Anda di halaman 1dari 9

Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi

PENENTUAN ANGKA KUMAN

Dessy Astria Wahyuningsih, Vira Ardhianingsih, Eka Puspa Sari, Resi Sukma Melati,
Yulinar W. Andawari, Anggita Tiara Putri Yupanqy

Fakultas Farmasi – Institut Sains dan Teknologi Nasional


Juni 2020

Abstrak

Pendahuluan obat, obat tradisional, makanan,


Penentuan banyaknya mikroba kosmetik, dan alat kesehatan.
dalam suatu bahan (makanan, minuman,  Untuk menentukan jumlah populasi
dll) dilakukan untuk mengetahui sampai mikroorganisme dalam suatu kultur
seberapa jauh bahan itu tercemar oleh atau sampel.
mikroba. Dengan mengetahui jumlah  Mempelajari teknik pengenceran
mikroba, maka dapat diketahui kualitas kuman untuk penentuan angka
mikrobiologi dari bahan tersebut. kuman.
Kandungan mikroba pada suatu bahan juga Prinsip dari penentuan angka kuman :
sangat menentukan tingkat kerusakannya Sediaan yang telah dihomogenkan
serta dapat ditentukan oleh tingkat dan diencerkan dengan pengenceran yang
kelayakan untuk dikonsumsi. sesuai ditanam pada medua agar (PCA =
Tujuan dari penentuan angka kuman : Plate Count Agar), setelah inkubasi pada
 Untuk menghitung jumlah kuman suhu 37°C selama 24-48 jam dihitung
aerob yang terdapat dalam produk jumlah koloni yang tumbuh. Satuan
perhitungan jumlah mikroba dikenal tersebut telah terbagi menjadi 9 kotak
dengan istilah Coloni Formiong Units besar. Satu kotak besar terdiri dari 25
(CFU) untuk perhitungan bakteri dan kotak sedang yang setiap kotaknya
kapang/khamir. Faktor pengenceran = terbagi lagi menjadi 16 kotak kecil
pengenceran x jumlah yang ditumbuhkan. yang luas maupun volumenya sudah
CFU = jumlah koloni yang tubuh x ditentukan. Dengan menghitung
1/factor pengenceran. mikroorganisme yang bedada dalam
Rumus penentuan angka kuman : kotak-kotak tersebut dan
CFU = mengkalikannya dengan volumenya,
maka jumlah mikroorganisme
jumlah koloni x faktor pengenceran
volume inokulum permililiter dapat diketahui.
Teori ;  Metode breed dengan cara film
Penentuan angka kuman ada 2 yaitu : organisme dikeringkan, difiksasi, lalu
1. Penentuan angka kuman dengan ditentukan jumlahnya.
mengukur jumlah sel  Dengan preparat olesan (Smear Count)
Umumnya untuk organisme unisel bakteri Membuat preparat oles dari sejumlah
dan khamir. Ada dua cara penentuan angka volume tertentu dari larutan sampel
kuman dengan mengukur jumlah sel, yaitu: dan disebarkan diatas gelas objek
a. Secara langsung (Counting Chamber) dalam luas tertentu pula (misalnya: 1
Cara perhitungan; langsung berarti kita cm3) lalu preparat olesan difiksasi,
dapat mengetahui beberapa jumlah diwarnai, dihitung dibawah mikroskop.
mikroba pada saat dilakukan perhitungan. Dengan mengetahui luas bidang
Hasil perhitungan secara langsung pandang mikroskop dan jumlah
menunjukkan jumlah mikroba yang masih mikroorganisme yang ada dibidang
