OLEH :
JOHANNES S MANURUNG
NIM.4153220009
3.2.2. Bahan
Bahan-bahan yang dipakai dalam penelitian ini adalah daun bangun bangun
yang diperoleh dari Kota Sidikalang Kabupaten Dairi. Seluruh bagian tanaman bangun
bangun kecuali akar digunakan untuk memperoleh ekstrak etanol. Selain itu bahan yang
digunakan dalam penelitian ini meliputi Benzo(α)pyren (B(α)P), alcohol 70%, alkohol
1
96%, minyak jagung, formalin 10%, parafin, Hematoksisilin dan Eosin (HE), dan
entelan.
2
3.4. Prosedur Kerja
3.4.1. Penyediaan Kandang
Kandang yang digunakan terbuat dari bahan plastik berbentuk persegi panjang
yang berukuran 30 x 20 x 10 cm berjumlah 25 buah. Di bagian atas kandang dibuat
kawat jaring ukuran 0,5 x 0,5 cm agar tikus tidak dapat keluar dari kandang.Di dalam
kandang terdapat botol untuk minum tikus dengan ukuran 200 ml air. Dasar kandang
ditaburi dengan sekam dengan ketebalan lebih kurang 1 cm guna untuk menyerap urin
dan kotoran tikus. Kandang dibersihkan sekali dalam dua hari.
3
Pengeringan bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi kandungan air
yang dikandung dalam tanaman sehingga kandungan bahan aktif dapat terjaga dari
kerusakan oleh hidrolisis air, untuk mencegah tumbuhnya jamur, bakteri, dan
menghentikan kerja enzim yang menyebabkan perubahan komposisi kimiawi tanaman
tersebut. Setelah mendapat serbuk daun bangun bangun lalu di simpan dalam wadah
plastik.
3.4.4.2. Maserasi
Serbuk kering (simplisia) yang telah disimpan di wadah plastik tersebut
dimaserasi menggunakan pelarut etanol 70% caranya yaitu sebanyak serbuk kering
dimasukkan ke dalam wadah maserasi, ditambahkan larutan penyari (etanol) dengan
rasio antara serbuk dan larutan sebanyak 1:10 dan diaduk. Dalam prosesnya 500 gram
simplisia ditimbang kemudian dimasukkan kedalam tiga bejana masing-masing berisi
200 gram, 150 gram, dan 150 gram. Simpilisia dimaserasi dengan perbandingan pelarut
1:10, sehingga masing-masing bejana dimaserasi dengan pelarut sebanyak 2 liter,1,5
liter, 1,5 liter.
Maserasi dilakukan selama 4 hari, dengan pengadukan dilakukan setiap hari,
setelah itu dilakukan penyaringan. Hasil penyaringan dari ketiga bejana dikumpulkan
kemudian diuapkan menggunakan Rotary evaporator pada suhu 40-600C sampai
volume ekstrak tetap. Ekstrak yang diperoleh diuapkan lagi dengan penangas air pada
suhu 40-60oC sampai diperoleh ekstrak kental yang sulit untuk dituang. Ekstrak kental
tersebut di keringkan lagi hingga berbentuk serbuk. Setiap dosis ekstrak dilarutkan
dalam 1 ml CMC 1%, Carboxymethyl cellulose (CMC) adalah suspending agent yang
berfungsi mensuspensikan zat yang tidak larut. Biasanya digunakan dalam kadar 1%
atau 2% (Anief, 1995).
4
gr/70.Kg.BB, dan 250 g/50 kg BB manusia. Berdasarkan perhitungan konversi dosis
diperoleh konversi dosis untuk manusia-70 Kg ke tikus-200 gr adalah 0,018 sehingga
dosis untuk tikus adalah 0,018 x 210 g atau sebesar 19 g/Kg BB tikus. Dengan
perhitungan yang sama, untuk dosis 250.g/50 Kg BB manusia, ditetapkan dosis
perlakuan adalah 31,5 g/Kg BB tikus (Silitonga, 2014).
5
penelitian
III (K1) Diinduksi Benzo(α)pyrene 0,3mg/20gBB/hari
selama 10 hari dan diberi Ekstrak Etanol
5 ekor
Daun Bangun-bangun 0,0315 g/g BB/hari
selama 20 hari
IV (K2) Diinduksi Benzo(α)pyrene 0,3mg/20gBB/hari
selama 10 hari 0,0630 g/g BB/ hari selama 20 5 ekor
hari
V (K3) Diinduksi Benzo(α)pyrene 0,3mg/20gBB/hari
selama 10 hari 0,0945 g/g BB/ hari selama 20 5 ekor
hari
6
dan dimasukkan ke dalam xylol selama 10 menit. Selanjutnya sediaan ditetesi dengan
entelan dan ditutup dengan cover glass dan diberi label. Sebagai kontrol hepar tikus
yang dibuat preparat berasal dari tikus sehat.