Anda di halaman 1dari 5

JURNAL KESEHATAN ILMIAH INDONESIA

INDONESIAN HEALTH SCIENTIFIC JOURNAL

SKRINING FITOKIMIA DAUN KATUK ( Sauropus androgynus ) SEBAGAI


PELANCAR ASI

Anwar Syahadat, Nurelilasari Siregar


Program Studi Farmasi Program Sarjana
Fakultas Kesehatan Universitas Aufa Royhan
Di KotaPadangsidimpuan
anwarsyahadat591@gmail.com,elila2103@gmail.com

ABSTRAK
Daun katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr.) telah terbukti memiliki berbagai macam aktivitas
farmakologi. Kandungan kimia yang terkandung dalam daun katuk yang berperan dalam
memberikan aktivitas farmakologi tersebut. Skrining fitokimia bertujuan memberikan gambaran
tentang golongan senyawa yang terkandung dalam tanaman yang sedang diteliti. Skrining
fitokimia yang dilakukan terhadap daun katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr.) meliputi
pemeriksaan alkaloid, steroid/triterpenoid, saponin, tanin, polifenol, glikosida dan flavonoid. Hasil
uji skrining fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak etanol 90% daun katuk (Sauropus androgynus
(L.) positif mengandung senyawa golongan alkaloid, triterpenoid, saponin, glikosida dan flavonoid.

Kata kunci : Daun Katuk, Pelancar Asi dan Skrining Fitokimia.

ABSTRAC
Katuk leaves (Sauropus androgynus (L.) Merr.) Have been shown to have a variety of activities
pharmacology. Chemical content contained in katuk leaves which plays a role in giving the
pharmacological activity. Phytochemical screening aims to provide a description of the group
compounds contained in plants that are being studied. Phytochemical screening carried out on katuk
leaves (Sauropus androgynus (L.) Merr.) Includes examination of alkaloids, steroids / triterpenoids,
saponins, tannins, polyphenols, glycosides and flavonoids. Phytochemical screening test results showed
that 90% ethanol extract of katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr.) Leaves positively contained
alkaloid, triterpenoid, saponin, tannin, polyphenol, glycoside and flavonoid compounds.

Keywords: Katuk leaves, Breastfeeding Smoothing and Phytochemical Screening

1. PENDAHULUAN Engineering & Biotechnology, Journal of


Sauropus Androgynus Leaf menyebutkan bahwa
Daun katuk (Sauropus androgynus (L.) ekstrak daun katuk bisa meningkatkan kuantitas
Merr.) Daun katuk mengandung vitamin A, B, produksi ASI hingga 50,7%. Selain itu, daun
C, K, dan pro vitamin A (betakaroten), kalsium, katuk juga dapat membantu kebutuhan mineral
fosfor, zat besi dan serat, juga berfungsi sebagai bagi ibu menyusui dan meningkatkan daya tahan
antioksidan. bahwa daun katuk juga tubuh bagi ibu mempunyai banyak manfaat
mengandung steroid dan polifenol yang dapat dalam kehidupan sehari-hari. Kandungan kimia
meningkatkan kadar prolaktin, hormon pelancar dalam daun katuk berkhasiat untuk melindungi
ASI. Kadar prolaktin yang tinggi ini akan struktur sel, meningkatkan efektivitas vitamin C,
meningkatkan, mempercepat, dan memperlancar anti inflamasi, mencegah keropos tulang, dan
produksi ASI. International Conference on Food sebagai antibiotik alami. Fungsi lainnya yaitu
85