hidup maupun yang sudah mati. tersebut, maka jumlah mikroorganisme
 Dengan ruang hitung per millimeter sampel dapat diketahui.
Yaitu cara mikroskopis dengan b. Secara tidak langsung
menggunakan ruang/cawan hitung Cara perhitungan tidak langsung, hasil
khusus. Contoh : Slide Pettrof Hauser perhitungan jumlah mikroba baru dapat
Haemocytometer. Larutan yang akan diperoleh kemudian setelah dilakukan
diperiksa dimasukkan kedalam ruang perlakuan terlebih dahulu. Hasil
hitung Haemocytometer yang telah perhitungan tidak langsung akan
diketahui volumenya. Ruang hitung
menunjukkan jumlah mikroba yang masih 2. Penentuan angka kuman dengan
hidup saja. Adapun caranya : mengukur massa sel
 Menghitung jumlah mikroba (Total Digunakan untuk semua tipe
Plate Count = Angka Lempeng Total). mikroorganisme termasuk yang punya
Metode penghitungan koloni pada filament (benang-benang panjang) seperti
plate agar (Agar Plate Count), yaitu jamur yang tidak dapat dihitung dengan
metode penemuan angka kuman mengukur jumlah sel. Penentuan angka
(enumerasi) sel hidup (viable) yang kuman dengan mengukur massa sel dapat
paling umum digunakan. Metode ini memperkiraan total protoplasma seluler
didasari oleh hubungan teoritis bahwa per milliliter kultur. Metode yang paling
satu sel bakteri menghasilkan satu umum digunakan adalah :
koloni yang tumbuh dalam plate agar a. Metode perkiraan kimiawi
bersesuaian dengan jumlah bakteri Dengan mengukur jumlah senyawa
asalnya. Keterbatasan luar bidang yang karakteristik didalam sel.
permukaan plate agar pada petri Misalnya: Nitrogen seluler, protein,
menghasilkan prosedur plate count fosfor, DNA, dll.
didahului dengan pengenceran sampel. b. Metode dengan mengukur berat kering
Jumlah deret pengenceran dalam satu sel (miselia)
seri tergantung pada kekeruhan sampel Dengan cara larutan yang diperiksa
awal semakin keruh sampel semakin disentrifuge, kemudian endapannya
banyak pengenceran yang diperlukan. dikeringkan untuk kemudian
 Memperkirakan jumlah terkecil ditimbang.
mikroba yang ada (MPN = Most c. Metode dengan mengukur volume sel
Probably Number) Dengan mengukur volume total dari
 Cara kekeruhan (turbiditas) endapan sel yang telah disentrifuge.
Cara perhitungan tidak langsung dapat d. Metode tubidimetrik
digunakan baik untuk bahan padat Didasari pada fakta bahwa suatu
maupun cair. Khusus untuk bahan cahaya bersesuaian dengan total
padat maka sebelum dilakukan massanya dalam kultur tersebut.
perhitungan bahan itu perlu dilakukan Syarat koloni yang ditentukan untuk
pelarutan atau dibuat suspensi, dengan dihitung
memperhitungkan factor 1) Satu koloni dihitung 1 koloni
pengencerannya. 2) Dua koloni yang bertumpuk dihitung 1
koloni
3) Beberapa koloni yang berhubungan
<3,0x10-5
dihitung 1 koloni
(1,6x10
4) Dua koloni yang berhimpitan dan
masih bisa dibedakan dihitung 2 koloni Jika semua pengenceran menghasilkan

