Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Jamu Indonesia (2016) 1(1):26-34 Artikel Penelitian

Aktivitas Antioksidan dan Antibakteri Ekstrak Daun Pometia pinnata

Penulis Harlinda Kuspradini*, Whicliffe Fiernaleonardo Pasedan, Irawan Wijaya Kusuma

Afiliasi Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman

Kata Kunci Abstrak


 Pometia pinnata Penelitian ini bertujuan menentukan aktivitas antioksidan dan antibakteri berbagai
 Antioksidan jenis ekstrak daun Pometia pinnata. Kegiatan yang dilakukan meliputi proses
 DPPH ekstraksi daun Pometia pinnata dari Kalimantan Timur dengan teknik maserasi
 Antibakteri
bertingkat menggunakan 3 pelarut: n-heksana, etil asetat, dan etanol. Ekstrak
 2, 3, 5-triphenyl
tetrazolium chloride tersebut kemudian dievaluasi aktivitas antioksidan dan antimikrobanya.
(TTC) Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun P. pinnata mengandung
alkaloid, tannin, dan kumarin. Hasil pengujian antioksidan dengan metode
peredaman radikal bebas DPPH, pada konsentrasi 100 ppm menunjukkan aktivitas
antioksidan yang tinggi dengan nilai 89,23%, 89,23% dan 90,38% pada masing-masing
ekstrak n-heksana, etil asetat dan etanol. Nilai antioksidan menunjukkan nilai yang
hampir sama dengan antioksidan vitamin C sebesar 96 pada konsentrasi 25. Hasil
pengujian antimikroba dengan metode pewarnaan 2, 3, 5-triphenyl tetrazolium
Diterima 21 Agustus 2015
chloride (TTC) menunjukkan bahwa ekstrak daun P. pinnata memiliki kemampuan
Direvisi 5 November 2015
Disetujui 24 Februari 2016
yang cukup kuat dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans,
Streptococcus sobrinus, Escherichia coli kecuali terhadap Propionibacterium acne.

Pendahuluan
Indonesia yang terletak di daerah tropis memiliki keunikan dan kekayaan hayati yang
sangat luar biasa. Tercatat tidak kurang dari 30.000 jenis tanaman obat yang tumbuh
*Penulis korespondensi di Indonesia walaupun yang sudah tercatat sebagai produk fitofarmaka (bisa
Harlinda Kuspradini diresepkan) baru terdapat sebanyak 5 produk dan obat herbal terstandar tercatat
Fakultas Kehutanan Universitas sebanyak 28 produk (Kurdi 2010). Tanaman dari famili Sapindaceae banyak tersebar
Mulawarman di wilayah Indonesia dan di antara sudah digunakan sejak dulu oleh masyarakat lokal
Jl. Ki Hajar Dewantara Kampus
Gunung Kelua Samarinda.
sebagai tanaman kebutuhan sehari – hari dan obat tradisional. Dari penelitian yang
75117. Kalimantan Timur sudah dilakukan, beberapa jenis tanaman dari famili Sapindaceae memiliki potensi
alinkuspra@gmail.com untuk dijadikan obat, antara lain Lepisanthes amoena, Cardiospermum Halicacabum,
Quality control using Image Analysis and Chemometrics 27
Paullinia pinnata, Nephelium lappaceum, daun yang digunakan dalam pengujian. Untuk
Cardiospermum canescens (Thitilertdecha, et al 2010; mencari faktor kelembaban digunakan rumus berikut:
Kuspradini et al. 2012; Rajasekaran et al. 2013;
Udhayasankar et al. 2013; Lunga et al. 2014). P.
pinnata atau dikenal dengan Matoa merupakan jenis
tanaman famili Sapindaceae yang tersebar di wilayah
Asia Tenggara (Malaysia dan Indonesia) dan
Proses ekstraksi menggunakan metode
dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat – obatan
maserasi suksesif atau ekstraksi bertingkat. Pada
tradisional dan buahnya dapat dimakan.
proses awal, sampel direndam menggunakan pelarut
Penyebarannya di wilayah Indonesia meliputi daerah
n-heksana. Residu dari n-heksana kemudian
Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, P.Sumbawa
dimaserasi kembali dengan menggunakan pelarut etil
(NTB), dan Maluku (Sudarmono 2000). Beberapa hasil
asetat. Pada akhir dari proses maserasi, residu dari
penelitian sebelumnya yang mengatakan bahwa
etil asetat direndam menggunakan pelarut etanol.
ekstrak daun P. pinnata mampu menghambat virus
Semua kegiatan perendaman sampel dilakukan
HIV-1 IN (Suedee 2012) dan kulit batangnya memiliki
pengadukan shaker selama 2 x 24 jam pada suhu
aktivitas inhibitor α-glukosidase (Mataputun et al.
