Anda di halaman 1dari 10

FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTISEPTIK SEDIAAN HAND

SOAP EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH HIJAU (Piper Betle L)

Nizma Ayuningtyas1, Agung Nur Cahyanta2, Endang Istriningsih3


Fakultas Farmasi, STIKes Bhakti
Mandala HusadaSlawi
Email: nizmaayuningtyas98@gmail.com

ABSTRAK

Telapak tangan menjadi salah satu tempat pertumbuhan bakteri, dimana


bakteri patogen dan apatogen dapat tumbuh. Bakteri patogen dapat menyebabkan
orang sakit/berpenyakit. Sabun antiseptik mengandung komposisi khusus yang
berfungsi sebagai antibakteri. Daun sirih hijau mengandung beberapa zat yang
diketahui mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri yaitu
flavonoid, saponin, dan tanin. Tujuan penelitian ini untuk memformulasikan ekstrak
daun sirih hijau sebagai sabun cair cuci tangan antiseptik. Metode ekstrasi dengan
menggunakan pelarut etanol 96%. Hasil skrining fitokimia ekstrak daun sirih hijau
mengandung senyawa metabolit sekunder, flavonoid, tanin.dan saponin. Sabun cair
dibuat dengan tiga formulasi yaitu formulasi 1 (10%), formulasi 2 (20%), formulasi
3 (30%) dan menggunakan kontrol negatif. Kemudian di evaluasi fisik meliputi uji
organoleptis, uji pH, uji tinggi busa, uji bobot jenis, uji alkali bebas, dan uji
antiseptik yang memenuhi persyaratan. Hasil uji antiseptik diperoleh rata-rata
formulasi 1 sebesar 00, formulasi 2 sebesar 00, dan formulasi 3 sebesar 00. Hasil uji
menunjukkan bahwa daun sirih hijau dapat menurunkan angka bakteri pada telapak
tangan. Hasil statistik dengan uji post hoc LSD hasil uji antiseptik menunjukkan
adanya perbedaan bermakna antara formula 1,2, dan 3 dengan kontrol negatif dengan
nilali p< 0,05.
Kata kunci : Hand Soap,Daun Sirih Hijau Antiseptik.

ABSTRACT

The palms of the hands become a place for bacterial growth, where
pathogenic and apatogenic bacteria can grow. Pathogenic bacteria can cause illness
or disease. Antiseptic soap contains a special composition as an antibacterial. Green
sirih leaf (piper betle L) ) contains some substances known to have the ability to
inhibit the growth of bacteria; flavonoids, saponins, dan tannins. The study aimed to
formulate green sirih leaf extract as hand soap antiseptic. The extraction method was
maseration with ethanol 96%. The results of phytochemical screening contained
secondary metabolite compounds like flavonoids, saponins and tannins. The liquid
soap was formulated in three formulations; formulation 1 (10%), formulation 2
(20%), and formulation 3 (30%)and used negative control as comparation. Then, it
was conducted the physical evaluation including organoleptic, pH, foam height,
specific gravity, free alkali, and antiseptic test. The results of antiseptic test on
formulation 1, 2, and 3 were 00 showing that manalagi apple juice can increase the
bacterial rate in palm. Post hoc test of LSD stated that there was a significant
difference among the formulations and the negative control with p< 0.05.
Keywords : Hand Soap, Green Sirih Leaf (Piper betle L), Antiseptic

