Anda di halaman 1dari 8

Potensi Ekstrak Etanol Biji Sirsak (Annona muricata) sebagai

Antikanker terhadap Sel Kanker Payudara MCF-7

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker merupakan kelainan yang diakibatkan oleh perubahan genetik atau epigenetik pada
sel somatik dan memiliki pertumbuhan yang abnormal. Kanker membentuk subset dari
neoplasma atau tumor dan membentuk benjolan atau massa. Pada tahun 2020, Global Cancer
Observatory (GCO) yang berada di bawah naungan World Health Organization (WHO)
mencatat bahwa di Indonesia terdapat 396.914 kasus kanker dan sebanyak 234.511 orang
meninggal dunia. Kanker payudara sendiri menduduki posisi pertama dengan kasus terbanyak
sebanyak 65.858 kasus yang mencakup sebesar 16,6% dari seluruh kasus kanker di Indonesia.
Kanker payudara diprediksi akan meningkat hingga mencapai 3,2 juta kasus di seluruh dunia
(Sung et al., 2021).
Diantara berbagai masalah utama dalam terapi kanker payudara menunjukan sebagian besar
pasien yang menderita kanker payudara tidak mapu membayar biaya terapi yang sangat tinggi.
Selain itu, ditemukan lebih dari 70% kematian akibat kanker terjadi kepada orang yang memiliki
penghasilan rendah hingga menengah (Minari et al., 2014). Meskipun berbagai obat-obat telah
dikembangan terdapat kebutuhan mendesak untuk mencari alternatif lain dalam menanggulangi
keterbatasan bidang kesehatan. Banyaknya tanaman obat dapat dijadikan objek penelitian dengan
kandungan bioaktifnya yang berpontensi menjadi antikanker.
Data menunjukan adanya urgensi untuk dikembangkannya jenis terapi baru mengingat
pengobatan menggunakan kemoterapi yang mulai ditinggalkan karena efek sampingnya.
Kemoterapi ini memberikan efek samping jangka panjang seperti cytopenia, kelelahan, nyeri
muskuloskeletal, dan disfungsi neurokognitif. Sedangkan eEfek samping jangka panjang adalah
penurunan kualitas hidup di masa mendatang. Sehingga pentingnya Perlu dikembangkan metode
lain dalam pengobatan kanker dengan risiko yang lebih rendah daripada kemoterapi, yaitu
targeted therapy yang menargetkan kelainan genetik atau molekular dengan tidak
membahayakan sel normal (Tao et al., 2015)
Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki berbagai macam tumbuhan
yang berkhasiat sebagai obat, di antaranya bahkan dapat mengobati kanker, salah satunya adalah
buah sirsak (Annona muricata). Sirsak telah banyak dikaji karena hampir semua bagian tanaman
dapat digunakan untuk pengobatan. Biji dan daun sirsak memiliki kandungan acetogenins,
alkaloid, quinolines, isoquinolines, tanin, methanolic, coumarin, procyanidins, flavonoid,
Acetaldehyde, dan Amyl-caproate (Taylor, 2002). Senyawa bioaktif yang telah banyak diteliti
adalah acetogenins yang terbukti bersifat antikanker. Berdasarkan National Cancer Institute,
annonaceous acetogenins secara efektif menghambat pertumbuhan sel kanker dan juga
menghambat pertumbuhan sel tumor yang resisten terhadap kemoterapi seperti adriamycin.
Acetogenins sangat ampuh menghambat pertumbuhan sel kanker dan membunuh sel-sel kanker
yang tahan terhadap obat multi drug resistant secara selektif.
Ekstrak acetogenins dari Annona sp. menyebabkan kematian sel tumor dengan mekanisme
yang berbeda dari kemoterapi. Serta diketahui acetogenins terdapat dalam biji sirsak mampu
menghambat kanker sebesar 53.54% (Jacobo-Herrera et al., 2019). Dalam melakukan proses