kamar. Selanjutnya larutan disaring dan dipekatkan
2013). Buah tumbuhan Matoa juga sudah sangat
menggunakan rotary vacuum evaporator sehingga
terkenal memiliki khasiat sebagai antioksidan, namun
didapatkan ekstrak kasar pada setiap pelarut.
bagian lain dari tumbuhan ini belum diketahui
Analisis fitokimia dilakukan terhadap ekstrak n-
aktivitas antioksidannya.
heksana, etil asetat, dan etanol dari 4 jenis tanaman
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan
famili Sapindaceae. Analisis fitokimia yang dilakukan
aktivitas antioksidan dan antimikroba daun tanaman
meliputi uji perubahan warna yang mengacu pada
P. pinnata yang diekstraksi dengan cara metode
Harborne (1987), Kokate (2001), dan Senthilmurugan
maserasi bertingkat menggunakan pelarut n-heksana,
et al. (2013) untuk menguji adanya senyawa aktif,
etil asetat dan etanol. Pengukuran aktivitas
antara lain:
antioksidan dilakukan menggunakan metode
1. Uji alkaloid (Kokate 2001). Sebanyak 5 ml ekstrak
peredaman radikal bebas DPPH dan antimikroba
ditambahkan 2 ml HCl, kemudian dimasukkan 1
terhadap 4 jenis bakteri (Propionibacterium acnes,
ml larutan Dragendorff. Perubahan warna
Streptococus mutans, Streptococcus sobrinus, dan
larutan menjadi jingga atau merah
Escherichia coli).
mengindikasikan bahwa ekstrak mengandung
Diharapkan dari penelitian ini dapat memberikan
alkaloid.
informasi mengenai potensi antioksidan dan
2. Uji flavonoid (Senthilmurugan et al. 2013). 1 ml
antibakteri serta sebagai salah satu referensi/
ekstrak direbus dengan 5 ml air aquades selama
perbandingan untuk penelitian lebih lanjut.
5 menit, kemudian disaring lalu diukur sebanyak
1 ml filtrat dan ditambahkan beberapa tetes
Metode Penelitian
larutan natrium hidroksida 20%, jika pada saat
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia
penambahan terbentuk warna kuning maka
Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas
filtrat tersebut mengandung flavonoid.
Mulawarman. Proses awal pembuatan ekstrak adalah
3. Uji Triterpenoid dan Steroid (Harborne 1987).
penyiapan serbuk simplisia kering. Sampel daun yang
Identifikasi dilakukan dengan menggunakan
digunakan dibersihkan dari kotoran lalu dikeringkan
campuran asam asetat anhidrida dan asam sulfat
dalam ruangan dengan suhu konstan. Setelah kering,
pekat yang biasa dikenal dengan pereaksi
semua daun diblender hingga menjadi serbuk.
Liebermann-Burchard. Pada pengujian ini 10
Pengukuran faktor kelembaban dilakukan
tetes asam asetat anhidrida dan 2 tetes asam
dengan menggunakan standar TAPPI T264 om-88.
sulfat pekat ditambahkan secara berurutan
Pengukuran faktor kelembapan dilakukan untuk
mendapatkan berat sampel kering oven dari sampel
28 Kuspradini et al.
ke dalam 1 ml sampel uji yang telah dilarutkan spektrofotometer. Aktivitas antioksidan dapat
dalam aseton. Selanjutnya sampel uji dikocok ditentukan melalui dekolorisasi dari DPPH pada
dan dibiarkan beberapa menit. Reaksi yang panjang gelombang 514 nm.
terjadi diikuti dengan perubahan warna, apabila
terlihat warna merah dan biru maka uji
dinyatakan positif adanya steroid.
4. Uji tanin (Kokate 2001). Pengujian dilakukan Dimana:
dengan memasukkan 10 ml larutan ekstrak ke  ABS control = Nilai absorbansi tanpa ekstrak
dalam tabung reaksi dan ditambahkan larutan  ABS sampel = Nilai absorbansi dengan ekstrak
timbal asetat (CH3COO)2Pb 1%. Tanin dinyatakan
positif apabila pada reaksi terbentuk endapan Pengujian Antibakteri dilakukan dengan
kuning. metode pewarnaan menggunakan 2, 3, 5-triphenyl
5. Uji saponin (Harborne 1987). Pengujian tetrazolium chloride (TTC). Bakteri yang digunakan
dilakukan dengan menimbang sampel uji 60 mg adalah P. acnes, S. mutans, S. sobrinus, dan E.coli.
pada tabung reaksi kemudian dilarutkan aseton Sebelum dilakukan pengujian antibakteri,
sebanyak 2 ml, lalu ditambahkan air panas 3 ml. dipersiapkan sampel uji dengan membuat stok
Selanjutnya larutan didinginkan dan dikocok sampel uji. Sampel uji ditimbang sebanyak 5 mg,
selama 10 detik. Terbentuknya buih mantap kemudian ditambahkan etanol 40 % sebanyak 1 mL
selama kurang lebih 10 menit dengan ketinggian untuk membuat stok dengan konsentrasi sebesar
1–10 cm dan tidak hilang bila ditambahkan 1 5000 ppm.
