Anda di halaman 1dari 26

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah eksperimental, yaitu pengujian mutu ekstrak

etanol daun encok (Plumbago zeylanica L.) berdasarkan perbedaan waktu

pengambilan simplisia.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian “Uji Mutu Ekstrak Etanol Daun Encok (Plumbago zeylanica

L.) Berdasarkan Perbedaan Waktu Pengambilan Simplisia” akan

dilaksanakan pada bulan Maret-April 2018 di Laboratorium Farmakognosi,

Laboratorium Kimia, Laboratorium Fisika Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes

Palembang, Laboratorium Taksonomi Tumbuhan FMIPA Biologi Universitas

Sriwijaya Inderalaya dan Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK)

Palembang.

C. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah daun encok (Plumbago zeylanica L.) yang diambil

berdasarkan perbedaan waktu yakni daun encok yang di ambil pagi hari pukul

07.00-10.00 dan sore hari pukul 14.00-17.00. Daun encok yang digunakan

diambil dari Desa Ujung Tanjung Rt.06 Rw.02 No.05 Kecamatan Banyuasin III.

Kemudian akan dimaserasi dan dijadikan ekstrak kental.

27
28

D. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah botol maserasi, tabung

reaksi, rak tabung reaksi, cawan penguap, batang pengaduk, piknometer,

timbangan analitik, labu destilasi, labu ukur, oven, pipet tetes, gelas ukur, kapas,

kertas saring, kertas saring bebas abu, erlenmeyer, corong, termometer, vortex,

dan Atomic Absorption Spechtrophotometer.

2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Ekstrak etanol 70%

daun encok (Plumbago zeylanica L.), kloroform, aseton, amoniak 10%, alkohol

(etanol 70%), FeCl 3 1%, kalium iodida, HgCl 2, HCl pekat, HCl 2N, H NO 3 pekat,

H 2 SO 4 pekat, H 2 SO 4 encer, asetat anhidride, dan lempengan Mg (serbuk Mg).

E. Prosedur Kerja

1. Determinasi Tanaman

Pemeriksaan atau determinasi tanaman dilakukan di Laboratorim Taksonomi

Tumbuhan FMIPA, Universitas Sriwijaya, Inderalaya, Sumatera Selatan.

Kemudian akan dilakukan juga pengujian standarisasi simplisia yang meliputi

(Depkes RI, 2000):

a. Kandungan kimia simplisia

b. Tempat tubuh

c. Cara panen

d. Bagian tumbuhan
29

e. Waktu panen

f. Tahap penyimpanan

2. Penyiapan Simplisia

a. Daun encok akan diambil pada waktu pagi pukul 07.00-10.00 dan sore hari

pukul 14.00-17.00.

b. Kemudian disortasi dari bahan-bahan pengotor.

c. Lalu dilakukan pencucian dengan air mengalir hingga bersih,

d. lalu rajang halus, kemudian dikeringkan dengan cara diangin-anginkan

hingga kering. Hitung kadar air pada simplisia dibawah 10%

berat sebelum pengeringan−berat akhir


Kadar air simplisia = x 100%
berat sebelum pengeringan

e. Setelah itu simplisia kering masing-masing ditimbang 1 kg untuk pagi dan

sore.

3. Penyiapan Ekstrak

Ekstraksi daun encok ini dilakukan dangan metode maserasi, adapun

prosedur dari ekstraksi daun encok ( Plumbago Zeylanica L.) :

a. Daun encok yang telah tertimbang, masing-masing dimasukkan kedalam

botol maserasi.

b. Ditambahkan etanol 70% hingga seluruh sampel terendam ada selapis etanol

diatasnya.
30

c. Botol ditutup rapat dan disimpan di yang terlindung dari cahaya matahari,

biarkan selama 5 hari, sambil dikocok 3 kali sehari dengan lama pengocokan

selama ± 10 menit.

d. Ulangi penyarian sebanyak 2 kali sampai pelarut menjadi jernih kembali.

e. Kemudian ekstrak dipisahkan dengan penyaringan. Filtrat yang didapat

diendapkan selama 2 hari di tempat sejuk dan terlindung dari cahaya. Lalu

disaring.

f. Filtrat yang didapatkan selanjutnya dipekatkan dengan destilasi vakum pada

suhu rendah hingga diperoleh ekstrak kental (sepertiga dari ekstrak awal).

Rendemen dari ekstrak kemudian dihitung dengan rumus :

berat ekstrak yang diperoleh


% Rendemen = x 100%
berat bahan yang diekstrak

4. Pembuatan Larutan Pereaksi (Marjoni, 2016)

a. Larutan Pereaksi Mayer

Sebanyak 1 g raksa (II) klorida ditimbang dan dilarutkan dalam air suling

hingga 60 ml. Pada waktu lain ditimbang sebanyak 5 g kalium iodida lalu

dilarutkan dalam 10 ml air suling. Kemudian dicampur dan ditambahkan air

suling hingga 100 ml.

b. Penyiapan Larutan Pereaksi Liebermann-Bourchard

Larutan pereaksi Liebermann-Bourchard disiapkan dengan cara

mencampurkan 20 bagian asam asetat anhidrat dengan 1 bagian asam sulfat

pekat dan 50 bagian kloroform. Larutan pereaksi ini harus dibuat baru.
31

c. Larutan Pereaksi Besi (III) Klorida 1%

Sebanyak 1 g besi (III) klorida dilarutkan dalam air suling hingga 100 ml

kemudian disaring.

d. Larutan HCl 2N Pereaksi

Sebanyak 17 ml asam klorida pekat diencerkan dengan aquadest hingga 100

ml.

5. Pengujian Organoleptis (Depkes RI, 2000) terhadap ekstrak etanol daun

encok (Plumbago zeylanica L.) yang diambil pada pagi dan sore hari

berdasarkan bau, rasa, warna dan bentuk.

Pengujian organoleptik yaitu dengan pengenalan secara fisik dengan

menggunakan panca indera dalam mendikskripsikan bentuk (cair,kental, padat),

warna (kuning, coklat dan lain-lain), bau (kuning, coklat dan lain-lain), dan rasa

(pahit, manis, kelat dan lain-lain).

6. Pengujian Kadar Sari yang Larut dalam Air (Saifudin, Rahayu, dan

Teruna, 2011) terhadap ekstrak etanol daun encok (Plumbago zeylanica L.)

yang diambil pada pagi dan sore hari.

a. Timbang cawan kosong (W0) dengan timbangan analitik.

b. Sejumlah 1,0 g ekstrak (W1) dimaserasi dengan 25,0 ml air jenuh kloroform

selama 24 jam, menggunakan labu bersumbat sambil berkali-kali dikocok

selama 6 jam pertama.


32

c. Kemudian didiamkan selama 18 jam dan disaring. Filtrat air sebanyak 5 ml

dalam cawan berdasar rata yang telah ditara (W0) lalu diuapkan hingga

tersisa tersidu.

d. Residu dipanaskan pada suhu 105°C hingga bobot tetap (W2).

W 2−W 0
% Kadar Senyawa Larut Air = x 100%
W1

Keterangan :

W0 = berat cawan kosong (gr)

W1 = bobot ekstrak awal (gr)

W2 = bobot cawan + residu yang dioven (gr)

7. Pengujian Kadar Sari yang Larut dalam Etanol (Saifudin, Rahayu, dan

Teruna, 2011) terhadap ekstrak etanol daun encok (Plumbago zeylanica L.)

yang diambil pada pagi dan sore hari.

a. Timbang cawan kosong (W0) dengan timbangan analitik.

b. Sejumlah 1,0 g ekstrak (W1) dimaserasi dengan 25,0 ml etanol 96% selama

24 jam, menggunakan labu bersumbat sambil berkali-kali dikocok selama 6

jam pertama.