5) Koloni yang terlalu besar (lebih besar angka lebih dari 300 koloni pada cawan

dari setengah cawan) tidak dihitung petri, maka hanya koloni pada

6) Koloni yang besarnya kurang dari pengenceran tertinggi yang dihitung.

setengah cawan dihitung 1 koloni Hasilnya dilaporkan lebih dari sebenarnya

Standar Perhitungan harus dicantumkan dalam tanda kurung.

Cawan yang dipilih adalah yang SPC


TBUD TBUD >3,0x105
TBUD
mengandung jumlah koloni 30-300 koloni,
(3,6 x 10
beberapa koloni yang bergabung menjadi Jika semua pengenceran menghasilkan
satu koloni dihitung sebagai satu koloni, range Antara 30-300 koloni pada cawan
maupun koloni yang bersekatan. Hasil petri. Perbandingan sel pengenceran
yang dilaporkan terdiri dari dua angka tertinggi dan terendah dari kedua
yaitu angka pertama didepan koma dan pengenceran lebih kecil atau sama dengan
angka kedua dibelakang koma. Jika angka 2, tentukan rata-rata dari kedua
ketiga lebih besar dari 5 maka harus pengenceran tersebut dengan
dibulatkan satu angka lebih tinggi pada memperhitungkan pengencerannya. Jika
angka kedua. Contoh : jika jumlah yang perbandingan Antara hasil pengenceran
dibutuhkan 1 ml dan tiap perlakuan tertinggi dan terendah lebih dari 2, maka
dilakukan 1 kali. yang dilaporkan hanya hasil yang terkecil.
Sampel Sampel

Jika semua pengenceran menghasilkan (Rata2

angka kurang dari 30 koloni pada cawan 41.000/2

petri maka hanya koloni pengenceran 9.300=

terendah yang dihitung. Hasilnya


dilaporkan sebagai kurang dari 30 koloni
(Rata2
dihasilkan factor pengenceran tetapi
321.000
jumlah sebenarnya harus dicantumkan
14.000
dalam tanda kurung.
2,3 (>2
SPC
Jika digunakan dua cawan petri (duplo) 3) Vortex
pengenceran, data yang diambil harus dari 4) Aquadest steril
kedua cawan tersebut, tidak boleh satu, 5) Speader drigalsky
meskipun salah satu dari cawan duplo Cara kerja
tidak memenuhi syarat 30-300 koloni. Sampel bahan padat
Berikut contoh duplo dengan volume 1. Timbang 1 gram sampel padat lalu
jumlah yang ditumbuhkan 1 ml. masukkan ke dalam aquadest steril 9
SPC ml (pengenceran 10-1 ) secara aseptis
1,9x10 dan divortex. Lalu diambil 1 ml larutan
Rata2
masukkan ke dalam 9 ml aquadest
pengenceran 10-2
steril yang baru (pengenceran 10-2)
SPC 2. Demikian seterusnya sampai tingkat
1,9x10 pengenceran yang diinginkan
Rata2
3. Dari masing-masing 3 pengenceran
pengenceran 10-2
terakhir dipipet 0,1 ml untuk ditanam
karena
secara sprade plate pada medium petri
perbandingan
PCA masing-masing duplo.
pengenceran 10-2
4. Inkubasi selama 24 jam
dan 10-2 = 2,4
5. Hitung jumlah koloni yang tumbuh

SPC dengan satuan CFU (Coloni Forming


Unit)
Rata2
Sampel bahan cair
pengence
1. Timbang 1 gram sampel cair lalu
ran 10
masukkan ke dalam aquaddest steril 9
karena
ml (pengenceran 10-1) secara aseptis
perbandi
dan divortex. Lalu diambil 1 ml larutan
ngan
masukkan dalam 9 ml aquadest steril
pengence
yang baru (pengenceran 10-2)
ran 10
2. Demikian seterusnya sampai tingkat
dan 10
pengenceran yang diinginkan
= 1,2
3. Dari masing-masing 3 pengenceran
Bahan :
terakhir dipipet 0,1 ml untuk ditanam
1) Medium petri PCA
secara sprade plate pada medium petri
2) Pipet volume
PCA masing-masing duplo
4. Inkubasi selama 24 jam
5. Hitung jumlah koloni yang tumbuh
dengan satuan CFU (Coloni Forming
Unit)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Jumlah Koloni Dalam Setiap Cawan CFU
No Sampel Pengenceran (Sel/mL)
10-4 10-4 10-5 10-5 10-6 10-6
1,84 x 108
1 Susu Kedelai 230 245 134 125 37 43
sel/mL
2,67 x 107
2 Pepaya 126 132 47 34 12 10
sel/mL
1,83 x 107
3 Madu 145 134 24 27 3 5
sel/mL
2,71 x 109
4 Bumbu Kacang TBUD TBUD 336 354 275 267
sel/mL
2,33 x 107
5 Jamu 123 110 34 36 11 9
sel/mL
3,22 x 107
6 Bakso 150 147 45 54 23 21
sel/mL
5,15 x 106
7 Sirup 56 47 12 18 1 2
sel/mL
8,91 x 107
8 Sosis 167 189 75 65 23 27
sel/mL

