneliti berasumsi bahwa indikasi

maka pemilihan obat akan terpaksa yang tepat didasarkan pada penegakan

mengacu pada diagnosis yang keliru diagnosis yang akurat, misalnya antibiotik

tersebut. Akibatnya obat yang diberikan hanya diberikan kepada pasien yang

juga tidak akan sesuai dengan indikasi yang terbukti penyakitnya disebabkan oleh

seharusnya. bakteri dilengkapi dengan gejala klinis

Penelitian yang dilakukan oleh infeksi seperti naiknya suhu tubuh atau

Wijaya (2019), tentang Pola Penggunaan demam. Selain itu, indikasi yang tepat

Obat Rasional Menurut Kemenkes Pada bermanfaat untuk menentukan rasionalitas

Pengobatan Penyakit Demam Berdarah pemilihan terapi yang akan diberikan

Dengue (DBD) Pada Pasien Anak di

Instalasi Rawat Inap Rsud Wonosari KESIMPULAN

Periode 2018, didapatkan hasil obat yang Berdasarkan hasil penerlitian

paling banyak digunakan adalah cairan tentang Evaluasi Kerasionalan Penggunaan

rehidrasi yakni INF Asering (100%). Pada Obat Pada Pasien Anak Dengan Diagnosis

hasil penelitian pola penggunaan obat DBD DBD Di Ruang Rawat Inap RSUD DR. H..

pada pasien anak di RSUD Wonosari sudah Mohammad Rabain Muara Enim Provinsi

memenuhi beberapa kriteria penggunaan Sumatra Selatan periode januari sampai

obat rasional menurut Kemenkes. Namun, desember Tahun 2019 ditarik kesimpulan

ada beberapa kriteria yang masih belum sebagai berikut :

terpenuhi, yaitu pada penelitian ini masih 1. Kerasionalan penggunaan antibiotik pada

ditemukan penggunaan obat yang tidak pasien anak tidak dijumpai responden yang

tepat dosis dan tidak tepat indikasi. mengalami tidak tepat diagnosis sebanyak

57 responden (100%).
2. Kerasionalan penggunaan antibiotik pada mengalami tidak tepat lama pemberian

pasien anak yang mengalami tepat indikasi sebanyak 57 responden (100%).

sebanyak 53 responden (93,0%), dan 8. Kerasionalan penggunaan antibiotik pada

responden yang mengalami tidak tepat pasien anak tidak dijumpai responden yang

dosis sebanyak 4 responden (7,0%). mengalami efek samping sebanyak 57

3. Kerasionalan penggunaan antibiotik pada responden (100%).

pasien anak tidak dijumpai responden yang 9. Kerasionalan penggunaan antibiotik pada

mengalami tidak tepat pemilihan obat pasien anak tidak dijumpai responden yang

sebanyak 57 responden (100%). mengalami tidak tepat penilaian kondisi

4. Kerasionalan penggunaan antibiotik pada pasien sebanyak 57 responden (100%).

pasien anak yang mengalami tepat dosis 10. Kerasionalan penggunaan antibiotik pada

sebanyak 49 responden (86,0%), dan pasien anak tidak dijumpai responden yang

responden yang mengalami tidak tepat tidak tepat obat sebanyak 57 responden

dosis sebanyak 8 responden (14,0%). (100%).

5. Kerasionalan penggunaan antibiotik pada 11. Kerasionalan penggunaan antibiotik pada

pasien anak tidak dijumpai responden yang pasien anak tidak dijumpai responden yang

mengalami tidak tepat cara pemberian tidak tepat informasi sebanyak 57

sebanyak 57 responden (100%). responden (100%).

6. Kerasionalan penggunaan antibiotik pada 12. Kerasionalan penggunaan antibiotik pada

pasien anak tidak dijumpai responden yang pasien anak tidak dijumpai responden yang

mengalami tidak tepat interval waktu mengalami tidak tepat tindak lanjut

sebanyak 57 responden (100%). sebanyak 57 responden (100%).

7. Kerasionalan penggunaan antibiotik pada 13. Kerasionalan penggunaan antibiotik pada

pasien anak tidak dijumpai responden yang pasien anak tidak dijumpai responden yang
mengalami tidak tepat penyerahan obat Bagi peneliti selanjutnya untuk data

sebanyak 57 responden (100%). pembanding untuk melanjutkan penelitian

14. Kerasionalan penggunaan antibiotik pada dan jika akan melakukan penelitian

pasien anak tidak dijumpai responden yang

tidak patuh sebanyak 57 responden (100%). DAFTAR PUSTAKA

Akhmad, 2016. Evaluasi Penggunaan Obat Pada


Pasien Demam Berdarah Dengue di RSUD
SARAN DR. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.
Jurnal. Fakultas Farmasi Universitas
1. Untuk RSUD RSUD Dr. H. Mohamad Gadjah Mada Yogyakarta

Rabain Muara Enim Bailie, 2014. Med facts. Pocket Guide of Drug
Interactions. Bone Care International
Perlu adanya monitoring dan evaluasi terapi Nephrology Pharmacy Associated Inc.
Middleton.
pada pasien dengan diagnosa pasien DBD
Dinkes Kota Palembang, 2016. Profil Kesehatan
dikarenakan obat-obatan yang digunakan Kota Palembang Tahun 2015.

berpotensi mengalami interaksi obat dan Dinkes Sumsel, 2016. Profil Kesehatan Provinsi
Sumatera Selatan Tahun 2015.
diharapkan adanya lembar copy resep di
Effendi, 2014. Dasar-Dasar Kesehatan
dalam rekam medis pasien. Masyarakat Edisi 2. Jakarta. EGC

2. Untuk STIK Siti Khadijah Palembang Ginanjar, 2015. Apa yang Dokter Anda Tidak
katakan Tentang Demam Berdarah.
Diharapkan pada tahun yang akan datang Bandung. Padjajaran

institusi pendidikan dapat melengkapi Hadinegoro dan Satari, 2014. Demam Berdarah
Dengue Naskah Lengkap. Jakarta. FKUI
referensi buku-buku mengenai farmasi
Hapsari, 2016. Evaluasi Penggunaan Analgetik-
klinik guna menunjang penelitian Antipiretik Pada Pasien Anak Demam
Berdarah Dengue (DBD) di Instalasi
mahasiswa dalam menyelesaikan Rawat Inap Rumah Sakit “X”. Jurnal.
Fakultas Farmasi Universitas
penelitian. Muhammadiyah Surakarta Surakarta

3. Untuk Peneliti Selanjutnya Hendarwanto, 2014. Buletin Jendela


Epidemiologi, Volume 2. Didapatkan dari :
www.depkes.go.id. Diakses tanggal : 28
Desember 2018
Kemenkes RI, 2011. Modul Pelatihan
Penggunaan Obat Rasional. Jakarta. Satari dan Meiliasari, 2014. Demam Berdarah
Kemenkes RI Perawatan di Rumah dan Rumah Sakit.
Jakarta. Pustaka Sehat
Kemenkes RI, 2014. Tata Laksana Demam
Berdarah Dengue di Indonesia. Jakarta. Setiadi, 2013. Konsep dan Praktik Penulisan
Kemenkes RI Riset Keperawatan Edisi 2. Yogyakarta.
Graha Ilmu
Kemenkes RI, 2016. Profil Kesehatan Indonesia
Tahun 2015. Jakarta. Kemenkes RI Setiyawati, 2016. Interaksi Obat Farmakologi
dan Terapi. Jakarta. Bagian Farmakologi
Nadesul, 2015. Cara Mudah Mengalahkan FKUI
Demam Berdarah. Jakarta. Kompas Media
Nusantara. Soegijanto, 2015. Demam Berdarah Dengue
Edisi 2. Surabaya Airlangga University
Navisha, 2017. Bijak Mengkonsumsi Obat. Press
Depok. PT. Kawan Pustaka
Stockley, 2014. Drug Interaction. Cambridge
Notoatmodjo, 2014. Metodologi Penelitian University Press
Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta. Rineka
Cipta Sutiawati, 2016. Evaluasi Rasionalitas
Penggunaan Obat Pada Pasien DHF
Nursalam, 2013. Metodologi Penelitian Ilmu (Dengue Hemorrhagic Fever) Ditinjau
Keperawatan Pendekatan Praktis Edisi 3. Dari Penggunaan Antibiotik di Rumkital
Jakarta. Salemba Medika (Rumah Sakit Angkatan Laut) DR.
Mintohardjo Jakarta Pusat. Jurnal.
Piscitelli, 2015. Drug Interaction in Infection Fakultas Farmasi Universitas
Disease Second Edition. New Jersey. Muhammadiyah Surakarta Surakarta
Humana Press.
Tisnanjaja, 2016. Bebas Kolesterol dan Demam
Rampengan, 2015. Penyakit Infeksi Tropik Pada Berdarah. Jakarta. Pustaka Sehat
Anak. Jakarta. EGC
LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi

EVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN


ANAK DENGAN DIAGNOSIS DBD DI RUANG RAWAT INAP
RSUD DR. H.. MOHAMMAD RABAIN MUARA ENIM
PROVINSI SUMATRA SELATAN TAHUN 2019

Telah disetujui pada tanggal Januari 2020

Oleh :

YENNI INDRIANI
NIM. 51502010

Pembimbing I Pembimbing II

dr. H. Achmad Ridwan. Mo., M.Sc Citra Yuliyanda. P, M.Farm., Apt

Mengetahui,
Ketua Program Studi Sarjana Farmasi
STIK Siti Khadijah Palembang

Sigit Cahyo H, S. Farm., Apt., M.Kes


NIK.0230046901
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi

EVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN


ANAK DENGAN DIAGNOSIS DBD DI RUANG RAWAT INAP
RSUD DR. H.. MOHAMMAD RABAIN MUARA ENIM
PROVINSI SUMATRA SELATAN TAHUN 2019

Telah disetujui pada tanggal Januari 2020

Oleh :

YENNI INDRIANI
NIM. 51502010

Penguji I :

(dr. H.Achmad Ridwan. Mo., M.Sc)

Penguji II :

(Citra Yuliyanda. P, M.Farm., Apt)

Penguji III :

(Dra. Hj. Kisdaryeti, Apt., MARS

Mengetahui,

Ketua Prodi S1 Farmasi


STIK Siti Khadijah Palembang

Sigit Cahyo H, S. Farm., Apt., M.Kes


NIK.0230046901
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL ............................................................................ i
HALAMAN JUDUL ................................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... iii
LEMBAR PERSETUJUUAN ................................................................. iv
SURAT PERNYATAAN PLAGIARISME ........................................... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................... vi
KATA PENGANTAR ............................................................................. vii
DAFTAR ISI ............................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xii
DAFTAR TABEL .................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xiv

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................... 1
1.2 RumusanMasalah ................................................................. 7
1.3 Pertanyaan Penelitian ........................................................... 7
1.4 Tujuan Penelitian.................................................................. 9
1.5 ManfaatPenelitian................................................................. 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Dasar Demam Berdarah Dengue............................. 13
2.1.1 Pengertian DBD ...................................................................... 13
2.1.2 Etiologi DBD........................................................................... 14
2.1.3 Morfologi Nyamuk.................................................................. 16
2.1.4 Cara Penyebaran DBD ............................................................ 16
2.1.5 Penularan DBD ...................................................................... 18
2.1.6 Patogenesis dan Patofisiologi DBD ........................................ 18
2.1.7 Epidemiologi dan Pemeriksaan DBD ..................................... 20
2.1.8 Tatalaksana dan Pengobatan DBD .......................................... 21
2.1.9 Pencegahan dan Pemberantasan DBD ................................... 25
2.2 Konsep Dasar Rasionalitas Obat ...................................................... 29
2.3 Pediatiri ............................................................................................ 38
2.4 Rumah Sakit ..................................................................................... 39
2.4.1 Definisi Rumah Sakit .............................................................. 39
2.4.2 Peran Apoteker Rumah Sakit .................................................. 41
2.5 Rekam Medis ....................................................................................... 42
2.5.1 Definisi Rekam Medis............................................................. 43
2.5.2 Fungsi Rekam Medis............................................................... 43
2.6 Kerangka Teori .................................................................................... 44
2.7 Penelitian Terkait ................................................................................. 44

ix
BAB III METODOLOGI PENELITAN
3.1 Desain Penelitian .................................................................. 47
3.2 Kerangka Konsep ................................................................. 47
3.3 Populasi dan Sampel ............................................................ 48
3.3.1 Populasi Penelitian ...................................................... 48
3.3.2 Sampel Penelitian ........................................................ 48
3.4 Variabel Penelitian ............................................................... 50
3.5 Tempat Penelitian ................................................................. 51
3.6 Waktu Penelitian .................................................................. 51
3.7 InstrumencPenelitian ............................................................ 51
3.8 Metode Pengumpulan Data .................................................. 51
3.9 Metode Analisis Data ........................................................... 52
3.9.1 Teknik Pengolahan Data ............................................. 52
3.9.2 Analisis Data ............................................................... 53
3.11 Definisi Operasional ............................................................. 54
3.12 Hipotesis ............................................................................... 56
3.13 Alur Penelitian...................................................................... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Penelitian..................................................................... 58
4.1.1 Tepat Diagnosis .......................................................... 59
4.1.2 Tepat Indikasi ............................................................. 59
4.1.3 Tepat Pemilihan Obat ................................................. 60
4.1.4 Tepat Dosis ................................................................. 61
4.1.5 Tepat Cara Pemberian ............................................... 61
4.1.6 Tepat Interval Waktu ................................................. 62
4.1.7 Tepat Lama Pemberian .............................................. 62
4.1.8 Obat yang diberikan harus efektif
dan aman ..................................................................... 63
4.1.9 Tepat Penyerahan Obat ............................................. 63
4.2 Pembahasan ......................................................................... 64
4.2.1 Tepat Diagnosis ......................................................... 65
4.2.2 Tepat Indikasi ............................................................ 66
4.2.3 Tepat Pemilihan Obat ................................................ 68
4.2.4 Tepat Dosis ................................................................ 70
4.2.5 Tepat Cara Pemberian ............................................... 70
4.2.6 Tepat Interval Waktu ................................................. 71
4.2.7 Tepat Lama Pemberian .............................................. 72
4.2.8 Obat yang diberikan harus efektif
Dan aman................................................................... 73
4.2.9 Tepat Penyerahan Obat ............................................. 74

x
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 76

5.1 Simpulan ............................................................................................. 76


5.2 Saran .............................................................................................. 77
5.2.1 Untuk RSUD Dr. H. Mohamad Rabain Muara Enim ............... 77
5.2.2 Untuk STIK Siti Khadijah Palembang ..................................... 78
5.2.3 Untuk Peneliti Selanjutnya ....................................................... 78

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Nyamuk Aedes aegypti ......................................................... 15


Gambar 2.2 Memakai Kelambu ............................................................... 25
Gambar 2.3 Menguras Bak Mandi ........................................................... 26
Gambar 2.4 Menutup tempat Penampungan Air ...................................... 26
Gambar 2.5 Mengubur Sampah ............................................................... 26
Gambar 2.6 Memasang Kawat Anti Nyamuk............................................ 27
Gambar 2.7 Menimbun Genangan Air ...................................................... 27
Gambar 2.8 Menjaga Kebersihan Rumah.................................................. 28
Gambar 2.9 Menyemprot Cairan Pembasmi Nyamuk............................... 28
Gambar 2.10Mengoleskan Lotion Anti Nyamuk ...................................... 28
Gambar 2.11Memilihara Ikan.................................................................... 29
Gambar 3.1 Alur Penelitian ....................................................................... 61

xii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Kerangka Teori .......................................................................... 44


Tabel 3.1 Kerangka Konsep ...................................................................... 37
Tabel 3.2 Definisi Operasional .................................................................. 54
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden tepat diagnosis ....................... 62
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden tepat indikasi ......................... 63
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden tepat pemilihan obat .............. 64
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden tepat dosis .............................. 64
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden cara pemberian obat .............. 65
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden tepat interval waktu ............... 65
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Responden tepat lama pemberian ............ 66
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Responden penilaian obat yang
Efektif dan aman ..................................................................... 66
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Responden tepat penyerahan obat ............ 67

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian


Lampiran 2 Data Pasien
Lampiran 3 Lembar Observasi

xiv
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIK)
SITI KHADIJAH PALEMBANG
PROGRAM STUDI ILMU FARMASI
SKRIPSI, FEBRUARI 2020

YENNY INDRIANI
51502010

Evaluasi Kerasionalan Penggunaan Obat Pada Pasien Demam Berdarah


Dengue (DBD) di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. H. Mohamad Rabain Muara
Enim Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2018

(xvii + 56 halaman + 8 tabel + 10 lampiran + 2 gambar)

ABSTRAK

Pengobatan terhadap virus dengue sampai sekarang bersifat penunjang agar pasien
dapat bertahan hidup. Saat ini, berbagai pilihan obat tersedia sehingga diperlukan
pertimbangan yang cermat dalam memilih obat untuk suatu penyakit. Banyaknya
jenis obat yang tersedia dapat memberikan masalah tersendiri dalam praktik,
terutama menyangkut pemilihan dan penggunaan obat secara benar dan aman.
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian non-eksperimental yaitu penelitian
dengan pengambilan data tanpa perlakuan terhadap subyek uji. Rancangan yang
digunakan adalah gambaran deskriptif untuk mengetahui evaluasi kerasionalan
penggunaan obat pada pasien Demam Berdarah Dengue (DBD), adapun jumlah
sampel yang diambil dalam penelitian ini yaitu 57 responden. Hasil analisis
didapatkan bahwa tidak dijumpai responden yang mengalami tidak tepat
diagnosis, distribusi frekuensi responden yang mengalami tepat indikasi sebanyak
53 responden (93,0%), dan responden yang mengalami tidak tepat dosis sebanyak
4 responden (7,0%). Tidak dijumpai responden yang mengalami tidak tepat
pemilihan obat. Distribusi frekuensi responden yang mengalami tepat dosis
sebanyak 49 responden (86,0%), dan responden yang mengalami tidak tepat dosis
sebanyak 8 responden (14,0%). Perlu adanya monitoring dan evaluasi terapi pada
pasien dengan diagnosa pasien DBD dikarenakan obat-obatan yang digunakan
berpotensi mengalami interaksi obat dan diharapkan adanya lembar copy resep di
dalam rekam medis pasien.

Daftar Pustaka : 26 (2013-2016)


Kata Kunci : Kerasionala, Obat DBD

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya

melaksanakan pembangunan disegala bidang, diantaranya adalah pembangunan

dalam bidang kesehatan. Pada hakekatnya pembangunan kesehatan adalah

pembangunan masyarakat seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya.

Tujuan dari pembangunan kesehatan itu sendiri adalah untuk meningkatkan

kemampuan dan kemandirian hidup sehat setiap penduduk untuk mencapai

derajat kesehatan yang optimal yang diarahkan untuk meningkatkan

kesejahteraan keluarga dan masyarakat serta mempertinggi pentingnya hidup

sehat (Effendi, 2014).

World Health Organization (WHO) mengklasifikasikan dengue sebagai

infeksi virus yang ditularkan oleh nyamuk yang menyebabkan penyakit seperti

flu yang parah dan kadang-kadang komplikasi yang berpotensi mematikan yang

disebut demam berdarah. Data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit

Amerika Serikat melaporkan transmisi penyakit demam berdarah di Amerika

Serikat sebagian besar karena perjalanan ke daerah-daerah sub-tropis dan tropis,

dan data dari WHO menunjukkan angka kejadian demam berdarah telah

meningkat 30 kali lipat selama lebih dari 50 tahun. Pada tahun 2015 WHO

memperkirakan sekitar 50-100 juta kasus infeksi virus dengue terjadi setiap

tahun baik di negara yang terletek di daerah tropik maupun subtropik, yang

1
2

mengakibatkan 250.000-500.000 kasus demam berdarah dengue dan 24.000

kematian setiap tahunnya (Sehat Indonesiaku, 2016).