c. Kemudian dibiarkan selama 18 jam dan disaring cepat menghindari

penguapan etanol.

d. Filtrat sebanyak 5 ml diuapkan dalam cawan berdasar rata yang telah ditara

(W0) hingga tersisa residu.

e. Residu dipanaskan pada suhu 105°C hingga bobot tetap (W2)


33

W 2−W 0
% Kadar Senyawa Larut Etanol = x 100%
W1

Keterangan :

W0 = berat cawan kosong (gr)

W1 = bobot ekstrak awal (gr)

W2 = bobot cawan + residu yang dioven(gr)

8. Pengujian Kandungan Kimia Ekstrak etanol daun encok (Plumbago

zeylanica L.) yang diambil pada pagi dan sore hari (Mojab, Kamalinejab,

Ghaderi, & Vahidipour, 2003 dalam Kroirani, 2013).

a. Identifikasi Alkaloid

1) Ekstrak 0,5 gr dalam tabung reaksi

2) Tambahkan 10 ml kloroform

3) Tambahkan 0,5 ml HCl 2 N, kocok selama 2 menit sampai terjadi

pemisahan

4) Ambil lapisan asam lalu ditambahkan pereaksi Mayer. Sampel kemudian

diamati hingga keruh atau ada endapan Identifikasi Flavonoid

b. Identifikasi Saponin

1) Ekstrak 0,5 gr dalam tabung reaksi

2) Tambahkan 2 ml etanol 70% kemudian diaduk

3) Tambahkan dengan 20 ml aquadest dan dikocok kemudian didiamkan

selama 15-20 menit. Jika tidak ada dengan tinggi 1,2 cm positif.
34

4) Tambahkan 1 tetes larutan asam klorida 2N apabila busa tidak hilang

menunjukkan adanya saponin.

c. Identifikasi Steroid dan Terpenoid

1) Ekstrak sebanyak 0,5 gr dimasukkan ke dalam tabung reaksi.

2) Didihkan 25 ml etanol selama 15 menit, saring dalam keadaan panas.

3) Filtrat diuapkan pada cawan.

4) Tambahkan masing-masing 5 ml air suling dan kloroform.

5) Lapisan koroform disaring dengan melewatkannya pada norit tampung

pada plat tetes.

6) Teteskan asam asetat anhidrat 2 tetes dan 1 tetes sulfat pekat.

7) Warna merah positif terpenoid kemudian berubah menjadi hijau biru

positif steroid.

d. Identifikasi Tannin

1) Ekstrak 0,5 gr dalam tabung reaksi

2) Tambahkan 2 ml etanol 70% kemudian diaduk

3) Tambahkan dengan FeCl 3 sebanyak 3 tetes, jika menghasilkan biru

karakteristik, biru-hitam, hijau atau biru-hijau.

9. Pengujian Susut Pengeringan (Depkes RI, 2000) terhadap ekstrak etanol

daun encok (Plumbago zeylanica L.) yang diambil pada pagi dan sore hari.

a. Ekstrak diratakan di dalam botol timbang dengan menggoyangkan botol

hingga lapisan 10 mm. Jika yang digunakan ekstrak kental, ratakan dengan

bantuan pengaduk.
35

b. Ekstrak ditimbang secara seksama dalam botol timbang yang sebelumnya

dipanaskan pada suhu 150°C selama 30 menit dan telah ditara

c. Biarkan botol dalam keadaan tertutup mendingin dalam eksikator hingga suhu

kamar. Kemudian masukkan ke dalam ruang pengering, buka tutup botolnya,

keringkan pada suhu 150°C hingga bobot tetap.

d. Jika ekstrak sulit kering dan mencair selama pemanasan, tambah 1 gr silika

pengering yaang telah ditimbang seksama setelah dikeringkan dan disimpan

dalam eksikator pada suhu kamar.

e. Campurkan silika tersebut secara rata dengan ekstrak pada saat panas

kemudian keringkan kembali pada suhu penetapan hingga bobot tetap.