1
PENDAHULUAN (YX-280B), kain kasa, inkubator, aluminium
foil, pinset, colony counter, tissue, moisture
Kulit merupakan salah satu bagian analizer, water bath (Thermostat water bath
terpenting dari tubuh manusia yang berfungsi HH-60) dan cawan petri (normax).
untuk melindungi bagian dalam tubuh dari Bahan yang digunakan pada penelitian
gangguan fisik maupun mekanik, bakteri dan ini adalah daun sirih hijau (piper betle linn)
kuman (Iskandar, 2014). Kebersihan tangan yang diperoleh dari Jatibarang Kabupaten
yang buruk dapat menularkan penyakit Brebes, etanol 96%, Aquadest, daun sirih
melalui kontak fisik secara langsung hijau, minyak zaitun, KOH, CMC, Asam
sehingga dapat menyebabkan penyakit Stearat, SLS, BHT, Oleum Rosae, HCL,
seperti penyakit saluran cerna, polio, serbuk Mg dan indikator pp.
pneumonia dan lain- lain (Verna et al.,2013). Prosedur Penelitian
Bentuk sediaan farmasi yang dapat Determinasi Tanaman
digunakan untuk menjaga kesehatan kulit Determinasi tanaman pada penelitian
salah satu diantaranya adalah sabun. Sabun ini dilakukan di Laboratorium Bahan Alam
adalah produk yang dihasilkan dari reaksi Farmasi Prodi S1 Farmasi STIKes Bakti
antara asam lemak dan basa kuat yang Mandala Husada Slawi.
berfungsi untuk mencuci dan membersihkan Pembuatan Serbuk Simplisa
lemak dan minyak (kotoran) (Anonim,1994). Pembuatan serbuk pertama dilakukan
Sabun antiseptik mengandung yaitu pengumpulkan bahan kemudian
komposisi khusus yang berfungsi sebagai disortasi basah. Setelah itu dilakukan
antibakteri. Bahan inilah yang berfungsi penimbangan awal sampel pada saat daun
mengurangi jumlah bakteri berbahaya pada masih segar. Sampel daun sirih hijau yang
kulit. Sabun antiseptik yang baik harus digunakan sebanyak 2.603 gram. Proses
memiliki standar khusus. Pertama, sabun selanjutnya daun sirih hijau dilakukan
harus bisa menyingkirkan kotoran dan pencucian sebanyak 3 kali menggunakan air
bakteri. Kedua, sabun tidak merusak bersih dan mengalir. Daun yang telah dicuci,
kesehatan kulit, karena kulit yang sehat lalu ditiriskan untuk menghilangkan sisa-sisa
adalah bagian dari sistem kekebalan tubuh air dari proses pencucian (Anonim, 1977).
(Rachmawati, 2013). Setelah dilakukan pencucian kemudian daun
Dari penelitian yang pernah dilakukan sirih hijau dikeringkan. Cara pengeringan
(Rizky, 2016) dengan judul penelitian Uji pada daun sirih hijau dilakukan dengan
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Sirih menggunakan oven pada suhu 40-50 0C.
Hijau (Piper betle Linn) Terhadap Bakteri Setelah daun sirih hijau kering, dilakukan
Patogen Pangan. Maka dapat disimpulkan sortasi kering (Anonim, 2000). Hasil
bahwa ekstrak daun sirih mampu simplisia kering yang diperoleh sebesar 965
menghambat bakteri atau sebagai antiseptik. gr. Selanjutnya yaitu proses penyerbukan
Sheikh et al., (2012) menyatakan simplisia kering hingga menjadi serbuk
bahwa penggunaan ekstrak tumbuhan simplisia. Proses penyerbukan dilakukan
yang memiliki aktivitas antimikroba dengan menggunakan blender untuk
sangat membantu dalam penyembuhan. memperoleh serbuk yang halus. (Anonim,
Salah satu tanaman yang memiliki 2000)
Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Sirih
kemampuan sebagai antibakteri adalah
Hijau
sirih hijau (Piper betle L.) Daun sirih Simplisia daun sirih hijau sebanyak
hijau digunakan sebagai obat batuk, obat 500 gr serbuk dimaserasi dengan pelarut
cacing, dan antiseptik. etanol 96% (1:10) (Sari, 2017). Perendaman
serbuk daun sirih hijau dilakukan selama 5
METODE PENELITIAN hari dalam bejana tertutup dan terlindung
Alat Dan Bahan dari cahaya, sesekali dilakukan pengadukan
Alat yang digunakan dalam penelitian dengan menggunakan alat homogenizer
ini adalah alat – alat gelas (pyrex), timbangan dengan kecepatan 500 rpm selama 30 menit.
analitik (Ohaus), oven, blender (Philips), Setelah 5 hari, sampel disaring menggunakan
bejana maserasi, mortir dan stemper, rotary kain flanel dan penyaringan kedua dengan
evaporator (Biobase RE-2010), autoklaf mengunakan kertas saring. Kemudian

2
diuapkan di rotary evaporator pada suhu dipanaskan pada suhu 1050C selama 30menit
50oC. Kemudian untuk memperoleh ekstrak dan telah ditara. Sebelum ditimbang, ekstrak
yang kental, maka diuapkan kembali dengan diratakan dalam botol timbang, dengan
menggunakan waterbath. Setelah diperoleh menggoyangkan botol, hingga merupakan
ekstrak kental, selanjutnya dapat dihitung lapisam setebal lebih kurang 5 mm sampai
rendemen dari ekstrak 10 mm. Jika ekstrak yang diuji berupa
(Voight, 1994). ekstrak kental, ratakan dengan bantuan
Uji Skrining Fitokimia pengaduk. Kemudian dimasukkan kedalam
a. Uji Flavonoid ruang pengering, buka tutupnya keringkan
Larutan sampel dimasukkan ke dalam tabung pada suhu 1050C hingga botol tetap.
reaksi kemudian dilarutkan dalam 1-2 mL (Anonim,2000 ).
metanol panas 50 %. Ditambahkan serbuk
Mg dan 0,5 mL HCL pekat. Adanya %SP =W1– W2 x 100%
flavonoid ditunjukkan dengan terbentuknya W1
larutan berwarna merah atau jingga.
b. Uji Saponin Keterangan :
Sebanyak 1 mL larutan sampel ditambahkan W1 = bobot ekstrak sebelum penetapan
aquades 10 mL dan dikocok kuat-kuat W2 = bobot ekstrak setelah penetapan
selama 30 menit sampai muncul busa. ( Anonim, 2000 ).
Tabung reaksi diletakkan dalam posisi tegak 3. Penetapan Kadar Abu Total
selama 30 menit. Apabila masih terdapat Sebanyak 1gr ekstrak ditimbang
busa, maka kemungkinan mengandung seksama (W1) dimasukkan kedalam krus
saponin. Untuk memastikan bahwa busa silikat yang sebelumnya telah dipijarkan dan
yang terbentuk berasal dari saponin maka ditimbang (W0). Setelah itu ekstrak
diteteskan larutan asam sebanyak 3 tetes, bila dipijarkan dengan mengenakan tanur secara
busa stabil maka dipastikan terdapat saponin. perlahan – lahan dengan suhu dinaikkan
c. Uji Tanin secara bertahap hingga 600 ± 250C hingga
Larutan sampel dimasukkan dalam tabung arang habis. Kemudian ditimbang hingga
reaksi dan ditambahkan dengan 2-3 tetes bobot tetap (W2). Hitung terhadap berat
larutan FeCL3 1 %. Jika bahan mengangdung bahan uji., dinyatakan dalam % b/b (Anonim,
tanin maka akan menghasilkan larutan 2000).
berwarna hijau kehitaman atau biru tua. Pembuatan Sediaan Hand Soap
Parameter Ekstrak Semua bahan yang akan digunakan
1. Organoleptik ditimbang terlebih dahulu sesuai dengan
Ekstrak yang diperoleh diuji secara takaran yang telah dianjurkan. Dibuat yang
organoleptik, menggunakan pengamatan pertama yaitu fase minyak dengan cara
panca indera untuk mendeskripsikan bentuk, memasukkan minyak zaitun sebanyak 15 mL
warna, rasa dan bau dari ekstrak. (Anonim, kedalam gelas kimia sambil dipanaskan pada
2000) suhu 50oC, kemudian ditambahkan KOH
2. Penetapan Kadar Air sebanyak 8 gr sedikit demi sedikit terus
Alat mouisture analyzer diset pada sambil dipanaskan pada suhu 50oC hingga
suhu 1050C dan otomatis langsung membentuk pasta. Setelah itu ditambahkan
memeriksa ketika alat ditutup. Sebanyak 1 kurang lebih 15 mL aquades, lalu
gr ekstrak dimasukkan dan diratakan dalam dimasukkan CMC yang telah dikembangkan
mangkok ditutup dengan aluminium foil, dengan aquadest panas, aduk hingga
kemudian dimasukkan kedalam alat. homogen. Kemudian tambahkan asam stearat
Pemanas halogen akan menyala dan memulai yang telah dileburkan pada suhu sekitar 50-
memanaskan ekstrak sudah konstan belum 600C dan tambahkan BHT, aduk hingga
konstan, setelah lampu mati berat ekstrak homogen. Ditambahkan Sodium Laurel
sudah konstan dan layar akan ditampilkan Sulfat (SLS), aduk hingga homogen.
kadar air dari ekstrak (Anonim, 2000). Ditambahkan pengaroma yaitu Oleum Rosae
3. Susut Pengeringan secukupnya. Dimasukkan ekstrak daun sirih
Ekstrak ditimbang sebanyak 1 gr hijau sesuai dengan konsentrasi, aduk hingga
sampai 2 gr dan dimasukkan kedalam botol homogen. Sabun cair ditambahkan dengan
timbang tertutup yang sebelumnya telah aquadest hingga volume 50 mL. (Saham