Target rencana strategi Kementerian Kesehatan untuk angka kesakitan

DBD tahun 2014 sebesar <35 per 100.000 penduduk. Pada tahun 2012 terdapat 5

provinsi yang memiliki CFR akibat DBD tinggi (> 2%) yaitu Provinsi Papua

Barat, Maluku, Gorontalo, Kep. Bangka Belitung, dan Jambi. Hal ini

menunjukkan bahwa masih perlu upaya peningkatan kualitas pelayanan

kesehatan, manajemen tata laksana penderita di sarana-sarana pelayanan

kesehatan, peningkatan kualitas dan kuantitas SDM kesehatan di rumah sakit dan

puskesmas (dokter, perawat dan lain-lain) termasuk peningkatan sarana-sarana

penunjang diagnostik dan penatalaksanaan bagi penderita di sarana-sarana

pelayanan kesehatan (Kemenkes RI, 2016).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Sumatera Selatan kasus demam

berdarah di Sumatera Selatan pada tahun 2014 sebanyak 1.143, pada tahun 2015

sebanyak 1.721 kasus dan pada tahun 2016 mengalami peningkatan sebanyak

3.243 kasus (Dinkes Sumsel, 2016).

Berdasarkan data RSUD Dr. H. Mohamad Rabain Muara Enim Provinsi

Sumatera Selatan kasus demam berdarah di Sumatera Selatan pada tahun 2017

sebanyak 143, pada tahun 2018 sebanyak 261 kasus dan pada tahun 2019

mengalami peningkatan sebanyak 317 kasus.

Kasus DBD cenderung meningkat pada musim hujan, kemungkinan

disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya : perubahan musim mempengaruhi


3

frekuensi gigitan nyamuk, karena pengaruh musim hujan, puncak jumlah gigitan

terjadi pada pagi dan sore hari, perubahan musim mempengaruhi manusia sendiri

dalam sikapnya, misalnya dengan lebih banyak berdiam di rumah selama musim

hujan (Hendarwanto, 2014).

Daerah yang terjangkit DBD pada umumnya adalah kota atau wilayah yang

padat penduduknya, rumah yang saling berdekatan memudahkan penularan

penyakit ini. Mengingat nyamuk aedes aegypty terbangnya maksimal 100 meter.

Di Indonesia penduduknya makin bertambah dan transportasi semakin baik serta

perilaku masyarakat dalam menampung air, penampungan air ini sangat rawan

sebagai tempat berkembangnya nyamuk aedes aegypty dan virus dengue karena

nyamuk aedes aegypty hidup di air bersih. Maka masalah penyakit DBD semakin

besar bila tidak dilakukan upaya pemberantasan dan pencegahan yang intensif

dan masih kurangnya pengetahuan dan sikap keluarga terutama keluarga tentang

pencegahan penyakit DBD (Nadesul, 2015).

Faktor penyebab DBD diantaranya faktor virus yang menyangkut

kerentanan dan imunitasnya terhadap penyakit, sedangkan faktor lingkungan

menyangkut kondisi geografi (ketinggian dari permukaan laut, curah hujan,

angin, kelembaban, musim), kondisi demografi (kepadatan, mobilitas,

pendidikan, pengetahuan, perilaku, adat istiadat, sosial ekonomi penduduk), dan

jenis dan kepadatan nyamuk sebagai vektor penular penyakit tersebut (Ginanjar,

2015).
4

Pengobatan terhadap virus dengue sampai sekarang bersifat penunjang agar

responden dapat bertahan hidup. Obat yang bersifat menyembuhkan belum

ditemukan, pengobatan yang diberikan biasanya bersifat penurun demam dan

menghilangkan rasa sakit pada otot-otot atau sendi-sendi selain harus istirahat

mutlak dan banyak minum, jika suhu tinggi dikompres secara intensif. Pada

DBD, terapi dengan antipiretik harus diberikan pada responden dengan

hiperpireksia, terutama bagi yang mempunyai riwayat kejang dan demam. Untuk

itu perlu dipertimbangkan pemberian antipiretik yang aman untuk anak. Dari

berbagai standar yang ada, menyebutkan bahwa dalam tatalaksana DBD

pemberian obat antipiretik merupakan pilihan yang aman dan tepat untuk obat

turun panas dan analgesik pada anak-anak adalah parasetamol (Kemenkes RI,

2014).

Pengobatan terhadap virus dengue sampai sekarang bersifat penunjang agar

pasien dapat bertahan hidup. Obat yang bersifat menyembuhkan belum

ditemukan, pengobatan yang diberikan biasanya bersifat penurun demam dan

menghilangkan rasa sakit pada otot-otot atau sendi-sendi selain harus istirahat

mutlak dan banyak minum, jika suhu tinggi dikompres secara intensif. Pada

DBD, terapi dengan antipiretik harus diberikan pada pasien dengan hiperpireksia,

terutama bagi yang mempunyai riwayat kejang dan demam. Untuk itu perlu

dipertimbangkan pemberian antipiretik yang aman untuk anak. Dari berbagai

standar yang ada, menyebutkan bahwa dalam tatalaksana DBD pemberian obat
5

antipiretik merupakan pilihan yang aman dan tepat untuk obat turun panas dan

analgesik pada anak-anak adalah parasetamol (Kemenkes RI, 2014).

Penelitian menurut Akhmad (2016). tentang evaluasi penggunaan obat

pada pasien demam berdarah dengue di RSUD DR. H. Abdul Moeloek Bandar

Lampung, didapatkan hasil gambaran karakteristik pasien berupa jenis kelamin

yang paling banyak terinfeksi DBD yaitu perempuan 56,16%, usia yang paling

banyak terinfeksi usia 15-44 tahun 64,38%, diagnosis penyerta terbanyak adalah

demam tifoid 18 kasus dari 28 kasus pasien dengan penyakit penyerta. Pola

penggunaan obat DBD terbanyak yaitu analgetik-antipiretik 97,26%, bentuk

sediaan terbanyak adalah infus dan rute pemberian terbanyak adalah injeksi.

Evaluasi rasionalitas penggunaan obat yang dilakukan yaitu ketepatan indikasi

55,38%, ketepatan pasien 84,62%, ketepatan obat meliputi ketepatan penggunaan

analagetik-antipiretik 100%, penggunaan antibiotik 67,19%.

penelitian menurut Sutiawati (2016). tentang evaluasi rasionalitas

penggunaan obat pada pasien DHF (Dengue Hemorrhagic Fever) ditinjau dari

penggunaan antibiotik di Rumkital (Rumah Sakit Angkatan Laut) DR.

Mintohardjo Jakarta Pusat, didapatkan hasil penelitian ini dengan total jumlah 76

sampel terdiri dari 52 sampel pasien Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) yang

masuk kriteria inklusi dengan jumlah 26 pasien diberikan antibiotik dan jumlah

26 pasien tidak diberikan antibiotik serta jumlah 24 data dengan kriteria ekslusi.

Dari 52 pasien DHF yang menjalani Rawat Inap di Rumah Sakit Angkatan Laut

(RUMKITAL) Dr. Mintohardjo lebih banyak ditemukan jenis kelamin


6

perempuan dengan usia berkisar antara 1-14 tahun. Penggunaan obat antibiotik

yang paling banyak adalah golongan sefalosporin seftriakson. Terdapat

pemberian obat antibiotik pada pasien Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) yaitu

tidak tepat indikasi, tidak tepat obat dan tidak tepat dosis sebanyak 12 pasien

(46,15 %) dari 26 pasien. Untuk ketepatan pasien tidak bisa disimpulkan karena

data yang didapat kurang lengkap.

penelitian menurut Hapsaritentang (2016). evaluasi penggunaan analgetik-

antipiretik pada pasien anak Demam Berdarah Dengue (DBD) di Instalasi Rawat

Inap Rumah Sakit “X”, didapatkan hasil bahwa analgetik-antipiretik yang paling

banyak digunakan adalah Parasetamol sebesar 66 pasien (100%). Hasil penelitian

menunjukkan penggunaan analgetik-antipiretik tepat indikasi sebesar 66 pasien

(100%), tepat pasien sebesar 66 pasien (100%), tepat obat sebesar 66 pasien

(100%), dan tepat dosis sebesar 51 pasien (77,27%). Kemudian, dari evaluasi

tersebut didapatkan hasil penggunaan analgetik-antipiretik yang rasional sebesar

51 kasus (77,27%).

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2014). Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien anak

Demam Berdarah Dengue (DBD) yang tercatat di rekam medik Ruang Rawat

Inap RSUD Dr. H. Mohamad Rabain Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan

Tahun 2019 berjumlah 79 orang.


7

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini belum diketahuinya evaluasi kerasionalan penggunaan antibiotik

menggunakan metode Gyssens pada pasien anak dengan diagnosis Demam

Berdarah Dengue (DBD) di Ruang Rawat Inap.

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Apakah penggunaan Obat tepat diagnosis pada pasien anak DBD di Ruang

Rawat Inap RSUD Dr. H. Mohamad Rabain Muara Enim Provinsi

Sumatera Selatan Tahun 2019.

2. Apakah penggunaan Obat tepataIndikasi pada pasien anak DBD di Ruang

Rawat Inap RSUD Dr. H. Mohamad Rabain Muara Enim Provinsi

Sumatera Selatan Tahun 2019.

3. Apakah penggunaan Obat tepat pemilihan obat pada pasien anak DBD di

Ruang Rawat Inap RSUD Dr. H. Mohamad Rabain Muara Enim Provinsi

Sumatera Selatan Tahun 2019.

4. Apakah penggunaan Obat dosis pada pasien anak DBD di Ruang Rawat

Inap RSUD Dr. H. Mohamad Rabain Muara Enim Provinsi Sumatera

Selatan Tahun 2019.

5. Apakah penggunaan Obat tepat cara pemberian obati pada pasien anak

DBD di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. H. Mohamad Rabain Muara Enim

Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2019.


8

6. Apakah penggunaan Obat tepat interval waktu pemberian obat pada pasien

anak DBD di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. H. Mohamad Rabain Muara

Enim Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2019.

7. Apakah penggunaan Obat tepat lama pemberian obat pada pasien anak

DBD di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. H. Mohamad Rabain Muara Enim

Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2019.

8. Apakah penggunaan Obat waspada terhadap efek pemberian obat pada

pasien anak DBD di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. H. Mohamad Rabain

Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2019.

9. Apakah penggunaan Obat tepat penilaian kondisi pada pasien anak DBD

di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. H. Mohamad Rabain Muara Enim

Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2019.

10. Apakah penggunaan Obat yang diberikan harus efektif dan aman mutu

terjamin, serta tersedia setiap saqat dengan harga yang terjangkau pada

pasien anak DBD di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. H. Mohamad Rabain

Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2019.

11. Apakah penggunaan obat tepat informasi obat pada pasien anak DBD di

Ruang Rawat Inap RSUD Dr. H. Mohamad Rabain Muara Enim Provinsi

Sumatera Selatan Tahun 2019.

12. Apakah penggunaan Obat tepat tindak lanjut pada pasien anak DBD di

Ruang Rawat Inap RSUD Dr. H. Mohamad Rabain Muara Enim Provinsi

Sumatera Selatan Tahun 2019.


9

13. Apakah penggunaan oabt tepat penyerahan obat pada pasien anak DBD di

Ruang Rawat Inap RSUD Dr. H. Mohamad Rabain Muara Enim Provinsi

Sumatera Selatan Tahun 2019.

14. Apakah penggunaan Obat kepatuhan pada pasien anak DBD di Ruang

Rawat Inap RSUD Dr. H. Mohamad Rabain Muara Enim Provinsi

Sumatera Selatan Tahun 2019.

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Diketahuinya evaluasi kerasionalan penggunaan obat pada pasien

Demam Berdarah Dengue (DBD) di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. H.

Mohamad Rabain Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2019.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya evaluasi tepat diagnosis pada pasien anak DBD di Ruang

Rawat Inap RSUD Dr. H. Mohamad Rabain Muara Enim Provinsi

Sumatera Selatan Tahun 2019.

2. Diketahuinya evaluasi tepat Indikasi pada pasien anak DBD di Ruang

Rawat Inap RSUD Dr. H. Mohamad Rabain Muara Enim Provinsi

Sumatera Selatan Tahun 2019.

3. Diketahuinya evaluasi tepat pemilihan obat pada pasien anak DBD di

Ruang Rawat Inap RSUD Dr. H. Mohamad Rabain Muara Enim Provinsi

Sumatera Selatan Tahun 2019.


10

4. Diketahuinya evaluasi tepat dosis pada pasien anak DBD di Ruang Rawat

Inap RSUD Dr. H. Mohamad Rabain Muara Enim Provinsi Sumatera

Selatan Tahun 2019.

5. Diketahuinya evaluasi tepat cara pemberian obati pada pasien anak DBD

di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. H. Mohamad Rabain Muara Enim

Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2019.

6. Diketahuinya evaluasi tepat interval waktu pemberian obat pada pasien

anak DBD di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. H. Mohamad Rabain Muara

Enim Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2019.

7. Diketahuinya evaluasi tepat lama pemberian obat pada pasien anak DBD

di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. H. Mohamad Rabain Muara Enim

Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2019.

8. Diketahuinya evaluasi kewaspadaan terhadap efek pemberian obat pada

pasien anak DBD di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. H. Mohamad Rabain

Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2019.

9. Diketahuinya evaluasi tepat penilaian kondisi pada pasien anak DBD di

Ruang Rawat Inap RSUD Dr. H. Mohamad Rabain Muara Enim Provinsi

Sumatera Selatan Tahun 2019.

10. Diketahuinya evaluasi obat efektuf, aman dan mutu terjamin pada pasien

anak DBD di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. H. Mohamad Rabain Muara

Enim Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2019.


11

11. Diketahuinya evaluasi tepat informasi obat pada pasien anak DBD di

Ruang Rawat Inap RSUD Dr. H. Mohamad Rabain Muara Enim Provinsi

Sumatera Selatan Tahun 2019.

12. Diketahuinya evaluasi tepat tindak lanjut penggunaan obat pada pasien

anak DBD di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. H. Mohamad Rabain Muara

Enim Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2019.

13. Diketahuinya evaluasi tepat penyerahan obat pada pasien anak DBD di

Ruang Rawat Inap RSUD Dr. H. Mohamad Rabain Muara Enim Provinsi

Sumatera Selatan Tahun 2019.

14. Diketahuinya evaluasi kepatuhan pada pasien anak DBD di Ruang Rawat

Inap RSUD Dr. H. Mohamad Rabain Muara Enim Provinsi Sumatera

Selatan Tahun 2019.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi STIK Siti Khadijah Palembang

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dan

menambah referensi bagi mahasiswa/ mahasiswi STIK Siti Khadijah

Palembang khususnya tentang studi farmasi klinik.

1.5.2 Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan acuan untuk melaksanakan penelitian selanjutnya

dalam bidan kesehatan khususnya farmasi di RSUD Kayuagung.


12

1.5.3 Bagi RSUD Dr. H. Mohamad Rabain Muara Enim Provinsi Sumatera

Selatan

Penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan dalam

memilih pengobatan bagi responden rawat inap dengan Demam Berdarah

Dengue (DBD) dan menjadi gambaran bagi dokter dan tenaga farmasi

mengenai penggunaan obat Demam Berdarah Dengue (DBD) pada

responden anak serta menjadi masukan bagi dokter dan tenaga farmasi

dalam meningkatkan ketepatan indikasi, pemilihan obat, regimen dosis,

dan lama penggunaan obat pada responden anak Demam Berdarah Dengue

(DBD).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Demam Berdarah Dengue

2.1.1 Pengertian Demam Berdarah Dengue

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit

yang disebabkan oleh infeksi virus DEN-1, DEN-2, DEN-3 atau, DEN-4

(virus denggi tipe 1-4) yang ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes

aegypti dan aedes albopictus yang sebelumnya telah terinfeksi oleh

virus dengue dari penderita DBD lainnya. Masa inkubasi penyakit DBD,

yaitu periode sejak virus dengue menginfeksi manusia hingga

menimbutkan gejala klinis, antara 3-14 hari, rata-rata antara 4-7 hari

(Ginanjar, 2015).

Demam berdarah dengue (DBD) disebabkan oleh serangan virus

dengue. Virus ini dibawa oleh nyamuk aedes aegypti atau aedes

albopicyus. Uniknya, nyamuk yang menyerang manusia berkelamin

betina. Sementara jantannya lebih suka menghisap cairan yang

mengandung gula seperti bunga atau tetumbuhan. Nyamuk ini memiliki

ciri yaitu warna tubuhnya hitam berbintik putih. Sementara ukuran

tubuhnya lebih kecil dibandingkan jenis nyamuk lainnya. Virus dengue

masuk ke dalam tubuh manusia lewat air liur yang dikeluarkan nyamuk

saat menghisap darah. Fungsi liur berguna untuk mengencerkan darah

13
14

sehingga mudah dihisap. Jadi, nyamuk aedes aegypti hanya berperan

seba gai pembawa (carrier) (Tisnanjaja, 2016).

Demam berdarah dengue adalam demam dikarenakan oleh virus

dengue dari famili flaviviridae dan genus Flavivirus. Virus ini

mempunyai empat serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-

3, dan DEN-4. Keempat serotipe ini menimbulkan gejala yang berbeda-

beda jika menyerang manusia. Serotipe yang menyebabkan infeksi

paling berat di Indonesia, yaitu DEN-3. Demam berdarah dengue tidak

menular melalui kontak manusia dengan manusia. Virus dengue sebagai

penyebab demam berdarah hanya dapat ditularkan melalui nyamuk.

Oleh karena itu, penyakit ini termasuk dalam kelompok salah satu

penyakit dimana mikroorganisme patogen ditularkan dari individu yang

terinfeksi ke individu lain dengan agen arthropoda atau lainnya, kadang-

kadang dengan hewan lain yang berfungsi sebagai perantara host

(arthropod borne diseases) (Satari dan Meiliasari, 2014).

2.1.2 Etiologi Demam Berdarah Dengue

Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh gigitan nyamuk

Aedes Aegypti yang mengandung virus Dengue. Pada saat nyamuk Aedes

Aegypti maka virus Dengue akan masuk ke dalam tubuh, setelah masa

inkubasi sekitar 3-15 hari penderita bisa mengalami demam tinggi 3 hari

berturut-turut. Banyak penderita mengalami kondisi fatal karena

menganggap ringan gejala tersebut (Ayu Putri Ariani, 2016).


15

Ciri-ciri nyamuk penyebab Demam Berdarah Dengue (Aedes

Aegypti)yaitu:

1. Badan nyamuk yang berwarna hitam dan belang-belang putih pada

seluruh tubuhnya (Bloreng).

2. Nyamuk ini dapat berkembangbiak pada Tempat Penampungan Air

(TPA) dan pada barang-barang yang memungkinkan untuk digenangi

air seperti bak mandi, drum, vas bunga, barang bekas dan lain-lain.

3. Nyamuk Aedes Aegypti tidak dapat berkembangbiak di got atau

selokan ataupun kolam yang airnya langsung berhubungan dengan

tanah.

4. Nyamuk Aedes Aegypti biasanya menggigit manusia pada pagi dan

sore hari.

5. Nyamuk ini termaksud jenis nyamuk yang dapat terbang hingga 100

meter

6. Hinggap pada pakaian yang bergantungan dalam kamar

Gambar 2.1 Nyamuk Aedes Aegypti


(Sumber: Wulandari, 2014).
16

2.1.3 Morfologi Nyamuk Aedes Aegypti

Nyamuk berukuran kecil (4-13 mm) dan rapuh. Kepalanya

mempunyai probosis halus dan panjang yang melebihi panjang kepala.

Pada nyamuk betina probosis dipakai sebagai alat untuk menghisap darah,

sedangkan pada nyamuk jantan untuk menghisap bahan-bahan cair seperti

cairan tumbuh-tumbuhan, buah-buahan dan juga keringat (Ayu, 2016).

Sayap nyamuk panjang dan langsung mempunyai vena yang

permukaannya ditumbuhi sisik-sisik sayap (wing scales) yang letaknya

mengikuti vena. Pada pinggir sayap terdapat sederetan rambut yang

disebut fringe. Abdomen berbentuk silinder dan terdiri dari 10 ruas.Dua

ruas yang terahir berubah menjadi alat kelamin. Nyamuk mempunyai 3

pasang kaki yang melekat pada toraks dan tiap kaki terdiri atas 1 ruas

femur, 1 ruas tibia dan 5 ruas tarsus (Ayu, 2016).

2.1.4 Cara Penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD)

Nyamuk Aedes Aegypti merupakan pembawa virus dari penyakit

Demam BerdarahDengue(DBD). Cara penyebarannya melalui nyamuk

yang menggigit seseorang yang sudah terinfeksi virus demam berdarah.