f. Hitung susut pengeringan

berat sebelum pemanasan−berat akhir


Susut pengeringan = x 100%
berat sebelum pemanasan

10. Pengujian Bobot Jenis (Depkes RI, 2000) terhadap ekstrak etanol daun

encok (Plumbago zeylanica L.) yang diambil pada pagi dan sore hari.

a. Piknometer yang bersih, kering ditimbang.

b. Kemudian dikalibrasi dengan menetapkan bobot piknometer dengan aquadest

kemudian ditimbang (W1).

c. Ekstrak kental sebanyak 5 gr dilarutkan dalam 100 ml air lalu dimasukkan ke

dalam piknometer kosong, buang kelebihan ekstrak, atur suhu ruang (15°C-

30°C ) piknometer yang telah diisi hingga kemudian ditimbang (W2).


36

d. Hitung bobot jenis

W 2−W 0
d=
W 1−W 0

Keterangan :

d = bobot jenis

W0 = bobot piknometer kosong (gr)

W1 = bobot piknometer + air (gr)

W2 = bobot piknometer + ekstrak (gr)

11. Pengujian Kadar Air (Depkes RI, 2000) terhadap ekstrak etanol daun encok

(Plumbago zeylanica L.) yang diambil pada pagi dan sore hari.

a. Masukkan lebih kurang 10 gram ekstrak dan timbang saksama dalam wadah

yang telah ditara.

b. Keringkan pada suhu 105°C selama 5 jam dan ditimbang.

c. Lanjutkan pengeringan dan timbang pada jarak 1 jam sampai perbedaan

antara 2 penimbangan berturut-turut tidak lebih dari 0,25%.

12. Pengujian Kadar Abu (Depkes RI, 1980 dalam Khoirani, 2013) terhadap

ekstrak etanol daun encok (Plumbago zeylanica L.) yang diambil pada pagi

dan sore hari.

a. Pijarkan dan tara krus silikat (W0)


37

b. Sebanyak 2 gr ekstrak ditimbang seksama (W1) dimasukkan dalam krus

silikat.

c. Setelah itu ekstrak dipijar dengan menggunakan tanur secara perlahan-lahan

(dengan suhu dinaikkan secara bertahap hingga 600 ± 25°(Depkes RI, 1980

dalam Khoirani, 2013)) hingga arang habis. Kemudian ditimbang hingga

bobot tetep (W2).

d. Hitung persentase kadar abu total

W 2−W 0
% Kadar Abu Total= x 100%
W1

Keterangan :

W0 = berat cawan kosong (gr)

W1 = bobot ekstrak awal (gr)

W2 = bobot cawan + residu yang dioven (gr)

13. Pengujian Kadar Abu yang Tidak Larut dalam Asam (Depkes RI, 1980

dalam Khoirani, 2013) terhadap ekstrak etanol daun encok (Plumbago

zeylanica L.) yang diambil pada pagi dan sore hari.

a. Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu, didihkan dengan 25 ml asam

sulfat encer P selama 5 menit.

b. Kumpulkan bagian yang tidak larut dalam asam, saring dengan kertas saring

bebas abu dan residunya dibilas dengan air panas.

c. Abu yang tersaring dan kertas saringnya dimasukkan kembali dalam krus

silikat yang sama.


38

d. Setelah itu ekstrak dipijar dengan menggunakan tanur secara perlahan-lahan

(dengan suhu dinaikkan secara bertahap hingga 600 ± 25° hingga arang habis.

Kemudian ditimbang hingga bobot tetap (W3).

e. Hitung persentase kadar abu tidak larut asam

W 2−( C x 0,0076 )−W 0


% Kadar Abu Tidak Larut Asam= x 100%
W1

Keterangan :

W0 = berat cawan kosong (gr)

C = bobot kertas saring (gr)

W1 = bobot ekstrak awal (gr)

W2 = bobot cawan + residu yang dioven (gr)

14. Pengujian Cemaran Mikroba terhadap ekstrak etanol daun encok

(Plumbago zeylanica L.) yang diambil pada pagi dan sore hari.