ekstraksi, etanol cenderung lebih banyak dimanfaatkan dibandingkan pelarut lain seperti metanol
atau aseton dikarenakan sifatnya yang relatif tidak toksik sehingga lebih aman bagi ekstrak yang
akan digunakan untuk obat-obatan. Terlebih lagi, etanol lebih mudah untuk diperoleh, memiliki
tingkat efektivitas ekstraksi yang tinggi, serta aman bagi lingkungan (Saputri, 2020). Biji sirsak
digunakan pada penelitian ini mengigat masih banyaknya biji sirsak yang terbuang percuma dan
masih belum banyak yang dimanfaatkan. Acetogenins dipercaya memiliki aktivitas antikanker
yang baik dengan penelitian yang sudah dilakukan pada daun sirsak. Hal tersebut menunjukan
bahwa senyawa aktif acetogenins dapat menjadi targeted therapy terhadap kelainan
molekular pada sel kanker payudara.
Oleh karena itu, penelitian ini akan berfokus pada efek sitotoksisitas, dan inhibisi metastatis
dari berbagai dosis ekstrak biji sirsak (Annona muricata) yang akan diuji pada kultur sel kanker
MCF-7. Selain itu, juga melihat ekspresi gen COX-2 yang akan dianalisis pada kultur sel kanker
payudara MCF-7 setelah perlakuan dengan ekstrak biji sirsak.
1.1 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikaji, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
1.Bagaimana efek sitotoksisitas dari ekstrak biji sirsak (Annona muricata) sebagai targeted
therapy pada sel kanker payudara MCF-7?
2.Bagaimana efek inhibisi metastasis ekstrak biji sirsak (Annona muricata) terhadap sel kanker
payudara MCF-7?
1.2 Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan, penelitian ini bertujuan sebagai
berikut:
1. Mempelajari efek sitotoksisitas dari ekstrak biji sirsak (Annona muricata) sebagai targeted
therapy pada sel kanker payudara MCF-7.
2. Mempelajari efek inhibisi metastatis dari ekstrak biji sirsak (Annona muricata) sebagai
targeted therapy pada sel kanker payudara MCF-7.
1.3 Manfaat dan Kontribusi Penelitian terhadap Ilmu Pengetahuan
1. Bagi peneliti diharapkan sebagai upaya pengembangan kreativitas, inovasi, dan berpikir cerdas
dalam menerapkan disiplin ilmu untuk turut serta berperan dalam masyarakat.
2. Bagi ilmu pengetahuan diharapkan menjadi terobosan baru dan sumber terpercaya untuk
menanggulangi pengobatan kanker payudara yang menimbulkan efek dari kemoterapi dan
radioterapi.
3. Bagi masyarakat diharapkan dapat menjadi sebuah alternatif pengobatan bagi kanker
payudara.
1.4 Luaran PKM Riset Eksakta
Penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi bagi penelitian selanjutnya dan data
acuan terbaru terkait pengobatan kanker payudara. Adanya kandungan pada biji sirsak menjadi
terobosan baru bahan anti kanker terutama kanker payudara. Hasil penelitian diharapkan dapat
dipublikasi dalam jurnal nasional maupun internasional. Serta, menghasilkan laporan kemajuan,
laporan akhir, dan artikel ilmiah. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi terobosan baru sebagai
pengobatan kanker payudara.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kanker Payudara
Kanker terdiri dari sekelompok besar penyakit di mana pertumbuhan sel-sel abnormal
yang cepat dapat membanjiri pertahanan kekebalan tubuh dan pada akhirnya menyebabkan
metastasis, penyebab utama kematian akibat kanker. Kanker payudara adalah kanker paling
umum kedua di dunia, dengan 2,09 juta kasus dan sejauh ini kanker paling umum di antara
wanita yang meninggal sebanyak 626.700 orang pada tahun 2018. Di kawasan Asia-Pasifik,