Virus ini akan terbawa dalam kelenjar ludah si nyamuk. Virus dengue

berada dalam daah selama 4-7 hari mulai 1-2 hari sebelum demam. Bila

penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di gigit nyamuk penular,

maka virus dalam darah akan ikut terhisap masuk kedalam lambung

nyamuk (Ayu, 2016).


17

Selanjutnya, virus akan memperbanyak diri dan tersebar diberbagai

jaringan tubuh nyamuk, termaksud didalam kelenjar liurnya. Kira-kia 1

minggu setelah menghisap darah penderita, nyamuk tersebut siap untuk

menularkan kepada orang lain (masa inkubasi eksktrinsik). Virus ini akan

berada dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya. Penularnya ini terjadi

karena setiap kali nyamuk menusuk (menggigit), sebelumnya menghisap

darah akan mengeluarkan air liur melalui alat tusuknya agar darah yang

dihisap tidak membeku. Bersamaan air liur tersebut virus Dengue

dipindahkan dari nyamuk ke orang lain (Ayu, 2016).

Kemudian nyamuk ini menggigit orang sehat.Bersamaan dengan

terhisapnya darah dari orang yang sehat, virus demam berdarah juga

berpindah ke orang tersebut dan menyebabkan orang sehat tadi teinfeksi

virus demam berdarah (Ayu, 2016).

Nyamuk demam berdarah ini memiliki siklus hidup yang berbeda

dari nyamuk biasa. Nyamuk ini aktif dari pagi sampai sekitar jam 3 sore

untuk menghisap darah yang juga berarti dapat menyebarkan virus

demam berdarah. Sedangkan pada malam hari, nyamuk ini tidur. Maka,

berhati-hatilah terhadap gigitan nyamuk pada siang hari dan cegah

nyamuk ini menggigit anak yang sedang tidur siang (Ayu, 2016).

Kebiasaan dari nyamuk ini adalah dia senang berada digenangan air

bersih dan didaerah yang banyak pohon seperti ditaman atau kebon.
18

Genangan air pada pot bunga mungkin menjadi salah satu tempat favorit

nyamuk yang dapat terlupakan oleh anda (Ayu, 2016).

2.1.5 Penularan Demam Berdarah Dengue (DBD)

Penularan penyakit demam berdarah dengueumumnya ditularkan

melalui gigitan nyamuk Aedes Aegyptimeskipun dapat juga ditularkan

oleh Aedes albopictusyang hidup dikebun. Kedua jenis nyamuk ini

terdapat hampir diseluruh pelosok indonesia. Kecuali ditempat-tempat

dengan ketinggian lebih dari 1000 meter diatas permukaan laut. Orang

yang kemasukan virus dengueuntuk pertama kali, umumnya hanya

menderita sakit demam dengue atau demam yang ringan dengan tanda

dan gejala yang tidak spesifik atau dengan tidak memperlihatkan tanda-

tanda sakit sama sekali. Penderita demam dengue biasanya akan sembuh

sendiri dalam waktu 5 hari tanpa pengobatan. Tetapi apabila orang

sebelumnya sudah pernah kemasukan virus dengue, kemudian kemasukan

virus dengue dengan virus tipe lain maka orang tersebut dapat terserang

penyakit demam berdarah dengue(teori infeksi sekunder) (Aulia, 2016).

2.1.6 Patogenesis dan Patofisiologi Demam Berdarah Dengue (DBD)

Berdasarkan data yang ada, terdapat bukti yang kuat bahwa

mekanisme imunopatologis berperan dalam terjadinya Demam Berdarah

Dengue (DBD) dan sindrom renjatan Dengue. Respon imun yang


19

diketahui berperan dalam patogenesis Demam Berdarah Dengue (DBD)

adalah:

1. Respon humoral berupa pembentukan antibodi yang berperan dalam

proses netralisasi virus, sitolisis yang dimediasi antibodi. Antibodi

terhadap virus Dengue berperan dalam mempercepat replikasi virus

pada monosit atau makrofag. Hipotesis ini disebut dengan Antibodi

Dependent Enchancement (ADE).

2. Limfosit T baik T-helper (CD4) dan T sitotoksik (CD8) berpean

dalam respon imun seluler terhadap virus Dengue. Differensiasi T

sehingga disekresi berbagai mediator inflamasi seperti TNF, IL-1,

PAF (PleteletActivating Factor), IL-6 dan histamin yang

mengakibatkan terjadinya disfungsi endotel dan tejadi kebocoran

plasma. Peningkatan C3a dan C5a terjadi melalui aktivasi oleh

kompleks virus antibodi yang juga mengakibatkan terjadinya

kebocoran plasma.

Trombositopenia pada infeksi Dengue terjadi melalui mekanisme:

a. Supresi sumsum tulang.

b. Destruksi dan pemendekan makhluk hidup trombosit


20

2.1.7 Epidemiologi dan Pemeriksaan Demam Berdarah Dengue(DBD)

2.1.7.1 Epidemiologi Demam Berdarah Dengue(DBD)

Dalam pemeriksaan Demam Berdarah Dengue(DBD) ada

beberapa faktor yang mempengaruhi faktor-faktor yang

mempengaruhi manusia dalam penyakit Demam Bedarah Dengue

(DBD) yaitu:

a. Umur

Umur adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kepekaan

terhadap infeksi virus Dengue. Semua golongan umur dapat

terserang virus Dengue, meskipun baru berumur beberapa hari

setelah lahir.

b. Jenis kelamin

Sejauh ini tidak ditemukan perbedaan kerentanan terhadap

serangan Demam Berdarah Dengue (DBD) dikaitkan dengan

perbedaan jenis kelamin (gender).

c. Nutrisi

Teori nutrisi mempengaruhi derajat ringan penyakit dan ada

hubungannya dengan teori imunologi, bahwa pada gizi yang

baik yang mempengaruhi peningkatan antibodi dan karena ada

reaksi antigen dan antibodi yang cukup baik, maka terjadi

infeksi virusDengue yang berat.


21

d. Populasi

Kepadatan penduduk yang tinggi akan mempermudah

terjadinya infeksi virus Dengue, karena daerah yang

berpenduduk padat akan meningkatkan jumlah insiden kasus

Demam Berdarah Dengue (DBD) tersebut.

e. Mobilitas Penduduk

Mobilitas penduduk memegang peranan penting pada transmisi

penularan infeksi virus Dengue.

2.1.8 Tatalaksaana dan Pengobatan Demam BerdarahDengue(DBD)

2.1.8.1 Tatalaksana Berdasarkan Kelompok Umur

a. Penatalaksana Demam Berdarah Dengue (Pada Anak)

1. Adakah tanda kedaruratan, yaitu tanda syok (gelisah,

nafas cepat, bibir biru, tangan dan kaki dingin, kulit

lembab), muntah terus-menerus, kejang, kesadaran

menurun, muntah darah, tinja darah, maka pasien perlu

dirawat/dirujuk.

2. Apabila tidak dijumpai tanda kedaruratan, periksa uji

Tourniquet dan hitung trombosit.

a) Bila uji Tourniquet positif dan jumlah trombosit

100.000/●1, penderita dirawat atau dirujuk.


22

b) Bila uji Tourniquet negatif dengan trombosit

>100.000/●1 atau normal, pasien boleh pulang

dengan pesan untuk datang kembali setiap hari

sampai suhu turun.

3. Pasien dianjurkan minum banyak, seperti: air teh, susu,

sirup, oralit, jus buah dan lain-lain.

4. Berikan obat antipiretik golongan parasetamol jangan

golongan salisilat.

5. Apabila selama dirumah demam tidak turun pada hari

sakit ketiga, evaluasi tanda klinis adakah tanda-tanda

syok, yaitu anak menjadi gelisah, ujung kaki/tangan

dingin, sakit perut, tinja hitam, kencing berkurang bila

perlu periksa Hb, Ht dan trombosit.

6. Apabila terdapat tanda syok atau terdapat peningkatan Ht

dan atau penurunan trombosit, segera rujuk kerumah

sakit.

2.1.8.2 Pengobatan Demam Berdarah Dengue (DBD)

Tidak ada obat khusus untuk menyembuhkan Demam

Berdarah Dengue.Pengobatan bersifat simptomatif dan

suportif.Penderita dianjurkan beristirahat saat sedang minum. Maka,

hal yang dapat dilakukan untuk membantu kesembuhan orang yang

terkena penyakit ini adalah:


23

1. Berikan obat penurun panas atau paracetamol.

2. Kompres agar panas tidak terlalu tinggi. Kompres sebaiknya

dilakukan dengan air hangat, bukan dengan air dingin atau es.

Air dingin dapat menyebabkan penderita menggigil sehingga

tubuh menjadi panas.

3. Minum air putih yang banyak. Penderita Demam Berdarah

Dengue (DBD) biasanya akan kekurangan cairan, maka air

putih sangat baik untuk mereka. Air putih juga dapat membantu

menurunkan panas. Selain air putih, bisa juga berikan cairan

oralit untuk membantu penyembuhan.

4. Makanan yang bergizi. Sebenarnya tidak ada pantangan

makanan untuk penderita Demam Berdarah Dengue (DBD).

Berikan makanan bergizi agar tubuh menjadi kuat dan dapat

melawan virus Demam Berdarah Dengue (DBD). Buah-buahan

dan sayuran dapat sangat bermanfaat untuk pemulihan.

5. Minum air daun jambu dan angkak dapat membantu menaikkan

trombosit.

Perawatan bisa dilakukan dirumah jika kondisi

penderita tidak buruk dan diperbolehkan oleh dokter. Tetapi,

butuh ketelitian dalam merawatnya.Anda juga harus terus

berkonsultasi dengan dokter dan melakukan periksa darah

untuk mengetahui kondisinya. Dirawat dirumah sakit dapat


24

menjadi pilihan jika anda merasa hal itu lebih aman karena

tindakan medis bisa segera diambil jika kondisi pasien

menurun juga dimungkinkan diberikan infus untuk menambah

cairan pasien (Ayu, 2016).

Hal-hal yang membahayakan dari penyakit Demam

Berdarah Dengue (DBD) karena infeksi virus ini dapat

menyebabkan trombosit darah turun menjadi sangat rendah.

Yang kemudian akan menyebabkan pembuluh darah menjadi

kempis, cairan bocor sehingga darah masuk kerongga-rongga

tubuh dan menyebabkan pendarahan pada telinga, hidung, atau

kulit yang dapat menyebabkan kematian (Ayu, 2016).

Pengobatan pasien Demam BerdarahDengue (DBD)

derajat I-II, sama dengan pengobatan pada penderita Demam

Berdarah Dengue (DBD), tetapi dengan monitoring yang ketat

akan terjadinya kebocoran plasma. Penderita dapat dirawat

dengan pemberian cairan IV selama 12-24 jam. Pasien yang

menunjukan kenaikan kadar hematokrit, jumlah trombosit

<50.000/mm³, atau menunjukan tanda-tanda perdarahan

spontan selain patekie, harus dirawat secara intensif (Ayu,

2016).
25

2.1.9 Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue

Berikut ini beberapa langkah-langkah pemberantasan Demam

Berdarah Dengue (DBD) yang bisa diterapkan yang disebut dengan

Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam BerdarahDengue (DBD)

diantaranya:

1. Pencegahan primer

Pencegahan tingkat pertama merupakan suatu upaya

untuk mempertahankan orang yang sehat tetap sehat atau

mencegah orang yang sehat menjadi sakit. Sebelum

ditemukannya vaksin terhadap virus Demam Berdarah Dengue

(DBD), pengendalian vektor adalah satu-satunya upaya yang

diandalkan dalam mencegah Demam Berdarah Dengue (DBD).

Secara garis bersar ada cara pengendalian vektor yaitu:

a. Fisik

1. Memakai kelambu

Gambar 2.2 Memakai Kelambu


(Sumber: detikriau.org, 2016)
26

2. Menguras bak mandi

Gambar 2.3Menguras bak mandi


(Sumber: Rickyhermawan go.blogspot.com)

3. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air

Gambar 2.4 Menutup Tempat Penampungan Air


(Sumber: latihanjie.wordpress.com)

4. Mengubur sampah

Gambar 2.5Mengubur Sampah


(Sumber: PMR Gantiwarno, 2016).
27

5. Memasang kawat anti nyamuk

Gambar 2.6Memasang Kawat Anti Nyamuk


(Sumber: depokmania.wordpress.com)

6. Menimbun genangan air

Gambar 2.7Menimbun Genangan Air


(Sumber: architecteria.com)
28

7. Menjaga kebersihan rumah

8.

Gambar 2.8Menjaga Kebersihan Rumah


(Sumber: lifestyle.okezone.com)

b. Kimia

1. Menyemprotkan cairan pembasmi nyamu

Gambar 2.9 Menyemprotkan Cairan Pembasmi Nyamuk


(Sumber: health.kompas.com)

2. Mengoleskan lotion anti nyamuk

Gambar 2.10 Mengoleskan Lotion Anti Nyamuk


(Sumber: henipuspita.net)
29

c. Biologi

1. Memelihara ikan cupang

2.

Gambar 2.11Memelihara Ikan


(Sumber: budidayaikanhiasguppy.blogspot.com)

2.2 Konsep Dasar Rasionalitas Obat

Menurut Kemenkes RI (2011), untuk menjamin pasien mendapatkan

pengobatan yang sesuai dengan kebutuhannya, untuk periode waktu yang

adekuat dengan harga yang terjangkau. Secara praktis, penggunaan obat

dikatakan rasional jika memenuhi kriteria sebagai berikut.

a. Tepat Diagnosis

Penggunaan obat disebut rasional jika diberikan untuk diagnosis yang

tepat. Jika diagnosis tidak ditegakkan dengan benar, maka pemilihan obat

akan terpaksa mengacu pada diagnosis yang keliru tersebut. Akibatnya

obat yang diberikan juga tidak akan sesuai dengan indikasi yang

seharusnya.
30

b. Tepat Indikasi Penyakit

Setiap obat memiliki spektrum terapi yang spesifik. Antibiotik, misalnya

diindikasikan untuk infeksi bakteri. Dengan demikian, pemberian obat ini

hanya dianjurkan untuk pasien yang memberi gejala adanya infeksi

bakteri.

c. Tepat Pemilihan Obat

Keputusan untuk melakukan upaya terapi diambil setelah diagnosis

ditegakkan dengan benar. Dengan demikian, obat yang dipilih harus yang

memiliki efek terapi sesuai dengan spektrum penyakit.

d. Tepat Dosis

Dosis, cara dan lama pemberian obat sangat berpengaruh terhadap efek

terapi obat. Pemberian dosis yang berlebihan, khususnya untuk obat yang

dengan rentang terapi yang sempit, akan sangat beresiko timbulnya efek

samping. Sebaliknya dosis yang terlalu kecil tidak akan menjamin

tercapainya kadar terapi yang diharapkan.

e. Tepat Cara Pemberian

Obat Antasida seharusnya dikunyah dulu baru ditelan. Demikian pula

antibiotik tidak boleh dicampur dengan susu, karena akan membentuk

ikatan, sehingga menjadi tidak dapat diabsorpsi dan menurunkan

efektivtasnya.
31

f. Tepat Interval Waktu Pemberian

Cara pemberian obat hendaknya dibuat sesederhana mungkin dan praktis,

agar mudah ditaati oleh pasien. Makin sering frekuensi pemberian obat

per hari (misalnya 4 kali sehari), semakin rendah tingkat ketaatan minum

obat. Obat yang harus diminum 3 x sehari harus diartikan bahwa obat

tersebut harus diminum dengan interval setiap 8 jam.

g. Tepat lama pemberian

Lama pemberian obat harus tepat sesuai penyakitnya masing-masing.

Untuk Tuberkulosis dan Kusta, lama pemberian paling singkat adalah 6

bulan. Lama pemberian kloramfenikol pada demam tifoid adalah 10-14

hari. Pemberian obat yang terlalu singkat atau terlalu lama dari yang

seharusnya akan berpengaruh terhadap hasil pengobatan.

h. Waspada terhadap efek samping

Pemberian obat potensial menimbulkan efek samping, yaitu efek tidak

diinginkan yang timbul pada pemberian obat dengan dosis terapi, karena

itu muka merah setelah pemberian atropin bukan alergi, tetapi efek

samping sehubungan vasodilatasi pembuluh darah di wajah. Pemberian

tetrasiklin tidak boleh dilakukan pada anak kurang dari 12 tahun, karena

menimbulkan kelainan pada gigi dan tulang yang sedang tumbuh.

i. Tepat penilaian kondisi pasien

Respon individu terhadap efek obat sangat beragam. Hal ini lebih jelas

terlihat pada beberapa jenis obat seperti teofilin dan aminoglikosida. Pada
32

penderita dengan kelainan ginjal, pemberian aminoglikosida sebaiknya

dihindarkan, karena resiko terjadinya nefrotoksisitas pada kelompok ini

meningkat secara bermakna. Beberapa kondisi berikut harus

dipertimbangkan sebelum memutuskan pemberian obat.

1. β-bloker (misalnya propranolol) hendaknya tidak diberikan pada

penderita hipertensi yang memiliki riwayat asma, karena obat ini

memberi efek bronkhospasme.

2. Antiinflamasi Non Steroid (AINS) sebaiknya juga dihindari pada

penderita asma, karena obat golongan ini terbukti dapat mencetuskan

serangan asma.

3. Peresepan beberapa jenis obat seperti simetidin, klorpropamid,

aminoglikosida dan allopurinol pada usia lanjut hendaknya ekstra hati-

hati, karena waktu paruh obat-obat tersebut memanjang secara

bermakna, sehingga resiko efek toksiknya juga meningkat pada

pemberian secara berulang.

4. Peresepan kuinolon (misalnya siprofl oksasin dan ofl oksasin),

tetrasiklin, doksisiklin, dan metronidazol pada ibu hamil sama sekali

harus dihindari, karena memberi efek buruk pada janin yang

dikandung.

j. Obat yang diberikan harus efektif dan aman dengan mutu terjamin, serta

tersedia setiap saat dengan harga yang terjangkau.


33

Untuk efektif dan aman serta terjangkau, digunakan obat-obat dalam

daftar obat esensial. Pemilihan obat dalam daftar obat esensial

didahulukan dengan mempertimbangkan efektivitas, keamanan dan

harganya oleh para pakar di bidang pengobatan dan klinis. Untuk jaminan

mutu, obat perlu diproduksi oleh produsen yang menerapkan CPOB (Cara

Pembuatan Obat yang Baik) dan dibeli melalui jalur resmi. Semua

produsen obat di Indonesia harus dan telah menerapkan CPOB.

k. Tepat informasi

Informasi yang tepat dan benar dalam penggunaan obat sangat penting

dalam menunjang keberhasilan terapi

l. Tepat tindak lanjut (follow-up)

Pada saat memutuskan pemberian terapi, harus sudah dipertimbangkan

upaya tindak lanjut yang diperlukan, misalnya jika pasien tidak sembuh

atau mengalami efek samping.

m. Tepat penyerahan obat (dispensing)

Penggunaan obat rasional melibatkan juga dispenser sebagai penyerah

obat dan pasien sendiri sebagai konsumen. Pada saat resep dibawa ke

apotek atau tempat penyerahan obat di Puskesmas, apoteker/ asisten

apoteker menyiapkan obat yang dituliskan peresep pada lembar resep

untuk kemudian diberikan kepada pasien. Proses penyiapan dan

penyerahan harus dilakukan secara tepat, agar pasien mendapatkan obat


34

sebagaimana harusnya. Dalam menyerahkan obat juga petugas harus

memberikan informasi yang tepat kepada pasien.

n. Pasien patuh terhadap perintah pengobatan yang dibutuhkan,

ketidaktaatan minum obat umumnya terjadi pada keadaan berikut:

1. Jenis dan/ atau jumlah obat yang diberikan terlalu banyak

2. Frekuensi pemberian obat per hari terlalu sering

3. Jenis sediaan obat terlalu beragam

4. Pemberian obat dalam jangka panjang tanpa informasi

5. Pasien tidak mendapatkan informasi/ penjelasan yang cukup mengenai

cara minum/menggunakan obat.