3
bangung et al., 2019) berwarna merah, didinginkan sampai suhu
Tabel 1. Formulasi Sediaan Sabun Hand 70ºC dan titrasi dengan larutan KOH 0,1 N
soap Ekstrak Daun Sirih dalam alkohol, sampai timbul warna yang
Hijaui(Piper Betle L) tetap selama 15 detik. Apabila larutan ternyata
Bahan Formulasi (%) berwarna merah maka diperiksa bukan asam
FI F II FIII lemak bebas tetapi alkali bebas dengan dititrasi
Ekstrak Daun 10% 20% 40% menggunakan HCl 0,1 N dalam alkohol dari
Sirih mikro buret, sampai warna merah cepat hilang.
Minyak Zaitun 15% 15% 15% Uji Daya Antiseptik
KOH 16% 16% 16% a. Sterilisasi Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian
CMC 0,5% 0,5% 0,5% uji daya antiseptik disterilisasikan terlebih
Asam Stearat 1% 1% 1% dahulu sebelum digunakan yaitu berupa alat
SLS 1% 1% 1% gelas kemudian dibungkus dengan kertas,
BHT 0,1% 0,1% 0,1% setelah itu di autoclaf pada suhu 1210C selama
15 menit (Djide, 2008).
Oleum Rosae q.s q.s q.s
b. Pembuatan Media Nutrient Agar
Aquades ad ad ad Pembuatan media dilakukan dengan
50 mL 50 mL 50mL cara menyiapkan bahan – bahan untuk medium
Evaluasi Sediaan Hand Soap Ekstrak yaitu dengan menimbang media nutrient agar
Daun Sirih Hijau (Piper betle L) sebanyak 11,5 gr kemudian dilarutkan dengan
1. Uji Organoleptis aquadest sebanyak 500 mL dalam erlenmeyer
Uji organoleptik yang dilakukan merupakan dan ditutup dengan alumunium foil.
uji fisik dari sabun cuci tangan cair meliputi Selanjutnya dipanaskan dan diaduk hingga
warna, bau, dan bentuk (Jessica et al., , 2016). mendidih. Kemudian disterilkan dalam
2. Uji pH autoclaf pada suhu 1210C dengan tekanan 15
Pengujian pH dilakukan dengan menggunakan Psi selama 15 menit. Setelah itu, dituang
stik pH. Persyaratan pH sabun cair menurut kedalam cawan petri (Titaley et al., 2014).
SNI 2017 berkisar antara 4-10 (Anonim, c. Kontrol Negatif
1995). Dilakukan kontak jari yang tanpa di
3. Uji Daya Busa cuci tangan dengan hand soap tanpa ekstrak
Sabun Dimasukkan Kedalam Tabung Reaksi, daun sirih hijau pada media agar dalam cawan
Kemudian Masukkan Aquadest, Dikocok petri. Kemudian media diinkubasi pada suhu
Dengan Membolak-Balikkan Tabung Reaksi, 370C selama 24 jam. Setelah diinkubasi,
Lalu Ukur Tinggi Busa Yang Dihasilkan Dan hitung jumlah koloni menggunakan colony
Diamkan Selama 5 Menit. counter (Titaley et al.,2014).
4. Uji Bobot Jenis d. Sediaan Uji Antiseptik
Prosedur penetapan obot jenis dari sabun Telapak tangan dicuci menggunakan
perasan buah apel menggunakan piknometer sediaan hand soap ekstrak daun sirih hijau.
yang telah dikalibrasi bobotnya dengan suhu Selanjutnya dilakukan kontak jari pada media
250C. Masukkan sabun perasan apel kedalam agar dalam cawan petri. Media diinkubasi
piknometer lalu timbang pada suhu sama. pada suhu 370C selama 24 jam. Setelah
Kurangkan bobot pikno yang diisi dengan diinkubasi, hitung jumlah koloni
bobot pikno kosong. Hasil diperoleh dengan menggunakan colony counter. Diulangi
membagi bobot zat dengan bobot air masing-masing konsentrasi(Saham bangung et
5. Uji alkali bebas al., 2019)
Disiapkan alkohol 96% dengan mendidihkan HASIL DAN PEMBAHASAN
100 mL alkohol dalam labu erlenmeyer 250 Determinasi Tanaman
mL. Ditambahkan 0,5 mL indikator pp dan Determinasi tanaman dilakukan di
didinginkan sampai suhu 70ºC kemudian
Laboratorium Bahan Alam Sekolah Tinggi
dinetralkan dengan KOH 0,1 N dalam alkohol.
Ditimbang 5 mL sabun cair dan dimasukkan Ilmu Kesehatan Bhakti Mandala Husada
kedalam alkohol 96% diatas, dan dipanaskan Slawi dengan tujuan untuk memastikan
agar cepat larut diatas penangas air, dididihkan kebenaran identitas dari tanaman yang
selama 30 menit. Apabila larutan tidak akan diteliti. Determinasi dilakukan untuk