kanker payudara membunuh 116.000 orang, dengan Indonesia menyumbang sebanyak 17%, atau
sekitar 19.720 kasus (Syed Najmuddin et al., 2016)
Beberapa metode digunakan untuk mengobati kanker payudara, termasuk pembedahan,
kemoterapi, dan terapi radiasi. Namun, setiap metode memiliki kekurangan, dan tingkat
keberhasilan pengobatan tetap rendah bahkan dengan penggunaan obat antikanker untuk
kemoterapi. Kegagalan kemoterapi dapat seringkali terjadi karena selektivitas obat antikanker
yang rendah dan resistensi sel kanker yang tinggi terhadap agen kemoterapi. Kasus resistensi
obat sering terjadi pada pengobatan obat antikanker seperti kanker payudara, usus besar, prostat,
dan leukemia. Antineoplastik umumnya menargetkan sel yang berproliferasi secara aktif dan
dapat menyebabkan efek samping yang berbahaya, terutama pada jaringan yang sangat
proliferatif dan sistem gastrointestinal (Syed Najmuddin et al., 2016)
Sel kanker payudara MCF-7 mengekspresikan protein p53 mutan. Mutasi missense terjadi
pada siklus 194 (zinc binding domain 1.2), sehingga p53 tidak dapat berikatan dengan elemen
respon DNA. Hal ini mengurangi atau bahkan kehilangan kemampuan p53 untuk mengatur
siklus sel. Sel kanker payudara MCF-7 adalah sel kanker payudara positif ER/PR. Induksi
estrogen ekstrinsik menyebabkan peningkatan proliferasi. Sel kanker payudara MCF-7 sensitif
terhadap doksorubisin (Schafer et al., 2000).
Perkembangan sel kanker payudara MCF-7 melibatkan berbagai proses reaksi seperti
proliferasi, adhesi, angiogenesis, dan degradasi (Hu, 2018). Pertumbuhan sel-sel ini diprakarsai
oleh adanya peradangan kronis pada epitel. Salah satu faktor risiko kanker payudara adalah
ekspresi gen COX2. Pada sistem saraf pusat dan perifer, COX2 terlibat dalam sintesis
prostaglandin, menyebabkan nyeri pada respon inflamasi. Produksi VEGF yang berkelanjutan
mendukung proliferasi sel kanker payudara karena perkembangan peradangan kronis
menginduksi produksi interleukin 6 (IL6) dan vascular endothelial growth factor (VEGF) yang
dimediasi COX2 (Hugo et al., 2015).
Sel MCF-7 menunjukkan ciri-ciri epitel mammae yang berdiferensiasi yang mana sel
tersebut positif bagi marker epitel, seperti E-cadherin, β-catenin dan cytokeratin 18 (CK18), dan
negatif bagi marker mesenkim, seperti vimentin dan aktin otot polos. Sel induk MCF-7 juga
mampu mempertahankan ekspresi marker molekuler spesifik lainnya dari lapisan epitel alami,
seperti claudin dan protein zona occuldens 1 (ZO-1), di antara protein lain yang membentuk
sambungan antar sel (Comşa et al., 2015).
Targeted therapy merupakan jenis pengobatan yang dapat menghalangi jalur spesifik yang
terkait dengan karsinogenesis dan pertumbuhan tumor dengan menginduksi apoptosis sel kanker,
memblokir enzim spesifik dan reseptor faktor pertumbuhan yang terlibat dalam proliferasi sel
kanker, atau memodifikasi fungsi protein yang mengatur ekspresi gen dan fungsi seluler lainnya
(Joo et al., 2013).
2.2 Sirsak (Annona muricata)
Sirsak (Annona muricata) merupakan tumbuhan dari lingkungan tropis maupun subtropis
yang berasal dari famili Annonaceae yang juga biasa disebut sebagai graviola, soursop, atau
guanabana (Chamcheu et al., 2018). Pohon sirsak berukuran kecil, ramping, dan dapat mencapai
ketinggian 4-8 m. Buahnya berbentuk oval, kerucut, atau berbentuk hati yang berwarna hijau tua
saat mentah dan hijau terang saat matang, dengan berat 0,9-10 kg. Buahnya berwarna putih,