6. Timbulnya efek samping (misalnya ruam kulit dan nyeri lambung),

atau efek ikutan (urine menjadi merah karena minum rifampisin) tanpa

diberikan penjelasan terlebih dahulu.

Dampak negatif penggunaan obat yang tidak rasional sangat beragam

dan bervariasi tergantung dari jenis ketidakrasionalan penggunaannya.

Dampak negatif ini dapat saja hanya dialami oleh pasien yaitu berupa

efek samping, dan biaya yang mahal, maupun oleh populasi yang lebih

luas berupa resistensi kuman terhadap antibiotik tertentu dan mutu

pelayanan pengobatan secara umum, sebagai berikut (Navisha, 2017).

a. Dampak pada mutu pengobatan dan pelayanan

Salah satu dampak penggunaan obat yang tidak rasional adalah

peningkatan angka morbiditas dan mortalitas penyakit. Sebagai contoh,


35

penderita diare akut non spesifik umumnya mendapatkan antibiotika dan

injeksi, sementara pemberian oralit (yang lebih dianjurkan) umumnya

kurang banyak dilakukan. Padahal diketahui bahwa resiko terjadinya

dehidrasi pada anak yang diare dapat membahayakan keselamatan jiwa

anak yang bersangkutan.

b. Dampak terhadap biaya pengobatan

Penggunaan obat tanpa indikasi yang jelas, atau pemberian obat untuk

keadaan yang sama sekali tidak memerlukan terapi obat, jelas merupakan

pemborosan dan sangat membebani pasien. Di sini termasuk pula

peresepan obat yang mahal, padahal alternatif obat yang lain dengan

manfaat dan keamanan sama dengan harga lebih terjangkau telah tersedia.

Peresepan antibiotika bukannya keliru, tetapi memprioritaskan

pemberiannya untuk penyakit-penyakit yang memang memerlukannya

(yang jelas terbukti sebagai infeksi bakteri) akan sangat berarti dalam

menurunkan morbiditas dan mortalitas penyakit infeksi. Oleh sebab itu

jika pemberiannya sangat selektif, maka pemborosan anggaran dapat

dicegah dan dapat direalokasikan untuk penyakit atau intervensi lain yang

lebih prioritas. Dengan demikian mutu pelayanan kesehatan dapat

dijamin.
36

c. Dampak terhadap kemungkinan efek samping dan efek lain yang tidak

diharapkan

Dampak lain dari ketidakrasionalan penggunaan obat adalah

meningkatkan resiko terjadinya efek samping serta efek lain yang tidak

diharapkan, baik untuk pasien maupun masyarakat. Beberapa data berikut

mewakili dampak negatif yang terjadi akibat penggunaan obat yang tidak

rasional:

1. Resiko terjadinya penularan penyakit (misalnya hepatitis & HIV)

meningkat pada penggunaan injeksi yang tidak lege artis,

(misalnya 1 jarum suntik digunakan untuk lebih dari satu pasien).

2. Kebiasaan memberikan obat dalam bentuk injeksi akan

meningkatkan resiko terjadinya syok anafilaksis.

3. Resiko terjadinya efek samping obat meningkat secara konsisten

dengan makin banyaknya jenis obat yang diberikan kepada pasien.

Keadaan ini semakin nyata pada usia lanjut. Pada kelompok umur

ini kejadian efek samping dialami oleh 1 di antara 6 penderita usia

lanjut yang dirawat di rumah sakit.

4. Terjadinya resistensi kuman terhadap antibiotika merupakan salah

satu akibat dari pemakaian antibiotika yang berlebih

(overprescribing), kurang (underprescribing), maupun pemberian

pada kondisi yang bukan merupakan indikasi (misalnya infeksi

yang disebabkan oleh virus).


37

d. Dampak terhadap mutu ketersediaan obat

Sebagian besar dokter masih cenderung meresepkan antibiotika untuk

keluhan batuk dan pilek. Akibatnya kebutuhan antibiotika menjadi sangat

tinggi, padahal diketahui bahwa sebagian besar batuk pilek disebabkan

oleh virus dan antibiotika tidak diperlukan. Akibatnya jika suatu saat

ditemukan pasien yang benar-benar menderita infeksi bakteri, antibiotik

yang dibutuhkan sudah tidak tersedia lagi. Yang terjadi selanjutnya

adalah pasien terpaksa diberikan antibiotik lain yang bukan pilihan utama

obat pilihan (drug of choice) dari infeksi tersebut. Di sini terdapat 2

masalah utama:

1. Pertama, seolah-olah mutu ketersediaan obat sangat jauh dari

memadai. Padahal yang terjadi adalah antibiotik telah dibagi

rata ke semua pasien yang sebenarnya tidak memerlukan.

2. Kedua, dengan mengganti jenis antibiotik akan berdampak

pada tidak sembuhnya pasien (karena antibiotik yang diberikan

mungkin tidak memiliki spektrum antibakteri untuk penyakit

tersebut, misalnya pneumonia diberi metronidazol). Atau

penyakit menjadi lebih parah dan pasien kemudian meninggal.


38

2.3 Pediatri

Masa kanak-kanak menggambarkan suatu periode pertumbuhan dan

perkembangan yang cepat. Penggunaan obat pada anak merupakan hal yang

bersifat khusus karena berkaitan dengan perbedaan laju perkembangan organ,

sistem dalam tubuh maupun enzim yang bertanggung jawab terhadap

metabolisme dan ekresi obat, sehingga hanya terdapat sejumlah kecil obat yang

telah diberi izin untuk digunakan pada anak-anak, yang memiliki bentuk sedian

yang sesuai (Rouli, 2016).

Menurut American Academy of Pediatric (AAP), pediatri adalah ilmu

kedokteran yang berkaitan dengan fisik, mental dan sosial kesehatan anak sejak

lahir sampai dewasa muda. Pediatri juga merupakan disiplin ilmu yang

berhubungan dengan pengaruh biologis, sosial, lingkungan dan dampak

penyakit pada perkembangan anak.Anak-anak berbeda dari orang dewasa

secara anatomis, fisiologis, imunologis, psikologis, perkembangan dan

metabolisme.

Secara internasional populasi pediatri dikelompokan menjadi:

a. Bayi prematur yang baru lahir.

b. Bayi yang baru lahir umur 0-28 hari.

c. Bayi dan anak kecil yang baru belajar berjalan umur >28 hari

sampai 23 bulan.

d. Anak-anak umur 2-11 tahun.

e. Anak remaja umur 12-18 tahun.


39

The British Paediatric Association (BPA) menggolongkan

populasi pediatrik dengan mengusulkan rentang waktu berikut yang didasarkan

pada saat terjadinya perubahan-perubahan biologis.:

a. Neonatus: awal kelahiran sampai usia 1 bulan

b. Bayi: usia 1 bulan sampai 2 tahun

c. Anak: usia 2 tahun sampai 12 tahun

d. Remaja: usia 12 tahun sampai 18 tahun ((Rouli, 2016).

2.4 Rumah Sakit

2.4.1 Definisi Rumah Sakit

Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat

menyelenggarakan upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap

kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk

mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya

kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan

kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyebab

penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dan

dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan (Siregar,

2013).

Pada umumnya tugas rumah sakit adalah menyediakan

keperluan untuk pemeliharaan dan pemulihan kesehatan. Tugas rumah

sakit umum adalah melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna


40

dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan

pemeliharaan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya

peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan rujukan.

Rumah sakit pemerintah Pusat dan daerah diklasifikasikan menjadi

(Siregar, 2013) :

a. Rumah sakit umum kelas A adalah rumah sakit umum yang

mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialitik

luas dan subspesialistik luas.

b. Rumah sakit umum kelas B adalah rumah sakit umum yang

mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik sekurang-

kurangnya 11 spesialistik dan subspesialistik terbatas.

c. Rumah sakit umum kelas C adalah rumah sakit umum yang

mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik

dasar.

d. Rumah sakit umum kelas D adalah rumah sakit umum yang

mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik dasar.

Guna melaksanakan tugasnya, rumah sakit mempunyai berbagai

fungsi, yaitu (Siregar, 2013) :

a. Menyelenggarakan pelayanan medik

b. Pelayanan penunjang medik dan non medik

c. Pelayanan dan asuhan keperawatan

d. Pelayanan rujukan
41

e. Pendidikan dan pelatihan

f. Penelitian dan pengembangan

g. Adminitrasi umum dan keuangan.

2.4.2 Peran Apoteker di Rumah Sakit

Menurut Permenkes Nomor 72 tahun 2016 Seorang farmasis

memegang peranan yang sangat penting dalam peningkatan mutu

pelayanan kesehatan yang berorientasi kepada pasien (Patient

Oriented). Sebagai seorang farmasis, peningkatan mutu pelayanan

ini dapat dilakukan melalui suatu proses pelayanan kefarmasian

(Pharmaceutical care).

Praktek Pharmaceutical caremerupakan suatu pelayanan

langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan

dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti

untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien (Permenkes, 2014).

Salah satu wujud kegiatan ini adalah dengan melakukan suatu

analisa terhadap Drug Related Problems (DRPs) dari setiap terapi

yang dipertimbangkan serta diberikan kepada pasien (Rouli,

2016).

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tentang

Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit menyebutkan

bahwa peran Apoteker di Rumah Sakit salah satunya adalah

melakukan pelayanan farmasi klinik. Pelayanan farmasi klinik


42

merupakan pelayanan langsung yang diberikan Apoteker kepada

pasien dalam rangka meningkatkan outcometerapi dan

meminimalkan resiko terjadinya efek samping karena obat, untuk

tujuan keselamatan pasien (patient safety) sehingga kualitas hidup

pasien (quality of life) terjamin (Permenkes, 2016).

Pelayanan farmasi klinik yang dilakukan meliputi (Permenkes, 2106) :

a. Pengkajian dan pelayanan resep

b. Penelusuran riwayat penggunaan obat

c. Rekonsiliasi obat

d. Pelayanan informasi obat (PIO)

e. Konseling

f. Pemantauan terapi obat (PTO)

g. Monitoring efek samping obat (MESO)

h. Evaluasi Penggunaan obat (EPO)

i. Dispensing sediaan steril

j. Pemantauan kadar obat dalam darah (PKOD)

2.5 Rekam Medis

Setiap rumah sakit dipersyaratkan mengadakan dan memelihara

rekaman medik yang memadai dari setiap penderita, baik untuk penderita rawat

inap maupun rawat jalan.Rekam medik itu harus secara akurat


43

didokumentasikan, segera tersedia, dapat digunakan, mudah ditelusuri kembali

dan lengkap informasi.

2.5.1 Definisi Rekam Medis

Definisi Rekam Medis menurut Surat Keputusan Direktur

Jenderal Pelayanan Medis adalah: berkas yang berisikan catatan dan

dokumen tentang identitas, pemeriksaan, diagnosis, pengobatan,

tindakan dan pelayanan lain yang diberikan kepada seseorang

penderita selama dirawat di rumah sakit baik rawat jalan maupun rawat

inap.

2.5.2 Fungsi Rekam Medis

Kegunaan rekam medis:

a. Digunakan sebagai dasar perencanaan dan keberlanjutan

perawatan penderita

b. Merupakan suatu sarana komunikasi antar dokter dan setiap

profesional yang berkontribuksi pada perawatan penderita

c. Melengkapi bukti dokumen terjadinya atau penyebab kesakitan

penderita dan penanganan atau pengobatan selama tiap tinggal

di rumah sakit

d. Membantu perlindungan kepentingan hukum penderita, rumah

sakit dan praktisi yang bertanggung jawab.


44

e. Menyediakan data untuk digunakan dalam penelitian dan

pendidikan

2.6 Kerangka Teori

Evaluasi Kerasionalan Penggunaan Obat Pada Pasien Demam Berdarah Dengue


(DBD) :
1. Tepat Diagnosis
2. Tepat Indikasi Penyakit
3. Tepat Pemilihan Obat
4. Tepat Dosis
5. Tepat Cara Pemberian
6. Tepat Interval Waktu Pemberian
7. Tepat lama pemberian
8. Obat yang diberikan harus efektif dan aman
9. Tepat penyerahan obat (dispensing)
10. Pasien patuh (-)
11. Tepat tindak lanjut (follow-up) (-)
12. Tepat informasi (-)
13. Waspada terhadap efek samping (-)
14. Tepat penilaian kondisi pasien (-)

Skema 2.1
Kerangka Teori

2.7 Penelitian Terkait

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wijaya (2019), tentang Pola

Penggunaan Obat Rasional Menurut Kemenkes Pada Pengobatan Penyakit

Demam Berdarah Dengue (DBD) Pada Pasien Anak di Instalasi Rawat Inap

Rsud Wonosari Periode 2018, didapatkan hasil obat yang paling banyak

digunakan adalah cairan rehidrasi yakni INF Asering (100%). Pada hasil
45

penelitian pola penggunaan obat DBD pada pasien anak di RSUD Wonosari

sudah memenuhi beberapa kriteria penggunaan obat rasional menurut

Kemenkes. Namun, ada beberapa kriteria yang masih belum terpenuhi, yaitu

pada penelitian ini masih ditemukan penggunaan obat yang tidak tepat dosis

dan tidak tepat indikasi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sutiawati (2016), tentang

evaluasi rasionalitas penggunaan obat pada pasien DHF (Dengue Hemorrhagic

Fever) ditinjau dari penggunaan antibiotik di Rumkital (Rumah Sakit Angkatan

Laut) DR. Mintohardjo Jakarta Pusat, didapatkan hasil penelitian ini dengan

total jumlah 76 sampel terdiri dari 52 sampel pasien Dengue Hemorrhagic

Fever (DHF) yang masuk kriteria inklusi dengan jumlah 26 pasien diberikan

antibiotik dan jumlah 26 pasien tidak diberikan antibiotik serta jumlah 24 data

dengan kriteria ekslusi. Dari 52 pasien DHF yang menjalani Rawat Inap di

Rumah Sakit Angkatan Laut (RUMKITAL) Dr. Mintohardjo lebih banyak

ditemukan jenis kelamin perempuan dengan usia berkisar antara 1-14 tahun.

Penggunaan obat antibiotik yang paling banyak adalah golongan sefalosporin

seftriakson. Terdapat pemberian obat antibiotik pada pasien Dengue

Hemorrhagic Fever (DHF) yaitu tidak tepat indikasi, tidak tepat obat dan tidak

tepat dosis sebanyak 12 pasien (46,15 %) dari 26 pasien. Untuk ketepatan

pasien tidak bisa disimpulkan karena data yang didapat kurang lengkap.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hapsari (2016), tentang

evaluasi penggunaan analgetik-antipiretik pada pasien anak Demam Berdarah


46

Dengue (DBD) di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit “X”, didapatkan hasil

bahwa analgetik-antipiretik yang paling banyak digunakan adalah Parasetamol

sebesar 66 pasien (100%). Hasil penelitian menunjukkan penggunaan analgetik-

antipiretik tepat indikasi sebesar 66 pasien (100%), tepat pasien sebesar 66

pasien (100%), tepat obat sebesar 66 pasien (100%), dan tepat dosis sebesar 51

pasien (77,27%). Kemudian, dari evaluasi tersebut didapatkan hasil penggunaan

analgetik-antipiretik yang rasional sebesar 51 kasus (77,27%).


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian non-eksperimental yaitu

penelitian dengan pengambilan data tanpa perlakuan terhadap subyek uji.

Rancangan yang digunakan adalah analisis deskriptif untuk mengetahui

kerasionalan penggunaan obat pada pasien anak Demam Berdarah Dengue

(DBD).

3.2 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat

dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar

variabel (Nursalam, 2013). Untuk lebih jelasnya digambarkan dalam bentuk

skema kerangka konsep sebagai berikut.

Evaluasi Kerasionalan Penggunaan Obat Pada Pasien Demam Berdarah Dengue


(DBD) :
1. Tepat Diagnosis
2. Tepat Indikasi Penyakit
3. Tepat Pemilihan Obat
4. Tepat Dosis
5. Tepat Cara Pemberian
6. Tepat Interval Waktu Pemberian
7. Tepat lama pemberian
8. Obat yang diberikan harus efektif dan aman
9. Tepat penyerahan obat (dispensing)
10. Pasien patuh (-)
11. Tepat tindak lanjut (follow-up) (-)
12. Tepat informasi (-)

47
48

13. Waspada terhadap efek samping (-)


14. Tepat penilaian kondisi pasien (-)

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2014). Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien

anak Demam Berdarah Dengue (DBD) yang tercatat di rekam medik

Ruang Rawat Inap RSUD Dr. H. Mohamad Rabain Muara Enim Provinsi

Sumatera Selatan Tahun 2018.

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian dari jumlah yang diambil dari keseluruhan

objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo

2014). Sampel yang digunakan adalah sebagian pasien anak Demam

Berdarah Dengue (DBD) yang tercatat di rekam medik Ruang Rawat Inap

RSUD Dr. H. Mohamad Rabain Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan

Tahun 2018.Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini sebagai berikut.

a. Kriteria Inklusi:

1. Semua lembar rekam medik pasien anak Demam Berdarah Dengue

(DBD) yang masuk pada tanggal 1 Januari sampai dengan 31

Desember 2018.

48
49

2. Semua lembar rekam medik dengan keadaan baik dan tidak cacat

(robek atau basah).

b. Kriteria Eksklusi :

1. Lembar rekam medik yang sulit dibaca.

2. Lembar rekam medik yang tidak memuat penatalaksanaan penyakit

DBD secara lengkap seperti lama pemberian yang tidak ada, dosis

yang tidak ada ataupun indikasi yang kurang jelas.

3. Lembar rekam medik yang tidak lengkap untuk menentukan besar

sampel yang diambil pada saat penelitian dilaksanakan, dihitung

menggunakan untuk populasi kecil atau lebih kecil dari 10.000

dengan rumus (Setiadi, 2013).

N
n=
1+N(d2 )

130
n=
1+130(0,12 )

130
n=
1+130 (0,01)

130
n=
1+1,30

130
n=
2,30

n=56,52=57 responden

Keterangan :
N : Besar Populasi
n : Besar Sampel

49
50

d : Tingkat kepercayaan / ketepatan yang diinginkan (0,1²)

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan Systematic

Random Sampling dengan cara membagi jumlah anggota populasi dengan

sampel untuk mendapatkan interval dalam penentuan sampel

(Notoatmodjo, 2014).

Dengan Rumus :

N
i=
𝑛

130
i=
57

i=2,28 = 2

Keterangan :
N = Jumlah populasi
n = Jumlah Sampel
i = Interval

3.4 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah umur, pendidikan, jenis kelamin,

Tepat diagnosis, tepat indikasi penyakit, tepat pemilihan obat, tepat dosis, tepat

cara pemberian, tepat interval waktu pemberian, tepat lama pemberian, waspada

terhadap efek samping, tepat penilaian kondisi pasien, obat yang diberikan harus

efektif dan aman, tepat informasi, tepat tindak lanjut (follow-up), tepat

penyerahan obat (dispensing) dan pasien patuh.

50
51

3.5 Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di RSUD Dr. H. Mohamad Rabain Muara

Enim Provinsi Sumatera Selatan.

3.6 Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei Tahun 2020.

3.7 Instrumen Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan informasi dari responden, peneliti menggunakan alat

pengumpulan data dalam bentuk lembar observasi, sebagai alat bantu untuk

mengukur variable umur, pendidikan, jenis kelamin, tepat diagnosis, tepat

indikasi penyakit, tepat pemilihan obat, tepat dosis, tepat cara pemberian, tepat

interval waktu pemberian, tepat lama pemberian, waspada terhadap efek

samping, tepat penilaian kondisi pasien, obat yang diberikan harus efektif dan

aman, tepat informasi, tepat tindak lanjut (follow-up), tepat penyerahan obat

(dispensing) dan pasien patuh pada pasien anak Demam Berdarah Dengue

(DBD).

3.8 Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder, data sekunder diperoleh

dari RSUD Dr. H. Mohamad Rabain Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan,

yaitu data rekam pasien anak Demam Berdarah Dengue (DBD) yang tercatat di

RSUD Dr. H. Mohamad Rabain Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan.