tetes HCl 2N menandakan bahwa ekstrak yang Media bakteri yang digunakan dalam pengujian
diuji mengandung saponin. ini adalah media cair dan padat. Sebanyak 8 gram
6. Uji karotenoid (Senthilmurugan et al. 2013), nutrient broth, 10 gram glukosa, dan 20 gram agar
sebanyak 1 ml ekstrak dicampur dengan 5 ml dimasukkan ke dalam 1000 ml akuades dan
kloroform dalam tabung reaksi, kemudian dididihkan sampai melarut sempurna, lalu
dikocok lalu disaring kemudian ditambahkan dimasukkan ke dalam gelas piala untuk disterilisasi
asam sulfat 85%. Jika terbentuk warna biru di dengan autoclave pada suhu 121o C selama 20 menit
atas permukaan maka menunjukkan adanya (Thiel, 1999).
karotenoid. Bakteri yang digunakan dalam pengujian ini
7. Uji Kumarin (Senthilmurugan et al. 2013). adalah P. acnes, S. mutans, S. sobrinus, dan E. coli.
Sebanyak 1 ml larutan ekstrak dicampur dengan Bakteri dimasukkan ke dalam akuades lalu
beberapa tetes NaOH kemudian ditambahkan dihomogenkan. Bakteri yang digunakan disesuaikan
alkohol jika terbentuk warna kuning maka dengan standar Mc. Farland skala 0,5 atau pada
menunjukkan adanya kumarin. transmitan 74 % dengan panjang gelombang 600 nm
Metode uji antioksidan yang digunakan (Prolab Diagnostics 2012)
berdasarkan metode Shimizu et al. (2001). Uji Metode uji antibakteri yang digunakan
dilakukan dengan menggunakan UV/VIS 1200 berdasarkan metode Elkhair et al. (2010) yang sudah
spektrofotometer dengan temperatur 25 °C. dimodifikasi. Stok sampel dimasukkan ke dalam
Disiapkan tabung reaksi kemudian sebanyak 33 μl microplate 96 wells sebanyak 50 μl dan dilakukan
ekstrak daun yang telah dilarutkan dalam DMSO pengenceran dengan hasil konsentrasi akhir pada
dimasukkan dalam tabung, ditambahkan 467 μl well 1250 – 312.5 µg/ml. Kemudian ditambahkan
etanol, lalu dihomogenkan antara pelarut dan media cair nutrient broth sebanyak 100 μl dan 50 μl
sampel, kemudian ditambahkan 500 μl DPPH larutan bakteri yang telah disuspensi dengan
(konsentrasi 0,0027 % pada pelarut etanol) setelah akuades. Microplate yang telah diinokulasi dengan
itu diinkubasi selama 20 menit dalam suhu ruang bakteri diinkubasi selama 24 jam pada incubator
tanpa cahaya. Sampel yang telah diinkubasi dengan suhu 37 °C. Satu jam sebelum proses inkubasi
dimasukkan ke dalam cuvette untuk melakukan selesai, ditambahkan 50 μl larutan 2, 3, 5-triphenyl
perhitungan peredaman DPPH menggunakan tetrazolium chloride (TTC). Proses akhir dari
Aktivitas antioksidan dan antibakteri ekstrak daun Pometia Pinnata 29
pengujian ini adalah timbulnya warna merah yang pada ekstrak n-heksana dengan nilai rendemen
mengindikasikan masih hidupnya bakteri yang diuji ke 0,99%. Maserasi menggunakan pelarut etanol dinilai
masing–masing sampel. Konsentrasi Hambat lebih menguntungkan karena sifat etanol yang
Minimum (KHM) dilihat dari well pertama yang tidak mudah melarutkan senyawa yang bersifat non-polar,
berwarna merah. semi-polar dan polar (Arifin et al. 2006). Hal inilah
Setelah mengetahui KHM dari sampel uji, yang menyebabkan rendemen tertinggi ekstrak ada
Selanjutnya dilakukan pengujian antimikroba untuk pada pelarut etanol.