Perhitungan
1. Susu Kedelai
230 245 134 125 37 43
=[ −1
10 x 10 −4
+ −1
10 x 10−4
+ −1
10 x 10−5
+ −1
10 x 10 −5
+ −1
10 x 10−6
+ −1
10 x 10−6
:6 ]
= 1,84 x 108 sel/mL

2. Pepaya
126 132 47 34
=[ −1
10 x 10 −4
+ −1
10 x 10−4
+ −1
10 x 10−5
+ −1
10 x 10−5
:4]
= 2,67 x 107 sel/mL
3. Madu
145 134 27
= [ −1
10 x 10 −4
+ −1
10 x 10−4
+ −1
10 x 10−5
:3 ]
= 1,83 x 107 sel/mL
4. Bumbu Kacang :
275 267
= [ −1
10 x 10 −6
+ −1
10 x 10−6
:2 ]
= 2,71 x 109 sel/mL
5. Jamu
123 110 34 36
= [ −1
10 x 10 −4
+ −1
10 x 10−4
+ −1
10 x 10−5
+ −1
10 x 10−5
:4 ]
= 2,33 x 107 sel/mL
6. Bakso
150 147 45 54
= [ −1
10 x 10 −4
+ −1
10 x 10−4
+ −1
10 x 10−5
+ −1
10 x 10−5
:4 ]
= 3,22 x 107 sel/mL
7. Sirop
56 47
= [ −1
10 x 10 −4
+ −1
10 x 10−4
:2 ]
= 5,15 x 106 sel/mL
8. Sosis
167 189 75 65 27
= [ −1
10 x 10 −4
+ −1
10 x 10−4
+ −1
10 x 10 −5
+ −1
10 x 10 −5
+ −1
10 x 10−6
:5 ]
= 8,91 x 107 sel/mL
Pembahasan makan yang diujikan yaitu susu kedelai,
Penentuan banyaknya mikroba dalam papaya, madu, bumbu kacang, jambu,
suatu bahan makanan atau minuman dll bakso, sirop dan sosis. Pengisolasian
dilakukan untuk mengetahui sampai bakteri pada sampel dilakukan dengan
seberapa jauh suatu bahan tercemar oleh menggunakan pengenceran bertingkat,
mikroba. Dengan mengetahui jumlah yaitu 10-4, 10-5 dan 10-6. Setiap faktor
mikroba, maka dapat diketahui kualitas pengenceran dilakukan sebanyak dua kali,
mikrobiologi dari bahan tersebut. jadi total pengenceran yang dilakukan
Kandungan mikroba pada suatu bahan juga pada percobaan ini yaitu enam
menentukan tingkat kerusakannya serta pengenceran.
dapat ditentukan oleh tingkat Syarat untuk jumlah koloni yang
kelayakannya untuk dikonsumsi. digunakan dalam perhitungan ini yaitu
Pada percobaan kali ini dilakukan mengikuti standar mutu mikrobiologi yang
perhitungan angka kuman pada beberapa diperbolehkan Kemenkes (25-250), jika
sampel makanan. Terdapat delapan sampel <25 maka dianggap TSUD (Terlalu Sedikit
Untuk Dihitung), dan jika >250 dianggap (jumlah koloni <25 = TSUD). Sehingga
sebagai TBUD (Terlalu Banyak Untuk perhitungan jumlah cfu/ml dilakukan pada
Dihitung). tiga sampel yang memenuhi syarat.
Sebaran jumlah koloni tiap sampel dan Diperoleh hasil total cfu/ml pada sampel
tiap faktor pengenceran menunjukkan madu yaitu 1,83 x 107 sel/mL.
adanya keragaman data, hal ini sesuai Pada sampel keempat yaitu bumbu
dengan prinsip faktor pengenceran, dimana kacang, karena jumlah koloni termasuk
semakin rendah faktor pengenceran TBUD maka yang dilakukan perhitungan
berbanding terbalik dengan jumlah koloni pada faktor pengenceran yang terbesar
mikroba. Pada sampel susu kedelai, yaitu 10-6. Diperoleh hasil total cfu/ml