4
menghindari terjadinya kesalahan dalam 96% (1:10) Perendaman serbuk daun sirih
pengambilan sampel tanaman yang akan hijau dilakukan selama 5 hari dalam bejana
digunakan dalam penelitian. Hasil dari tertutup dan terlindung dari cahaya, sesekali
determinasi diperoleh kepastian bahwa dilakukan pengadukan dengan menggunakan
tanaman yang digunakan dalam penelitian alat homogenizer dengan kecepatan 500 rpm
selama 30 menit. Pengadukan dilakukan agar
Piper betle L.
pelarut masuk keseluruh permukaan serbuk
Pembuatan Serbuk Simplisia simplisia dan mempercepat proses pelarutan
Sampel yang digunakan dalam senyawa kimia yang terdapat dalam sampel.
penelitian ini berasal dari simplisia nabati Setelah 5 hari, sampel disaring menggunakan
yaitu daun sirih hijau. Pembuatan serbuk kain flanel dan penyaringan kedua dengan
simplisia yan pertama kali dilakukan yaitu mengunakan kertas saring. Tujuan
dengan cara mengumpulkan bahan baku penyaringan ini yaitu untuk memisahkan filtrat
yang telah dipetik kemudian disortasi dengan residu. Kemudian diuapkan di rotary
basah dengan tujuan untuk memisahkan evaporator pada suhu 50oC. Kemudian
kotoran atau bahan asing lainnya yang untuk memperoleh ekstrak yang kental, maka
menempel pada simplisia. Kemudian diuapkan kembali dengan menggunakan
dilakukan penimbangan awal sampel pada waterbath (Voight, 1994). Setelah diperoleh
ekstrak kental, selanjutnya dapat dihitung
saat daun masih segar bertujuan untuk rendemen dari ekstrak. Diperoleh rendemen
mengetahui kadar air dari daun sirih hijau sebesar 14,32%.
setelah proses penjemuran. Sampel daun Uji Skrining Fitokimia
sirih hijau yang digunakan sebanyak 2.603 a. Uji Flavonoid
gram. Proses selanjutnya daun sirih hijau Identifikasi flavonoid perasan ekstrak daun
dilakukan pencucian sebanyak 3 kali sirih hijau menunjukkan warna merah yang
menggunakan air bersih dan mengalir untuk berarti positif adanya flavonoid. Logam Mg
menghilangkan tanah dan pengotoran lainnya dan HCl pada uji ini berfungsi untuk
yang melekat pada simplisia. Daun yang telah mereduksi inti benzopiron yang terdapat pada
dicuci, lalu ditiriskan untuk menghilangkan struktur flavonoid sehingga terbentuk
sisa-sisa air dari proses pencucian (Anonim, perubahan warna menjadi merah. Jadi dalam
1977). suatu tumbuhan terdapat senyawa flavonoid
Setelah dilakukan pencucian akan terbentuk garam flavilium saat
kemudian daun sirih hijau dikeringkan yang penambahan Mg dan HCl yang berwarna
bertujuan untuk mengurangi kadar air dan merah .
menghentikan reaksi enzimatik untuk b. Uji Tanin
mencegah penurunan mutu atau perusakan Identifikasi tanin pada perasan ekstrak daun
simplisia. Cara pengeringan pada daun sirih sirih hijau menunjukkan adanya tanin
hijau dilakukan dengan menggunakan oven dibuktikan dengan terbentuknya warna hijau
pada suhu 40-50 0C. (Anonim,2000) kehitaman. Pada uji ini digunakan perekasi
Setelah daun sirih hijau kering, FeCl3 untuk mengidentifikasi adanya tanin
dilakukan sortasi kering. Tujuannya untuk dalam sampel. Perubahan warna menjadi hijau
memisahkan benda – benda asing seperti kehitaman terjadi akibat pembentukan
bagian tanaman yang tidak diinginkan dan senyawa kompleks antara tanin dengan FeCl3.
pengotor lainnya yang masih tertinggal pada Golongan tanin terkondensasi akan
simplisia kering (Anonim, 2009). Hasil menghasilkan warna hijau kehitaman jika
simplisia kering yang diperoleh sebesar 965 direaksikan dengan pereaksi FeCl3.
gr. Selanjutnya yaitu proses penyerbukan c. Uji Saponin
simplisia kering hingga menjadi serbuk Identifikasi saponin pada ekstrak daun sirih
simplisia. Proses penyerbukan dilakukan hijau menunjukkan tidak terbentuk
dengan menggunakan blender untuk busa. Saponin adalah senyawa aktif
memperoleh serbuk yang halus. Hasil serbuk permukaan yang kuat yang menimbulkan busa
diperoleh sebanyak 738 gr. jika dikocok dalam air pada konsentrasi yang
Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Sirih Hijau rendah Pada uji saponin timbulnya busa
Simplisia daun sirih hijau sebanyak menunjukkan adanya glikosida yang
500 gr serbuk dimaserasi dengan pelarut etanol mempunyai kemampuan membentuk buih

5
dalam air yang terhidrolisis menjadi glukosa 7,5 mL, KOH 8 g, CMC 0,25 gr, asam stearat
dan senyawa. 0,5 g, SLS 0,5 g, BHT 0,05 g. Pembuatan
Tabel 4.2 Hasil Uji Skrining Fitokimia sediaan hand soap yang pertama kali
No Golongan Senyawa Hasil Keterangan dilakukan adalah membuat campuran minyak
1. Flavonoid (+) Berwarna jingga zaitun dan SLS yang merupakan basis sabun
2. Saponin (+) Berbentuk Buih cuci tangan yang digunakan, dimasukkan
3. Tanin (+) Biru Kehitaman
sedikit demi sedikit dalam suasana panas.
Ket: (+) menunjukan adanya zat yang diuji
Kemudian dimasukkan karboksil metil
Parameter Ekstrak selulosa (CMC) yang telah dikembangkan
1. Organoleptik dengan aquadest panas, diaduk hingga
Pemeriksaan organoleptik simplisia homogen. Selanjutnya ditambahkan asam
dan ekstrak diperoleh hasil bahwa daun sirih stearat yang bertujuan untuk penstabil busa.
hijau berbentuk serbuk, berwarna coklat, Selanjutnya dibuat larutan KOH yang telah
berbau khas,dan berasa pahit. Ekstrak etanol dilarutkan dengan aquadest. Penambahan
daun sirih hijau berbentuk kental, berwarna KOH pada formula sabun cuci tangan adalah
hitam, berbau khas, dan berasa pahit (Depkes untuk membantu pembentukan agregat, karena
RI,2000). larutan garam bereaksi dengan SLS. Kemudian
2. Kadar Air dicampurkan BHT yang disini sebagai bahan
Hasil kadar air yang diperoleh ekstrak pengawet dan tambahan. Setelah itu
daun sirih hijau yaitu sebesar 1,93% hasil yang tambahkan ekstrak daun sirih hijau sesuai
diperoleh sesuai dengan syarat yaitu kurang konsentrasi yang telah ditimbang dan
dari 10%. Kadar air yang melebihi 10% dapat dihomogenkan dengan aquadest. Setelah itu
menjadi media yang baik untuk pertumbuhan tambahkan oleum rosae sebagai pengaroma.
mikroba, jamur atau serangga serta mendorong (Saham bangung et al., 2019)
kerusakan mutu simplisia (Anonim, 1992). Evaluasi Uji Sediaan Hand Soap
3. Susut Pengeringan 1. Organoleptis
Pengukuran sisa zat dilakukan dengan Pada formula 1 memiliki karakteristik
pengeringan pada temperatur 1050C selama warna hijau kecoklatan, berbau khas mawar,
30menit atau sampai berat konstan. Pada suhu dan berbentuk cair. Lalu pada formula 2
1050C air akan menguap dan senyawa – memiliki karakteristik warna hijau kecoklatan,
senyawa yang mempunyai titik didih yang berbau khas mawar, dan berbentuk cair.
lebih rendah dari air akan ikut menguap juga Kemudian pada formulasi 3 memiliki
(Depkes RI, 2000). karakteristik warna hijau kecoklatan, berbau
Adapun hasil susut pengeringan pada khas mawar dan berbentuk cair. Hasi uji
ekstrak daun sirih hijau yaitu 0,42% hasil organoleptis dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 Hasil Uji Organoleptis Sediaan
tersebut telah memenuhi standar mutu susut
Formulasi Bentuk Warna Bau
pengeringan yaitu kurang dari 10%. Formulasi1 Cair Coklat Kehitaman Khas
4. Kadar Abu Total Formulasi2 Cair Coklat Kehitaman Khas
Hasil penetapan kadar abu total Formulasi3 Cair Coklat Kehitaman K has
ekstrak daun sirih hijau sebesar 1%, hasil Keterangan:
ekstrak tersebut memenuhi syarat literatur Formula I : Konsentrasi ekstrak daun sirih hijau 10%
Formula I : Konsentrasi ekstrak daun sirih hijau 20%
yaitu 4,7% (Septiani, 2018). Jika kadar abu Formula III : Konsentrasi ekstrak daun sirih hijau 30%
yang dihasilkan lebih tinggi dari batas yang 2. Uji pH
ditentukan, maka ekstrak dapat dinyatakan Dalam penelitian ini hasil pH yang
mengandung cemaran mineral yang dapat didapat yaitu 9 karena menurut Susilowati
menurunkan kualitas ekstrak. (2015) pH sabun yang cenderung basa akan
Pembuatan Sediaan Hand Soap meningkatkan daya pembusaan dibandingkan
Sediaan sabun cair pada penelitian ini sabun yang memiliki pH netral atau asam.
dibuat sebanyak tiga formulasi dengan tiga Pengamatan dilakukan dengan mengambil stik
konsentrasi yaitu 10%, 20%, dan 30% dan satu pH dan mencelupkan kedalam sediaan, amati
formulasi untuk kontrol negatif (-) tanpa perubahan warna pada stik pH. Hasil
ekstrak daun sirih hijau. Langkah pertama pengujian pH dapat dilihat pada tabel 4.4
yaitu menimbang semua bahan yaitu Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI,
konsentrasi 10 %, 20%, 30%, minyak zaitun 2588:2017) berkisar antara 4-10.

6
Tabel 4.4 Hasil Uji pH Hand Soap basa yaitu indikator phenophthalein.
Formulasi pH Hasil Literatur (SNI,2017)
KN 9 Memenuhi syarat 4 – 10 Sering digunakan dalam titrasi, ternyata
10% 9 Memenuhi syarat 4 - 10 tak berwarna dalam asam dan merah muda
20% 9 Memenuhi syarat 4 – 10 dalam basa Hasil alkali bebas dapat dilihat
30% 9 Memenuhi syarat 4 – 10
pada tabel 4.7
Tabel 4.7 Hasil Uji Alkali Bebas
3. Uji Tinggi Busa Formulasi Replikasi1 Replikasi2 Replikasi3 Literatur
Sabun dimasukkan kedalam tabung 10% 0,04% 0,05% 0,048%
reaksi, kemudian masukkan aquades, dikocok 20% 0.08% 0,09% 0,08% <0,1%
dengan membolak-balikkan tabung reaksi, lalu 30% 0,09% 0,06% 0,08%
ukur tinggi busa yang dihasilkan dan diamkan
selama 5 menit (Handayani & Citra, 2009). Uji Daya Antiseptik
Kriteria stabilitas busa yang baik yaitu, apabila Uji daya antiseptik pada sediaan hand
dalam waktu tersebut diperoleh kisaran soap ekstrak daun sirih hijau diawali dengan
stabilitas busa dengan maksimal 9,5 cm (Rusli sterilisasi alat dan pembuatan NA. Tujuan
et all., 2019). Hasil pengujian tinggi busa sterilisasi yaitu untuk membebaskan alat dan
dapat dlihat pada tabel 4.5. mencegah kontaminasi dari mikroorganisme.
Tabel 4.5 Hasil Uji Daya Busa Sterilisasi alat mengunakan autoclaf pada suhu
Formulasi Replikasi Rata - rata Hasil 121oC selama 15 menit. Alat – alat yang
disterilkan dalam peneitian ini diantaranya
10% 3 5 cm Memenuhi syarat cawan petri, gelas ukur dan erlenmeyer. Dalam
20% 3 5 cm Memenuhi syarat
30% 3 6 cm Memenuhi syarat penelitian ini media yang digunakan yaitu
Karakteristik busa sabun dipengaruhi nutrient agar, karena memiliki kandungan dan
oleh beberapa faktor yaitu adanya bahan nutrisi yang lengkap bagi pertumbuhan
surfaktan, penstabil busa dan bahan-bahan bakteri, kandungan nutrisi tersebut antara lain
penyusun sabun cair lainnya (Amin, 2006). yaitu beef extract, pepton,dan agar (Mulyadi,
Apabila busa yang dihasilkan banyak dan et al.,2013). Pada uji dilakukan dengan cara
stabil maka akan lebih disukai konsumen mencuci tangan menggunakan sediaan hand
dibandingkan busa yang terbentuk sedikit dan soap kemudian dibilas dengan air kran dan
tidak stabil (Apriyani, 2013). dikeringkan kemudian tuangkan sediaan uji
4. Uji Bobot Jenis pada telapak tangan dan digosok secara
Pengujian bobot jenis dilakukan untuk merata, setelah 30 detik jari ditempelkan pada
mengetahui pengaruh bahan-bahan yang media padat nutrient agar dalam cawan petri
digunakan dalam formulasi sabun cair hingga membentuk lintasan zig–zag cara
terhadap bobot jenis sabun yang dihasilkan. seperti ini disebut swabbing. Masing-masing
Nilai bobot jenis dipengaruhi penyusunnya metode dilakukan pada 3 orang probandus
dan sifat fisiknya. Berdasarkan Standar selanjutnya, jari ditempelkan lagi di atas media
Nasional Indonesia (SNI, 1996) standar bobot Nutrient Agar. Selanjutnya media Nutrient
jenis pada sabun cair yaitu 1,01-1,1 g/mL. Agar diinkubasi pada inkubator selama 1 hari
Tabel 4.6 Hasil Uji Bobot Jenis 24 jam. Setelah diinkubasi, jumlah koloni
Formulasi Replikasi Hasil Literatur SNI bakteri dihitung dan replikasi dilakukan
10% 3 1,03g/mL sebanyak tiga kali. Berdasarkan hasil
20% 3 1,04g/mL 1,011,1g/mL
30% 3 1,05g/mL
penelitian, terlihat adanya perumbuhan koloni
bakteri pada masing – masing media, dimana
5. Uji Alkali Bebas semakin besar konsentrasi maka semakin
Penentuan kandungan alkali bebas sedikit jumlah koloni yang tumbuh pada media
pada dasarnya menggunakan metode titrasi tersebut. Hal ini menunjukan bahwa sediaan
asam basa, dimana sejumlah sampel hand soap ekstrak daun sirih hijau dapat
menurunkan jumlah koloni bakteri. Hasil
dilarutkan menggunakan pelarut etanol
pengujian antiseptik dapat dilihat pada tabel
dan barium klorida dengan penambahan 4.8.
sedikit indikator kemudian di titrasi
dengan asam sulfat (HCL) dimana proses
ini terjadi dalam suasana panas. Indikator
yang sering digunakan dalam titrasi asam

7
Tabel 4.8 Uji Aktifitas Antiseptik Sabun
Formulasi Jumlah koloni rata - rata Anonim (1985). ‘Cara Pembuatan Simplisia.
10% 100 koloni
20% 74 koloni Jakarta’ : Departemen Kesehatan
30% 41,6 koloni Republik Indonesia.

Hasil pengujian antiseptik dapat Anonim (1994). ‘Standar Mutu Sabun Padat.
dilihat pada tabel 4.8 diketahui pada formulasi Badan Standarisasi Nasional’. Jakarta.
1 terdapat jumlah rata-rata koloni bakteri 100
koloni. menurut Fierer (2009) jumlah total Anonim (1997). ‘Materia Medika Jilid 1.
koloni bakteri normal pada jari- jari tangan Jakarta’ : Departemen Kesehatan
adalah 223 koloni. Dapat dilihat pada gambar Republik Indonesia Direktorat Jenderal
1.1 Pengawassan Obat dan Makanan.

Anonim (1995). ‘Farmakope Indonesia Edisi


III. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia’. Jakarta.

Ansel,C.,H. (1989). ‘Pengantar Bentuk


Gamabar 1.1
Sediaan Farmasi Edisi IV’. UI Press.
KESIMPULAN Jakarta.
1. Sediaan hand soap ekstrak etanol daun sirih
hijau memiliki kemampuan dalam Apriyani yosi mega, Priani sani ega and Gadri
menurunkan jumlah koloni bakteri. A., 2015, Aktivitas Antibakteri Minyak
2. Formulasi 1, formulasi 2, dan formulasi 3 Batang Kayu Manis (Cinnamomum
memenuhi syarat evaluasi sediaan fisik burmanni Nees Ex Bl.) terhadap Bakteri
sabun Propionibacterium acnes, Prosiding
SARAN Penelitian SpeSIA Unisba, 348–353
Perlu dilakukan peningkatan konsentrasi
ekstrak daun sirih hijau untuk mendapatkan Badan POM RI., (2000). ‘Parameter Standar
kemampuan menurukan jumlah koloni bakteri Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.’ Jakarta :
yang lebih baik. Departemen Kesehatan Republik
UCAPAN TERIMA KASIH Indonesia.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada
STIKes Bhakti Mandala Husada Slawi Badan POM RI. (2004). ‘Monografi Ekstrak
Program Studi Farmasi Program Sarjana (S-1). Tumbuhan Obat Indonesia’. (volume I).
Kepada bapak apt.Agung Nur Cahyanta, M. Jakarta : Badan Pengawasan Obat dan
Farm dan ibu apt.Endang Istriningsih,M.Clint Makanan RI.
selaku dosen pembimbing yang telah
membantu dan memberi pengarahan dalam Dalimartha,S. (2005). “Tanaman Obat di
menyelesaikan artikel penelitian ini. Lingkungan Sekitar”. Jakarta: Puspa
DAFTAR PUSTAKA Swara
Adjirni. (1999). ‘Warta Tumbuhan Obat Dalimartha,S. (2006). “Atlas Tumbuhan Obat
Indonesia Volume 5 Nomor 3’. Jakarta: Indonesia Jilid 4”. Jakarta : Puspa Swara.
Kelompok Kerja Nasional Tumbuhan Obat
Indonesia. Damayanti R, Mulyono. (2003). “ Khasiat dan
Manfaat Daun Sirih”: Obat Mujarab dari
Amin,H.(2006). ‘Kajian Penggunaan Kitosan Masa ke Masa. Jakarta : Agromedia
Sebagai Pengisi Dalam Pembuatan Sabun Pustaka.
Transparan’. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor. Djuanda,S.,dan Sri A. S. (2003). ‘Ilmu
Tentang Penyakit Kulit Kelamin’.
Anief, M. (2006).’ Ilmu Meracik Obat Teori Penerbit FKUI. Jakarta.
dan Praktek’. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

8
(2000). ‘Parameter Standar Umum Syarief Hidayatullah. Jakarta.
Ekstrak Tumbuhan Obat’. (Edisi I).
Jakarta : Direktorat Jenderal Pengawasan Handoko. (1995). Klimatologi Dasar. Jakarta.
Obat Dan Makanan Pustaka Jaya.Harborne, J., B. (1987).
‘Metode Fitokimia Penuntun Cara
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Modern MenganalisisTumbuhan’.
(2008). ‘Farmakope Herbal Indonesia.
Penerbit ITB. Bandung.
(Edisi I)’. Jakarta : Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Djie,M. Natsir, Sartini. Dasar – Dasar
Heyne K.,(1987). Tumbuhan Berguna
Mikrobiologi Farmasi Makassar: lembaga
Indonesia Jilid II. Badan Litbang
penerbit unhas, 2008.
Kehutanan. Departemen Kehutanan RI :
Bogor.
Edoga,M. O.,2009 Comparison of Various
Fatty Acid Sources for Making Soft Soap
Jessica Ch. Kasenda, Paulina V. Y. Yamlean.,
(Part 1): Qualitative Analysis, Journal of
Widya Astuty Lolo. (2016). ‘Formulasi
Engineering and Aplied Sciences Vol. 4
Dan Pengujian Aktivitas Antibakteri
NO.2, 110 – 112.
Sabun Cair Ekstrak Daun Ekor Kucing
Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Eti, S.(2014). ‘Uji Aktivitas Antibakteri
Staphylococcus Aureus’. Pharmacon
Ekstrak Kloroform dan Ekstrak Etanol
Jurnal Ilmiah Farmasi UNSTRAT Vol. 5
Biji Bidara Laut (Strychnos ligustrinaBI)
No.3.
Terhadap Staphylococcus Aureus ATCC
25923 dan Salmonella thypi’.Jurnal
Kartasapoetra, G. (1992). Budidaya Tanaman
Ilmiah Biologi.
Berkhasiat Obat. (volume II). Jakarta :
Rineka Cipta.
Evival, R. (Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. (2000). ‘Parameter Standar
Kemenkes. (2014). Infodatin : Hari Mencuci
Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. (Edisi
Tangan Sedunia. Jakarta : Departemen
I)’. Jakarta : Direktorat Jenderal
Kesehatan RI.
Pengawasan Obat Dan Makanan
Kumar, G., Karthik, L., Venkata, K., & Rao,
Fessenden. (1982). ‘Kimia Organik Edisi III’.
B. (2012). Antibacterial activity of
Penerbit Erlangga. Jakarta.
aqueous extract of Calotropis gigantea
leaves - An in vitro study. International
Fierer N, Costello EK, Lauber CL, Hamady
Journal of Pharmaceutical Sciences
M, , Gordon JL, et al. (2009). Bacterial
Review and Research, 4(2), 141–144.
variation in human body habitats across
space and time. Science 326: 1694-1697,
Lathifa A’yunin Qorrotu. (2008). Uji
doi:10.1126/science.1177486.
Efektifitas Ekstrak Kasar Senyawa
Antibakteri Buah Belimbing Wuluh
Guntarti, A., Sholehah, K., Irna, N. dan
(Averrhoa bilimbi L) Dengan Variasi
Fistianingrum, W., 2015, Penentuan
Pelarut. Skripsi. Malang. Univesitas
Parameter Non Spesifik Ekstrak Etanol
Negeri Malng.
Kulit Buah Manggis (Garcinia
mangostana) Pada Variasi Asal Daerah.
Mukhriani. (2014). Ekstraksi Pemisahan
Jurnal Farmasains, 2(5), 202-207
Senyawa dan Indentifikasi Senyawa
Aktif. Jurnal Kesehatan.
Handayani, H. C. (2009). Pengaruh
Peningkatan Konsentrasi Ekstrak Etanol
Muthoharoh, Layin. (2011). Analisis Berbagai
96% Biji Alpukat (Persea amesicana
Pigmen Daun Sirih Hijau (Piper betle L.)
mill) Terhadap Formulasi Sediaan Sabun
dan Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz &
Padat Transparan Jurnal. Program Studi
Pav.) Berdasarkan Umur Fisiologis
Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Daun.Universitas Negeri Malang.
Kesehatan Universitas Negeri Islam
Malang.

9
Sueyani A, Sailah I, Hambali E. (2000).
Norris,Sheve. 1997. Chemical Proses ‘Teknologi Emulsi Bogor’: Institute
Industries. Tokyo: Mc Graw Hill. Pertanian Bogor. Hal 32.

Noor, S.U., dan Nurdyastuti, D., 2009, Lauret- Sukawaty Y ., Warnida H.,Artha A. V (2016).
7- Sitrat sebagai Detergensia dan Formulasi sediaan sabun mandi pada
Peningkat Busa Pada Sabun Cair Wajah ekstrak etanol umbi bawang tiwai
Glysine soja (Sieb.) Zucc, J. Ilm. Far Ind, (Eluetherine bulbosa (Mill) Urb).Media
7 (1), 39-47. Farmasi.
Oktavia, D. R. (2009). Uji Aktivitas Susilowati, Rini. (2015). Jurus Rahasia
Penangkap Radikal Ekstrak Petroleum Menguasai P3k (Pertolingan Pertama
Eter, Etil Asetat, Dan Etanol Daun Pada Kecelakan). Jakarta : Lembar Langit
Binahong (Anredera Cordifolia (Ten) Indonesia.
Steen) Dengan Metode DPPH. Skripsi.
Fakultas Farmasi: Universitas Titaley S, Fatimawali, Lolo A.W.2014.
Muhammadiyah Surakarta. Formulasi dan Uji Efektivitas Sediaan
Gel Ekstrak Etanol Daun Manggrove api
Pelczar, Michael. J., & Chan, E. C. S. (2008).
– api (Avicennia Marina) sebagai
Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid I.
Antiseptik Tangan. Jurnal Pharmacon.
Jakarta: UI Press.
Vol 03 No 02.
Rowe,R.et al (2009). Handbook of
Wasitaadmadja. (1997). ‘Penuntut Ilmu
Pharmaceutical Excipients, Fifth Edition,
Kosmetik Medik’. Jakarta : Universitas
Pharmaceutical Press, UK.
Indonesia Press. Hal 97 – 100.
Rusli, N. (2018). Formulasi sediaan sabun
padat dari minyak nilam. As-Syifaa,
WHO.2009. WHO Guidelines For Safe
10(1), 60–65.
Surgery. P. 70 – 78
Sahambangung, M. A., Datu, O. S., Tiwow, G.
WHO (World Health Organisation). WHO
A. R., & Potolangi, N. O. (2019).
Report on top ten causes of the
Formulasi Sediaan Sabun Antiseptik
death.2014 May.
Ekstrak Daun Pepaya C arica papaya.
2(1), 43–51.

Sameng, Hanseng. 2013. Formulasi Sediaan


Sabun Padat Sari Beras (Oryzae Sativa)
Sebagai Antibakteri Terhadap
Staphylococcus Epidermidis. Surakarta:
Naska Publikasi Fakultas Farmasi.

Sari, P. P., Rita, W. S., & Puspawati, N. M


2011.Identifikasi Dan Uji Aktivitas
Senyawa Tanin Dari Ekstrak Daun
Trembesi (samanea saman(jacq)Merr)
Sebagai antibakteri escheichia coli. 27 –
34.
Sastroamidjojo,S.A. (2001). ‘Obat Asli
Indonesia”. Jakarta: PT. Dian Rakyat.

Sinko, P. J., 2011, Martin Farmasi Fisika dan


Ilmu Farmasetika edisi 5, diterjemahkan
oleh Tim Alih Bahasa Sekolah Farmasi
ITB, 706, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.

10

Anda mungkin juga menyukai