mengetahui konsentrasi bunuh minimum (KBM) dari Metabolit sekunder adalah senyawa kimia yang
sampel uji. Dimasukkan sebanyak 20 ml media padat umumnya mempunyai kemampuan bioaktivitas dan
ke dalam cawan petri. Kemudian dimasukkan sampel berfungsi sebagai pelindung tumbuhan tersebut dari
yang sudah diketahui KHM-nya ke dalam media padat gangguan, misalnya gangguan hama. Senyawa
dengan metode streak plate. Kemudian diinkubasi metabolit sekunder telah banyak digunakan sebagai
selama 18 jam. Proses akhir dari pengujian ini adalah zat warna, racun, aroma makanan, obat–obatan dan
tumbuh tidaknya bakteri yang sudah diketahui KHM sebagainya serta sangat banyak jenis tumbuh–
untuk mengetahui sampel uji memiliki daya bunuh tumbuhan yang digunakan obat–obatan yang dikenal
terhadap bakteri. sebagai obat tradisional sehingga diperlukan
penelitian tentang penggunaan tumbuh–tumbuhan
Hasil dan pembahasan berkhasiat dan mengetahui senyawa kimia yang
Metode ekstraksi yang digunakan adalah berfungsi sebagai obat. Identifikasi kandungan
maserasi bertingkat (non polar - polar) menggunakan metabolit sekunder merupakan langkah awal yang
pelarut n-heksana, etil asetat dan etanol. Hal ini penting dalam penelitian pencarian senyawa bioaktif
bertujuan agar zat aktif yang ada dalam sampel bisa baru dari bahan alam yang dapat menjadi prekursor
diekstraksi secara maksimal. Selain itu perbedaan bagi sintesis obat baru atau prototipe obat
pelarut yang digunakan bertujuan untuk beraktivitas tertentu (Rasyid 2012).
mengekstraksi zat aktif yang berbeda polaritasnya Seluruh ekstrak daun P pinnata mengandung
sehingga bisa diekstraksi dengan baik. Serbuk alkaloid. Tanaman famili Sapindaceae salah satu
direndam selama 2 x 24 jam kemudian dipekatkan kategori tumbuhan berbuah yang memiliki rasa pahit
hingga diperoleh ekstrak kasar. pada bagian daun. Hal ini diduga terkait dengan
Hasil ekstraksi dari daun P. pinnata adanya kandungan alkaloid pada tumbuhan famili
menunjukkan nilai rendemen tertinggi sebesar Sapindaceae. Astarina et al. (2013) mengatakan
12.26% dengan menggunakan pelarut etanol. bahwa hampir seluruh alkaloid berasal dari
Sementara itu untuk rendemen terendah terdapat tumbuhan dan ditemukan dalam berbagai bagian

Tabel 1. Rendemen Ekstrak dengan Pelarut n-Heksana, Etil asetat dan Etanol
No Pelarut Berat Sampel Awal (gram) FK* Berat Ekstrak (gram) Rendemen (%)
1 n-heksana 180.12 0.86 1.78 0.99
2 Etil Asetat 180.12 0.86 5.18 2.88
3 Etanol 180.12 0.86 22.09 12.26
*FK = Faktor Kelembaban
Tabel 2. Kandungan Fitokimia Ekstrak Daun P. pinnata
Fitokimia
No Ekstrak dengan pelarut pengekstraksi
Alk Flav Terp Tan Sap Ster Krt Kum
1 N - Heksana + + + + - - - +
2 Etil Asetat + + - + - + - +
3 Etanol + + + + + - - +
Ket: Alk: Alkaloid; Flav: Flavonoid; Terp: Terpenoid; Sap: Saponin; Ster: Steroid; Krt: Karotenoid; Kum:
Kumarin; + : Ada. - : Tidak ada
30 Kuspradini et al.
tanaman. keluar. hal ini menyebabkan senyawa saponin mudah
Menurut Aniszewki (2007), alkaloid merupakan ekstraksi di pelarut yang bersifat polar seperti etanol.
senyawa yang memiliki aktivitas antimikroba. yaitu Rizwana et al. (2010) juga melaporkan bahwa
menghambat esterase dan juga DNA dan RNA senyawa ini dipercaya dapat mengkontrol kolesterol
polimerase. juga menghambat respirasi sel dan pada proses diet. dan juga digunakan sebagai obat
berperan dalam interkalasi DNA. Selain itu. alkaloid beberapa penyakit kulit (seperti ruam). Saponin juga
adalah senyawa kimia organik yang mengandung bisa digunakan sebagai anti – inflamasi serta
nitrogen heterosiklik dan kebanyakan dari senyawa digunakan untuk proses penyembuhan pada penyakit
ini bersifat toksik/beracun serta tidak memiliki bau tuberkolosis.
yang sedap. Alkaloid dapat meningkatkan serapan Senyawa triterpenoid biasanya mudah diisolasi
nutrisi dan melancarkan peredaran darah. jika terbentuk minyak atsiri. Hal ini sejalan dengan
mengurangi rasa sakit dan menstimulasi sistem pendapat Lenny (2006) yang menyebutkan bahwa
syaraf. Senyawa alkaloid juga dapat digunakan triterpenoid adalah komponen – komponen
sebagai anti bakteri dan anti jamur (Rizwana et al. tumbuhan yang mempunyai bau dan dapat diisolasi
2010). dari bahan nabati dengan penyulingan disebut
Flavonoid merupakan grup fenolik yang sebagai minyak atsiri. Dalam Mbadianya et al. (2013)
tersebar secara luas di dalam tumbuhan. berpotensi melaporkan bahwa steroid adalah senyawa yang
dan memiliki aktivitas anti – kanker yang tinggi. memiliki aktivitas antibakteri dan merupakan
Flavonoid juga telah terbukti diketahui sebagai senyawa yang memiliki peranan penting dalam
senyawa dengan efek farmakologi yang cukup tinggi perkembangan hormon.
misalnya sebagai antibakteri. antioksidan. anti- Pada pengujian kandungan karotenoid. semua
inflamasi dan anti jamur pada salah satu metabolit ekstrak tidak menunjukkan adanya kandungan
sekundernya (Mbadianya et al.. 2013; Rahimah et al.. senyawa karotenoid. Berbeda dengan karoteniod.
