Anda di halaman 1dari 5

3.

7 Instrumen Penelitian
a) Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, blender, timbangan
analitik, botol maserasi, aluminium foil, kertas saring, batang pengaduk,
rotary evaporator, waterbath, cawan penguap, corong, furnes, gegep, labu
erlenmeyer, spatel, lumpang dan alu, sudip, krus porselen, desikator.
b) Bahan
Bahan yang digunakan adalah biji kopi robusta (Coffea canephora),
aquadest, etanol 96%, reagen mayer, magnesium, asam klorida (HCl), besi
(III) kloridaa (FeCl3) 5%, amoniak 1%, asam asetat anhidrida, kloroform
(CHCl3), Carbopol, propilenglikol, DMDM hydantoin, TEA, sodium
lauryl sulfat (SLS), HPMC, Na.CMC, essence.

3.8 Tehnik Pengumpulan Data


3.8.1 Determinasi Tanaman
Determinasi biji kopi robusta (Coffea Canephora) dilakukan di Institut
Teknologi Kesehatan Cendekia Utama Utama Kudus. Tujuan dari determinasi
adalah untuk memastikan bahwa tumbuhan tersebut benar-benar spesies Coffea
Canephora.

3.8.2 Pengolahan Serbuk Simplisia


Pengolahan sampel meliputi pengambilan bahan, sortasi basah, dicuci
menggunakan air mengalir, disangrai, disortasi kering lalu dihaluskan.
Pengolahan meliputi pengeringan biji kopi robusta (Coffea canephora) dengan
menggunakan mesin sangrai pada suhu 40ºC. Setelah biji kopi robusta bersih dan
kering, biji kopi robusta kemudian dihaluskan menggunakan mesin penghalus
(grinder).

3.8.3 Ekstraksi Biji Kopi Robusta (Coffea Canephora)


Biji kopi robusta yang telah dihaluskan kemudian diekstraksi
menggunakan metode maserasi dengan menggunakan pelarut etanol 96%. Biji
kopi robusta (Coffea canephora) ditimbang sebanyak ditimbang 200 gram,
kemudian direndam pelarut etanol 96% sebanyak 2000 ml, kemudian dimasukkan
ke dalam botol berwarna coklat, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari terlindung
dari cahaya sambil sering dikocok. Pengocokan dilakukan setiap dua kali sehari
selama 15 menit. Setelah 5 hari cairan yang dihasilkan dari maserasi tersebut
disaring menggunakan alat pompa kemudian dituangkan ke wadah lain. Setelah
itu, hasil yang disaring dipekatkan menggunakan rotary evaporator. Ekstrak
kemudian dikentalkan menggunakan waterbath dengan suhu 700 C.

3.8.4 Skrining Fitokimia


a) Uji Alkaloid

Uji Alkoloid dilakukan dengan menggunakan sebanyak 10 tetes sampel


dimasukkan dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 1 ml HCl 2N, lalu
ditambahkan 9 ml air suling, kemudian dipanaskan selama 2 menit setelah
itu disaring dengan kertas saring sehingga didapat filtrat kopi hijau. Filtrat
yang diperoleh selanjutnya ditambahkan dengan beberapa pereaksi: Diambil 3
tetes filtrat, kemudian ditambahkan 2 tetes pereaksi Bouchardat, jika positif
alkaloid membentuk endapan coklat sampai hitam. Alkaloid dianggap positif
jika terjadi endapan (Kemenkes 1959).

b) Uji Tannin

Uji tannin dilakukan menggunakan sebanyak 10 mg sampel


dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian didihkan dengan 10 ml air
suling, selama 3 menit lalu didinginkan dan disaring. Filtrat diencerkan
sampai tidak berwarna, lalu ditambahkan 1-2 tetes pereaksi FeCl3 1%. Jika
terjadi warna hijau kehitaman menunjukkan adanya tanin (Kemenkes
1959).

c) Uji Flavonoid
Uji flavonoid dilakukan menggunakan sebanyak 10mg sampel diambil,
kemudian ditambahkan 10ml air panas, didihkan selama 5 menit, dan disaring
dalam keadaan panas. Filtrat yang diperoleh kemudian diambil 5ml lalu
ditambahkan 0,1 gram serbuk magnesium dan 1 ml asam klorida pekat dan 2
ml amil alkohol, dikocok dan dibiarkan memisah. Bila terbentuk warna
kuning atau jingga, merah pada lapisan amil alkohol menunjukkan bahwa
adanya flavonoid (Kemenkes 1959).

d) Uji Saponin

Uji saponin dilakukan menggunakan sebanyak 10 tetes sampel masukkan


ke dalam tabung reaksi. Ditambahkan air panas sebanyak 10 ml dan dikocok
selama 10 detik, lalu ditambahkan 1 tetes asam klorida 2 N. Jika terbentuk
busa permanen memberikan indikasi adanya saponin (Kemenkes 1959).