Vol. 5 No. 1 Juni 2020


JURNAL KESEHATAN ILMIAH INDONESIA
INDONESIAN HEALTH SCIENTIFIC JOURNAL

berperan langsung sebagai antibiotik dengan batang pengaduk, pipet ukur, sendok tanduk,
mengganggu fungsi mikroorganisme seperti tabung reaksi, timbangan elektrik.
bakteri atau virus dan juga dapat meningkatkan Untuk Pembuatan Ekstrak : Ekstraksi
imunitas tubuh (Middleton et al. 2000). Untuk dilakukan secara maserasi. Sebanyak 400 g
mengetahui kandungan kimia yang terkandung serbuk daun katuk direndam dengan 3 L n-
pada daun katuk (Sauropus androgynus (L.) heksan, ditutup, dibiarkan selama 5 hari
Merr.) maka perlu dilakukan penentuan terlindung dari cahaya sambil diaduk berulang-
kandungan kimia (Vallisuta, 2012). ulang, dan disaring. Ampas hasil penyaringan
Skrining fitokimia dilakukan untuk diremaserasi kembali dengan 1 L n-heksan,
memberikan gambaran tentang golongan ditutup, dibiarkan selama 2 hari terlindung dari
senyawa yang terkandung dalam tanaman yang cahaya sambil diaduk berulang-ulang, dan
diteliti. Metode skrining fitokimia dilakukan disaring. Sebanyak 375 g ampas hasil maserasi
dengan pengujian warna dengan menggunakan dengan pelarut n-heksan dimaserasi
suatu pereaksi warna (Widayanti dkk., 2009). menggunakan 2,8 L etil asetat, ditutup, dibiarkan
Hal yang berperan penting dalam skrining selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil
fitokimia adalah pemilihan pelarut dan metode diaduk berulang-ulang, dan disaring. Ampas
ekstraksi (Kristianti dkk., 2008). hasil penyaringan diremaserasi kembali dengan
Pada penelitian ini dilakukan skrining 0,9 L etil asetat, ditutup, dibiarkan selama 2 hari
fitokimia ekstrak etanol 90% daun katuk. Tujuan terlindung dari cahaya sambil diaduk berulang-
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ulang, dan disaring.
golongan kandungan kimia yang terkandung Sebanyak 350 g ampas hasil maserasi
dalam ekstrak etanol 90% daun katuk (Sauropus dengan etil asetat dimaserasi dengan 2,6 L
androgynus (L.) Merr.). etanol, ditutup, dibiarkan selama 5 hari
terlindung dari cahaya sambil diaduk berulang-
2. METODE PENELITIAN ulang, dan disaring. Sari 1 ditutup dan disimpan
terlindung dari cahaya. Ampas diremaserasi
Bahan tanaman yang digunakan berupa
kembali dengan 0,8 L etanol, ditutup, dibiarkan
simplisia daun katuk (Sauropus androgynus (L.)
selama 2 hari terlindung dari cahaya sambil
Merr.) Metode pengambilan simplisia
diaduk berulang-ulang, dan disaring. Sari 2
menggunakan teknik purposive sampling. Daun
dikumpulkan dengan sari 1 dan diuapkan dengan
katuk yang diambil adalah daun utuh yang
rotary evaporator sehingga dihasilkan kstrak
berwarna hijau, tidak kecoklatan dan tidak
kental (BPOM, 2010).
kekuningan dengan ukuran yang bervariasi.
Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol 90% Daun
Sebanyak 1 Kg daun dicuci dengan air hingga
Katuk Skrining fitokimia terhadap ekstrak daun
bersih, dilakukan penirisan, dan dikering
katuk meliputi pemeriksaan alkaloid, steroid dan
anginkan hingga rapuh. Daun kering ditimbang
triterpenoid, saponin, dan tanin dan polifenol,
kembali, dan dihaluskan dengan belender.
glikosida dan flavonoid.
Serbuk halus hasil belender dikumpulkan dan
Uji Skrining Fitokimia : a. Uji alkaloid
ditimbang (Menkes, 2009).
Sebanyak 0,5 g ekstrak ditambahkan 1 mL asam
Bahan-bahan yang digunakan untuk skrining
klorida 2 N dan 9 mL air, dipanaskan diatas
fitokimia yaitu asam borat P, asam oksalat P,
penangas air selama 2 menit, didinginkan dan
asam asetat anhidrat p.a. (Merck), eter P,
disaring. Filtrat dipindahkan masing-masing 3
kloroform (Brataco), asam klorida p.a. (Merck),
tetes ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 2
asam sulfat p.a. (Merck), aseton P p.a. (Merck),
tetes larutan pereaksi (LP) Meyer, Bouchardat,
pereaksi Dragendroff, pereaksi Mayer, larutan
dan Dragendorf ke dalam masing-masing tabung
besi (III) klorida 10%. Alat yang digunakan
reaksi. Jika terdapat alkaloid maka dengan LP
dalam penelitian ini yaitu pipet tetes, cawan
Meyer terbentuk endapan menggumpal putih
porselen, gelas ukur, erlenmeyer, gelas beker,
atau kuning, dengan LP Bouchardat terbentuk