Pengujian cemaran mikroba pada penelitian ini menggunakan Kultur MO

(Mikroorganisme) dengan metode Automatic. Alat yang digunakan adalah Vintex

2 Compact dengan sistem identifikasi mikroorganisme secara otomomatis.

15. Pengujian Cemaran Logam Berat Timbal (Pb) (Saifudin, Rahayu, dan

Teruna, 2011) terhadap ekstrak etanol daun encok (Plumbago zeylanica L.)

yang diambil pada pagi dan sore hari.

a. Pengujian cemaran logam berat dilakukan dengan cara digesti basah.


39

b. Sebanyak 500 mg ekstrak etanol daun encok (Plumbago zeylanica L.) dan

ditambahkan 10 ml HNO3pekat,

c. Kemudian dipanaskan dengan heating mantel hingga kental atau kering.

d. Ekstrak yang kental dan dingin ditambahkan aquadest 10 ml dan asam

perklorat 5 ml.

e. Kemudian dipanaskan hingga kental lalu disaring ke labu ukur 50 ml. Sampel

diukur dengan alat Atomic Absorption Spechtrophotometer.

F. Variabel Penelitian

1. Variabel dependent : Mutu ekstrak yang meliputi parameter spesifik

(identitas, organoleptis, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol, dan uji

kandungan kimia ekstrak) dan parameter non spesifik (susut pengeringan,

bobot jenis, kadar air, kadar abu, kadar abu tidak larut asam, cemaran

mikroba, dan cemaran logam berat).

2. Variabel independent : Daun encok (Plumbago zeylanica L.) yang diambil

pada waktu pagi dan sore.

G. Definisi Operasional

1. Mutu Ekstrak Etanol Daun Encok (Plumbago zeylanica L.) yang diambil

pagi dan sore

a. Definisi : Pengujian mutu ekstrak etanol daun encok (Plumbago

zeylanica L.) yang diambil pada waktu pagi pukul 07.00-10.00 dan sore pukul

14.00-17.00.
40

b. Alat ukur : Rekapitulasi hasil parameter spesifik dan non spesifik

ekstrak.

c. Cara ukur : Self Assesment

d. Hasil ukur : Memenuhi mutu ekstrak jika memenuhi persyaratan

parameter spesifik dan non spesifik.

2. Organoleptis

a. Definisi : Mendeskripsikan ekstrak berdasarkan pengamatan pada

bentuk (padat, kental, cair dan lain-lain), warna (kuning, coklat dan lain-lain),

bau (aromatik, tidak berbau dan lain-lain), dan rasa (pahit, manis, kelat dan

lain-lain).

b. Alat ukur : Panca indera

c. Cara ukur : Self Assesment

d. Hasil ukur : Data

3. Kadar Sari Terlarut dalam Pelarut Tertentu

a. Definisi : Perkiraan kasar kandungan senyawa aktif yang bersifat

polar (larut air) dan semi polar-nonpolar (larut etanol) dari ekstrak etanol

daun encok (Plumbago zeylanca L.) yang diambil pada pagi dan sore hari.

b. Alat ukur : Timbangan analitik

c. Cara ukur : Gravimetri

d. Hasil ukur : Persentase yang menyatakan berapa bagian sari dari

ekstrak daun encok yang larut dalam pelarut air dan etanol.