berserat kapas, dagingnya berair, dan memiliki biji berwarna hitam yang tersebar di seluruh
daging buah. Bijinya kaya akan protein, minyak, dan mineral. Bersamaan dengan daun dan akar,
sirsak juga kaya akan fitonutrien, yang memungkinkannya digunakan dalam pengobatan
tradisional (Ledezma, 2020)
Buah sirsak pada umumnya banyak dikonsumsi dalam berbagai bentuk, seperti permen,
minuman, es krim, sirup, dan lebih banyak lagi. Kandungan yang terdapat pada daging buah
sirsak meliputi air sebanyak 80%, karbohidrat sebanyak 18%, protein sebanyak 1%, kalium,
vitamin C, B, dan B2 dalam jumlah kecil, serta serat makanan (Ioannis et al., 2015).
Pada berbagai penelitian di laboratorium mengenai sirsak, sirsak terbukti bermanfaat sebagai
antiparasit, antimalaria, antirematik, antidiabetik hepatoprotektif, antikonvulsan, dan antikanker.
Berdasarkan studi karakterisasi biologis dan kimia yang telah dilakukan, sirsak terbukti
memiliki kandungan annonaceous acetogenin sebagai bahan utama (Ioannis et al., 2015)
Penelitian studi termutakhir mengenai fitoestrogenik, hipokolesterolemik, dan aktivitas
antioksidan dari ekstrak biji sirsak menunjukkan kemungkinan kegunaan biji sirsak untuk
melawan dan membunuh tumor kanker mengingat adanya hubungan yang erat antara level
kolesterol, progesteron, serta radikal bebas dengan kejadian kanker (Solis-Fuentes et al., 2020).
2.3 Kandungan Fitokimia Biji Sirsak (Annona muricata)
Fitokimia merupakan bahan kimia yang terdapat pada tanaman yang mengandung nutrisi
bioaktif dalam bagian buah-buahan, biji, sayuran, hingga makanan nabati yang lainnya.
Fitokimia yang terkandung pada tanaman dapat memberikan manfaat bagi kesehatan yang
dibutuhkan di luar nutrisi pokok guna meminimalisir risiko suatu penyakit tertentu (Jimenez-
Garcia et al., 2018).
Aktivitas antiinflamasi, antivirus, antiparasit, dan antihiperglikemik telah ditemukan dalam
beberapa penelitian ekstrak tumbuhan sirsak. Ekstrak tumbuhan sirsak juga terbukti efektif
melawan sel kanker yang resistan terhadap obat dalam penelitian sebelumnya (Hadisaputri et al.,
2021). Komponen bioaktif utama yang diekstraksi dari berbagai bagian tumbuhan sirsak
dinamakan annonaceous acetogenin (Rady et al., 2018). Dalam penelitian mengenai annonaceus
acetogenin, telah dibuktikan bahwa tipe fitokimia ini memiliki kemampuan sitotoksik, serta
menunjukkan keberhasilan dalam berbagai aktivitas, seperti antivirus, antihelmintik,
antimikroba, antitumor, dan antimalaria. Efek terapeutik yang lebih efisien dapat diperoleh
dengan adanya kandungan flavonoid bersamaan dengan annonaceus acetogenin sebagai zat aktif
pada tumbuhan sirsak (Hadisaputri et al., 2021).
Pada bagian tumbuhan sirsak, unsur bioaktif pokok yang dapat diekstraksi disebut
sebagai annonaceous acetogenin. Annonaceous acetogenin merupakan turunan dari asam lemak
rantai panjang (C32 atau C34) yang berasal dari jalur poliketida. Kebanyakan dari turunan ini
diketahui memiliki sifat toksik selektif terhadap sel kanker, begitu juga pada garis sel kanker
yang resistan terhadap berbagai jenis obat-obatan. Annonaceous acetogenin memiliki
kemampuan untuk menginduksi sebagian sitotoksisitas, dengan cara menghambat mitokondrial
kompleks I yang terlibat pada sintesis ATP dan fosfolirasi oksidatif. Dikarenakan sel kanker
yang memiliki permintaan ATP lebih tinggi daripada sel normal, inhibitor mitokondrial
kompleks I berpotensi dalam terapi kanker (Rady et al., 2018).