2013). semua ekstrak daun P pinnata mengandungg
Disebutkan dalam Harborne (1987) bahwa kumarin. Isnawati et al. (2008) melaporkan bahwa
tannin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh. kumarin memiliki aktivitas biologis diantaranya dapat
sedangkan dalam angiospermae terdapat dalam menstimulasi pembentukan pigmen kulit,
jaringan kayu. Tannin yang terdapat dalam tanaman mempengaruhi kerja enzim, anti-koagulan darah,
biasanya dipakai sebagai pewarna alami. Kebutuhan antimikroba dan menunjukkan aktivitas menghambat
pewarna alami dipenuhi dari beberapa tanaman efek karsinogen. Selain itu senyawa turunan kumarin
diantaranya adalah: alpukat (Parsea america mill). polisiklik aktif sebagai anti karsinogen yang
cengkeh (Eugenia aromatica). jambu (Jambosa disebabkan hidrokarbon aromatik polisiklik
densiflora). kunyit (Curcuma domestica). srikaya karsinogen seperti 6 – metil (α) piran.
(Annona squamosa). delima (Punica granatum) dan Dalam pengujian antioksidan masing–masing
lain sebagainya (Martono et al. 2012).Pada pengujian ekstrak digunakan spektrofotometer UV-Vis untuk
saponin. hanya pada ekstrak etanol daun P. pinnata melihat serapan DPPH pada panjang gelombang 514
saja yang positif saponin. Dalam Padmasari et al nm. Pengujian yang dilakukan menggunakan asam
(2013) menyebutkan saponin merupakan metabolit askorbat (Vitamin C) sebagai kontrol positif.
sekunder yang sangat familiar untuk proses glikolisis Pengujian antioksidan menggunakan 3 jenis pelarut
dan merupakan senyawa aktif permukaan yang dapat dengan konsentrasi berturut – turut adalah 100 ppm.
menimbulkan busa jika dikocok dalam air. Hal 50 ppm dan 25 ppm. Adapun hasil dari masing –
tersebut terjadi karena saponin memiliki gugus polar masing pengujian yang telah dilakukan dapat dilihat
dan non polar yang akan membentuk misel pada saat pada Tabel 3. Diantara ketiga ekstrak yang diuji.
misel terbentuk maka gugus polar akan menghadap ekstrak etanol P. pinnata memperlihatkan nilai
keluar dan gugus non polar akan menghadap ke persen peredaman DPPH yang paling tinggi. Nilai
dalam. Keadaan inilah yang akan tampak seperti aktivitas tertinggi diperoleh pada ekstrak etanol
busa. Selain itu juga karena gugus polar menghadap dengan konsentrasi 100 ppm dengan nilai 90.38%.
Aktivitas antioksidan dan antibakteri ekstrak daun Pometia Pinnata 31

Tabel 3. Peredaman Radikal Bebas DPPH dari Ekstrak Daun P. pinnata


Absorban
Sampel Konsentrasi (μg/mL) % Peredaman DPPH
DMSO (-) Sampel uji
100 0.378 0.005 98.59 ± 0.004
Vitamin C 50 0.004 98.85 ± 0.002
25 0.012 96.73 ± 0.004
100 0.378 0.148 60.81 ± 0.028
Ekstrak n-Heksana 50 0.233 38.39 ± 0.014
25 0.288 23.74 ± 0.022
100 0.378 0.115 69.55 ± 0.010
Ekstrak Etil Asetat 50 0.112 70.34 ± 0.027
25 0.144 61.96 ± 0.003
100 0.378 0.036 90.38 ± 0.002
Ekstrak Etanol 50 0.041 89.23 ± 0.004
25 0.041 89.23 ± 0.002

Dalam Yuhernita et al. (2011) menjelaskan sebesar 30.1 μM. Adapun Mataputun et al (2013)
bahwa radikal bebas dikenal sebagai faktor utama juga melaporkan bahwa ekstrak etanol dari kulit
dalam kerusakan biologis. dan DPPH digunakan untuk batang P. pinnata memiliki aktivitas inhibitor α-
mengevaluasi aktivitas peredaman radikal bebas dari glukosidase berturut turut sebesar 19.56; 24.79 dan
suatu antioksidan alami. DPPH yang merupakan suatu 100 % pada konsentrasi 5; 12.5; 25; dan 50 ppm.