4. Uji Kandungan Kimia


41

a. Definisi : Pengujian kandungan kimia yaitu alkaloid, flavonoid,

terpenoid/steroid, saponin dan tannin yang terdapat pada ekstrak daun encok

(Plumbago zeylanica L.) yang diambil pada pagi dan sore hari melalui

identifikasi pereaksi warna.

b. Alat ukur : Pereaksi kimia dari berbagai golongan

c. Cara ukur : Melihat reaksi warna yang dihasilkan

d. Hasil ukur : Reaksi perubahan warna yang signifikan menunjukkan

masing-masing kandungan kimia

5. Susut Pengeringan

a. Definisi : Pengukuran sisa zat setelah pengeringan terhadap ekstrak

daun encok (Plumbago zeylanica L.) yang diambil pada pagi dan sore hari.

b. Alat ukur : Timbangan analitik

c. Cara ukur : Gravimetri

d. Hasil ukur : Kadar persentase

6. Bobot Jenis

a. Definisi : Massa per satuan volume pada suhu kamar tertentu untuk

ekstrak etanol daun encok(Plumbago zeylanca L.) yang diambil pada pagi

dan sore

b. Alat ukur : Piknometer, dan timbangan analitik

c. Cara ukur : Self Assesment

d. Hasil ukur : Nilai b/v

7. Kadar Air
42

a. Definisi : Pengujian jumlah kadar air dari ekstrak daun encok

(Pluhari.mbango zeylanica L.) yang diambil pada pagi dan sore.

b. Alat ukur : Timbangan analitik

c. Cara ukur : Gravimetri

d. Hasil ukur : Menurut literatur kadar air dalam ekstrak tidak boleh lebih

dari 10% (Soetarno dan Soediro, 1997).

8. Kadar Abu

a. Definisi : Pengujian jumlah kadar abu yang dihasilkan dari ektrak

daun encok (Plumbago zeylanica L.) yang diambil pada pagi dan sore.

b. Alat ukur : Timbangan analitik

c. Cara ukur : Gravimetri

d. Hasil ukur : Persentase yang menyatakan kadar sisa anorganik yang

terdapat dalam ekstrak (Arifin, dkk, 2006).

9. Kadar Abu Tidak Larut Asam

a. Definisi : Pengujian jumlah kadar abu tidak larut asam yang

dihasilkan dari ektrak daun encok (Plumbago zeylanica L.) yang diambil

pada pagi dan sore.

b. Alat ukur : Timbangan analitik

c. Cara ukur : Gravimetri

e. Hasil ukur : Persentase yang menyatakan kadar unsur anorganik yang

yang tidak larut dalam asam yang terdapat dalam ekstrak (Arifin, dkk, 2006).
43

10. Cemaran Mikroba

a. Definisi : Menguji mikroba jenis apa yang dapat menjadi cemaran

pada ekstrak daun encok (Plumbago zeylanca L.) yang diambil pagi dan sore

hari.

b. Alat ukur : Vintex 2 Compact

c. Cara ukur : Kultur MO (mikroorganisme) dengan metode automatic

d. Hasil ukur : Jenis mikroba yang yang dapat menjadi cemaran.

11. Cemaran Logam Berat

a. Definisi : Pengujian cemaran logam berat Pb pada ekstrak etanol

daun encok (Plumbago zeylanica L.) yang diambil pada pagi dan sore hari.

b. Alat ukur : Atomic Absorption Spechtrophotometer

c. Cara ukur : Digesti basah

d. Hasil ukur : Maksimal residu Pb tidak melebihi 10 mg/kg ekstrak.


44

H. Kerangka Operasional

Daun encok
(Plumbago zeylanica L.)

Determinan dan Uji


Parameter Simplisia

Diambil Pagi Diambil Sore

Sortasi

Pencucian

Perajangan

Pengeringan

Maserasi dengan Etanol 70%

Destilasi Vakum

Ekstrak Kental

Uji Parameter Standarisasi Mutu Ekstrak

Parameter Spesifik Parameter Nonspesifik

Susut Pengeringan
Bobot Jenis
Organoleptis Kadar Air
Kadar Sari Larut Air Kadar Abu
Kadar Sari Larut Kadar Abu Tidak Larut
Etanol Asam
Uji Kandungan Kimia Cemaran Mikroba
Cemaran Logam Berat
Pb
45

I. Cara Pengolahan dan Analisis Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan pengamatan dan

pengukuran terhadap hasil pengujian mutu ekstrak. Analisa data dilakukan dengan

cara deskriptif analitik. Data yang diperoleh akan disajikan dalam bentuk tabel

berdasarkan hasil pengujian parameter-parameter mutu ekstrak.


