OLEH :
MULIA SIANTURI
NIM.4153220011
BIOLOGI NON-KEPENDIDIKAN 2015 B
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bangun–bangun merupakan herba sukulen semi semak tahunan dengan tinggi 100-120
cm dan tidak berumbi. Bercabang-cabang dan mempunyai bulu-bulu tegak yang halus.
Batang berdaging, berdaun sederhana, lebar, berbentuk bulat telur/oval, ovate dan tebal
dengan bulu-bulu yang banyak. Bagian bawah daun mempunyai banyak rambut glandular
yang menyebabkan tampilan berkilat. Bunga-bunga bertangkai pendek, berwarna keunguan
dalam kumpulan yang padat, pada interval jarak menyatu pada sebuah raceme yang panjang
dan ramping (Aziz, 2013).
Tanaman Bangun-bangun (Plectranthus ambonicus) dapat dijumpai hampir di seluruh
wilayah Indonesia dengan nama yang berbeda-beda. Di daerah Sumatera Utara, tanaman ini
dikenal dengan nama Bangun-bangun atau torbangun (Damanik et al. 2001). Sedangkan di
daerah Sunda, daun bangun bangun dikenal dengan namaAjeran atau Acerang, di daerah
Jawa dikenal dengan nama daun Kucing, di Madura daun Kambing, dan Majha Nereng. Di
daerah Bali dikenal dengan nama Iwak dan di daerab Timor dikenal dengan nama Kunu Etu
(Heyne 1987).
Berdasarkan penelitian Damanik et al. 2006, pada saat minggu kedua (hari ke-14 hingga
ke-28 setelah suplementasi sayur sop daun Bangun-bangun, wanita yang telah mengkonsumsi
sop daun Bangun-bangun tetap mengalami peningkatan
2.3 Kanker
2.3.1 Pengertian Kanker
Menurut WHO, kanker adalah istilah umum untuk satu kelompok besar penyakit
yang dapat mempengaruhi setiap bagian dari tubuh. Istilah lain yang digunakan adalah tumor
ganas dan neoplasma. Salah satu fitur mendefinisikan kanker adalah pertumbuhan sel-sel
baru secara abnormal yang tumbuh melampaui batas normal, dan yang kemudian dapat
menyerang bagian sebelah tubuh dan menyebar ke organ lain. Menurut National Cancer
Institute (2009), kanker adalah suatu istilah untuk penyakit di mana sel-sel membelah secara
abnormal tanpa kontrol dan dapat menyerang jaringan di sekitarnya. Proses ini disebut
metastasis. Metastasis merupakan penyebab utama kematian akibat kanker (WHO, 2009).
2.4.3Histologi Payudara
Payudara terdiri dari 15 sampai 25 lobus kelenjar tubuloalveolar yang dipisahkan oleh
jaringan ikat padat interlobaris. Setiap lobus akan bermuara ke papila mammae melalui
duktus laktiferus. Dalam lobus payudara terdapat lobulus–lobulus yang terdiri dari duktus
intralobularis yang dilapisi oleh epitel kuboid atau kolumnar rendah dan pada bagian dasar
terdapat mioepitel kontraktil. Pada duktus intralobularis mengandung banyak pembuluh
darah, venula, dan arteriol (Eroschenko, 2008). Adapun gambaran histologi payudara dan
predileksi lesi payudara tersaji pada gambar 3 dan 4.
Karsinoma invasif ukuran berapa pun dengan kelenjar getah bening terfiksasi
dengan invasi ekstranodus yang meluas diantara kelenjar getah bening atau
karsinoma berdiameter lebih dari 5 cm dengan metastasis kelenjar getah bening
nonfiksasi.
6. Stadium IIIB (T4, N1 atau N2 dan N3, M0)
Karsinoma inflamasi yang menginvasi dinding dalam, karsinoma yang mengivasi
kulit, karsinoma dengan nodus kulit satelit, atau setiap karsinoma dengan
metastasis ke kelenjar getah bening mamaria interna ipsilateral.
7. Stadium IV (T1–T4, N1–N4, M1)
Metastatis ke tempat jauh (De Jong dan Sjamsuhidajat, 2005).