molekul radikal bebas dengan warna ungu dapat Ekstrak kulit batang P. pinnata juga dapat
berubah menjadi senyawa yang stabil dengan warna menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus
kuning oleh reaksi dengan antioksidan. dimana aureus sebesar 14.61 mm (Ngajow et al. 2013). Dari
antioksidan memberikan satu elektronnya pada DPPH hasil analisis fitokimia juga menunjukkan bahwa
sehingga terjadi peredaman radikal bebas DPPH. Uji ekstrak etanol kulit batang matoa mengandung
DPPH merupakan metode yang mudah untuk senyawa flavonoid. tannin. triterpena dan saponin.
menapis sejumlah molekul antioksidan karena reaksi Tabel 4 menunjukkan hasil yang diperoleh
dapat diamati secara visual. dan juga bisa dihitung pada pengujian antibakteri untuk menentukan KHM
intensitasnya menggunakan spektofotometri dan KBM menggunakan metode dilusi dan difusi.
sederhana. P. pinnata mengandung flavonoid. tannin. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa semua
dan saponin. Hal ini sejalan dengan pendapat ekstrak dari berbagai pelarut menunjukkan nilai KHM
Rahimah et al. (2013) yang menyebutkan bahwa yang sama (312.5 μg/mL) terhadap bakteri S.
daun P. pinnata diketahui mengandung senyawa mutants. S. sobrinus. dan E. coli kecuali ekstrak n-
kimia berupa flavonoid. tannin. dan saponin. heksana. Nilai KHM pada bakteri P. acne menunjukan
Ditambahkannya pula bahwa senyawa flavonoid yang nilai yang sama dari berbagai ekstrak dengan nilai
telah diisolasi merupakan golongan auron dengan Rf 1250 μg/mL. Hasil KBM juga menunjukkan bahwa
= 0.51. semua ekstrak membutuhkan konsentrasi lebih besar
Selain itu. ditemukan juga adanya senyawa dari 1250 μg/mL untuk membunuh bakteri yang
yang mengarah pada golongan saponin dan tannin. tumbuh. Salni et al (2011) mengungkapkan bahwa
Suedee (2012) yang menginvestigasi ekstrak daun P. berdasarkan nilai KHM dan KBM yang dimilikinya.
pinnata dan M. elengi mendapatkan bahwa P. maka suatu ekstrak yang memiliki potensi antibakteri
pinnata memiliki senyawa aktif proanthocyanidin A2 dapat dibedakan menjadi 4 (Tabel 5). Dilihat dari
yang mampu menghambat virus HIV-1 IN dengan IC50 klasifikasi menurut Salni et al (2011). maka hampir
32 Kuspradini et al.
Tabel 4. Konsentrasi Hambat dan Bunuh Minimum dari Ekstrak Daun P. pinnata
Bakteri
No Pengukuran Ekstrak
S. mutans S. sobrinus P. acne E. coli
n-Heksana 1250 312.5 1250 312.5
Etil asetat 312.5 312.5 1250 312.5
1 KHM (µg/ml)
Etanol 312.5 312.5 1250 312.5
Kontrol + 312.5 312.5 312.5 312.5
n-Heksana >1250 >1250 >1250 >1250
KBM Etil asetat >1250 >1250 >1250 >1250
2
(µg/ml) Etanol >1250 >1250 >1250 >1250
Kontrol + 312.5 312.5 312.5 312.5
Keterangan : KHM : Konsentrasi Hambat Minimum. KBM : Konsentrasi Bunuh Minimum

semua ekstrak yang diuji memiliki kemampuan cukup memiliki target utama yaitu membran sitoplasma
kuat dalam menghambat pertumbuhan bakteri S. yang mengacu pada sifat alamnya yang hidrofobik
mutan. S. sobrinus. dan E. coli. namun tidak ada (Ngajow et al. 2013).
aktivitas dalam menghambat pertumbuhan bakteri P. Dari hasil penelitian. selain memiliki kandungan
acne. Pemberian antibakteri dalam jumlah yang metabolit sekunder seperti alkaloid. tannin. dan
berlebihan dan secara terus–menerus akan kumarin; ekstrak n-heksana. etil asetat dan etanol
menyebabkan sel bakteri menjadi resisten. dari daun P. pinnata dengan konsentrasi 100 ppm
Pengujian yang dilakukan untuk mengetahui nilai mengandung antioksidan yang tinggi dengan nilai
KHM dari suatu sampel uji antibakteri sangat penting. yang hampir sama dengan antioksidan vitamin C pada
karena selain bertujuan untuk meningkatkan konsentrasi 25 ppm. Aktivitas antimikroba juga
efektivitas dari senyawa antibakteri tersebut juga ditunjukkan pada ketiga ekstrak tersebut dengan
bertujuan untuk mencegah timbulnya masalah kemampuan yang cukup kuat melawan bakteri S.