46

J. Rencana Kegiatan

Tabel 1. Rencana Kegiatan

Bulan

Januari Februari Maret April Mei Juni


Kegiatan

Pembuatan
Proposal

Penyerahan
Proposal

Seminar
Proposal

Persiapan
Penelitian

Penelitian

Pengolahan
Data

Penyusunan
KTI

Penyerahan
KTI

UAP

Revisi KTI
47

DAFTAR PUSTAKA

Adi, L.T., 2006. Tanaman Obat & jus untuk Asam Urat & Rematik. AgroMedia
Pustaka, Jakarta, Indonesia.
Afrianti, R., Fitrianda, E., dan Utari, N., 2013. Uji Ekstrak Etanol Daun Encok
(Plumbago zeylanica L.) dalam Pengobatan Nyeri Sendi pada Tikus Putih
Jantan. Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi
dan Klinik III. Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia Yayasan Perintis Padang,
Padang, 4 – 5 Oktober 2013.
Arifini. H., Anggraini, N., Handayani, D., Rasyid, R., 2006. Standarisasi Ekstrak
Etanol Daun Eugenia cumini Merr. J. Sains Tek. Far., 11(2).

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Tahun


2013 tentang Riset Kesehatan Dasar, 2013. Litbang Depkes, Jakarta, hal. 96.

Basset, J. 1994. Buku Ajaran Vogel Kimia Analis Kuantitatif Anorganik edisi 4.
PT. Kalman Media Pustaka. Hal: 942-980.

Dalimartha, S., 1999. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid I. Puspa Swara,
Jakarta, Indonesia.

Dalimartha, S., dan Adrian, F., 2013. Ramuan Herbal Tumpas Penyakit. Penebar
Swadaya Grup, Jakarta, Indonesia.

Dalimartha, S., dan Dalimartha, F.A., 2014. Tumbuhan Sakti Atasi Asam Urat.
Penebar Swadaya, Jakarta, Indonesia.

Departemen Kesehatan RI., 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV. Direktorat


Jendral Pengawasan Obat dan Makanan : Jakarta.

Departemen Kesehatan RI., 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan


Obat. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan : Jakarta.

Departemen Kesehatan RI., 2008. Farmakope Herbal Indonesia, Edisi I.


Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Fathurrachman, D.A., 2014. Pengaruh Konsentrasi Pelarut Terhadap Aktivitas


Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Sirsak (Annona muricata Linn) Dengan
Metode Peredaman Radikal Bebas DPPH. Skripsi, Program Studi Farmasi
FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Indonesia.

Ghosal, M. & Mandal, P., 2012. Phytochemical Screening And Antioxidant


Activities Of Two Selected ‘Bihi’ Fruits Used As Vegetables In Darjeeling
48

Himalaya. International Journal Of Pharmacy And Pharmacetiucal Sciences.


ISSN : 0975-1492. 4(2).

Gordon et al., 2002. Open label study to asses infliximab safety and timing of
onset of clinical benefit aming patients with rheumatoid arthritis. 29 (4),
(http://www.jrheum.org/content/29/4/667.short, Diakses 10 Februari 2018)

Harapan, 2017. Manfaat dan Khasiat Daun Encok (Plumbago zeylanica L.),
(http://tanaman--herbal.blogspot.co.id/2017/03/manfaat-dan-khasiat-daun-
encok-plumbago.html, Diakses 5 Februari 2018)

Khoirani, N., 2013. Karakteristik Simplisia Dan Standarisasi Ekstrak Etanol


Herba Kemangi (Ocinum americanum L.). Skripsi, Program Studi Farmasi
FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Indonesia.

Marjoni, R., 2016. Dasar-dasar Fitokimia untuk Diploma III Farmasi Cetakan I.
CV. Trans Info Media. Jakarta Timur, Indonesia.