86

Vol. 5 No. 1 Juni 2020


JURNAL KESEHATAN ILMIAH INDONESIA
INDONESIAN HEALTH SCIENTIFIC JOURNAL

endapan berwarna coklat sampai hitam, dengan 3. HASIL


LP Dragendorf terbentuk endapan jingga.
Serbuk dikatakan mengandung alkaloid apabila Daun yang dipilih yaitu daun katuk yang
2 dari 3 reaksi diatas memberikan reaksi positif berwarna hijau, tidak kecoklatan, dan tidak
(Depkes, 1995). kekuningan dengan panjang 4-7 cm dan lebar 3-
b. Uji tannin 4 cm sebanyak 1 Kg. Pencucian daun dengan air
Sebanyak 0,5 g ekstrak dimaserasi dengan 10 mengalir dilakukan agar pengotor tidak
mL aquades selama 15 menit, dan disaring, menempel pada daun dan sortasi basah
Filtrat diencerkan dengan akuades sampai dilakukan untuk memisahkan daun dengan
hampir tidak berwarna. Sebanyak 2 mL filtrat pengotor yang tertinggal saat pencucian.
tambahkan 2 tetes larutan FeCl3 10%, dan Penirisan daun katuk dilakukan untuk
perhatikan warna yang terjadi, Warna biru atau mengurangi air yang tertinggal pada saat
hijau menunjukkan adanya tanin. Warna biru pencucian. Pengeringan daun pada suhu ruangan
menunjukkan adanya 3 buah gugusan hidroksil yang terhindar dari cahaya matahari langsung
pada inti aromatis tanin. Warna hijau selama 3 minggu menghasilkan berat daun
menunjukkan adanya 2 buah gugusan hidroksil sebanyak 780 g dengan susut pengeringan 29%.
pada inti aromatis tanin (Depkes, 1995). Pengeringan dilakukan untuk mengurangi kadar
c. Uji flavonoid air sehingga menghambat reaksi enzimatis. Air
Sebanyak 0,5 g ekstrak diekstraksi dengan yang terkandung pada simplisia menyebabkan
metanol dan dipekatkan. Selanjutnya, ekstrak enzim masih bekerja sehingga dapat
metanol diekstraksi menggunakan pelarut n- menguraikan senyawa yang diharapkan. Reaksi
heksana. Residu diekstraksi dengan 10 mL enzimatis tidak dapat berkerja jika persentase
etanol 80% dan ditambahkan 0,5 g logam Mg kadar air rendah sehingga dipastikan kandungan
serta HCl 0,5 M. Jika timbul warna merah senyawa tidak terurai akibat reaksi enzimatis.
muda/ungu menunjukkan positif adanya Pengeringan juga dilakukan untuk menghindari
flavonoid (Harbone, 1987). cepatnya pertumbuhan jamur. Simplisia kering
d. Uji saponin kemudian dibelender menghasilkan serbuk
Sebanyak 0,5 g ekstrak dimasukkan ke dalam simplisia sebanyak 400 g. Pembuatan serbuk
tabung reaksi, ditambahkan 10 mL air panas, bertujuan untuk mempermudah proses ekstraksi.
didinginkan dan dikocok kuat-kuat selama 10 Semakin kecil ukurannya maka semakin besar
detik. Sebanyak 1 mL campuran diencerkan luas permukaannya sehingga interaksi sampel
dengan 10 mL air dan dikocok kuat-kuat selama dengan pelarut akan semakin efektif (Octavia,
10 menit (terbentuk buih yang mantap selama 2009).
tidak kurang dari 10 menit, setinggi 1-10 cm). Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Katuk
Pada penambahan 1 tetes HCl 2 N, buih tidak Skrining fitokimia bertujuan untuk mengetahui
hilang menunjukkan adanya saponin (Depkes, golongan senyawa metabolit sekunder yang
1995). terkandung dalam suatu sampel. Kandungan
e. Uji steroid/triterpenoid Sebanyak 0,5 g ekstrak etanol daun kersen pada penelitian ini
ekstrak ditambahkan 5 mL eter, didiamkan Metabolit Pereaks Hasil Memberik
selama 2 jam dan disaring. Filtrat hasil Sekunder i Pereaksi an Hasil
penyaringan diuapkan. Pada sisanya Alkaloid -Meyer Endapan +
ditambahkan 1 mL asam asetat anhidrida, dan 2- menggupa
3 tetes asam sulfat pekat (Pereaksi Liebermann- - l kuning
Bouchardat). Timbulnya warna ungu dan merah Bouchar Endapan +
kemudian berubah menjadi hijau biru dat coklat
menunjukkan adanya triterpen/steroid (Depkes, kehitaman
1995). - Endapan
Dragend jingga +
rof
87