resistensi bakteri karena penggunaan dosis yang mutans. S. sobrinus. E. coli. Namun kurang mampu
berlebihan sehingga sel bakteri lama kelamaan akan menghambat pertumbuhan P. acnes. Ekstrak n-
menjadi kebal. Keberadaan metabolit sekunder heksana juga tidak memiliki aktivitas dalam
menjadi faktor penting melalui mekanismenya menghambat pertumbuhan bakteri S. mutans.
terhadap bakteri mekanisme kerja tannin sebagai Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa
antibakteri adalah menghambat enzim reverse daun P. pinnata berpotensi dijadikan bahan dan
transcriptase dan DNA topoisomerase sehinnga sel diolah menjadi antioksidan dan antibakteri alami.
bakteri tidak dapat terbentuk. tannin juga memiliki
aktivitas antibakteri yang berhubungan dengan Tabel 5. Klasifikasi Penghambatan Bakteri (Salni et al
kemampuannya menginaktifkan enzim. dan 2011)
mengganggu transport protein pada lapisan sel. No Golongan Keterangan
Tannin juga mempunyai target pada polipeptida 1 < 100 μg/mL Sangat kuat
dinding sel sehingga pembentukan dinding sel 2 100 - 500 μg/mL Cukup kuat
menjadi tidak sempurna. sehingga hal ini 3 500 - 1.000 μg/mL Lemah
menyebabkan bakteri menjadi lisis karena tekanan 4 > 1000 μg/mL Tidak ada aktivitas
osmotik maupun fisik yang akan menyebabkan
bakteri mati (Ngajow et al. 2013). Daftar Pustaka
Senyawa terpenoid juga diketahui aktif Aniszewki T. 2007. Alkaloid-secrets of life.
melawan bakteri. tetapi mekanisme antibakterial Amsterdam: Elsevier. pp. 187
triterpenoid masih belum benar – benar diketahui. Arifin. Helmi. Aggraini. Nelvi. Handayani. Dian. Rasyid.
Aktivitas antibakteri terpenoid diduga melibatkan Roslinda. 2006. Standarisasi Ekstrak Etanol
pemecahan membran oleh komponen – komponen
lipofilik. Selain itu. senyawa fenolik dan terpenoid
Aktivitas antioksidan dan antibakteri ekstrak daun Pometia Pinnata 33
daun Eugenia Cumini Merr. J. Sains Tek. Far. 11 Matoa (Pometia pinnata. Spp.) sebagai Agen
(2). Antihiperglikemik. Jurnal MIPA Unsrat Online.
Astarina NWG, Astuti KW, Warditiani NK. 2013. 2(2): 119 – 123.
Skrining Fitokimia Ekstrak Metanol Rimpang Mbadianya JI, Echezona BC, Ugwuoke KI, Wokocha
Bangle Zingiber purpureum Roxb. Jurnal RC. 2013. Phytochemical Constituens of Some
Farmasi Udayana. Medicinal Plants. International Journal of
Elkhair EA, Fadda H, Mohsen UA. 2010. Antibacterial Science and Research. 2(4):18 – 22.
Activity and Phytochemical Analysis of Some Ngajow M, Abidjulu J, Kamu VS. 2013. Pengaruh
Medicinal Plants from Gaza Strip-Palestine. Antibakteri Ekstrak Kulit Batang Matoa
Journal of Al Azhar University. (Pometia pinnata) terhadap Bakteri
Ganiswarna SG. 1995. Farmakologi dan Terapi. Ed 4. Staphylococcus aureus secara in vitro. Jurnal
Jakarta : Fakultas Kedokteran UI. MIPA UNSRAT online. 2(2):128 – 132.
Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Padmasari PD. Astuti KW, Warditiani NK. 2013.
Modern Menganalisis Tumbuhan. Bandung. Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol 70 % Rimpang
Penerbit ITB. Bangle Zingiber purpureum Roxb. Jurnal
Holt JC. 1994. Bergey’s Manual of Determinative Farmasi Udayana.
Bacteriology. Edisi ke-9. Williams and Wilkins Prolab Diagnostics. 2012. McFarland Standards.
Company. Product Code SD2350. SD2300. SD2301.
Isnawati A, Muhadar H, Kamilatunisah. 2008. Isolasi SD2302. SD2303. SD2304
dan Identifikasi Senyawa Kumarin dari Rahmi, Sayekti E, Jayuska A. 2013. Karakterisasi
Tanaman Artemisia annua L. Artikel Media Senyawa Flavonoid Hasil Isolat dari Fraksi Etil
Litbang Kesehatan. Vol. 18 (3):107 – 118. Asetat Daun Matoa Pometia pinnata. J. R. Frost
Kokate CK. 2001. Pharmacognosy. Edisi ke 16. & G. Frost. Jurnal Kimia Khatulistiwa. 2(2):84–
Mumbai (IN) : Niali Prakasham. 89.