51
52

3.9 Definisi Operasional

Tabel 3.2
Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara Ukur Alat Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur Ukur
Umur Lama waktu hidup Melihat Lembar Usia 1-12 Rasio
atau ada (sejak dan Observasi tahun
dilahirkan) Mencatat
Rekam
Medik

Jenis Ciri-ciri Melihat Lembar 1. Laki-laki Nominal


Kelamin penampilan fisik dan Observasi 2. Perempuan
seseorang yang Mencatat
menunjukkan Rekam
perbedaan antara Medik
laki-laki dan
perempuan.

Tepat Diagnosis, Gejala, Melihat Lembar 1. Tepat, Nominal


diagnosis Mafinestasi, dan Observasi 2. Tidak tepat
Pemeriksaan, Hasil Mencatat
Lab. Rekam
Medik
Tepat Penggunaan obat Melihat Lembar 1. Tepat Nominal
Indikasi DBD untuk dan Observasi 2. Tidak tepat
Penyakit pengobatan DBD Mencatat
berdasarkan Rekam
pedoman Medik
pengobatan oleh
kemenkes tahun
2011.

Tepat Obat yang dipilih Melihat Lembar 1. Tepat Nominal


Pemilihan harus memiliki dan Observasi 2. Tidak tepat
Obat efek terapi yang Mencatat
sesuai dengan Rekam
spectrum penyakit Medik
setelah diagnose
ditegakkan

52
53

berdasarkan
pedoman
pengobatan oleh
kemenkes tahun
2011

Tepat Dosis Dosis yang Melihat Lembar 1. Tepat Nominal


diberikan sesuai dan Observasi 2. Tidak tepat
terapi obat Mencatat
Rekam
Medik
Tepat Cara Ketepatan Melihat Lembar 1. Tepat Nominal
Pemberian pemberian obat dan Observasi 2. Tidak tepat
melalui sejumlah Mencatat
rute yang berbeda Rekam
dan rute yang Medik
diberikan
Tepat Jika pemberian Melihat Lembar 1. Tepat Nominal
Interval obat sesuai dengan dan Observasi 2. Tidak tepat
Waktu waktu Mencatat
Pemberian Rekam
Medik
Tepat Lama Rentan waktu Melihat Lembar 1. Tepat Nominal
Pemberian pasien dalam dan Observasi 2. Tidak tepat
penggunaan obat- Mencatat
obatan berdasarkan Rekam
pedoman yang Medik
diacu

Obat Yang Pemilihan obat Melihat Lembar 1. Tepat Nominal


Diberikan dalam daftar obat dan Observasi 2. Tidak tepat
Harus Efektif esensial Mencatat
Dan Aman didahulukan Rekam
dengan Medik
mempertimbangka
n efektivitas,
keamanan dan
harganya oleh para
pakar di bidang
pengobatan dan
klinis.

53
54

Tepat Tepat jika Melihat Lembar 1. Tepat Nominal


Penyerahan penyerahan obat dan Observasi 2. Tidak tepat
Obat sesuai dengan Mencatat
(Dispensing) penyimpanan obat Rekam
Medik

3.10 Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban sementara suatu penelitian, patokan,

dugaan atau detil sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam

penelitian tersebut (Notoadmojo, 2014). Hipotesis dalam penelitian ini yaitu:

Ho : Tidak terdapat pemberian obat yang tidak rasional berdasarkan tepat

diagnosis, tepat indikasi penyakit, tepat pemilihan obat, tepat dosis,

tepat cara pemberian, tepat interval waktu pemberian, tepat lama

pemberian dan obat yang diberikan harus efektif dan aman,).

Ha : Terdapat pemberian obat yang tidak rasional berdasarkan tepat

diagnosis, tepat indikasi penyakit, tepat pemilihan obat, tepat dosis,

tepat cara pemberian, tepat interval waktu pemberian, tepat lama

pemberian, obat yang diberikan harus efektif dan aman, dan tepat

informasi.

54
55

3.11 Alur Penelitian

Gambar 3.1
Alur Penelitian

Surat dari STIK Siti Khadijah Palembang untuk


Diklat Rumah Sakit Palembang BARI

Pengambilan Data Rekam Medik

Data yang diperoleh dari rekam medik


1. Nama
2. Umur
3. Berat badan
4. Jenis Kelamin
5. Obat yang digunakan
6. Resep atau dosis
7. Cara pakai
8. Lama pemberian
9. Bentuk sediaan
10. Jumlah obat
11. Keluhan

Pengumpulan Data

Pengolahan Data

Hasil

Pembahasan

Kesimpulan

55
-BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum RSUD Dr. H. Mohamad Rabain Muara Enim Provinsi

Sumatera Selatan

4.1 Hasil Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan analisis univariate. Analisis

univariat adalah cara analisis dengan mendeskripsikan atau menggambarkan

data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa membuat kesimpulan

yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Pada umumnya analisis ini hanya

menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variabel. Jumlah total sampel

terdiri dari pasien pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) yang tercatat di

rekam medik RSUD Dr. H. Mohamad Rabain Muara Enim Provinsi Sumatera

Selatan Tahun 2019, yang berjumlah 57 orang.

4.1.1 Tepat Diagnosis

Hasil penelitian menunjukkan distribusi frekuensi responden

menurut tepat diagnosis setelah dikategorikan terlihat dalam tabel

berikut ini :

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tepat Diagnosis di
RSUD Dr. H. Mohamad Rabain Muara Enim Provinsi Sumatera
Selatan Tahun 2019

No Tepat Diagnosis Jumlah Persentase (%)


1. Tepat 57 100
2. Tidak Tepat 0 0
Total 57 100
Sumber : Peneliti, 2020

56
57

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa dari 57

responden, tidak dijumpai responden yang mengalami tidak tepat

diagnosis sebanyak 57 responden (100%).

4.1.2 Tepat Indikasi

Hasil penelitian menunjukkan distribusi frekuensi responden

menurut tepat indikasi setelah dikategorikan terlihat dalam tabel berikut

ini :

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tepat Indikasi
di RSUD Dr. H. Mohamad Rabain Muara Enim Provinsi
Sumatera Selatan Tahun 2019

No Tepat Indikasi Jumlah Persentase (%)


1. Tepat 53 93,0
2. Tidak Tepat 4 7,0
Total 57 100
Sumber : Peneliti, 2020

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa dari 57

responden, yang mengalami tepat indikasi sebanyak 53 responden

(93,0%), dan responden yang mengalami tidak tepat indikasi sebanyak

4 responden (7,0%).

4.1.3 Tepat Pemilihan Obat

Hasil penelitian menunjukkan distribusi frekuensi responden

menurut tepat pemilihan obat setelah dikategorikan terlihat dalam tabel

berikut ini :

57
58

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tepat Pemilihan Obat
di RSUD Dr. H. Mohamad Rabain Muara Enim Provinsi
Sumatera Selatan Tahun 2019

No Tepat Pemilihan Obat Jumlah Persentase (%)


1. Tepat 57 100
2. Tidak Tepat 0 0
Total 57 100
Sumber : Peneliti, 2020

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa dari 57

responden, tidak dijumpai responden yang mengalami tidak tepat

pemilihan obat sebanyak 57 responden (100%).

4.1.4 Tepat Dosis

Hasil penelitian menunjukkan distribusi frekuensi responden

menurut tepat dosis setelah dikategorikan terlihat dalam tabel berikut

ini :

Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tepat Dosis
di RSUD Dr. H. Mohamad Rabain Muara Enim
Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2019

No Tepat Dosis Jumlah Persentase (%)


1. Tepat 49 86,0
2. Tidak Tepat 8 14,0
Total 57 100
Sumber : Peneliti, 2020

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa dari 57

responden, yang mengalami tepat dosis sebanyak 49 responden

(86,0%), dan responden yang mengalami tidak tepat dosis sebanyak 8

responden (14,0%).

58
59

4.1.5 Tepat Cara Pemberian

Hasil penelitian menunjukkan distribusi frekuensi responden

menurut tepat cara pemberian setelah dikategorikan terlihat dalam tabel

berikut ini :

Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tepat Cara Pemberian
di RSUD Dr. H. Mohamad Rabain Muara Enim Provinsi
Sumatera Selatan Tahun 2019

No Tepat Cara Pemberian Jumlah Persentase (%)


1. Tepat 57 100
2. Tidak Tepat 0 0
Total 57 100
Sumber : Peneliti, 2020

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa dari 57

responden didapatkan tidak ada responden yang tidak tepat cara

pemberian, sebanyak 57 responden (100%).

4.1.6 Tepat Interval Waktu

Hasil penelitian menunjukkan distribusi frekuensi responden

menurut tepat interval waktu setelah dikategorikan terlihat dalam tabel

berikut ini :

Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tepat Interval Waktu
di RSUD Dr. H. Mohamad Rabain Muara Enim Provinsi
Sumatera Selatan Tahun 2019

No Tepat Interval Waktu Jumlah Persentase (%)


1. Tepat 57 100
2. Tidak Tepat 0 0
Total 57 100
Sumber : Peneliti, 2020

59
60

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa dari 57

responden didapatkan tidak ada responden yang tidak tepat interval

waktu, sebanyak 57 responden (100%).

4.1.7 Tepat Lama Pemberian

Hasil penelitian menunjukkan distribusi frekuensi responden

menurut tepat lama pemberian setelah dikategorikan terlihat dalam tabel

berikut ini :

Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tepat Lama Pemberian
di RSUD Dr. H. Mohamad Rabain Muara Enim Provinsi
Sumatera Selatan Tahun 2019

No Tepat Lama Pemberian Jumlah Persentase (%)


1. Tepat 57 100
2. Tidak Tepat 0 0
Total 57 100
Sumber : Peneliti, 2020

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa dari 57

responden didapatkan tidak ada responden yang tidak tepat lama

pemberian, sebanyak 57 responden (100%).

4.1.8 Obat Yang Diberikan Harus Efektif Dan Aman

Hasil penelitian menunjukkan distribusi frekuensi responden

menurut obat yang diberikan harus efektif dan aman setelah

dikategorikan terlihat dalam tabel berikut ini :

60
61

Tabel 4.8
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Penilaian Kondisi Pasien
di RSUD Dr. H. Mohamad Rabain Muara Enim Provinsi
Sumatera Selatan Tahun 2019

Obat Yang Diberikan Harus


No Jumlah Persentase (%)
Efektif Dan Aman
1. Tepat 57 100
2. Tidak Tepat 0 0
Total 57 100
Sumber : Peneliti, 2020

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa dari 57

responden didapatkan tidak ada responden yang tidak tepat obat,

sebanyak 57 responden (100%).

4.1.9 Tepat Penyerahan Obat

Hasil penelitian menunjukkan distribusi frekuensi responden

menurut tepat penyerahan obat setelah dikategorikan terlihat dalam

tabel berikut ini :

Tabel 4.9
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tepat Penyerahan Obat
di RSUD Dr. H. Mohamad Rabain Muara Enim Provinsi
Sumatera Selatan Tahun 2019

No Tepat Penyerahan Obat Jumlah Persentase (%)


1. Tepat 57 100
2. Tidak Tepat 0 0
Total 57 100
Sumber : Peneliti, 2020

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa dari 57

responden didapatkan tidak ada responden yang tidak tepat penyerahan

obat, sebanyak 57 responden (100%).

61
62

4.2 Pembahasan

4.2.1 Tepat Diagnosis

Dari hasil penelitian yang dilakukan responden yang mengalami

tepat diagnosis sebanyak 78 responden (100%), dan tidak dijumpai

responden yang tidak tepat diagnosis sebanyak 0 responden (0%).

Menurut Kemenkes RI (2011), penggunaan obat disebut rasional

jika diberikan untuk diagnosis yang tepat. Jika diagnosis tidak

ditegakkan dengan benar, maka pemilihan obat akan terpaksa mengacu

pada diagnosis yang keliru tersebut. Akibatnya obat yang diberikan juga

tidak akan sesuai dengan indikasi yang seharusnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Wijaya (2019), tentang Pola

Penggunaan Obat Rasional Menurut Kemenkes Pada Pengobatan

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Pada Pasien Anak di

Instalasi Rawat Inap Rsud Wonosari Periode 2018, didapatkan hasil

obat yang paling banyak digunakan adalah cairan rehidrasi yakni INF

Asering (100%). Pada hasil penelitian pola penggunaan obat DBD pada

pasien anak di RSUD Wonosari sudah memenuhi beberapa kriteria

penggunaan obat rasional menurut Kemenkes. Namun, ada beberapa

kriteria yang masih belum terpenuhi, yaitu pada penelitian ini masih

ditemukan penggunaan obat yang tidak tepat dosis dan tidak tepat

indikasi.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka peneliti berasumsi bahwa

indikasi yang tepat didasarkan pada penegakan diagnosis yang akurat,

62
63

misalnya antibiotik hanya diberikan kepada pasien yang terbukti

penyakitnya disebabkan oleh bakteri dilengkapi dengan gejala klinis

infeksi seperti naiknya suhu tubuh atau demam. Selain itu, indikasi

yang tepat bermanfaat untuk menentukan rasionalitas pemilihan terapi

yang akan diberikan.

4.2.2 Tepat Indikasi

Dari hasil penelitian yang dilakukan responden yang mengalami

tepat indikasi sebanyak 53 responden (93,0%), dan tidak dijumpai

responden yang tidak tepat indikasi sebanyak 4 responden (7,0%).

Menurut Kemenkes RI (2011), penyakit Setiap obat memiliki

spektrum terapi yang spesifik. Antibiotik, misalnya diindikasikan untuk

infeksi bakteri. Dengan demikian, pemberian obat ini hanya dianjurkan

untuk pasien yang memberi gejala adanya infeksi bakteri.

Penelitian yang dilakukan oleh Sutiawati (2016), tentang evaluasi

rasionalitas penggunaan obat pada pasien DHF (Dengue Hemorrhagic

Fever) ditinjau dari penggunaan antibiotik di Rumkital (Rumah Sakit

Angkatan Laut) DR. Mintohardjo Jakarta Pusat, didapatkan hasil

penelitian ini dengan total jumlah 76 sampel terdiri dari 52 sampel

pasien Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) yang masuk kriteria inklusi

dengan jumlah 26 pasien diberikan antibiotik dan jumlah 26 pasien

tidak diberikan antibiotik serta jumlah 24 data dengan kriteria ekslusi.

Dari 52 pasien DHF yang menjalani Rawat Inap di Rumah Sakit

63
64

Angkatan Laut (RUMKITAL) Dr. Mintohardjo lebih banyak ditemukan

jenis kelamin perempuan dengan usia berkisar antara 1-14 tahun.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka peneliti berasumsi bahwa

indikasi yang tepat didasarkan pada penegakan diagnosis yang akurat,

misalnya antibiotik hanya diberikan kepada pasien yang terbukti

penyakitnya disebabkan oleh bakteri dilengkapi dengan gejala klinis

infeksi seperti naiknya suhu tubuh atau demam. Selain itu, indikasi

yang tepat bermanfaat untuk menentukan rasionalitas pemilihan terapi

yang akan diberikan.

4.2.3 Tepat Pemilihan Obat

Dari hasil penelitian yang dilakukan responden yang mengalami

tepat pemilihan obat sebanyak 57 responden (100%), dan tidak

dijumpai responden yang tidak tepat pemilihan obat sebanyak 0

responden (0%).

Menurut Kemenkes RI (2011), keputusan untuk melakukan upaya

terapi diambil setelah diagnosis ditegakkan dengan benar. Dengan

demikian, obat yang dipilih harus yang memiliki efek terapi sesuai

dengan spektrum penyakit.

Penelitian yang dilakukan oleh Hapsari (2016), tentang evaluasi

penggunaan analgetik-antipiretik pada pasien anak Demam Berdarah

Dengue (DBD) di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit “X”, didapatkan

hasil bahwa analgetik-antipiretik yang paling banyak digunakan adalah

Parasetamol sebesar 66 pasien (100%). Hasil penelitian menunjukkan

64
65

penggunaan analgetik-antipiretik tepat indikasi sebesar 66 pasien

(100%), tepat pasien sebesar 66 pasien (100%), tepat obat sebesar 66

pasien (100%), dan tepat dosis sebesar 51 pasien (77,27%). Kemudian,

dari evaluasi tersebut didapatkan hasil penggunaan analgetik-antipiretik

yang rasional sebesar 51 kasus (77,27%).

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka peneliti berasumsi bahwa

obat yang dipilih harus yang memiliki efek terapi sesuai dengan

spektrum penyakit. Berdasarkan hasil penelitian dari pemberian

antibiotik pada pasien DBD, antibiotik yang paling banyak diberikan

adalah seftriakson. Antibiotik yang diindikasikan untuk pasien dengan

diagnosis tanpa disertai infeksi tidak tepat. Antibiotik yang

diindikasikan untuk pasien DBD dengan disertai infeksi tifoid dapat

dikatakan tepat obat. Akan tetapi, pemilihan antibiotik seftriakson

bukan merupakan pengobatan pilihan utama untuk infeksi tifoid.

Pengobatan untuk tifoid pilihan utama menggunakan antibiotik seperti

kloramfenikol. Kemudian antibiotik yang diindikasikan untuk pasien

DBD dengan disertai infeksi ISPA juga dapat dikatakan tepat. Namun,

pemilihan antibiotik seftriakson bukan merupakan pengobatan pilihan

utama. Seftriakson merupakan golongan sefalosporin generasi ketiga.

Dimana, sefalosporin generasi ketiga sebaiknya diberikan pada pasien

apabila pemberian sefalosporin generasi pertama dan generasi kedua

sudah tidak bisa untuk memperbaiki keadaan pasien (Farmakologi

bergambar).

65
66

4.2.4 Tepat Dosis

Dari hasil penelitian yang dilakukan responden yang mengalami

tepat dosis sebanyak 49 responden (86,0%), dan responden yang

mengalami tidak tepat dosis sebanyak 8 responden (14,0%).

Menurut Kemenkes RI (2011), dosis, cara dan lama pemberian

obat sangat berpengaruh terhadap efek terapi obat. Pemberian dosis

yang berlebihan, khususnya untuk obat yang dengan rentang terapi yang

sempit, akan sangat beresiko timbulnya efek samping. Sebaliknya dosis

yang terlalu kecil tidak akan menjamin tercapainya kadar terapi yang

diharapkan.

Penelitian yang dilakukan oleh Sutiawati (2016), tentang evaluasi

rasionalitas penggunaan obat pada pasien DHF (Dengue Hemorrhagic

Fever) ditinjau dari penggunaan antibiotik di Rumkital (Rumah Sakit

Angkatan Laut) DR. Mintohardjo Jakarta Pusat, didapatkan hasil

penelitian ini dengan total jumlah 76 sampel terdiri dari 52 sampel

pasien Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) yang masuk kriteria inklusi

dengan jumlah 26 pasien diberikan antibiotik dan jumlah 26 pasien

tidak diberikan antibiotik serta jumlah 24 data dengan kriteria ekslusi.

Dari 52 pasien DHF yang menjalani Rawat Inap di Rumah Sakit

Angkatan Laut (RUMKITAL) Dr. Mintohardjo lebih banyak ditemukan

jenis kelamin perempuan dengan usia berkisar antara 1-14 tahun.

Penggunaan obat antibiotik yang paling banyak adalah golongan

sefalosporin seftriakson. Terdapat pemberian obat antibiotik pada

66
67

pasien Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) yaitu tidak tepat indikasi,

tidak tepat obat dan tidak tepat dosis sebanyak 12 pasien (46,15 %) dari

26 pasien. Untuk ketepatan pasien tidak bisa disimpulkan karena data

yang didapat kurang lengkap.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka peneliti berasumsi bahwa

didapatkan sebanyak 8 responden yang mengalamiregimen dosis tidak

tepat. Dalam penelitian ini, untuk antibiotik sefiksim diberikan dosis

1x1 kapsul (7 tahun) dan dosis 3x1 kapsul (11 tahun) pada kelompok

umur 1-14 tahun serta pada kelompok umur 15-44 tahun (34 tahun)

dengan dosis 2x1 kapsul. Disini, dosis 1x1 kapsul yang diberikan untuk

pasien pada kelompok umur 1-14 tahun dengan berat badan 25 kg

adalah kurang, sedangkan dosis 3x1 kapsul yang diberikan untuk pasien

pada kelompok umur 1-14 tahun sesuai menurut buku literatur

Pediatric Dosage Handbook edisi 9 (2002-2003) yaitu dosis untuk bayi

dan anak 8 mg/kg/hari dibagi setiap 12-24 jam, dosis maksimum 400

mg/hari, dewasa 400 mg/hari setiap 12-24 jam. Apabila diberikan untuk

pasien dewasa dosis tersebut juga sesuai menurut buku literatur

Pediatric Dosage Handbook edisi 9 (2002-2003). Sedangkan antibiotik

siprofloksasin terdapat 1 pasien dengan dosis 2x500 mg untuk

kelompok umur 1-14 tahun (12 tahun). Pada buku Drug Information

Handbook, menyatakan bahwa dosis untuk dewasa infeksi ringan 250

mg 2x/hari, infeksi berat 500-750 mg 2x/hari, sehingga dosis yang

diberikan sesuai untuk orang dewasa dan kurang sesuai untuk kelompok

67
68

umur 1-14 tahun. Antibiotik sefotaksim, di sini digunakan pada pasien

kelompok umur < 1 tahun yaitu umur 6 bulan dengan dosis yang

diberikan 2x300 mg. Dalam buku Drug Information Handbook

menunjukkan, dosis untuk bayi dan anak 1 bulan sampai 12 tahun

adalah 50-180 mg/kg/hari dalam dosis terbagi setiap 4-6 jam. Untuk

pasien dengan umur 6 bulan, dosis tersebut yang diberikan sesuai

menurut buku Drug Information Handbook.