Vol. 5 No. 1 Juni 2020


JURNAL KESEHATAN ILMIAH INDONESIA
INDONESIAN HEALTH SCIENTIFIC JOURNAL

Tanin FeCl3 Endapan + padaalkaloid diperkirakan akan berekasi dengan


hitam ion logam K+ dari kalium tetraidomerkurat (II)
Flavonoid Mg - Kuning + (K2[HgI2]) dan akan membentuk kompleks
HCl kalium alkaloid yang memberikan endapan
0,5M berwarna putih. Hasil positif pada pereaksi
Saponin HCl 2 N Terbentuk + Dragendroff diduga karena terjadinya kompleks
buih kalium-alkaloid (KI) dengan ion
(tidak tetraiodobismutat. Pembuatan pereaksi
hilang Dragendroff terdiri dari bismuth nitrat
penambah (Bi(NO3)) yang dilarutkan dalam HCl kemudian
an HCL 2 direaksikan dengan kalium iodide (KI). Pada
N) saat ion Bi3+ dari bismuth nitrat (Bi(NO3))
Triterpen Lieberm Terbentuk + bereaksi dengan kalium iodida (KI) berlebih
oid an- cincin maka akan membentuk kalium tetraiodobismutat
Bouchar kecoklata (K[BiI4]). Gugus nitrogen pada alkaloid akan
dat n bereaksi dengan ion logam K+ dari kalium
Steroid Pereaksi Terbentuk - tetraiodobismutat (K[BiI4]) membentuk ikatan
Lieberm cincin kovalen koordinat sehingga memberikan
ann- kecoklata endapan berwarna coklat jingga.
Bouchar n Hasil positif pada pereaksi Wagner
dat diduga karena terjadinya kompleks kalium-
Keterangan: (+) positif alkaloid dan ion I3. Pembuatan pereaksi Wagner
(-) negative terdiri dari iodin (I2) dengan kalium iodida (KI).
Iodin (I2) akan bereaksi dengan ion I- dari
kalium iodida (KI) menghasilkan I3 berwarna
4. PEMBAHASAN
cokelat. Gugus nitrogen pada alkaloid kemudian
Daun katuk juga mengandung senyawa akan berikatan membentuk ikatan kovalen
flavonoid, saponin, sulfur, asam format,kalsium koordinat dengan ion logam K+ sehingga
oksalat, dan kalium sitrat . Pemeriksaan alkaloid terbentuk kompleks kalium-alkloid.
dapat dilakukan dengan menggunakan pereaksi Pemeriksaan flavonoid dilakukan dengan
Mayer, Wagner dan Dragendorff. Hasil menggunakan serbuk Mg dan penambahan HCL
pengamatan uji menunjukkan bahwa ekstrak air pekat. Hasil pengamatan dari senyawa flavonoid
daun katuk positif memiliki senyawa alkaloid. adalah positif mengandung senyawa flavonoid.
Hasil positif padaperaksi Mayer diduga karena Hal ini ditandai dengan terbentuknya warna
terjadinya kompleks kalium-alkaloid dan kalium kuning. Terjadinya perubahan warna tersebut
tetraidomerkurat (II). Pembuatan pereaksi mayer karena adanya reduksi flavonoid oleh logam Mg
terdiri dari larutan merkurium (II) klorida dan terbentuknya garam flavilium.
(HgCl2) dengan kalium iodida (KI). Produk Hasil pengamatan uji tanin didapatkan hasil
yang dihasilkan dari reaksi tersebut yaitu positif ditandai dengan perubahan warna hijau
endapan merah merkurium (II) iodida (HgI2). kehitaman yang menandakan tanin
Apabila kalium iodida (KI) ditambahkan terkondensasi. Pengujian saponin dilakukan
berlebih maka akan membentuk kalium dengan metode Forth yaitu memasukkan ekstrak
tetraiodomerkurat (II) (K2[HgI2]). Alkaloid ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan
memiliki atom nitrogen yang mempunyai akuades lalu dikocok selama ± 30 detik – 15
pasangan elektron bebas, sehingga dapat menit. Senyawa saponin ditandai dengan buih
digunakan untuk membentuk ikatan kovalen setinggi 1 cm. Hasil pengamatan uji saponin
koordinat dengan ion logam diantaranya yaitu didapatkan hasil positif.
kalium (logam alkali). Gugus nitrogen