Kurdi A. 2010. Tanaman Herbal Indonesia; Cara Rajasekaran A, Kalaiselvan V, Sarathikumar N,
Mengolah dan Manfaatnya Bagi Kesehatan. Kalaivani M. 2013. Simultaneous Estimation of
Jakarta (ID): Rineka Cipta. Luteolin and Apigenin in Methanolic Leaf
Kuspradini H, Susanto D, Ritmaleni, Mitsunaga T. Extract of Cardiospermum Halicacabum by
2012. Phytochemical and Comparative Study of HPLC. International Research Journal of
Antimicrobial Activity of Lepisanthes amoena Pharmacy. 4 (7):109-113
Leaves Extract. Journal of Biology Agriculture Rasyid A. 2012. Identifikasi Senyawa Metabolit
and Healthcare. 2 (11):80–86. Sekunder Serta Uji Aktivitas Antibakteri dan
Lenny S. 2006. Senyawa Terpenoida dan Steroida. Antioksidan Ekstrak Metanol Teripang
Karya Ilmiah. Fakultas Matematika dan Ilmu Stichopus hermanii. Jurnal Ilmu dan Teknologi
Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Kelautan Tropis. 4(2):360 – 368.
Utara. Rina S. 2011. Formulasi Krim ekstrak Daun Pepaya
Lunga PK, Qin X, Yang XW, Kuiate JR, Du ZZ, Gatsing (Carica papaya Linn) dan Madu sebagai Anti
D. 2014. Antimicrobial steroidal saponin and jerawat (Antiacne) yang diuji pada Bakteri.
oleanane – type triterpenoid saponins from [Skripsi]. Bandung (ID): Universitas Islam
Paullinia pinnata. BMC Complementary and Bandung.
Alternative Medicine. 14: 369. Rizwana JN, Nazlina I, Razehar ARM, Noraziah AZS,
Martono T, Haryono G, Gustinah D, Putra FA. 2012. Ling CY, Muzaimah SAS, Farina AH, Yaacob WA,
Ekstraksi Tannin Sebagai Bahan Pewarna Alami Ahmad IB, Din LB. 2010. A Survey on
dari Tanaman Putri Malu (Mimosa Pudica) Phytochemical and Bioactivity of Plant Extracts
Menggunakan Pelarut Organik. Reaktor. from Malaysian Forest Reserves. Journal of
14(1):39 – 45. Medicinal Plants Research. 4(3):203 – 210.
Mataputun SP, Rorong JA, Pontoh J. 2013. Aktivitas Salni, Marisa H, Mukti RW. 2011. Isolasi Senyawa
Inhibitor α-Glukosidase Ekstrak Kulit Batang Antibakteri Dari Daun Jengkol Pithecolobium
34 Kuspradini et al.
lobatum Benth dan Penentuan Nilai KHM-nya. TAPPI T264 om-88. 1988. Preparation of Wood for
Jurnal Penelitian Sains. 14 (1): 14109-4138 Chemical Analysis. in TAPPI Test Methode.
Senthilmurugan G, Vasanthe B, Suresh K. 2013. Atlanta. GA : Technical Association of the Pulp
Screening and Antibacterial Activity Analysis of and Paper Industry. 1997.
some Important Medicinal Plants. International Thiel T. 1995. Science In the Real World. Microbes in
Journal of Innovation and Applied Studies. 2 Action. Department of Biology. University of
(2):146-152. Missouri. St. Louis.
Shimizu K, Kondo R, Sakai K, Takeda N, Nagahata T, Thitilertdecha N, Teerawutgulrag A, Rakariyatham N.
Oniki T. 2001. Novel Vitamin E Devirate with 4- 2010. Antioxidant and antibacterial activities of
subsituted Resorcinol Moiety has Both Nephelium lappaceum L. extracts. Food Science
Antioxidant and Tyrosinase Inhibitory and Technology. 41:2029-2035.
Properties. Lipids. 36:1321–1325. Udhayasankar MR, Danya U, Punitha D,
Sudarmono. 2000. Matoa (Pometia pinnataJ. R. Forst Arumugasamy K, Shalimol A. 2013. In vitro
& G. Forst) : Keragaman Jenis dan Potensi. Anti-bacterial Activity of Methanolic Extract of
Proseding Seminar Sehari menggali Potensi dan Cardiospermum canescens – A Wild Medicinal
Meningkatkan Prospek Tanaman Hortikultura Plant. International Journal of Herbal Medicine.
Menuju Ketahanan Pangan. Kebun Raya Bogor. 1(3):73–75.
LIPI. Yuhernita, Juniarti. 2011. Analisis Senyawa Metabolit
Suedee A. 2012. Phytocemichal Studies of Mimusops Sekunder Dari Ekstrak Metanol Daun Surian
elengi and Pometia pinnata Leaf Extract with Yang Ber Potensi Sebagai Antioksidan. Makara
Anti-HIV-1 Integrase Activity [thesis]. Songkla Sains. 15(1):48-52.
(TH):Prince of Songkla University.

Anda mungkin juga menyukai