Mojab, F., Kamalinejad, M., Ghaderi. N., & Vahidipour, H. R., 2003.
Phytochemical Screening Of Some Species Of Iranian Plants. Iranian
Journal Of Pharmaceutical Research.

Notoatmodjo., 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Rineka Cipta, Jakarta,
Indonesia.

Poeloengan, M., 2009, Pengaruh Minyak Atsiri Serai (Andropogon citratus)


Terhadap Bakteri Yang Diisolasi Dari Sapi Mastitis Subklinis. Jurnal
Penelitian, Balai Besar Penelitian Veteriner, Bogor.

Rini, A., 2010. Sehat Dengan Lauk Herba Cetakan 1 : 4. Pustaka Mina, Jakarta,
Indonesia.

Saifudin, A., Rahayu, V., Teruna, H. Y, 2011. Standarisasi Bahan Obat Alam.
Graha Ilmu, Yogyakarta, Indonesia.

Sarma dan Babu., 2011. Pharmacognostic and Phytochemical Studies of


Ocinumamericanum. J. Chem. Pharm. Res., 3(3) : 337-347.

Setiowati, T., dan Furqonita, D., 2007. Biologi Interaktif. Azka Press, Jakarta,
Indonesia, hal. 332.

Sirait, M., dan Mahardika, I.D., 2001. Tiga dimensi farmasi: ilmu-teknologi,
pelayanan kesehatan, dan potensi ekonomi : kumpulan presentasi dan
tulisan. Institut Darma Mahardika, Jakarta, Indonesia.
49

Soeleman, S., dan Rahayu, D., 2013. Halaman Organik. PT Agromedia Pustaka,
Jakarta, Indonesia.

Soetarno, S., dan I.S., Soediro, 1997. Standarisasi Mutu Simplisia dan Ekstrak
Bahan Obat Tradisional. Presidium Temu Ilmiah Nasional Bidang Farmasi.

Syamsuhidayat, S. S. dan J. R. Hutapea, 1991. Inventarisasi Tanaman Obat


Indonesia. Departemen Kesehatan RI. Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan RI, Jakarta. hal. 472-473.

Syamsuni, A., 2006. Ilmu Resep. Buku Kedokteran EGC. Jakarta, Indonesia.

Voight, R., 1995. Buku Pendidikan Teknologi Farmasi, Edisi ke IV. Gadja Mada
University Press. Yogyakarta, Indonesia.

Wijaya, A., Suryati, B., dan Sulirawati. D., 2006. IPA Terpadu VIIA. Grasindo,
Jakarta, Indonesia, hal. 134.

Wijayakusuma, H., 2006. Atasi Rematik dan Asam Urat Ala Hembing Cetakan I.
Puspa Swara, Anggota Ikapi, Jakarta, Indonesia.
50

LAMPIRAN

A. Tabel Dummy

1. Hasil Pengujian Parameter Spesifik

Tabel 2. Pengujian Organoleptik Ekstrak dan Kadar Senyawa yang Terlarut

dalam Pelarut Tertentu

Parameter Hasil

Organoleptik:

Warna

Bau

Rasa

Bentuk

Kadar senyawa larut dalam:

Air

Etanol
51

2. Uji Kandungan Kimia Ekstrak

Tabel 3. Hasil Pengujian Kandungan Kimia dengan Penapisan Fitokimia

Golongan Hasil Penapisan Fitokimia

Senyawa Simplisia Ekstrak

Alkaloid

Flavonoid

Saponin

Tannin

Terpenoid

Steroid

3. Hasil Pengujian Parameter non Spesifik

Tabel 4. Hasil Pengujian Parameter Standar Non Spesifik Ekstrak

Parameter Hasil Syarat


52

Kadar abu

 Kadar abu total

 Kadar abu tidak

larut asam
Susut pengeringan

Kadar air

Cemaran mikroba

Cemaran logam berat

Pb

Anda mungkin juga menyukai