88

Vol. 5 No. 1 Juni 2020


JURNAL KESEHATAN ILMIAH INDONESIA
INDONESIAN HEALTH SCIENTIFIC JOURNAL

Pemeriksaan steroid dan terpenoid dilakukan Casillas R.F., 2012. Cytotoxic Activity of Agave
dengan penambahan pereaksi Lieberman Lechuillla Torr. African Journal of
Burchard yang terdiri dari asam asetat dan asam Biotechnology Vol. 11.
sulfat pekat. Adanya terpenoid akan ditandai
dengan timbulnya warna merah sedangkan Chanjaya ,C., Susanti, N.M.P, Leliqia, N.P.E,
steroid ditandai dengan munculnya warna biru. Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap
Hasil pengamatan uji terpenoid dan steroid Aktivitas Antioksidan Minuman
didapatkan hasil positif ditandai dengan Kombucha Lokal Di Bali Dengan Substrat
terbentuknya warna biru. Produk Gambir , Jurnal Farmasi Udayana:
Vol. 3, No. 1, Tahun 2014.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan dari penelitian ini adalah Depkes RI.1995. Materia Medika Indonesia.
Ekstrak etanol daun katuk ((Sauropus Jilid VI. Direktorat Jendral Pengawasan
androgynus L.) skrining fitokimia daun Obat dan Makanan,Jakarta.
katuk diperoleh bahwa daun katuk
mengandung alkaloid, tannin, flavonoid, Dewi, I.D.A.D.Y., Astuti, K.W., Warditiani,
saponin, triterpenoid, dan steroid hasilnya N.K. 2013. Identifikasi Kandungan Kimia
negative Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia
Saran dari penelitian ini adalah untuk
mangostana L.). Jurnal Farmasi Udayana
melakukan penelitian lebih lanjut untuk
melakukan isolasi golongan senyawa yang 2 (4): 13-18.
berkhasiat pada tumbuhan tersebut dan
melakukan uji farmakologi. Ditjen POM. 2000. Farmakope Herbal.
Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

6. REFERENSI
Arum, Y. P., Supartono., dan Sudarmin. 2012.
Isolasi Dan Uji Daya Antimikroba
Ekstrak Daun Kersen (Muntingia
calabura). Jurnal MIPA. 35 (2).

Anindya. 2014. Flora and Fauna.


Anindyanamikaze.blogspot.com/Flora-
pohon-kersen.html. Di akses 5 Desember
2014.

Bintara, 2007. Uji Sitotoksik Ekstrak Metanol


Kulit Kayu Tumbuhan Cep-cepen
(Castanopsis Costata BL) Dengan
Metode Brine Shrimp Lethality Assays.
Fakultas Biologi, Universitas Medan
Area.

BPOM, 2010. Pedoman Pelaksanaan Uji Klinik


Obat Tradisional. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, BPOM, Direktorat
Pengawasan Obat Tradisional, Jakarta.
89

Vol. 5 No. 1 Juni 2020

Anda mungkin juga menyukai