4.2.5 Tepat Cara Pemberian

Dari hasil penelitian yang dilakukan responden yang mengalami

tepat cara pemberian sebanyak 58 responden (100%), dan tidak

dijumpai responden yang tidak tepat cara pemberian sebanyak 0

responden (0%).

Menurut Kemenkes RI (2011), obat Isoniazid seharusnya

diminum pada saat perut kosong, setidaknya 1 jam sebelum atau 2 jam

setelah makan. Demikian pula antibiotic tidak boleh dicampur dengan

susu, karena akan membentuk ikatan, sehingga menjadi tidak dapat

diabsorpsi dan menurunkan efektivtasnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Wijaya (2019), tentang Pola

Penggunaan Obat Rasional Menurut Kemenkes Pada Pengobatan

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Pada Pasien Anak di

Instalasi Rawat Inap Rsud Wonosari Periode 2018, didapatkan hasil

obat yang paling banyak digunakan adalah cairan rehidrasi yakni INF

Asering (100%). Pada hasil penelitian pola penggunaan obat DBD pada

68
69

pasien anak di RSUD Wonosari sudah memenuhi beberapa kriteria

penggunaan obat rasional menurut Kemenkes. Namun, ada beberapa

kriteria yang masih belum terpenuhi, yaitu pada penelitian ini masih

ditemukan penggunaan obat yang tidak tepat dosis dan tidak tepat

indikasi.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka peneliti berasumsi bahwa

antibiotik yang diberikan paling banyak diberikan secara oral yaitu

merupakan tepat cara pemberian. Cara pemberian secara injeksi juga

termasuk tepat cara pemberian. Dalam penelitian ini, pasien yang paling

banyak adalah pasien dengan umur 1-14 tahun. Antibiotik lebih banyak

diberikan secara oral kemungkinan dikarenakan kebanyakan pasien

adalah pasien umur 1-14 tahun yang akan lebih susah diberikan secara

injeksi dibandingkan diberikan secara oral. Karena bentuk sediaan

antibiotik yang tersedia di rumah sakit maupun di pasaran adalah

berupa tablet, kapsul atau puyer dan tidak bisa diberikan secara injkesi

sehingga cara pemberiannya secara oral.

4.2.6 Tepat Interval Waktu

Dari hasil penelitian didapatkan responden yang tepat interval

waktu sebanyak 57 responden (100%) dan reponden yang tidak tepat

interval waktu sebanyak 4 responden (0%).

Menurut Kemenkes RI (2011), cara pemberian obat hendaknya

dibuat sesederhana mungkin dan praktis, agar mudah ditaati oleh

pasien. Makin sering frekuensi pemberian obat per hari (misalnya 4 kali

69
70

sehari), semakin rendah tingkat ketaatan minum obat. Obat yang harus

diminum 3 x sehari harus diartikan bahwa obat tersebut harus diminum

dengan interval setiap 8 jam.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka peneliti berasumsi bahwa

Ketidaktepatan interval waktu pemberian obat akan berpengaruh

terhadap kadar obat dalam darah. Jika interval waktu pemberian obat

yang diberikan kurang dari ketentuan dalam buku pedoman yang diacu

maka akan menyebabkan kurang efektifnya terapi yang diberikan.

Begitu juga, jika interval waktu pemberiannya berlebihan maka akan

menyebabkan terjadinya toksisitas.

4.2.7 Tepat Lama Pemberian

Dari hasil penelitian didapatkan responden yang tepat lama

pemberian sebanyak 57 responden (100%) dan reponden yang tidak

tepat lama pemberian sebanyak 7 responden (0%).

Menurut Kemenkes RI (2011), lama pemberian obat harus tepat

sesuai penyakitnya masingmasing. Untuk Tuberkulosis dan Kusta, lama

pemberian paling singkat adalah 6 bulan. Lama pemberian

kloramfenikol pada demam tifoid adalah 10-14 hari. Pemberian obat

yang terlalu singkat atau terlalu lama dari yang seharusnya akan

berpengaruh terhadap hasil pengobatan.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka peneliti berasumsi bahwa

lama pemberian obat antibiotik menunjukkan bahwa sebagian besar

pasien DBD diberikan terapi antibiotik yaitu berkisar antara 4-6 hari

70
71

yang merupakan tepat lama pemberian. Dimana, berdasarkan lama

pemberian antibiotik secara umum adalah antibiotik paling lama

diberikan selama 7 hari atau sampai antibiotik tersebut habis. Distribusi

frekuensi lama pemberian obat antibiotik disini berdasarkan lama

perawatan pasien di Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang, yaitu

pasien diberikan terapi obat antibiotik pada saat pasien datang ke RS

sampai pasien keluar dari RS. Akan tetapi, ada beberapa pasien yang

diberikan antibiotik berkisar antara 1-3 hari kemudian pada hari

berikutnya tidak diberikan antibiotik. Hal ini dikarenakan keluhan

pasien pada hari selanjutnya yang memungkinkan untuk tidak diberikan

antibiotik.

4.2.8 Obat Yang Diberikan Harus Efektif Dan Aman

Dari hasil penelitian didapatkan responden yang tepat obat

sebanyak 57 responden (100%), dan tidak dijumpai responden yang

mengalami tidak tepat obat sebanyak 0 responden (0%).

Menurut Kemenkes RI (2011), untuk efektif dan aman serta

terjangkau, digunakan obat-obat dalam daftar obat esensial. Pemilihan

obat dalam daftar obat esensial didahulukan dengan

mempertimbangkan efektivitas, keamanan dan harganya oleh para

pakar di bidang pengobatan dan klinis. Untuk jaminan mutu, obat perlu

diproduksi oleh produsen yang menerapkan CPOB (Cara Pembuatan

Obat yang Baik) dan dibeli melalui jalur resmi.

71
72

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka peneliti berasumsi bahwa

pemilihan obat dalam daftar obat esensial dilakukan dengan

mempertimbangkan efektivitas, keamanan dan harganya oleh pembuat

resep dalam melakukan terapi. Pemilihan obat dalam daftar obat

esensial didahulukan dengan mempertimbangkan efektivitas, keamanan

dan harganya oleh para pakar di bidang pengobatan dan klinis. Untuk

jaminan mutu, obat perlu diproduksi oleh produsen yang menerapkan

CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik) dan dibeli melalui jalur resmi.

Semua produsen obat di Indonesia harus dan telah menerapkan CPOB.

4.2.9 Tepat Penyerahan Obat

Dari hasil penelitian didapatkan responden yang tepat penyerahan

obat sebanyak 57 responden (100%), dan tidak dijumpai responden

yang mengalami tidak tepat penyerahan obat sebanyak 0 responden

(0%).

Menurut Kemenkes RI (2011), penggunaan obat rasional

melibatkan juga dispenser sebagai penyerah obat dan pasien sendiri

sebagai konsumen. Pada saat resep dibawa ke apotek atau tempat

penyerahan obat di Puskesmas, apoteker/ asisten apoteker menyiapkan

obat yang dituliskan peresep pada lembar resep untuk kemudian

diberikan kepada pasien.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka peneliti berasumsi bahwa

penggunaan obat rasional juga melibatkan Tenaga Kefarmasian sebagai

yang menyerahkan obat dan pasien sendiri sebagai konsumen. Pada saat

72
73

resep dibawa ke apotek atau tempat penyerahan obat di Rumah Sakit,

apoteker/ asisten apoteker menyiapkan obat yang dituliskan pembuat

resep pada lembar resep untuk kemudian diberikan kepada pasien.

Proses penyiapan dan penyerahan harus dilakukan secara tepat, agar

pasien mendapatkan obat sebagaimana mestinya. Dalam menyerahkan

obat juga petugas harus memberikan informasi yang tepat kepada

pasien.

73
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penerlitian tentang Evaluasi Kerasionalan Penggunaan Obat

Pada Pasien Anak Dengan Diagnosis DBD Di Ruang Rawat Inap RSUD DR. H..

Mohammad Rabain Muara Enim Provinsi Sumatra Selatan periode januari

sampai desember Tahun 2019 ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Kerasionalan penggunaan antibiotik pada pasien anak tidak dijumpai

responden yang mengalami tidak tepat diagnosis sebanyak 57 responden

(100%).

2. Kerasionalan penggunaan antibiotik pada pasien anak yang mengalami

tepat indikasi sebanyak 53 responden (93,0%), dan responden yang

mengalami tidak tepat dosis sebanyak 4 responden (7,0%).

3. Kerasionalan penggunaan antibiotik pada pasien anak tidak dijumpai

responden yang mengalami tidak tepat pemilihan obat sebanyak 57

responden (100%).

4. Kerasionalan penggunaan antibiotik pada pasien anak yang mengalami

tepat dosis sebanyak 49 responden (86,0%), dan responden yang

mengalami tidak tepat dosis sebanyak 8 responden (14,0%).

5. Kerasionalan penggunaan antibiotik pada pasien anak tidak dijumpai

responden yang mengalami tidak tepat cara pemberian sebanyak 57

responden (100%).

74
75

6. Kerasionalan penggunaan antibiotik pada pasien anak tidak dijumpai

responden yang mengalami tidak tepat interval waktu sebanyak 57

responden (100%).

7. Kerasionalan penggunaan antibiotik pada pasien anak tidak dijumpai

responden yang mengalami tidak tepat lama pemberian sebanyak 57

responden (100%).

8. Kerasionalan penggunaan antibiotik pada pasien anak tidak dijumpai

responden yang mengalami efek samping sebanyak 57 responden

(100%).

9. Kerasionalan penggunaan antibiotik pada pasien anak tidak dijumpai

responden yang mengalami tidak tepat penilaian kondisi pasien sebanyak

57 responden (100%).

10. Kerasionalan penggunaan antibiotik pada pasien anak tidak dijumpai

responden yang tidak tepat obat sebanyak 57 responden (100%).

11. Kerasionalan penggunaan antibiotik pada pasien anak tidak dijumpai

responden yang tidak tepat informasi sebanyak 57 responden (100%).

12. Kerasionalan penggunaan antibiotik pada pasien anak tidak dijumpai

responden yang mengalami tidak tepat tindak lanjut sebanyak 57

responden (100%).

13. Kerasionalan penggunaan antibiotik pada pasien anak tidak dijumpai

responden yang mengalami tidak tepat penyerahan obat sebanyak 57

responden (100%).

75
76

14. Kerasionalan penggunaan antibiotik pada pasien anak tidak dijumpai

responden yang tidak patuh sebanyak 57 responden (100%).

5.2 Saran

Melihat hasil kesimpulan diatas, ada beberapa saran yang perlu

diperhatikan dan ditindak lanjuti, sebagai berikut :

5.2.1 Untuk RSUD RSUD Dr. H. Mohamad Rabain Muara Enim

Perlu adanya monitoring dan evaluasi terapi pada pasien dengan

diagnosa pasien DBD dikarenakan obat-obatan yang digunakan

berpotensi mengalami interaksi obat dan diharapkan adanya lembar

copy resep di dalam rekam medis pasien.

5.2.2 Untuk STIK Siti Khadijah Palembang

Diharapkan pada tahun yang akan datang institusi pendidikan

dapat melengkapi referensi buku-buku mengenai farmasi klinik guna

menunjang penelitian mahasiswa dalam menyelesaikan penelitian.

5.2.3 Untuk Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya untuk data pembanding untuk

melanjutkan penelitian dan jika akan melakukan penelitian dengan

judul yang sama, sebaiknya menggunakan metode yang berbeda.

76
DAFTAR PUSTAKA

Akhmad, 2016. Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Demam Berdarah Dengue
di RSUD DR. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung. Jurnal. Fakultas Farmasi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Bailie, 2014. Med facts. Pocket Guide of Drug Interactions. Bone Care International
Nephrology Pharmacy Associated Inc. Middleton.

Dinkes Kota Palembang, 2016. Profil Kesehatan Kota Palembang Tahun 2015.

Dinkes Sumsel, 2016. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015.

Effendi, 2014. Dasar-Dasar Kesehatan Masyarakat Edisi 2. Jakarta. EGC

Ginanjar, 2015. Apa yang Dokter Anda Tidak katakan Tentang Demam Berdarah.
Bandung. Padjajaran

Hadinegoro dan Satari, 2014. Demam Berdarah Dengue Naskah Lengkap. Jakarta.
FKUI

Hapsari, 2016. Evaluasi Penggunaan Analgetik-Antipiretik Pada Pasien Anak


Demam Berdarah Dengue (DBD) di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit “X”.
Jurnal. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta Surakarta

Hendarwanto, 2014. Buletin Jendela Epidemiologi, Volume 2. Didapatkan dari :


www.depkes.go.id. Diakses tanggal : 28 Desember 2018

Kemenkes RI, 2011. Modul Pelatihan Penggunaan Obat Rasional. Jakarta.


Kemenkes RI

Kemenkes RI, 2014. Tata Laksana Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Jakarta.
Kemenkes RI

Kemenkes RI, 2016. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015. Jakarta. Kemenkes RI

Nadesul, 2015. Cara Mudah Mengalahkan Demam Berdarah. Jakarta. Kompas


Media Nusantara.

Navisha, 2017. Bijak Mengkonsumsi Obat. Depok. PT. Kawan Pustaka

1
Notoatmodjo, 2014. Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta. Rineka
Cipta

Nursalam, 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis Edisi


3. Jakarta. Salemba Medika

Piscitelli, 2015. Drug Interaction in Infection Disease Second Edition. New Jersey.
Humana Press.

Rampengan, 2015. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak. Jakarta. EGC

Satari dan Meiliasari, 2014. Demam Berdarah Perawatan di Rumah dan Rumah
Sakit. Jakarta. Pustaka Sehat

Setiadi, 2013. Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan Edisi 2. Yogyakarta.
Graha Ilmu

Setiyawati, 2016. Interaksi Obat Farmakologi dan Terapi. Jakarta. Bagian


Farmakologi FKUI

Soegijanto, 2015. Demam Berdarah Dengue Edisi 2. Surabaya Airlangga University


Press

Stockley, 2014. Drug Interaction. Cambridge University Press

Sutiawati, 2016. Evaluasi Rasionalitas Penggunaan Obat Pada Pasien DHF (Dengue
Hemorrhagic Fever) Ditinjau Dari Penggunaan Antibiotik di Rumkital (Rumah
Sakit Angkatan Laut) DR. Mintohardjo Jakarta Pusat. Jurnal. Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta Surakarta