Gambar 1. Struktur Annonaceous Acetogenin (Suryawinata, 2016).

Terdapat beberapa senyawa annonaceous acetogenin yang ditemukan pada tumbuhan


sirsak. Senyawa-senyawa tersebut meliputi epomurinin-A dan epomurinin-B, epomusenin-A dan
epomusenin-B, muricin J, K, dan L, serta cis-annoreticuin. Selain itu, terdapat pula kandungan
alkaloid meliputi asimilobine, nornuciferine, dan annonaine (Ledezma, 2020).

BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan Penelitian
3.1.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat pelaksanaan penelitian di Laboratorium Biokimia Fakultas Biologi dan
Laboratorium Biokimia dan Biologi Molekular Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta. Dengan waktu pelaksanaan penelitian selama empat bulan pada tahun 2022 baik
secara digital (online), dengan pengolahan database maupun big data yang disediakan Big Data
dari sumber teks Google Scholar dan NCBI, luring dilakukan dengan pengambilan data dengan
pengamatan menggunakan protokol kesehatan covid-19. Virtual dengan riset yang dilakukan
molecular docking dari suatu senyawa kimia terhadap protein tertentu atau memanfaatkan
software.
3.1.2 Alat Penelitian
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat gelas, dryer, rotary evaporator, blender,
timbangan digital, KLT chamber, plat KLT, pipet kapiler, pinset, microplate 96 sumuran, well
plate 6 sumuran, mikroskop, tissue culture dish diametr 10 cm, autoclave, inkubator CO2, set
mikropipet berbagai ukuran 0.2-1000µL, tabung mikro, vortex, spectrophotometer, microplate 6
sumuran, microplate untuk RT-PCR, microtube, sentrifus, refrigerator –20° C dan –80°, dan
mesin RT-PCR.
3.1.3 Bahan Penelitian atau Subjek Penelitian
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah biji buah sirsak (Annona muricata), kultur sel
kanker payudara MCF-7, media kultur sel, MTT MTT [3-(4,5- dimethylthiazole-2-il)- 2,5-
diphenyltetrazolium bromide (Sigma-Aldrich, USA), Phosphate Buffer Saline (PBS), akuades,
Tripsin-EDTA, Fetal-Bovine Serum, kit untuk isolasi RNA total sel kultur, kit untuk analisis
cDNA, kit untuk RT-PCR dan pereaksi stopper yang mengandung 10% (w/v) Natrium deodesil
sulfat (Merck-Schuchardt, Germany) dalam 0,1 N HCl (Merck, Darmstadt, Germany).
3.2 Variabel Penelitian
3.2.1 Variabel
Variabel Terikat pada penelitian ini adalah sitotoksisitas ekstrak etanol terhadap sel kanker
payudara MCF-7.
Variabel Bebas pada penelitian ini adalah konsentrasi ekstrak biji sirsak yang diberikan pada sel
kanker payudara MCF-7 dengan dosis 200 μl, 125 μl, 62.5 μl, 31.25 μl, 15.625 μl (mengacu pada
penelitian ekstrak etanol daun sirsak).
Variabel Terkontrol pada penelitian ini adalah sel kanker payudara MCF-7.
3.3 Jalannya Penelitian
3.3.1 Ekstrak Senyawa Acetogenins Biji Annona muricata L.
Biji sirsak (A. muricata) dikeringkan dengan jaring di bawah sinar matahari. Ekstrak
dibuat melalui metode maserasi di mana hingga 3,1 kg biji A. muricata diekstraksi dengan
hingga 50 L etanol 70%. Setelah 24 jam, ekstrak cair dikumpulkan. Pelarut kemudian diuapkan
dengan rotavapor pada suhu 45°C. Ekstrak dipekatkan menggunakan freeze dryer (Arayukro,
Gimpo, Korea Selatan) pada suhu -80 °C untuk mendapatkan ekstrak total yang kental. Hasil
ekstraksi dihitung sebagai (berat ekstrak [g]/berat kering biji A. muricata [g]) × 100. Luring
dilakukan pengambilan data yang bersentuhan dengan data nyata menggunakan protokol
kesehatan covid-19.
3.3.2 Deteksi Senyawa Aktif Anti-Kanker
Deteksi senyawa aktif anti-kanker acetogenins bertujuan untuk melihat apakah di dalam
ekstrak acetogenins biji sirsak yang diuji dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT). Sampel
ekstrak biji sirsak kemudian ditotolkan menggunakan pipet kapiler di atas baseline pada plat
KLT dan senyawa pembanding quercetin dan kaempferol lalu dicelupkan pada chamber yang
berisi eluen. Kemudian ditunggu hingga eluen mengelusi sampel hingga mencapai garis akhir.
Pengamatan ini dilakukan di bawah sinar tampak dan sinar UV, yang kemudian elusinya diukur
dan dihitung nilai retention factor (Rf). Luring dilakukan pengambilan data yang bersentuhan
dengan data nyata menggunakan protokol kesehatan covid-19.

