Metode
Ekstraksi Daun Wungu ( Irwan 2011)
Sampel daun wungu yang digunakan
berasal dari kebun budidaya tanaman obat,
Pusat Studi Biofarmaka (PSB) Cikabayan.
Daun wungu yang digunakan adalah daun
wungu yang tua (berumur 3-4 bulan) dan
dipanen 4 daun dari pucuk.
Daun wungu (Graptophyllum pictum (L.)
Griff) dikeringkan dalam oven dengan suhu
40-50°C selama 4 hingga 5 hari (kadar air <
10%). Simplisia daun wungu yang sudah
kering kemudian digiling hingga berukuran
Gambar 4 Tumbuhan wungu 100 mesh dan berbentuk serbuk. Sampel yang
(Graptophyllum pictum (L) berbentuk serbuk diproses dengan metode
Griff). ekstraksi yang mengacu pada Badan
9
Pengawas Obat dan Makanan atau BPOM Sediaan Histopatologi Pankreas (Humason
(2005) yaitu maserasi. Maserasi sampel 1967 dalam Ersa 2008)
dilakukan dengan merendam sampel dalam Hewan coba dinekropsi di kandang
pelarut dengan perbandingan 1:10, proses ini percobaan Departemen Biokimia. Sediaan
dilakukan dalam maserator selama 6 jam dan preparat histopatologi dilakukan di
sesekali diaduk. Kemudian ekstrak sampel laboratorium patologi Pusat Penelitian Satwa
tersebut didiamkan selama 24 jam, maserat Primata. Tahap sediaan preparat meliputi
yang didapat dipisahkan, dilakukan pengambilan organ pankreas, fiksasi,
penggantian pelarut dan dilakukan dehidrasi, penjernihan (clearing), pencetakan
pengulangan sebanyak 3 kali. Pelarut yang (embedding), pemotongan, pewarnaan
digunakan yaitu etanol 70%. (staining), penutupan sediaan, dan
pengamatan dengan mikroskop.
Adaptasi dan Perlakuan (Theresia 2011) Organ pankreas yang diperoleh dari
Tikus yang digunakan adalah tikus putih nekrospi dipotong dengan ketebalan 5-7 mm
Sprague-Dawley jantan dengan berat badan dan diletakkan dalam tissue cassette. Organ
sekitar 150-250 g. Tikus jantan dibagi secara yang telah dipotong direndam ke dalam
acak ke dalam 7 kelompok perlakuan dengan larutan fiksasi buffer neutral formalin (BNF)
jumlah ulangan 6 ekor per kelompok yaitu 10% selama 24 jam. Tahapan selanjutnya
kelompok normal, kontrol negatif, kontrol adalah dehidrasi dengan merendam organ
positif, dan kelompok dengan dosis ekstrak hasil fiksasi ke dalam larutan alkohol dengan
daun wungu yang berbeda yaitu 25 mg/kgBB, konsentrasi bertingkat yaitu alkohol 70%,
50 mg/kgBB, 100 mg/kgBB, 200mg/kgBB. 80%, 90%, 95%, dan alkohol absolut 100%.
Tikus diadaptasi terlebih dahulu selama 21 Perendaman organ hasil fiksasi pada masing-
hari agar tikus terbiasa dengan lingkungan masing konsentrasi alkohol dilakukan selama
penelitian dan memulihkan kondisi hewan 2 jam. Tahap selanjutnya adalah clearing
coba dari stres karena pemindahan dan dengan merendam organ hasil dehidrasi pada
transportasi. Adaptasi juga dilakukan untuk larutan xylol. Setelah dilakukan proses
menaikkan bobot badan tikus mencapai bobot clearing, maka dilakukan infiltrasi yaitu
maksimal 250 gram. Ransum yang diberikan proses pengisian parafin ke dalam pori pori
selama masa adaptasi merupakan ransum jaringan organ. Parafin yang digunakan adalah
standar. Ransum standar dan air diberikan berplastik yang memiliki titik lebur 58 .
secara adlibitum, yang berarti tikus-tikus Proses infiltrasi dilakukan 2 tahap yaitu
tersebut diberi keleluasaan makan dan minum parafin 1 dan parafin 2, masing-masing
kapan saja. Ransum standar diberikan tahapan dilakukan selama dua jam agar porin-
sebanyak 25 gram per hari selama masa pori jaringan terisi parafin dengan sempurna.
adaptasi dan perlakuan. Sisa pakan dan berat Persiapan sediaan histopatologi
badan tikus ditimbang setiap hari semenjak dilanjutkan dengan proses embedding
masa adaptasi dan perlakuan. (blocking) yang merupakan proses penanaman
Perlakuan dimulai dengan mengukur spesimen organ ke dalam parafin yang dicetak
konsentrasi glukosa darah tikus pada hari ke-0 menjadi blok-blok parafin dalam wadah
untuk melihat keseragaman konsentrasi glukosa khusus berupa tissue cassette atau blok besi.
darah hewan coba. Kelompok 4, 5, 6, dan 7 Setelah parafin menjadi blok-blok maka
adalah kelompok tikus yang diinduksi aloksan spesimen berparafin akan dipotong
dan dicekok dengan ekstrak terbaik daun wungu menggunakan Rotary Mikrotom Spencer.
dengan dosis berbeda-beda berdasarkan hasil uji Potongan-potongan tersebut diletakkan di atas
toksisitas sub kronik yang dilakukan oleh penangas air dengan suhu 37 , kemudian
Setiawan (2011). potongan terbaik diletakkan pada gelas objek
Aloksan diinduksi pada hari ke-0 dan yang telah ditetesi perekat putih telur,
pencekokan ekstrak dilakukan mulai hari ke-4 selanjutnya diinkubasi selama 24 jam dengan
sampai hari ke-14. Hari ke-4 dilakukan suhu 56 untuk mencairkan parafin yang
pengukuran glukosa darah puasa untuk melekat pada jaringan dan melekatkan
memastikan hewan coba telah terinduksi jaringan pada gelas objek secara sempurna.
diabetes mellitus. Dosis aloksan yang Preparat yang telah di fiksasi pada gelas
diinduksikan sebesar 150 mg/kg BB dan objek diwarnai dengan Haematoksilin dan
dilakukan secara intraperitoneal. Kadar gula Eosin. Proses awal pewarnaan adalah
darah juga diukur pada hari ke 14 setelah itu memasukkan preparat ke dalam xylol 1 dan
dilakukan nekropsi untuk pengambilan xylol 2 selama dua menit. Proses dehidrasi
pankreas dan hati tikus. dilakukan dengan merendam pada larutan
10