Tisnanjaja, 2016. Bebas Kolesterol dan Demam Berdarah. Jakarta. Pustaka Sehat

2
LEMBAR OBSERVASI

EVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT DEMAM BERDARAH


DENGUE (DBD) DI RUANG RAWAT INAP RSUD Dr. H. MOHAMAD RABAIN MUARA ENIM PROVINSI
SUMATERA SELATAN TAHUN 2019

No Lama
No. Rekam Usia JK Keluhan Data Klinik Obat yg Digunakan R.Dosis Indikasi Rute Pemberian
Medik (Hari)
1 5 Tahun L Demam, mual dan Hemoglobin 11,5 g/dL Metisoprinol 250 mg/5 mL 3 x ½ cth DHF Oral 7
muntah, BAB hitam, Leukosit 3,8 .103/uL Parasetamol 120 mg/5 mL 4 x ½ cth Oral 7
bibir kering, sakit Hematokrit 34 % Seftriakson 1 x 750 mg IV 7
perut seperti melilit Trombosit 68 .103/uL Ranitidin 2 x 25 mg IV 7
Ondansentron 1 x 2 mg IV 7
2 8 Tahun P Demam naik turun Hemoglobin 11,5 g/dL Seftriakson 1 x 1500 DHF IV 7
selama 10 hari, Leukosit 3,8 .103/uL Parasetamol mg Kejang IV 7
pusing, kejang 2 kali, Hematokrit 34 % Deksametason 3 x 200 mg demam IV 7
kesadaran menurun Trombosit 68 .103/uL 3 x 2 mg
3 7 tahun L demam selama 3 hari, Hemoglobin 11,5 g/dL Parasetamol 120 mg/5 mL 4 x 2 cth DHF Oral 2
mual, muntah, batuk Leukosit 6,7 .103/uL Seftriakson 1 x 1000 Tifoid IV 2
tidak berdahak Hematokrit 34 % Ondansentron mg IV 2
Trombosit 262 .103/uL 2 x 4 mg
4 5 tahun P kejang beberapa saat Leukosit 8,1 .103/uL Parasetamol 120 mg/5 mL 3 x 1 cth DHF Oral 7
sebelum masuk UGD, Hematokrit 36 % Metisoprinol 250 mg/5 mL 3 x 1 cth Tifoid Oral 7
demam Eritrosit 4,4 .103/uL Diazepam 3 x 0.5 mg Oral 7
Basofil 0 % Asam valproate 250 mg/5 2 x ½ cth Oral 7
Eosinophil 1 % mL 1 x 750 mg IV 7
Batang 1 % Seftriakson 2 x 150 mg IV 7
Segmen 60 % Parasetamol drip 1 x 1,5 mg IV 7
Limfosit 25 % Dexametason
Monosit 13 %
GDS 61 mg/dL
Kalium 4,7 mmol/L
Ureum 20 mg/dL
No Lama
No. Rekam Usia JK Keluhan Data Klinik Obat yg Digunakan R.Dosis Indikasi Rute Pemberian
Medik (Hari)
Kreatinin 0,4 mg/dL
5 11 tahun P demam, mual, lemas Hemoglobin 14,4 g/dL Parasetamol 4 x 400 mg DHF IV 3
Leukosit 2,7 .103/uL Seftriakson 1 x 2000 IV 3
Hematokrit 44 % Ondansentron mg IV 3
Trombosit 51 .103/uL Ranitidine 2 x 8 mg IV 3
2 x 40 mg
6 7 tahun L demam naik turun Hemoglobin 19,8 g/dL Metisoprinol 250 mg/5 mL 3 x ½ cth DHF Oral 5
kurang lebih 5 hari, Leukosit 5,9 .103/uL Seftriakson 2 x 1000 Tifoid IV 5
mual, muntah, perut Hematokrit 58 % Ranitidine mg IV 5
terasa sakit, BAB Trombosit 45 .103/uL 2 x 50 mg
mencret Eritrosit 7,9 .103/uL
Basofil 0 %
Eosinophil 1 %
Batang 1 %
Segmen 50 %
Limfosit 33 %
Monosit 15 %
GDS 107 mg/dL
Natrium 126 mmol/L
Kalium 6,1 mmol/L
Klorida 97 mmol/L
Ureum 20 mg/dL
Kreatinin 0,4 mg/dL
7 5 tahun L demam naik turun Hemoglobin 11,7 g/dL Antasid syr 3 x 1 cth DHF Oral 7
kurang lebih 6 hari, Leukosit 21,4 .103/uL Seftriakson 3 x 750 mg IV 7
mual, muntah, Hematokrit 34 % Ranitidine 2 x 25 mg IV 7
makanan tidak bisa Trombosit 433 .103/uL
masuk, BAB mencret, Eritrosit 4,2 .103/uL
bibir pecah2 dan Basofil 0 %
berdarah Eosinophil 2 %
Batang 2 %
Segmen 86 %
No Lama
No. Rekam Usia JK Keluhan Data Klinik Obat yg Digunakan R.Dosis Indikasi Rute Pemberian
Medik (Hari)
Limfosit 6 %
Monosit 4 %
8 2 tahun P demam, sesak, tampak Hemoglobin 8,7 g/dL Parasetamol 120 mg/5 mL 4 x 1 cth DHF Oral 4
pucat Leukosit 18,1 .103/uL Seftriakson 1 x 500 mg IV 4
Hematokrit 28 %
Trombosit 720 .103/uL
Eritrosit 4,1 .103/uL
LED 120 mm
Basofil 0 %
9 6 tahun L demam dan muntah Hemoglobin 13,5 g/dL Parasetamol 3 x 250 mg DHF Oral 3
dari 2 hari yang lalu Leukosit 10,6 .103/uL Seftriakson 1 x 2000 IV 3
Hematokrit 39 % Ranitidine mg IV 3
Trombosit 451 .103/uL 2 x 25 mg
Eritrosit 5,3 .103/uL
Basofil 0 %
Eosinophil 2 %
Batang 2 %
Segmen 73 %
Limfosit 13 %
Monosit 10 %
MCV 74 f
MC 16 Pg
MCHC 34 g/dL
GDS 82 mg/dL
Ureum 55 mg/dL
Kreatinin 0,5 mg/dL
SGOT 35 U/L
SGPT 15 U/L
Natrium 135 mmol/L
Kalium 4,4 mmol/L
Kalsium mmol/L
Klorida 98 mmol/L
No Lama
No. Rekam Usia JK Keluhan Data Klinik Obat yg Digunakan R.Dosis Indikasi Rute Pemberian
Medik (Hari)
10 9 tahun P demam kura lebih 6 Hemoglobin 12,6 g/dL Parasetamol 120 mg/5 mL 3 x 1 cth DHF IV 9
hari, menggigil, sakit Leukosit 24,6 .103/uL Seftriakson 1 x 2000 IV 9
kepala, sakit perut, Hematokrit 40 % Parasetamol mg IV 9
muntah satu hari Trombosit 515 .103/uL Ranitidine 4 x 400 mg
sebelum masuk RS, Eritrosit 4,9 .103/uL 2 x 25 mg
BAK agak kuning, Basofil 16 %
BAB keras bulat2
kecil dan berwna agak
hitam
11 7 tahun L Demam selama 3 hari Hemoglobin 16,1 g/dL Ambroksol 30 mg/5 mL 3 x ½ cth DHF Oral 5
SMRS, mual, muntah, Leukosit 8,7 .103/uL Seftriakson 2 x 550 mg IV 5
pusing, batuk, perut Hematokrit 48 % Pantoprazole vial 40 mg 2 x ½ vial IV 5
terasa sakit, BAB Trombosit 26 .103/uL
mencret
12 10 tahun P demam kurang lebih 1 Hemoglobin 13,4 g/dL Parasetamol tab 3x1 DHF Oral 8
minggu, mual, nyeri Leukosit 5,3 .103/uL Seftriakson 1 x 1500 IV 8
ulu hati, mencret, Hematokrit 40 % Ranitidine vial 25 mg/mL mg IV 8
pusing Trombosit 175 .103/uL 2 x 1 vial
Eritrosit 4,8 .103/uL
Basofil 0 %
Eosinophil 2 %
Batang 2 %
Segmen 51 %
Limfosit 40 %
Monosit 5 %
MCV 83 f
MC 28 Pg
MCHC 34 g/dL
GDS 105 mg/dL
Ureum 23 mg/dL
Kreatinin 0,63 mg/dL
Natrium 134 mmol/L
No Lama
No. Rekam Usia JK Keluhan Data Klinik Obat yg Digunakan R.Dosis Indikasi Rute Pemberian
Medik (Hari)
Kalium 4,5 mmol/L
Klorida 102 mmol/L
13 4 tahun P demam naik turun Hemoglobin 7,9 g/dL Parasetamol 120 mg/5 mL 4 x 1 cth DHF Oral 5
selama 3 hari, patuk Leukosit 22,0 .103/uL Seftriakson 1 x 750 mg IV 5
dan pilek Hematokrit 28 %
Trombosit 604 .103/uL
Eritrosit 4,6 .103/uL
Basofil 1 %
Eosinophil 1 %
Batang 2 %
Segmen 60 %
Limfosit 26 %
Monosit 10 %
MCV 61 f
MC 17 Pg
MCHC 28 g/dL
GDS 98 mg/dL
SGOT 21 U/L
SGPT 11 U/L
14 5 tahun L demam kurang lebih 5 Hemoglobin 11,1 g/dL Ambroksol 30 mg/5 mL 3 x ½ cth DHF Oral 6
hari, batuk kurang Leukosit 19,7 .103/uL Seftriakson 1 x 1000 IV 6
lebih 2 hari, mual, Hematokrit 35 % Ondansentron mg IV 6
nafsu makan menurun Trombosit 564 .103/uL Parasetamol 2 x 4 mg IV 6
4 x 200 mg
15 5 tahun L demam kurang lebih 3 Hemoglobin 9,7 g/dL Parasetamol 120 mg/5 mL 4 x ½ cth DHF Oral 7
hari, mual, muntah, Leukosit 11,8 .103/uL Seftriakson 1 x 750 mg Tifoid IV 7
nafsu makan menurun Hematokrit 30,1 %
Trombosit 332 .103/uL
Eritrosit .103/uL
Basofil 0 %
16 3 tahun P demam kurang lebih 5 Hemoglobin 10,8 g/dL Parasetamol 120 mg/5 mL 4 x 1.5 mL DHF Oral 3
hari, timbul bitnik2 Leukosit 28,1 .103/uL Setirizin 5 mg/5 mL 2 x ½ cth Oral 3
No Lama
No. Rekam Usia JK Keluhan Data Klinik Obat yg Digunakan R.Dosis Indikasi Rute Pemberian
Medik (Hari)
merah dan gatal yang Hematokrit 33 % Chlorpheniramin Maleat 3 x 1 mg Oral 3
semakin melebar Trombosit 448 .103/uL Seftriakson 1 x 600 mg IV 3
setelah makan abon Eritrosit .103/uL
17 2 tahun L demam, mual, Hemoglobin 13,4 g/dL Metisoprinol 250 mg/5 mL 3 x ½ cth DHF Oral 3
muntah, lemas, pusing Leukosit 5,3 .103/uL Parasetamol 120 mh/5 mL 3 x 1 cth Tifoid Oral 3
Hematokrit 40 %
Trombosit 175 .103/uL
Eritrosit 4,8 .103/uL
Basofil 0 %
Eosinophil 2 %
Batang 2 %
Segmen 51 %
Limfosit 40 %
Monosit 5 %
MCV 83 f
MC 28 Pg
MCHC 34 g/dL
GDS 105 mg/dL
Ureum 23 mg/dL
Kreatinin 0,63 mg/dL
Natrium 134 mmol/L
Kalium 4,5 mmol/L
Klorida 102 mmol/L
18 9 tahun L emam naik turun Hemoglobin 7,1 g/dL Parasetamol 4 x 300 mg DHF IV 4
kurang lebih 2 Leukosit 5,5 .103/uL Seftriakson 1 x 1500 IV 4
minggu, lemas, mual, Hematokrit 20 % Ondansentron mg IV 4
muntah, perut sakit, Trombosit 315 .103/uL 2 x 4 mg
pusing Eritrosit 2,7.103/uL
LED 102 mm
Basofil 0 %
Eosinophil 1 %
Batang 1 %
No Lama
No. Rekam Usia JK Keluhan Data Klinik Obat yg Digunakan R.Dosis Indikasi Rute Pemberian
Medik (Hari)
Segmen 48 %
19 11 tahun L demam naik turun Hemoglobin 16,2 g/dL Seftriakson 1 x 1750 DHF IV 3
kurang lebih 1 Leukosit 8,6 .103/uL Ranitidin mg IV 3
minggu, tangan dan Hematokrit 46 % Ondansentron 2 x 1 mg IV 3
kaki dingin, mual, Trombosit 33 .103/uL 3 x 8 mg
muntah, makanan Eritrosit 6,4 .103/uL
tidak bias masuk, Basofil 0 %
perut terasa sakit, Eosinophil 1 %
BAB mencret, bibir Batang 3 %
pecah2 dan berdarah Segmen 52 %
Limfosit 34 %
Monosit 10 %
GDS 109 mg/dL
20 5 tahun P demam naik-turun dan Hemoglobin 9,7 g/dL Parasetamol 120 mg/5 mL 3 x 2 cth DHF Oral 5
menggigil selama 3 Leukosit 4,6 .103/uL Ambroksol 15 mg/5 mL 3 x 1 cth Oral 5
hari hanya timbul Hematokrit 33 % Ferris 1 x 1 ml Oral 5
sore-malam SMRS, Trombosit 196 .103/uL Seftriakson 1 x 900 mg IV 5
tidak nafsu makan, GDS 91 mg/dL Ranitidin 25 mg/mL 2 x 1 mL IV 5
perut terasa sakit, SGOT 37 U/L
batuk pilek, mual SGPT 14 U/L
21 5 tahun L batuk, kadang2 sesak, Hemoglobin 15,2 g/dL Parasetamol 120 mg/5 mL 4 x 2 cth DHF Oral 3
mencret 2 kali ada Leukosit 11,8 .103/uL Zircum 20 mg/5 mL 1 x 1 cth Oral 3
ampas dan lender, Hematokrit 44 % Lacto B 1 x 1 sach Oral 3
nafsu makan menurun Trombosit 397.103/uL Setirizin 5 mg/5 mL 1 x 1 cth Oral 3
Eritrosit 5,7 .103/uL Gentamisin 1 x 80 mg IV 3
Basofil 0 % Sefotaksim 3 x 1250 IV 3
Eosinophil 1 % mg
Batang 3 %
Segmen 73 %
Limfosit 16 %
Monosit 7 %
MCV 77 f
No Lama
No. Rekam Usia JK Keluhan Data Klinik Obat yg Digunakan R.Dosis Indikasi Rute Pemberian
Medik (Hari)
MC 27 Pg
MCHC 35 g/dL
22 10 tahun P demam selama 5 hari, Hemoglobin 11,9 g/dL Parasetamol 120 mg/5 mL 4 x 2 cth DHF Oral 5
nyeri sendi pada bahu Leukosit 13,1 .103/uL Seftriakson 1 x 1500 IV 5
kanan Hematokrit 35 % Dexametason mg IV 5
Trombosit 374 .103/uL 3 x 2 mg
Eritrosit 4,0 .103/uL
Basofil 0 %
Eosinophil 1 %
Batang 1 %
Segmen 63 %
23 8 tahun P batuk, kalau menelan Hemoglobin 12,7 g/dL Parasetamol 4 x 300 mg DHF IV 4
terasa sakit, keluar Leukosit 8,7 .103/uL Seftriakson 1 x 1500 IV 4
bintik merah di Hematokrit 41 % Ondansentron mg IV 4
seliuruh tubuh Trombosit 227 .103/uL 2 x 4 mg
GDS 106 mg/dL
SGOT 27 U/L
SGPT 9 U/L
24 8 tahun P demam naik turun, Hemoglobin 12,9 g/dL Metisoprinol 250 mg/5mL 3 x 1 cth DHF Oral 6
mual, muntah, pusing, Leukosit 7,5 .103/uL Parasetamol 4 x 200 mg IV 6
batuk Hematokrit 39 % Seftriakson 1 x 750 mg IV 6
Trombosit 291 .103/uL Ranitidin 25 mg/mL 2 x 1 mL IV 6
Eritrosit 4,8 .103/uL Ondansentron 2 x 4 mg IV 6
LED 47 mm Dexametason 3 x 2.7 mg IV 6
Basofil 1 %
Eosinophil 1 %
Batang 3 %
Segmen 57 %
Limfosit 7 %
Monosit 11 %
MCV 82 f
MC 27 Pg
No Lama
No. Rekam Usia JK Keluhan Data Klinik Obat yg Digunakan R.Dosis Indikasi Rute Pemberian
Medik (Hari)
MCHC 33 g/dL
25 2 tahun P demam sejak 5 hari Natrium 135 mmol/L Ambroksol 15 mg/5 mL 3 x 1 cth DHF Oral 3
SMRS, batuk pilek, Kalium 3,3 mmol/L Parasetamol 120 mg/5 mL 4 x 1 cth Oral 3
muntah, perut Kalsium 105 mmol/L Oralit 2x1 Oral 3
kembung, nafsu Seftriakson 1 x 600 mg IV 3
makan menurun Ondansentron 2 x 2 mg IV 3
26 8 tahun P demam tinggi, mual, Hemoglobin 5,7 g/dL Metilprednisolon 3 x 4 mg DHF Oral 3
BAB cair warna Leukosit 2,9 .103/uL Parasetamol 120 mg/5 mL 3 x 2 cth Oral 3
coklat kurang lebih 4 Hematokrit 22 % Seftriakson 1 x 1000 IV 3
hari SMRS, batuk 1 Trombosit 291 .103/uL mg
hari SMRS Eritrosit 4,0 .103/uL
Basofil 0 %
Eosinophil 2 %
Batang 4 %
Segmen 30 %
Limfosit 56 %
Monosit 8 %
MCV 55 f
MC 14 Pg
MCHC 26 g/dL
Ureum 12 mg/dL
Kreatinin 0,32 mg/dL
SGOT 35 U/L
SGPT 16 U/L
27 7 tahun L demam 6 hari SMRS Hemoglobin 15,8 g/dL Parasetamol 120 mg/5 mL 3 x 1 cth DHF Oral 5
meningkat pada Leukosit 5,1 .103/uL Seftriakson 1 x 2000 IV 5
malam hari, mencret, Hematokrit 46 % Ondansentron mg IV 5
mual, lemas Trombosit 44 .103/uL 2 x 4 mg
Eritrosit 6,3 .103/uL
Basofil 0 %
Eosinophil 2 %
Batang 2 %
No Lama
No. Rekam Usia JK Keluhan Data Klinik Obat yg Digunakan R.Dosis Indikasi Rute Pemberian
Medik (Hari)
Segmen 62 %
Limfosit 25 %
Monosit 9 %
GDS 98 mg/dL
Natrium 125 mmol/L
Kalium 3,6 mmol/L
Klorida 92 mmol/L
28 7 tahun P demam kurang lebih 1 Hemoglobin 15,9 g/dL Seftriakson 2 x 1000 DHF IV 5
minggu SMRS, mual, Leukosit 5,7 .103/uL Ondansentron ampul 4 mg Tifoid IV 5
1 hari SMRS muncul Hematokrit 47 % g/2mL 2 x 1 ampul
kemerahan di tubuh, Trombosit 47 .103/uL
muntah, lemas, pusing LED 30 mm
29 3 tahun L demam kurang lebih Hemoglobin 11,9 g/dL OAT (rifampin/ isoniazid/ 3 x 1.5 mg DHF Oral 5
10 hari SMRS, batuk Leukosit 4,1 .103/uL pyrazinamide) 3 tab Oral 5
pilek, mencret 3 hari Hematokrit 35 % Ambroksol 15 mg/5 mL 3 x 1 cth Oral 5
pertama, nafsu makan Trombosit 110 .103/uL Methisoprinol 250 mg/5 mL 3 x 1 cth Oral 5
menurun Eritrosit 4,4 .103/uL Seftriakson 3 x 550 mg IV 5
Basofil 1 % Parasetamol 3 x 150 mg IV 5
Eosinophil 1 % Dexametason tablet 0,5 mg 3 x ½ tab Oral 5
Batang 2 % Meropenem vial 0,5 g 1 x 1 vial IV 5
Segmen 30 %
Limfosit 54 %
Monosit 14 %
MCV 78 f
MC 27 Pg
MCHC 35 g/dL
30 12 tahun P emam kurang lebih 3 Hemoglobin 9,4 g/dL Omeprazol 20 mg 2 x 1 cap DHF Oral 14
hari, mual, muntah, Leukosit 16,5 .103/uL Parasetamol 4 x 500 mg Oral 14
nafsu makan menurun, Hematokrit 28 % Seftriakson 1 x 2000 IV 14
nyeri sendi pada bahu Trombosit 422 .103/uL Ranitidin mg IV 14
kanan Eritrosit 3,5 .103/uL Ondansentron 3 x 50 mg IV 14
Basofil 1 % Parasetamol drip 2 x 4 mg IV 14
No Lama
No. Rekam Usia JK Keluhan Data Klinik Obat yg Digunakan R.Dosis Indikasi Rute Pemberian
Medik (Hari)
Eosinophil 2 % Meropenem 500 mg IV 14
Batang 3 % Ambroksol15 mg/5 mL 3 x 1000 Oral 14
Segmen 80 % mg
Limfosit 8 % 3 x 1 cth
Monosit 6 %
MCV 79 f
MC 27 Pg
MCHC 34 g/dL
31 5 L Demam, Hemoglobin 11,5 g/dL Metisoprinol 250 mg/5 3 x ½ cth DHF Oral 7 5 Tahun
Tahun mual dan Leukosit 3,8 .103/uL mL 4 x ½ cth Oral 7
muntah, Hematokrit 34 % Parasetamol 120 mg/5 1 x 750 mg IV 7
BAB Trombosit 68 .103/uL mL 2 x 25 mg IV 7
hitam, Seftriakson 1 x 2 mg IV 7
bibir Ranitidin
kering, Ondansentron
sakit perut
seperti
melilit
32 8 P Demam Hemoglobin 11,5 g/dL Seftriakson 1 x 1500 mg DHF IV 7 8 Tahun
Tahun naik turun Leukosit 3,8 .103/uL Parasetamol 3 x 200 mg Kejang IV 7
selama 10 Hematokrit 34 % Deksametason 3 x 2 mg demam IV 7
hari, Trombosit 68 .103/uL
pusing,
kejang 2
kali,
kesadaran
menurun
33 7 tahun L demam Hemoglobin 11,5 g/dL Parasetamol 120 mg/5 4 x 2 cth DHF Oral 2 7 tahun
selama 3 Leukosit 6,7 .103/uL mL 1 x 1000 mg Tifoid IV 2
hari, mual, Hematokrit 34 % Seftriakson 2 x 4 mg IV 2
muntah, Trombosit 262 Ondansentron
batuk .103/uL
No Lama
No. Rekam Usia JK Keluhan Data Klinik Obat yg Digunakan R.Dosis Indikasi Rute Pemberian
Medik (Hari)
tidak
berdahak
34 5 tahun P kejang Leukosit 8,1 .103/uL Parasetamol 120 mg/5 3 x 1 cth DHF Oral 7 5 tahun
beberapa Hematokrit 36 % mL 3 x 1 cth Tifoid Oral 7
saat Eritrosit 4,4 .103/uL Metisoprinol 250 mg/5 3 x 0.5 mg Oral 7
sebelum Basofil 0 % mL 2 x ½ cth Oral 7
masuk Eosinophil 1 % Diazepam 1 x 750 mg IV 7
UGD, Batang 1 % Asam valproate 250 2 x 150 mg IV 7
demam Segmen 60 % mg/5 mL 1 x 1,5 mg IV 7
Limfosit 25 % Seftriakson
Monosit 13 % Parasetamol drip
GDS 61 mg/dL Dexametason
Kalium 4,7 mmol/L
Ureum 20 mg/dL
Kreatinin 0,4 mg/dL
35 11 P demam, Hemoglobin 14,4 g/dL Parasetamol 4 x 400 mg DHF IV 3 11 tahun
tahun mual, Leukosit 2,7 .103/uL Seftriakson 1 x 2000 mg IV 3
lemas Hematokrit 44 % Ondansentron 2 x 8 mg IV 3
Trombosit 51 .103/uL Ranitidine 2 x 40 mg IV 3
36 7 tahun L demam Hemoglobin 19,8 g/dL Metisoprinol 250 mg/5 3 x ½ cth DHF Oral 5 7 tahun
naik turun Leukosit 5,9 .103/uL mL 2 x 1000 mg Tifoid IV 5
kurang Hematokrit 58 % Seftriakson 2 x 50 mg IV 5
lebih 5 Trombosit 45 .103/uL Ranitidine
hari, mual, Eritrosit 7,9 .103/uL
muntah, Basofil 0 %
perut Eosinophil 1 %
terasa Batang 1 %
sakit, Segmen 50 %
BAB Limfosit 33 %
mencret Monosit 15 %
GDS 107 mg/dL
Natrium 126 mmol/L
No Lama
No. Rekam Usia JK Keluhan Data Klinik Obat yg Digunakan R.Dosis Indikasi Rute Pemberian
Medik (Hari)
Kalium 6,1 mmol/L
Klorida 97 mmol/L
Ureum 20 mg/dL
Kreatinin 0,4 mg/dL
37 5 tahun L demam Hemoglobin 11,7 g/dL Antasid syr 3 x 1 cth DHF Oral 7 5 tahun
naik turun Leukosit 21,4 .103/uL Seftriakson 3 x 750 mg IV 7
kurang Hematokrit 34 % Ranitidine 2 x 25 mg IV 7
lebih 6 Trombosit 433
hari, mual, .103/uL
muntah, Eritrosit 4,2 .103/uL
makanan Basofil 0 %
tidak bisa Eosinophil 2 %
masuk, Batang 2 %
BAB Segmen 86 %
mencret, Limfosit 6 %
bibir Monosit 4 %
pecah2
dan
berdarah
38 2 tahun P demam, Hemoglobin 8,7 g/dL Parasetamol 120 mg/5 4 x 1 cth DHF Oral 4 2 tahun
sesak, Leukosit 18,1 .103/uL mL 1 x 500 mg IV 4
tampak Hematokrit 28 % Seftriakson
pucat Trombosit 720
.103/uL
Eritrosit 4,1 .103/uL
LED 120 mm
Basofil 0 %
39 6 tahun L demam Hemoglobin 13,5 g/dL Parasetamol 3 x 250 mg DHF Oral 3 6 tahun
dan Leukosit 10,6 .103/uL Seftriakson 1 x 2000 mg IV 3
muntah Hematokrit 39 % Ranitidine 2 x 25 mg IV 3
dari 2 hari Trombosit 451
yang lalu .103/uL
No Lama
No. Rekam Usia JK Keluhan Data Klinik Obat yg Digunakan R.Dosis Indikasi Rute Pemberian
Medik (Hari)
Eritrosit 5,3 .103/uL
Basofil 0 %
Eosinophil 2 %
Batang 2 %
Segmen 73 %
Limfosit 13 %
Monosit 10 %
MCV 74 f
MC 16 Pg
MCHC 34 g/dL
GDS 82 mg/dL
Ureum 55 mg/dL
Kreatinin 0,5 mg/dL
SGOT 35 U/L
SGPT 15 U/L
Natrium 135 mmol/L
Kalium 4,4 mmol/L
Kalsium mmol/L
Klorida 98 mmol/L
40 9 tahun P demam Hemoglobin 12,6 g/dL Parasetamol 120 mg/5 3 x 1 cth DHF IV 9 9 tahun
kura lebih Leukosit 24,6 .103/uL mL 1 x 2000 mg IV 9
6 hari, Hematokrit 40 % Seftriakson 4 x 400 mg IV 9
menggigil, Trombosit 515 Parasetamol 2 x 25 mg
sakit .103/uL Ranitidine
kepala, Eritrosit 4,9 .103/uL
sakit Basofil 16 %
perut,
muntah
satu hari
sebelum
masuk
RS, BAK
No Lama
No. Rekam Usia JK Keluhan Data Klinik Obat yg Digunakan R.Dosis Indikasi Rute Pemberian
Medik (Hari)
agak
kuning,
BAB
keras
bulat2
kecil dan
berwna
agak
hitam
41 7 tahun L Demam Hemoglobin 16,1 g/dL Ambroksol 30 mg/5 mL 3 x ½ cth DHF Oral 5 7 tahun
selama 3 Leukosit 8,7 .103/uL Seftriakson 2 x 550 mg IV 5
hari Hematokrit 48 % Pantoprazole vial 40 mg 2 x ½ vial IV 5
SMRS, Trombosit 26 .103/uL
mual,
muntah,
pusing,
batuk,
perut
terasa
sakit,
BAB
mencret
42 10 P demam Hemoglobin 13,4 g/dL Parasetamol tab 3x1 DHF Oral 8 10 tahun
tahun kurang Leukosit 5,3 .103/uL Seftriakson 1 x 1500 mg IV 8
lebih 1 Hematokrit 40 % Ranitidine vial 25 2 x 1 vial IV 8
minggu, Trombosit 175 mg/mL
mual, .103/uL
nyeri ulu Eritrosit 4,8 .103/uL
hati, Basofil 0 %
mencret, Eosinophil 2 %
pusing Batang 2 %
Segmen 51 %
No Lama
No. Rekam Usia JK Keluhan Data Klinik Obat yg Digunakan R.Dosis Indikasi Rute Pemberian
Medik (Hari)
Limfosit 40 %
Monosit 5 %
MCV 83 f
MC 28 Pg
MCHC 34 g/dL
GDS 105 mg/dL
Ureum 23 mg/dL
Kreatinin 0,63 mg/dL
Natrium 134 mmol/L
Kalium 4,5 mmol/L
Klorida 102 mmol/L
43 4 tahun P demam Hemoglobin 7,9 g/dL Parasetamol 120 mg/5 4 x 1 cth DHF Oral 5 4 tahun
naik turun Leukosit 22,0 .103/uL mL 1 x 750 mg IV 5
selama 3 Hematokrit 28 % Seftriakson
hari, patuk Trombosit 604
dan pilek .103/uL
Eritrosit 4,6 .103/uL
Basofil 1 %
Eosinophil 1 %
Batang 2 %
Segmen 60 %
Limfosit 26 %
Monosit 10 %
MCV 61 f
MC 17 Pg
MCHC 28 g/dL
GDS 98 mg/dL
SGOT 21 U/L
SGPT 11 U/L
44 5 tahun L demam Hemoglobin 11,1 g/dL Ambroksol 30 mg/5 mL 3 x ½ cth DHF Oral 6 5 tahun
kurang Leukosit 19,7 .103/uL Seftriakson 1 x 1000 mg IV 6
lebih 5 Hematokrit 35 % Ondansentron 2 x 4 mg IV 6
No Lama
No. Rekam Usia JK Keluhan Data Klinik Obat yg Digunakan R.Dosis Indikasi Rute Pemberian
Medik (Hari)
hari, batuk Trombosit 564 Parasetamol 4 x 200 mg IV 6
kurang .103/uL
lebih 2
hari, mual,
nafsu
makan
menurun
45 5 tahun L demam Hemoglobin 9,7 g/dL Parasetamol 120 mg/5 4 x ½ cth DHF Oral 7 5 tahun
kurang Leukosit 11,8 .103/uL mL 1 x 750 mg Tifoid IV 7
lebih 3 Hematokrit 30,1 % Seftriakson
hari, mual, Trombosit 332
muntah, .103/uL
nafsu Eritrosit .103/uL
makan Basofil 0 %
menurun
46 3 tahun P demam Hemoglobin 10,8 g/dL Parasetamol 120 mg/5 4 x 1.5 mL DHF Oral 3 3 tahun
kurang Leukosit 28,1 .103/uL mL 2 x ½ cth Oral 3
lebih 5 Hematokrit 33 % Setirizin 5 mg/5 mL 3 x 1 mg Oral 3
hari, Trombosit 448 Chlorpheniramin 1 x 600 mg IV 3
timbul .103/uL Maleat
bitnik2 Eritrosit .103/uL Seftriakson
merah dan
gatal yang
semakin
melebar
setelah
makan
abon
47 2 tahun L demam, Hemoglobin 13,4 g/dL Metisoprinol 250 mg/5 3 x ½ cth DHF Oral 3 2 tahun
mual, Leukosit 5,3 .103/uL mL 3 x 1 cth Tifoid Oral 3
muntah, Hematokrit 40 % Parasetamol 120 mh/5
lemas, Trombosit 175 mL
No Lama
No. Rekam Usia JK Keluhan Data Klinik Obat yg Digunakan R.Dosis Indikasi Rute Pemberian
Medik (Hari)
pusing .103/uL
Eritrosit 4,8 .103/uL
Basofil 0 %
Eosinophil 2 %
Batang 2 %
Segmen 51 %
Limfosit 40 %
Monosit 5 %
MCV 83 f
MC 28 Pg
MCHC 34 g/dL
GDS 105 mg/dL
Ureum 23 mg/dL
Kreatinin 0,63 mg/dL
Natrium 134 mmol/L
Kalium 4,5 mmol/L
Klorida 102 mmol/L
48 9 tahun L emam Hemoglobin 7,1 g/dL Parasetamol 4 x 300 mg DHF IV 4 9 tahun
naik turun Leukosit 5,5 .103/uL Seftriakson 1 x 1500 mg IV 4
kurang Hematokrit 20 % Ondansentron 2 x 4 mg IV 4
lebih 2 Trombosit 315
minggu, .103/uL
lemas, Eritrosit 2,7.103/uL
mual, LED 102 mm
muntah, Basofil 0 %
perut Eosinophil 1 %
sakit, Batang 1 %
pusing Segmen 48 %
49 11 L demam Hemoglobin 16,2 g/dL Seftriakson 1 x 1750 mg DHF IV 3 11 tahun
tahun naik turun Leukosit 8,6 .103/uL Ranitidin 2 x 1 mg IV 3
kurang Hematokrit 46 % Ondansentron 3 x 8 mg IV 3
lebih 1 Trombosit 33 .103/uL
No Lama
No. Rekam Usia JK Keluhan Data Klinik Obat yg Digunakan R.Dosis Indikasi Rute Pemberian
Medik (Hari)
minggu, Eritrosit 6,4 .103/uL
tangan Basofil 0 %
dan kaki Eosinophil 1 %
dingin, Batang 3 %
mual, Segmen 52 %
muntah, Limfosit 34 %
makanan Monosit 10 %
tidak bias GDS 109 mg/dL
masuk,
perut
terasa
sakit,
BAB
mencret,
bibir
pecah2
dan
berdarah
50 5 tahun P demam Hemoglobin 9,7 g/dL Parasetamol 120 mg/5 3 x 2 cth DHF Oral 5 5 tahun
naik-turun Leukosit 4,6 .103/uL mL 3 x 1 cth Oral 5
dan Hematokrit 33 % Ambroksol 15 mg/5 mL 1 x 1 ml Oral 5
menggigil Trombosit 196 Ferris 1 x 900 mg IV 5
selama 3 .103/uL Seftriakson 2 x 1 mL IV 5
hari hanya GDS 91 mg/dL Ranitidin 25 mg/mL
timbul SGOT 37 U/L
sore- SGPT 14 U/L
malam
SMRS,
tidak
nafsu
makan,
perut
No Lama
No. Rekam Usia JK Keluhan Data Klinik Obat yg Digunakan R.Dosis Indikasi Rute Pemberian
Medik (Hari)
terasa
sakit,
batuk
pilek,
mual
51 5 tahun L batuk, Hemoglobin 15,2 g/dL Parasetamol 120 mg/5 4 x 2 cth DHF Oral 3 5 tahun
kadang2 Leukosit 11,8 .103/uL mL 1 x 1 cth Oral 3
sesak, Hematokrit 44 % Zircum 20 mg/5 mL 1 x 1 sach Oral 3
mencret 2 Trombosit 397.103/uL Lacto B 1 x 1 cth Oral 3
kali ada Eritrosit 5,7 .103/uL Setirizin 5 mg/5 mL 1 x 80 mg IV 3
ampas dan Basofil 0 % Gentamisin 3 x 1250 mg IV 3
lender, Eosinophil 1 % Sefotaksim
nafsu Batang 3 %
makan Segmen 73 %
menurun Limfosit 16 %
Monosit 7 %
MCV 77 f
MC 27 Pg
MCHC 35 g/dL
52 10 P demam Hemoglobin 11,9 g/dL Parasetamol 120 mg/5 4 x 2 cth DHF Oral 5 10 tahun
tahun selama 5 Leukosit 13,1 .103/uL mL 1 x 1500 mg IV 5
hari, nyeri Hematokrit 35 % Seftriakson 3 x 2 mg IV 5
sendi pada Trombosit 374 Dexametason
bahu .103/uL
kanan Eritrosit 4,0 .103/uL
Basofil 0 %
Eosinophil 1 %
Batang 1 %
Segmen 63 %
53 8 tahun P batuk, Hemoglobin 12,7 g/dL Parasetamol 4 x 300 mg DHF IV 4 8 tahun
kalau Leukosit 8,7 .103/uL Seftriakson 1 x 1500 mg IV 4
menelan Hematokrit 41 % Ondansentron 2 x 4 mg IV 4
No Lama
No. Rekam Usia JK Keluhan Data Klinik Obat yg Digunakan R.Dosis Indikasi Rute Pemberian
Medik (Hari)
terasa Trombosit 227
sakit, .103/uL
keluar GDS 106 mg/dL
bintik SGOT 27 U/L
merah di SGPT 9 U/L
seliuruh
tubuh
54 8 tahun P demam Hemoglobin 12,9 g/dL Metisoprinol 250 3 x 1 cth DHF Oral 6 8 tahun
naik Leukosit 7,5 .103/uL mg/5mL 4 x 200 mg IV 6
turun, Hematokrit 39 % Parasetamol 1 x 750 mg IV 6
mual, Trombosit 291 Seftriakson 2 x 1 mL IV 6
muntah, .103/uL Ranitidin 25 mg/mL 2 x 4 mg IV 6
pusing, Eritrosit 4,8 .103/uL Ondansentron 3 x 2.7 mg IV 6
batuk LED 47 mm Dexametason
Basofil 1 %
Eosinophil 1 %
Batang 3 %
Segmen 57 %
Limfosit 7 %
Monosit 11 %
MCV 82 f
MC 27 Pg
MCHC 33 g/dL
55 2 tahun P demam Natrium 135 mmol/L Ambroksol 15 mg/5 mL 3 x 1 cth DHF Oral 3 2 tahun
sejak 5 Kalium 3,3 mmol/L Parasetamol 120 mg/5 4 x 1 cth Oral 3
hari Kalsium 105 mmol/L mL 2x1 Oral 3
SMRS, Oralit 1 x 600 mg IV 3
batuk Seftriakson 2 x 2 mg IV 3
pilek, Ondansentron
muntah,
perut
kembung,
No Lama
No. Rekam Usia JK Keluhan Data Klinik Obat yg Digunakan R.Dosis Indikasi Rute Pemberian
Medik (Hari)
nafsu
makan
menurun
56 8 tahun P demam Hemoglobin 5,7 g/dL Metilprednisolon 3 x 4 mg DHF Oral 3 8 tahun
tinggi, Leukosit 2,9 .103/uL Parasetamol 120 mg/5 3 x 2 cth Oral 3
mual, Hematokrit 22 % mL 1 x 1000 mg IV 3
BAB cair Trombosit 291 Seftriakson
warna .103/uL
coklat Eritrosit 4,0 .103/uL
kurang Basofil 0 %
lebih 4 Eosinophil 2 %
hari Batang 4 %
SMRS, Segmen 30 %
batuk 1 Limfosit 56 %
hari Monosit 8 %
SMRS MCV 55 f
MC 14 Pg
MCHC 26 g/dL
Ureum 12 mg/dL
Kreatinin 0,32 mg/dL
SGOT 35 U/L
SGPT 16 U/L
57 7 tahun L demam 6 Hemoglobin 15,8 g/dL Parasetamol 120 mg/5 3 x 1 cth DHF Oral 5 7 tahun
hari Leukosit 5,1 .103/uL mL 1 x 2000 mg IV 5
SMRS Hematokrit 46 % Seftriakson 2 x 4 mg IV 5
meningkat Trombosit 44 .103/uL Ondansentron
pada Eritrosit 6,3 .103/uL
malam Basofil 0 %
hari, Eosinophil 2 %
mencret, Batang 2 %
mual, Segmen 62 %
lemas Limfosit 25 %
No Lama
No. Rekam Usia JK Keluhan Data Klinik Obat yg Digunakan R.Dosis Indikasi Rute Pemberian
Medik (Hari)
Monosit 9 %
GDS 98 mg/dL
Natrium 125 mmol/L
Kalium 3,6 mmol/L
Klorida 92 mmol/L
LAMPIRAN 2

EVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN OBAT ANTI


TUBERKULOSIS PADA PASIEN TUBERKULOSIS DI RUANG INAP
RSUD SITI FATIMAH TAHUN 2019

Nama
No Pasien T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9 T10 T11 T12 T13 T14
1 Tn.S √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
2 Tn.Ib √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
3 Tn.Mf √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
4 Tn.Ar √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
5 Tn.Ar √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
6 Tn.L √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
7 Tn.Mf √ √ √ x √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
8 Ny.S √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
9 Tn,S √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
10 Ny.B √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
11 Tn.Mz √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
12 Tn.Z √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
13 Tn.Ar √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
14 Tn.B √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
15 Tn.Ac √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
16 Ny.K √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
17 Ny.P √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
18 Tn.B √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
19 Tn.S √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
20 Tn.V √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
21 Ny.Ai √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
22 Ny.O √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
23 Tn.C √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
24 Ny.F √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
25 Ny.M √ √ √ x √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
26 Ny.N √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
27 Tn.H √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
28 Tn.G √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
29 Tn.K √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
30 Ny.J √ √ √ √ √ x x √ √ √ √ √ √ √
31 Ny.V √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
32 Tn.K √ √ √ √ √ √ x √ √ √ √ √ √ √
33 Tn.B √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
34 Tn.Tb √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
35 Ny.Ma √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
36 Ny.Tb √ √ √ √ √ √ x √ √ √ √ √ √ √
37 Ny.M √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
38 Tn.Fe √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
39 Tn.As √ √ √ √ √ √ x √ √ √ √ √ √ √
40 Ny.Tb √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
41 Ny.G √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
42 Ny.E √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
43 Tn.E √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
44 Tn.Mz √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
45 Ny.K √ √ √ √ √ √ x √ √ √ √ √ √ √
46 Ny.F √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
47 NySa √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
48 Ny.F √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
49 Tn.D √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
50 Tn.S √ √ √ √ √ √ x √ √ √ √ √ √ √
51 Tn.Sb √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
52 Tn.Ah √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
53 Ny.Ms √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
54 Tn.Hp √ √ √ x √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
55 Ny.C √ √ √ √ √ √ x √ √ √ √ √ √ √
56 Ny.O √ √ √ √ √ x √ √ √ √ √ √ √ √
57 Ny.T √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
58 Ny.As √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
59 Ny.Ti √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
60 Tn.K √ √ √ √ √ x √ √ √ √ √ √ √ √
61 Tn.Ce √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
62 Ny.De √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
63 Ny.Ki √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
64 Tn.Ds √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
65 Ny.Ki √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
66 Tn.Ra √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
67 Tn.Gi √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
68 Tn.s √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
69 Tn.Ib √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
70 Ny.Vi √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
71 Tn.Ci √ √ √ √ √ x √ √ √ √ √ √ √ √
72 Tn.Ed √ √ √ √ √ x √ √ √ √ √ √ √ √
73 Tn.Ti √ √ √ √ √ x √ √ √ √ √ √ √ √
74 Ny.S √ √ √ √ √ x √ √ √ √ √ √ √ √
75 Ny.Y √ √ √ √ √ x √ √ √ √ √ √ √ √
76 Tn.En √ √ √ √ √ x √ √ √ √ √ √ √ √
77 Tn.Ni √ √ √ √ √ x √ √ √ √ √ √ √ √
78 Tn.U √ √ √ √ √ x √ √ √ √ √ √ √ √

Keterangan:
T1 : Tepat diagnosis
T2 : Tepat Indikasi Penyakit
T3 : Tepat Pemilihan Obat
T4 : Tepat Dosis
T5 : Tepat Cara Pemberian
T6 : Tepat Interval Waktu Pemberian
T7 : Tepat Lama Pemberian
T8 : Waspada terhadap efek samping obat
T9 : Tepat Penilaian Kondisi Pasien
T10 : Obat Efektif, Aman, Mutu Terjamin dan harga yang terjangkau
T11 : Tepat Informasi
T12 : Tepat Tindak Lanjut
T13 : Tepat penyerahan Obat
T14 : Pasien patuh

Anda mungkin juga menyukai