3.3.3 Kultur Sel Kanker MCF-7


Sel kanker dibiakkan dalam flask yang telah diberi media tumbuh. Sel diinkubasi pada
inkubator CO2 pada suhu 37ᵒC, diamati tiap 24 jam sampai kultur dapat dipanen.
3.3.4 Uji Toksisitas
Uji sitotoksisitas ekstrak biji sirsak pada sel kanker payudara MCF-7 memiliki tujuan
untuk mengetahui efek sitotoksik dari ekstrak acetogenins biji sirsak terhadap viabilitas sel yang
dilakukan dengan metode MTT. Sel kanker payudara MCF-7 dimasukkan pada 96 sumuran dan
diinkubasi selama 24 jam. Setelah 24 jam, media sel kemudian dibuang dan diganti dengan
media baru atau media yang telah mengandung ekstrak biji sirsak dalam berbagai konsentrasi
dan diinkubasi selama 24 jam. Sel kemudian dicuci dan ditambahkan 100 µL media baru dan 10
µL larutan MTT lalu diinkubasi selama 4 jam. Supernatan dibuang lalu ditambahkan 100 µL
larutan stopper SDS 10% dalam HCl 0,01 N untuk melarutkan MTT formazan. Jumlah MTT
formazan yang terbentuk diukur dengan melihat absorbansinya dengan ELISA reader pada
panjang gelombang 570 nm. Luring dilakukan pengambilan data yang bersentuhan dengan data
nyata menggunakan protokol kesehatan covid-19.
3.3.5 Uji Migrasi Sel Kanker
Uji migrasi sel kanker dilakukan untuk mengetahui efek penghambatan metastasis sel
kanker payudara MCF-7 oleh ekstrak biji sirsak. Sel kanker payudara MCF-7 ditumbuhkan di
dalam 6 well plate media kultur selama satu malam. Sel diberikan perlakuan dengan penambahan
ekstrak biji sirsak (Annona muricata) dengan variasi berbagai konsentrasi dan sebelum dilakukan
penggoresan terhadap confluent cell monolayer membentuk satu garis lurus. Gambaran dari
setiap goresan diambil menggunakan mikroskop phase-contrast pada 0, 24, dan 48 jam setelah
perlakuan dan dihitung lebar goresannya.
3.3.6 Analisis RT-PCR
Analisis RT-PCR dilakukan untuk melihat ekspresi gen COX-2 pada sel MCF-7 sebelum
dan setelah perlakuan ekstrak biji sirsak. cDNA disintesis dari total RNA yang sebelumnya telah
diisolasi dari sel MCF-7 dan diamplifikasi dengan menggunakan polymerase chain reaction
(PCR). Primer yang digunakan adalah COX-2 forward (5’-CCA GCA CTT CAC GCA TCA GT-
3’) dan reverse (5’-ACG CTG TCT AGC CAG AGT TTC AC-3’) dan untuk gen referensi
digunakan beta aktin dengan primer forward (5’-CTG GAA CGG TGA AGG TGA CA-3’) dan
reverse (5’- AAG GGA CTT CCT GTA ACA ATG CA-3’). Kondisi PCR adalah 1 siklus 50˚C
selama 2 menit, 1 siklus 95˚C selama 15 detik, 45 siklus 95˚C selama 15 detik, dan 1 siklus 60˚C
selama 1 menit. Luring dilakukan pengambilan data yang bersentuhan dengan data nyata
menggunakan protokol kesehatan covid-19
3.4 Cara Analisis Data
3.4.1 Uji Sitotoksisitas
Data yang diperoleh berupa absorbansi masing-masing sumuran dikonversi ke dalam
persen sel hidup, kemudian dihitung persentase penghambatannya. Nilai IC50 (konsentrasi yang
dapat menghambat pertumbuhan sel sebesar 50%) dihitung dengan analisis probit berdasarkan
persamaan garis linear antara log konsentrasi dengan persentase penghambatan.

3.4.2 Uji Migrasi Sel Kanker


Kecepatan migrasi sel kanker dihitung dengan mengukur rerata lebar goresan yang
sebelumnya dibuat di atas kultur sel menggunakan rumus:

( Leba r 0 h−Leba r xh )
Kecepatan migrasi sel ( ¿ ) =
Leba r 0 h × 100¿
3.4.3 Analisis RT-PCR
Adapun data yang memperlihatkan perbedaan ekspresi gen dengan kontrol dihitung
secara relative quantification menggunakan rumus 2−CT dimana:
C T kontrol =C T t arg et pada kontrol −C T reference gene pada kontrol
C T sampel =C T t arg et pada sampel −C T reference gene pada sampel
CT =C T kontrol −C T sampel

Anda mungkin juga menyukai