3.8.5 Pembuatan Facial Wash Gel Ekstrak Etanol Biji Kopi Robusta robusta
(Coffea Canephora.)
Pembuatan facial wash gel ekstrak etanol biji kopi robusta (Coffea
Canephora.) Pembuatan sediaan gel facial wash adalah Carbopol, HPMC dan
Na.CMC dikembangkan dengan aquadest yang telah dipanaskan masing-masing
diatas hotplate hingga mengembang sambil ditambahkan TEA hingga terbentuk
massa gel (massa I). ditambahkan DMDM hydantoin kemudian ditambahkan
sodium lauryl sulphate, dan propilenglikol hingga homogen (massa II).
Dicampurkan massa I dan massa II hingga homogen. Dimasukkan ekstrak biji
kopi robusta, dan parfum pada campuran sebelumnya kemudian dihomogenkan.
Selanjutnya dimasukkan ke dalam botol (Rasyadi Yahdian et al, 2023).

3.8.6 Sterilisasi Alat dan Bahan Pengujian Aktivitas Antibakteri


Sebelum melakukan pembuatan media dan pengujian bakteri, alat-alat yang akan
digunakan disterilkan terlebih dahulu. Alat dan bahan disterilkan dengan
menggunakan autoklaf selama 15 menit pada suhu 121°C (Laoli, 2018).
3.8.7 Pembuatan Kontrol Negatif dan Kontrol Positif
Kontrol negatif adalah perlakuan yang tidak menunjukkan adanya zona
hambat pada uji antibakteri Propionibacterium acnes dan Staphylococcus aureus.
Kontrol negatif pada penelitian ini adalah sediaan facial wash tanpa ekstra etanol
biji kopi robusta (Coffea Canephora.)

Kontrol positif adalah perlakuan yang menunjukkan adanya zona hambat pada
uji antibakteri terhadap bakteri Propionibacterium acnes dan Staphylococcus
aureus yang digunakan sebagai pembanding. Kontrol positif penelitian ini
menggunakan antibiotik klindamisin 0,1%. Pembuatan kontrol positif dilakukan
dengan cara memasukkan klindamisin 0,1 gram ke dalam aquadest lalu ambil 10
µL (Ratnasari, 2016).

.3.8.8 Uji Aktivitas Anti Bakteri


Uji anti bakteri sediaan facial wash gel ekstrak etanol biji kopi robusta
(Coffea Canephora.) Pengujian dilakukan dengan cara menyiapkan medium NA
(nutrient agar) yang telah mengeras lalu tebar suspensi bakteri Propionibacterium
acne dan Staphylococcus aureus yang telah diremajakan dengan menggunakan
kapas lidi steril pada media tersebut. Setelah itu dibuat sumuran sebanyak 5 sumur
di masing-masing medium dan pada masing-masing sumur tersebut diberi formula
gelllfacial wash (F1, F2,F3,control – dan +) sebanyak 0,5 g. Selanjutnya
diinkubasikan selama 1 x 24 jam di dalam anaerobic jar yang telah diberi
anaerogen dengan suhu 37°C. Setelah 24jam ukur diameter hambat (zona bening)
yang terbentuk disekitar sumur yang berisi gel facial wash (F1,,F2, F3, control –
dan +) (Rasyadi Yahdian et al, 2023).

3.9 Analisis Data


Data hasil uji antibakteri yang didapat lalu di uji statistik dengan uji
parametik one way ANOVA dengan bantuan software program komputer SPSS
data tersebut terlebih dahulu diuji normalitasnya dengan menggunakan uji
Shapiro Wilk untuk mengetahui distribusi dan normalitas data. Setelah data telah
terdistribusi secara homogen dan normal dimana hal tersebut merupakan syarat
pengujian one way Anova, maka uji one way Anova dilakukan untuk mengetahui
signifikasi yang terdapat pada data tersebut. Pengujian tersebut lalu dilanjutkan
dengan uji Post Hoc yaitu uji Duncan agar mengetahui nilai signikifasi pada data
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai