Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada

Volume 17 Nomor 1 Februari 2017

UJI EFEKTIVITAS ANTIOKSIDAN KRIM EKSTRAK ETANOL DAUN


KATUK (Sauropus androgynus (L) Merr) TERHADAP DPPH
(1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil)

Lusi Nurdianti, Lilis Tuslinah


Prodi S1 Farmasi STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya
Jl Cilolohan No.36 Tasikmalaya
e-mai: lusinurdianti83@gmail.com

ABSTRAK

Daun katuk ( Sauropus androgynous (L) Merr ) adalah tanaman sayuran yang banyak terdapat di Asia
Tenggara ( Utami, 2008). Penelitian ini mengenai aktivitas antioksidan senyawa flavonoid dari daun
katuk telah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai IC50, sifat fisik dan kimia serta
aktivitas antioksidan krim ekstrak etanol daun katuk dibandingkan dengan kontrol negatif formula
yang tanpa ekstrak. Penelitian ini dilakukan dengan metode DPPH secara spektrofotometri pada λ
maks 516 nm. Krim terdiri dari 4 formula dengan variasi konsentrasi ekstrak daun katuk yaitu F1
tanpa ekstrak, F2 1%, F3 2% dan F4 3% terhadap total bobot krim. Evaluasi sifat fisik dan kimia
meliputi uji organoleptik, pH, viskositas dan uji hedonik, dilakukan juga pengujian tipe emulsi serta
uji aktivitas antioksidan dari formula terbaik dengan metode DPPH. Hasil yang diperoleh dari
penelitian ini bahwa aktivitas antioksidan dari ekstrak daun katuk adalah sangat kuat dengan nilai IC50
sebesar 32,04 ppm, sedangkan aktivitas antioksidan dari formula terbaik secara stabilitas penyimpanan
selama 28 hari adalah formula 4 dengan nilai IC50 sebesar 55,85 ppm dengan konsentrasi ekstrak daun
katuk 3%.

Kata kunci:antioksidan, daun katuk, DPPH, krim

PENDAHULUAN (Sauopus androgunus (L) Merr)”.


Tanaman merupakan penghasil Penelitian ini menyimpulkan bahwa daun
protein nabati. Di dalam tanaman terdapat katuk memiliki kemampuan sebagai
senyawa-senyawa kimia yang sangat antioksidan yang kuat pada konsentrasi
berguna bagi tubuh kita. Salah satu contoh 80,81 ppm dengan metode DPPH. Secara
jenis tanaman yang mengandung banyak spesifik suatu senyawa dikatakan sebagai
manfaatnya adalah “ katuk “. Katuk yang antioksidan sangat kuat jika nilai IC50
nama latinnya Sauropus androgynus kurang dari 50 ppm, kuat untuk IC50
adalah salah satu tumbuhan yang banyak bernilai 50-100 ppm, sedang jika bernilai
terdapat di Asia tenggara (Utami,2008). 100-150 ppm, dan lemah jika nilai IC50
Dari penelitian daun katuk banyak bernilai 151-200 ppm.
ditemukan bahwa khasiat dari daun katuk Antioksidan merupakan zat yang
memiliki aktivitas sebagai antioksidan dari dapat melawan pengaruh bahaya dari
zat fitokimia yang dikandungnya yaitu radikal bebas yang terbentuk sebagai hasil
flavonoid, isoflavonoid, fenolik, vitamin C metabolisme oksidatif, yaitu hasil dari
dan beta karoten (Zuhra,2008). reaksi-reaksi kimia dan proses metabolik
Berdasarkan hasil penelitian Zuhra yang terjadi di dalam tubuh
(2008) juga telah melakukan penelitian (Amrun,dkk,2007). Antioksidan dapat
yang berjudul “Aktivitas Antioksidan bekerja dengan cara mengatasi efek-efek
Senyawa Flavonoid dari Daun Katuk kerusakan pada kulit manusia yang
87
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 1 Februari 2017

diakibatkan oleh radikal bebas yang Bahan yang digunakan pada


merupakan faktor utama pada proses penelitian ini adalah ekstrak daun katuk,
penuaan (aging) dan kerusakan jaringan etanol 96%, metanol, DPPH, vitamin c,
kulit. Karena sifat antioksidan inilah, setil alcohol, parafin cair, metil paraben,
maka daun katuk sangat berpotensi untuk etilen biru, propil paraben, propilenglicol,
dibuat dalam sediaan kosmetik. Salah satu natrium lauril sulfat, oleum lemon,
bentuk sediaan kosmetik yang sering aquadest dan bahan-bahan lainnya yang
digunakan yaitu sediaan krim. digunakan pada penelitian.
Krim yang dibuat pada penelitian Determinasi Tumbuhan
ini adalah krim tipe (M/A), yang ditujukan Tumbuhan yang akan digunakan
untuk penggunaan kosmetika dan estetika sebagai penelitian ini diambil dari
(Juwita, dkk, 2013). Adapun dasar Perkebunan Manoko, Lembang. Dimana
pemilihan krim tipe (M/A) dikarenakan telah dilakukan determinasi di Fakultas
krim tersebut digunakan pada wilayah MIPA Univesitas Padjajaran, Bandung
kulit luas memberikan efek optimum untuk mengetahui dan memastikan familia
karena dapat meningkatkan gradient dan jenis tumbuhannya.
konsentrasi zat aktif yang menembus kulit, Pengolahan Simplisia
sehingga turut meningkatkan absorpsi Daun katuk segar dicuci sampai
perkutan (Kuswahyuning dkk, 2008). bersih dari kotoran-kotoran yang ada pada
Berdasarkan uraian-uraian yang daun katuk, daun katuk dikeringkan tidak
telah disebutkan diatas, maka diperlukan langsung dengan sinar matahari tetapi di
adanya penelitian mengenai formulasi keringkan dengan menggunakan oven
krim antioksidan ekstrak etanol daun pada suhu 50-55°C untuk mencapai bobot
katuk (Sauropus androgynus (L) Merr). tetap. Setelah kering simplisia diayak dan
dihaluskan dengan menggunakan blender.
METODOLOGI PENELITIAN
Pemeriksaan Serbuk Simplisia
Alat
Pemeriksaan serbuk meliputi
Alat yang digunakan pada
identifikasi serbuk yaitu pemeriksaan
penelitian ini yaitu alat blender, maserator,
organoleptik yang meliputi warna, bau,
neraca analitik, rotary evaporator,
rasa dan skrining fitokimia.
mikropipet/clinipette, spektrofotometri
Ekstraksi
UV-Visible, mortir, stemper, penangas air,
Ekstrak dibuat dengan metode
pH meter, viscometer brookfield,
maserasi menggunakan pelarut etanol 96%
timbangan eletrik, dan alat-alat lainnya
tujuannya adalah untuk menghindari
yang digunakan pada penelitian
resiko dari pemanasan yang akan merusak
dilaboratorium.
senyawa. Daun katuk yang telah di
Bahan
haluskan dimasukkan ke alat maserator
dan 10 bagian dari 96% etanol

88
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 1 Februari 2017

ditambahkan. campuran direndam selama konsentrasi 10 sampai dengan 70 ppm.


6 jam dengan sesekali diaduk, dan Ekstrak dengan masing-masing
kemudian membiarkannya hingga 24 jam. konsentrasi di masukkan ke dalam vial
setelah maserasi pertama, proses ini coklat dan direaksikan dengan DPPH
diulang dua kali menggunakan jumlah sebanyak 1 mL, kemudian larutan uji
yang sama yaitu dengan etanol 96%. tersebut diinkubasi selama 30 menit pada
seluruh ekstrak akhirnya diuapkan dengan suhu ruangan lalu diukur serapannya
tekanan tereduksi menggunakan rotary dengan spektrofotometer UV-Vis pada
evaporator untuk mendapatkan ekstrak panjang gelombang DPPH yang telah
kental. diukur pada waktu selang 5 menit mulai
Skrining fitokimia dari 0 sampai 30 menit. Nilai serapan
Skrining fitokimia dilakukan larutan DPPH sebelum dan sesudah
menggunakan uji tabung yang terdiri dari penambahan ekstrak tersebut dihitung
uji alkaloid, flavonoid, saponin, sebagai persen inhibisi dengan rumus
steroid/triterpenoid, fenol, tannin. sebagai berikut :
Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak
Daun Katuk % Peredaman = Abs DPPH – Abs Sampel x 100%
Abs DPPH
Ekstrak dibuat dengan perbandingan
DPPH : Ekstrak (1:1) dibuat dalam

Formulasi Krim
Konsentrasi (% b/b)
Komposisi
F1 F2 F3 F4
Ekstrak daun katuk - 1% 2% 3%
Setil alkohol 12% 12% 12% 12%
Natrium lauril sulfat 0,5% 0,5% 0,5% 0,5%
Parafin Cair 10% 10% 10% 10%
Metil Paraben 0,18% 0,18% 0,18% 0,18%
Propil Paraben 0,02% 0,02% 0,02% 0,02%
Propilenglikol 10% 10% 10% 10%
Oleum Lemon qs qs qs qs
Ad Ad
Aqua dest Ad100% Ad100%
100% 100%

Pembuatan krim (Yenti, at all, 2011) paraben dalam air yang telah dipanaskan.
Bahan yang termasuk fase minyak Krim dibuat dengan menuangkan fase
yaitu setil alcohol, propil paraben dan minyak ke dalam fase air (dimana suhu
parafin cair di panaskan diatas penangas masing-masing fase 70 C) sambil diaduk
air sehingga bercampur. Fase air dibuat dengan pengaduk elektrik (mixer) secara
dengan melarutkan terlebih dahulu metil pengadukan berselang ( intermitten

89
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 1 Februari 2017

shaking : 2 menit pengadukan dengan sediaan termasuk salah satu hal


selang waktu istirahatnya 20 detik) yang harus diperhatikan dalam
(Lachman dan Lieberman, 1994). pembuatan sediaan krim karena bila
Kemudian ekstrak daun katuk yang sudah krim terlalu kental maka susah
dilarutkan dengan propilenglikol untuk dituang sedangkan bila terlalu
dimasukkan dan diaduk hingga terbentuk encer maka lebih tepat disebut
krem. Krim dibuat dengan cara yang sama sebagai lotion dan bukan krim.
dengan konsentrasi ekstrak daun katuk Pengukuran dilakukan pada hari ke
yang berbeda. 1, 3, 7 ,9, 12,14,21 dan 28.
Evaluasi Sifat fisik dan Kimia Sediaan 4. Uji Hedonik
Krim Pengujian organoleptik meliputi
1. Uji Organoleptik aroma, warna, tekstur dan rasa
Uji organoleptik yang dilakukan dikulit dilakukan oleh 20 orang
meliputi pemeriksaan bentuk, panelis. Penilaian tersebut
tekstur, warna dan bau yang dilakukan dengan menggunakan
dilakukan secara visual. Penelitian lembar penilaian berupa skor.
ini bertujuan untuk mengamati
adanya perubahan atau pemisahan Uji Tipe Emulsi (Armini, 2014)
emulsi timbulnya bau atau tidak dan 1. Metode Dispersi Warna
perubahan warna dilakukan pada Krim sebanyak 3 gram yang telah
hari ke 1, 3, 7 ,9, 12,14,21 dan 28. dibuat dimasukkan dalam vial,
2. Uji pH kemudian ditetesi dengan larutan
Ditimbang sebanyak 1 gram krim metilen biru. Jika larutan metilen
dan diencerkan dengan 10 ml biru segera terdispersi ke seluruh
akuades kemudian gunakan pH emulsi maka emulsinya memiliki
meter bagian sensornya dan dibaca tipe m/a.
pH pada bagian monitor (Juwita, at 2. Metode Pengenceran
all, 2013). Pengukuran dilakukan Krim sebanyak 3 gram yang telah
pada hari ke 1, 3, 7 ,9, 12,14,21 dan dibuat dimasukkan dalam vial,
28. kemudian diencerkan dalam air.
3. Uji Viskositas Jika emulsi dapat tercampurkan
Uji viskositas ini bertujuan untuk dengan air maka emulsi memiliki
mengetahui tingkat kekentalan dari tipe m/a.
sediaan krim. Pada pengukuran Krim yang telah dibuat dimasukkan
viskositas ini di gunakan alat ke dalam gelas beker, kemudian
viskometer Brookfield dengan dihubungkan dengan arus listrik.
menggunakan spindle no. 4 pada 50 Lampu yang berpijar menandakkan
rpm. Kekentalan atau viskositas tipe krim adalah minyak dalam air.

90
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 1 Februari 2017

Uji Aktivitas Krim (Cairns, 2008) Daun katuk yang digunakan pada
Pengujian aktivitas dilakukan penelitian ini diperoleh dari perkebunan
terhadap krim yang paling stabil dan basis Manoko. Tahapan yang dilakukan yaitu
krem. Krim dan basis ditimbang sebanyak pencucian dengan air mengalir dengan
100 mg kemudian dilarutkan dalam 10 ml tujuan untuk menghilangkan pengotor dan
methanol pro analisa. Kemudian dibuat benda asing yang menempel pada daun
berbagai konsentrasi yaitu 1, 2, 4, 8, 10, katuk tersebut, kemudian ditiriskan dan
dan 16 ppm. Masing-masing konsentrasi dikeringkan dengan cara diangin-angin
tersebut ditambahkan dengan 1 ml larutan ditempat terbuka tanpa terkena sinar
DPPH 0,5 mM. selanjutnya larutan uji matahari langsung. Tujuan dilakukan
didiamkan selama 30 menit kemudian pengeringan yaitu untuk mengurangi
diukur secara spektrofotometer UV/Vis. kadar air dalam simplisia yang dapat
Blanko yang digunakan yaitu basis krim memicu adanya pertumbuhan mikroba,
tanpa ekstrak daun katuk. sehingga simplisia dapat disimpan lebih
Pengumpulan dan Analisa Data lama dan tidak mudah rusak oleh adanya
Rancangan penelitian yang mikroba. Simplisia kering tersebut
digunakan adalah rancangan acak lengkap kemudian dihaluskan hingga diperoleh
dan data yang diperoleh dianalisis secara serbuk daun katuk yang selanjutnya
statistic one-way ANOVA dengan ansira disimpan pada tempat kering dalam wadah
pada taraf kepercayaan. tertutup rapat (DepKes, 1979).
Pemeriksaan Serbuk Simplisia
HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan serbuk simplisia bertujuan
Determinasi Tanaman untuk melihat karakteristik dari serbuk
Determinasi dilakukan terhadap simplisia daun katuk yang meliputi organoleptik
segar daun katuk di Fakultas MIPA terdiri dari warna, bau , rasa dan skrining
Universitas Padjadjaran. Hasil fitokimia.
Determinasi menunjukkan bahwa tanaman Dari hasil pengujian organoleptik dari
tersebut merupakan daun katuk (Sauropus serbuk daun katuk dapat dilihat dalam
androgynus (L) Merr). tabel :
Hasil Pengolahan Bahan

Nama warna bau rasa


Serbuk daun katuk hijau Tidak berbau Tidak berasa

Skrining fitokimia dilakukan untuk dilakukan pada serbuk simplisia dan


mengetahui kandungan senyawa metabolit ekstrak kental daun katuk, dari hasil
sekunder yang terdapat pada simplisia skrining fitokimia yang dilakukan terdapat
daun katuk. Skrining fitokimia ini metabolit sekunder yang terkandung
91
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 1 Februari 2017

dalam simplisia dan ekstrak kental daun dapat dilihat pada Tabel.
katuk tersebut. Hasil skrining fitokimia

Golongan Senyawa Hasil Keterangan


Alkaloid + Endapan putih
Flavonoid + Warna Jingga yang ditarik oleh amil alkohol
Polifenol + Endapan Hitam
Tanin + Endapan Putih
Steroid + Terbentuk Warna Hijau
Kuinon + Tebentuk warna Jingga
Triterpenoid - -
Monoterpenoid dan
+ Terbentuk Warna-warna
Seskuiterpenoid
Saponin - Tidak terbentuk Busa Stabil

Ekstraksi aktivitas antioksidan yang sederhana,


mudah dan cepat. DPPH direaksikan
Ekstraksi yang dilakukan pada daun katuk
dengan senyawa peredam radikal bebas
menggunakan ekstraksi dengan cara
maka intensitas warna ungu akan
dingin yaitu maserasi. Dimana simplisia
berkurang dan bila senyawa peredam
yang digunakan dalam proses maserasi ini
radikal bebas yang bereaksi jumlahnya
sebanyak 200 gram dengan menggunakan
besar akan menetralkan radikal bebas dan
pelarut etanol 96 % yang berlangsung
membentuk DPPH tereduksi, maka warna
selama 3 x 24 jam sambil sesekali
larutan berubah dari warna ungu tua
dilakukan pengadukan. Setelah itu,
menjadi kuning sampai berwarna bening. (
maserat yang dihasilkan diuapkan dengan
Windono,2011)
menggunakan rotary evaporator sampai
Pengukuran panjang gelombang
terbentuk ekstrak kental (Harbone, 1987).
DPPH dilakukan menggunakan metanol
Hasil perhitungan rendemen ekstrak di
sebagai blanko dan pada larutan DPPH
dapat rendemen ekstrak daun katuk
dalam metanol hasil terukur yaitu pada
sebesar 8,5%.
panjang gelombang 516 nm dengan
Hasil Uji Aktivitas Ekstrak Daun
memberikan nilai absorbansi 0,671.
Katuk dan Vitamin C Sebagai
Pada pemeriksaan sampel, ekstrak
Antioksidan Dengan Metode DPPH
diencerkan dalam beberapa konsentrasi
Pengukuran aktivitas antioksidan
yang kemudian direaksikan dengan DPPH
ekstrak daun katuk dan vitamin C dengan
dengan waktu selang 5 menit selama 0-30
DPPH menggunakan spektrofotometri
menit, berdasarkan optimasi dalam waktu
UV-Visible. Metode DPPH dipilih karena
30 menit DPPH sudah bereaksi sempurna.
merupakan suatu metode pengujian

92
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 1 Februari 2017

Semakin banyak atom hidrogen dari kemmapuan antioksidan yang dapat


ekstrak yang bereaksi dengan radikal menghambat 50% radikal bebas DPPH,
bebas DPPH, maka ikatan rangkap diazo dan nilai x adalah konsentrasi efektif dari
yang terdapat pada DPPH akan berkurang ekstrak dalam menghambat 50% DPPH
dan menyebabkan penurunan nilai yang dihitung ppm. Dari hasil perhitungan
absorbansi. diperoleh nilai IC50 sebesar 32,04 ppm
Dari data pengukuran kekuatan yang artinya aktivitas antioksidan dari
aktivitas antioksidan diukur dengan ekstrak daun katuk sangat kuat. Untuk
menentukan nilai IC50 yang dihitung dari hasil vitamin C didapat nilai IC50 0,8 ppm
kurva regresi linier antara % peredaman yang artinya aktivitas antioksidan sangat
(Y) terhadap konsentrasi ektrak (X) kuat. Untuk hasilnya bisa dilihat pada
dengan nilai y adalah 50% yaitu nilai tabel.

Sampel Konsentrasi (ppm) Absorbansi % Peredaman IC50 ( ppm) keterangan


70 0,12 82,11
60 0,165 75,4
50 0,229 65,87
Ekstrak daun Katuk 40 0,27 59,76 32,04 sangat kuat
30 0,36 46,34
20 0,403 39,94
10 0,47 29,95
0,5 0,363 45,61
1 0,321 51,72
1,5 0,282 57,59
Vitamin C 2 0,247 62,85 0,8 sangat kuat
2,5 0,212 68,12
3 0,189 71,57

Studi Preformulasi dan Pembuatan antara 13-16. Semakin tinggi nilai HLB
Krim Antioksidan Ekstrak Daun Katuk dari suatu emulgator maka sifatnya lebih
Pada tahap studi preformulasi dilakukan hidrofilik sedangkan semakin rendah akan
studi literatur mulai dari zat aktif maupun lebih lipofilik. Formula krim dibuat 3
eksipient yang akan digunakan dalam formula dengan variasi konsentrasi ekstrak
pembuatan sediaan krim. Preformulasi daun katuk 1,2, dan 3% dan formula
sediaan dimulai dengan optimasi formula blanko yang hanya basis saja tanpa adanya
dengan menggunakan konsentrasi basis penambahan ekstrak. Tujuan melakukan
yang ada dalam formula. Pada tahap ini variasi basis yaitu untuk mendapatkan
dibuat sediaan krim tipe minyak dalam air formula yang paling baik dan stabil
dengan dengan menggunakan variasi basis selama waktu penyimpanan selama 28
setil alkohol. Krim yang akan dibuat hari dilihat dari organoleptik, pH dan
merupakan tipe emulsi m/a sehingga viskositas. Hasil pengujian stabilitas
pemilihan basis yang digunakan yang selama 28 hari akan dilanjutkan pada
memiliki rentang nilai HLB yang tinggi pengujian aktivitas antioksidan untuk
93
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 1 Februari 2017

melihat aktivitas antioksidan dari krim viskositas yang didapat dari pengujian
yang mengandung ekstrak daun katuk. selama 28 hari tidak mengalami
Evaluasi Sifat Fisik dan Kimia dari perubahan yang signifikan dan berada
Sediaan Krim Antioksidan Ekstrak pada nilai antara 2090-2110 cps.
Daun Katuk Uji Hedonik
Uji Organoleptik Uji hedonik dilakukan terhadap semua
Pengamatan organoleptik dilakukan formula krim antioksidan ekstrak daun
terhadap semua sediaan krim ekstrak daun katuk. Uji hedonik dilakukan pada 30
katuk yang disimpan selama 28 hari pada panelis dengan cara dioleskan pada
suhu kamar memberikan hasil bahwa punggung tangan panelis. Penilaian yang
semua formula memberikan hasil yang dilakukan meliputi kelembutan,
paling baik dan stabil artinya tidak kelengketan, kemudahan dibersihkan, dan
menunjukkan perubahan terhadap warna kemudahan diratakan.
dan bau selama penyimpanan 28 hari. Berdasarkan data hasil uji hedonik
Uji pH menunjukkan bahwa F4 yaitu krim dengan
Pemeriksaan ini dilakukan untuk konsentrasi ekstrak daun katuk 3% yang
mengetahui nilai pH dari sediaan apakah paling disukai dibandingkan formula
selama penyimpanan 28 hari ada F1,F2 fan F3. Dari hasil statistik
perubahan pada nilai pH atau tidak. Untuk menunjukkanadanya perbedaan yang
parameter pH kulit yaitu antara 5,0-6,5. signifikan antar formula dengan
Dari hasil pengamatan didapatkan bahwa asymp.sig<0,05.
formula F4 yaitu formula dengan Uji Tipe Emulsi
konsentrasi ekstrak daun katuk 3% Tipe emulsi dilakukan untuk
merupakan formula yang paling stabil membuktikan bahwa krim yang dibuat
yaitu berada pada pH 6,0 dari mulai merupakan krim dengan tipe emulsi o/w.
pengujian hari ke -1 sampai hari ke -28. Uji dilakukan dengan metode pengenceran
Untuk formula F1,F2 dan F3 mengalami yang didasarkan pada kelarutan emulsi
perubahan pH meskipun masih dalam dalam cairan yang menyusun fase
rentang pH kulit. kontinyu. Hasil yang diperoleh tipe emulsi
Uji Viskositas menunjukkan semua krim terencerkan
Pengujian viskositas sediaan krim dalam air. Hal ini membuktikan bahwa
dilakukan dengan menggunakan alat krim ekstrak daun daun katuk merupakan
Viscometer Brookfield dengan tujuan krim tipe o/w. Selain itu juga untuk
untuk melihat kekentalan dari sediaan menguji tipe emulsi /krim tipe o/w
krim. Data yang diperoleh selama dilakukan dengan metode dispersi warna
penyimpanan 28 hari bahwa formula (F4) dengan menggunakan larutan metilen biru
adalah yang paling stabil diantara 3 dan hasil yang didapat bahwa larutan
formula yang lainnya artinya nilai metilen biru segera terdispersi ke seluruh

94
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 1 Februari 2017

emulsi dan itu menunjukkan bahwa maka penyimpanan selama 28 hari artinya nilai
emulsinya memiliki tipe m/a. viskositas untuk tiap waktu pengujian
Uji Aktivitas Antioksidan Krim mengalami perbedaan. Sedangkan pada
Ekstrak Daun Katuk formula 4 nilai viskositas selama waktu
Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan pengujian 28 hari didapatkan nilai yang
pada formula paling baik selama hampir sama dan nilainya tidak berbeda
penyimpanan 28 hari yaitu formula 4 secara signifikan antara waktu tiap
dengan konsentrasi ekstrak daun katuk pengujian selama 28 hari.
3%. Pengujian aktivitas antioksidan
UCAPAN TERIMAKASIH
dilakukan dengan mengukur %
Saya ucapkan terima kasih yang sebesar-
penghambatan sediaan terhadap radikal
besarnya kepada DIKTI yang telah
bebas DPPH. Aktivitas diukur dengan
memberikan kesempatan dalam
spektrofotometri UV-Vis pada panjang
melaksanakan hibah PDP ini dan pihak
gelombang 517 nm. Sebanyak 1 ml dari
institusi yang telah memfasilitasi sarana
konsentrasi masing-masing ditambahkan
dan prasarana kepada peneliti dalam
dengan 1 ml larutan DPPH 0,005%,
melaksanakan hibah penelitian PDP ini
diinkubasi selama 30 menit pada tempat
serta semua pihak yang telah membantu
gelap agar bereaksi sempurna. Dari data
kelancaran penelitian ini.
yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai
IC50 dari sediaan krim ekstrak etanol daun
KESIMPULAN DAN SARAN
katuk yaitu sebesar 55,85 ppm artinya
KESIMPULAN
aktivitas antioksidan dari sediaan krim
Berdasarkan hasil penelitiandapat
berada pada rentang nilai kuat karena
disimpulkan bahwa ekstrak dari daun
berada pada rentang 50-100 ppm.
katuk memiliki aktivitas antioksidan yang
Analisis Data
sangat kuat dilihat dari nilai IC50 sebesar
Dari hasil uji statistik menunjukan bahwa
32,04 ppm. Pada formula krim ekstrak
nilai signifikan untuk Uji viskositas
daun katuk dengan konsentrasi basis setil
sediaan krim ekstrak daun katuk adalah
alkohol yang bervariasi mendapatkan hasil
0,057>0,05, yang artinya data homogen
bahwa formula 4 dengan konsentrasi
dan berdistribusi normal. Selanjutnya
ekstrak daun katuk 3% dengan basis setil
dilanjutkan dengan uji ANAVA. Dari
alkohol merupakan formula yang paling
hasil menunjukan adanya perbedaan nilai
stabil selama penyimpanan 28 hari jika
viskositas pada setiap formula dengan
dilihat dari organoleptik, pH dan
peningkatan konsentrasi ekstrak yang
viskositas. Berdasarkan uji hedonik
disimpan selama 28 hari. Dari perlakuan
formula F4 yang paling disukai oleh
yang didapat bahwa viskositas Formula
panelis jika dilihat dari parameter
1,Formula 2 dan Formula 3 berbeda
kelembutan, kelengketan, kemudahan
signifikan untuk setiap waktu
95
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 1 Februari 2017

dibersihkan dan kemudahan diratakan. Penerbit Buku Kedokteran hal


Berdasarkan data yang diperoleh hasil IC50 155-158.
dari krim ekstrak etanol daun katuk pada Juwita, Anisa Puspa., Yamlean, Paulina
formula 4 adalah 55,85 ppm artinya V.Y., dan Edy, Hosea Jaya.
bahwa aktivitas antioksidan berada pada “Formulasi Krim Ekstrak Etanol
rentang kuat. Dilihat dari hasil evaluasi Daun Lamun (Syringodium
stabilitas sediaan krim selama 28 hari isoetifolium)”. Jurnal Ilmiah
menunjukkan bahwa adanya perbedaan Farmasi-UNSRAT. 2013; 2(2):
antara formula 1,2 dan 3 dilihat dari nilai 8-12.
pH dan viskositas. Kurniati, Novi. 2011. “Uji Stabilitas Fisik
SARAN Dan Aktivitas Antioksidan
Perlu dilakukan penelitian lanjutan yaitu Formula Krim Mengandung
uji difusi dari sediaan krim antioksidan. Ekstrak Kulit Buah Delima (
Punica granatum L)”. Skripsi.
DAFTAR PUSTAKA
Fakultas Matematika dan Ilmu
Amrun, H.M., Umiyah & Evi Umayah U.
Pengetahuan Alam Universitas
2007. “ Uji Aktivitas ntioksidan
Indonesia.
Ekstrak Air dan Ekstrak Air dan
Kuswahyuning, R., dan Sulaiman, T.N.S.
Ekstrak Metanol Beberapa
2008. “Teknologi dan Formulasi
Varian Buah Kenitu
Sediaan Semipadat”.
(Chrysophyllum cainiti L) dari
Yogyakarta : Laboratorium
Daerah Jember.
Teknologi Farmasi Fakultas
Berk.Penel.Hayati.13:45-50
Farmasi UGM. Hal : 7
Anwar, Effionora. 2012 . Eksipien Dalam
Utami, Prapti . 2008 . Buku Pintar Tanaman
Sediaan Farmasi. Jakarta : Dian rakyat.
Obat. Tangerang : AgroMedia
Armini. 2014. “Pengaruh Variasi Ekstrak
Pustaka.
Metanol Kulit buah Rambutan (
Winarsi,Hery, 2007 Antioksidan Alami dan
Nephelium lappaceum L.)
Radikal Bebas. Yogyakarta: Kanisius
Terhadap Kestabilan fisik Krim
Zuhra, Cut Fatimah, dkk. 2008. “Aktivitas
Antioksidan. Vol.3(2) : 1-9
Antioksidan Senyawa Flavonoid
Cairns, D., 2008, “Intisari Kimia
dari Daun Katuk
Farmasi”. Ed.2. Terjemahan
(Sauopusandrogunus (L) Merr)”.
oleh Simanjuntak J. Jakarta;
Jurnal Biologi Sumatera Vol3 No 1.
Hlm. 7-10, Januari 2008.

96

Anda mungkin juga menyukai