3.2.2 Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah tikus putih (Rattus norvegicus) betina sebanyak 25
ekor yang diperoleh dari Laboratorium Farmasi Universitas Sumatera Utara.
K1 : kontrol positif (+) DMBA, diberi pakan standard + DMBA 20 mg/kgBB + minyak
jagung
(t-1) (n-1) ≥ 15
(5-1) (n-1) ≥ 15
4 (n-1) ≥ 15
4n ≥ 19
n ≥19/4
n = 4,75 atau 5
3.4.2 Bahan
Bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun bangu-bangun,
daun bangu-bangun yang dipilih adalah daun dudukan ke 5-17, bewarna hijau tua, dan tidak
keriput atau rusak. Hewan uji yang dipakai adalah tikus putih (Rattus norvegicus) betina
sebanyak 25 ekor, etanol 96%, pellet, CMC Na 1%, aquades, sekam, senyawa DMBA dengan
dosis 20 mg/kgBB. Bahan yang digunakan untuk pembuatan preparat histopatologi dengan
meliputi klorofrom, preparat jaringan payudara, formalin sebagai awetan preparat,
hematoksilin dan eosin sebagai pewarna jaringan, alkohol series (70%, 80%, 90%, 95% dan
absolute) sebagai proses dehidrasi, larutan xilol sebagai penghilang parafin, aquades, canada
balsem untuk melekatkan gelas penutup dan gelas objek, albumen Mayer sebagai perekat,
dan paraffin sebagai media jaringan yang disayat.
Simplisia 100 mg dilarutkan dalam 1 liter etanol 96% (1:10) selama 5 hari
Serbuk DMBA sebanyak 0,08 gr yang telah dilarutkan di dalam 4 ml minyak jagung
dan selanjutnya dicekok oral kepada tikus yang ingin dijadikan hewan uji yang mengalami
kanker payudara. Volume larutan yang diberikan disesuaikan dengan berat badan masing-
masing tikus dengan menggunakan rumus diatas.
maka volume larutan CMC yang ditambahkan kedalam EEDBB 0,03 gr dengan berat
badan (BB) 200 gr dan konsentrasi
0,15 x 200 100
x =0,2 ml
1000 15
Selanjutnya campurkan dan aduk EEDBB dengan CMC untuk diberikan kepada
tikus dengan menggunakan oral sonde. Dosis 250 mg/kgBB dan 350 mg/kgBB dihitung
dengan rumus diatas. Pencekokan ekstrak etanol daun buasbuas diberikan secara oral pada
hari ke-2 setelah pemberian DMBAsekali setiap hari selama 4 minggu. EEDBB diberikan
kepada tikus dengan dilarutkan pada CMC 1%. CMC adalah turunan dari selulosa yang
sering dipakai dalam industri pangan dan digunakan dalam bahan makanan untuk mencegah
terjadinya retrogrodasi. Carboxymethyl Cellulose atau CMC berfungsi sebagai pengetal,
penstabil emulsi atau suspensi dan bahan pengikat. Berikut cara pembuatan CMC 1%: (1)
Menimbang bubuk CMC sebanyak 0,5 gr kemudian memasukkannya ke dalam beaker glass;
(2) Menambahkan akuades ke dalam beaker glass yang berisi 0,5 gr CMC hingga volume
larutan mencapai 50 ml. Kemudian memanaskan larutan sampai serbuk CMC larut di dalam
aquades; (3) Setelah itu mendinginkan larutan CMC 1% terlebih dahulu sebelum digunakan
(Marizsa, 2015).
K0 K1 K2 K3 K4
kontrol - kontrol + Perlakuan 1 Perlakuan 2 Perlakuan 3
Diberi pakan Diberi DMBA Diberi DMBA Diberi DMBA Diberi DMBA
dan aquades 20 mg/kg BB 20 mg/kg BB 20 mg/kg BB 20 mg/kg BB
Palpasi dilakukan hari ke-2 setelah pemberian DMBA setiap 2x1 minggu setelah pemberian DMBA
Perhitungan jumlah nodul pada payudara tikus, lalu pengukuran diameter nodul pada payudara tikus
yang terkena tumor