diperoleh jumlah koloni pada faktor pada sampel bumbu kacang 2,71 x 109
pengenceran 10-4 sampai 10-6 seperti pada sel/mL. Sampel ke lima yaitu jamu, jumlah
data diatas. Setelah dilakukan perhitungan koloni pada faktor pengenceran 10-6
diperoleh jumlah cfu/ml yaitu 1,84 x 108 mengalami TSUD (<25), sehingga tidak
sel/mL. Sampel yang kedua yaitu papaya, dilakukan perhitungan, dan perhitungan
diperoleh jumlah koloni pada faktor hanya pada keempat sampel yang
pengenceran 10-4 sampai 10-6 seperti pada memenuhi syarat. Diperoleh hasil total
tabel, dan terdapat koloni yang tidak cfu/ml yaitu 2,33 x 107 sel/mL. Sampel
mencapai standar mutu mikrobiologi keenam yaitu bakso, sama seperti sampel
menurut Kemenkes (25-250) pada faktor sebelumnya yaitu sampel kelima, terdapat
pengenceran 10-6 (jumlah koloni <25 = jumlah koloni yang TSUD, tidak mencapai
TSUD). Sehingga perhitungan dilakukan atau memenuhi syarat (<25). Perhitungan
hanya untuk koloni pada faktor dilakukan hanya pada keempat sampel
pengenceran yang memenuhi syarat saja yang memenuhi syarat dan diperoleh hasil
(pada keempat faktor pengenceran) yaitu total cfu/ml adalah 3,22 x 107 sel/mL.
pengenceran 10-4 sampai 10-5, dan Pada sampel ketujuh yaitu sirop. Dapat
diperoleh jumlah cfu/ml yaitu 2,67 x 107 dilihat pada data diatas, bahwa hanya
sel/mL. Sampel ketiga yaitu madu, terdapat dua faktor pengenceran yang
diperoleh jumlah koloni pada faktor dihitung jumlah cfu/ml, yaitu pada faktor
pengenceran 10-4 sampai 10-6 seperti pada pengenceran 10-4. Pada faktor pengenceran
tabel, dan terdapat koloni yang tidak yang lain, tidak dilakukan perhitungan
mencapai standar mutu Kemenkes (25- karena mengalami TSUD (<25). Diperoleh
250) pada faktor pengenceran 10-6 dan hasil total cfu/ml adalah 5,15 x 106 sel/mL.
salah satu pada faktor pengenceran 10-5 Sampel yang terakhir yaitu sosis, data
jumlah koloni dapat dilihat pada tabel, dan
terdapat satu faktor pengenceran yang
mengalami TSUD (<25). Hanya kelima
pengenceran saja yang dilakukan
perhitungan, dan diperoleh hasil total
cfu/ml adalah 8,91 x 107 sel/mL.
Berdasarkan hasil analisis data total
spread-plate beberapa sampel diatas,
diperoleh total cfu yang beragam dari
masing-masing sampel yang diujikan. Hal
ini dapat disebabkan karena jumlah
cemaran mikroba pada tiap sampel
berbeda-beda, dan cemaran mikroba pada
sampel yang diujikan dapat dipengaruhi
oleh banyak hal. Penyebab cemaran
mikroba pada makanan dapat dipengaruhi
oleh lama penyimpanan sebelum
dipasarkan ataupun faktor lainnya
disebabkan karena rendahnya sanitasi dan
tingkat higienitas pada proses pengolahan
makanan-makanan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai