Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN KANKER PAYUDARA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas


Dosen pengampu : Ns. Mayrita Syam, M.Kep

Oleh:

Setia Rahmani

STIKES UMMI BOGOR


Jalan Karadenan No .6 Pasir Jambu Kec. Sukaraja Kab. Bogor Jawa Barat
Tahun
2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker payudara merupakan suatu kondisi dimana sel telah kehilangan

pengendalian dan fungsi nomal, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak

normal, cepat, serta tidak terkendali. Sel-sel tersebut membelah diri lebih cepat

dari sel normal dan berakumulasi, yang kemudian membentuk benjolan atau

massa (Putra, 2015).

Data World Health Organization (WHO) diketahui sebanyak 2,1 juta

wanita terkena kanker payudara pada tahun 2018. Sebanyak 630.000 di

antaranya meninggal karena kurangnya pengetahuan akan penyakit ini dan

kurangnya biaya pengobatan (WHO, 2019). Badan Internasional untuk

Penelitian Kanker WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2040 jumlah

kanker payudara yang didiagnosis akan mencapai 3,1 juta di negara-negara

berpenghasilan rendah dan menengah mengalami peningkatan terbesar (WHO,

2019).

Indonesia berada pada urutan 8 di Asia Tenggara untuk angka kejadian

penyakit kanker (136.2/100.000 penduduk) sedangkan di Asia urutan ke 23

(Globocan, 2018). Angka kejadian untuk perempuan yang tertinggi adalah

kanker payudara yaitu sebesar 42,1 per 100.000 penduduk penduduk dengan

rata-rata kematian 13,9 per 100.000 penduduk (Kemenkes RI, 2019).

Data Riskesdas tahun 2018, prevalensi tumor/kanker di Indonesia

menunjukkan adanya peningkatan dari 1.4 per 1000 penduduk di tahun 2013

menjadi 1,79 per


1000 penduduk pada tahun 2018. Prevalensi kanker tertinggi adalah di provinsi

DI Yogyakarta 4,86 per 1000 penduduk, diikuti Sumatera Barat 2,47 per 1000

penduduk dan Gorontalo 2,44 per 1000 penduduk (Riskesdas, 2018).

Sedangkan untuk di provinsi Sulawesi Tenggara, berdasarkan data Riskesdas

tahun 2018 diketahui bahwa jumlah pengidap kanker pada perempuan

sebanyak 11.471 kasus dan jumlah kasus kanker payudara adalah sebesar 679

kasus (Riskesdas, 2018).

Kanker payudara adalah penyakit yang ditandai adanya pertumbuhan

abnormal dari payudara yang tumbuh cepat, dimulai dari sistem saluran

kelenjar susu, kemudian tumbuh menyusup ke bagian lain melalui pembuluh

darah dan pembuluh getah bening. Jika tidak cepat di atasi akibatnya dapat

menyerang seluruh bagian tubuh (metastasis). Oleh sebab itu penting sekali

bagi wanita untuk melakukan deteksi dini kanker payudara, dengan tujuan

mendeteksi kanker sedini mungkin agar lebih mudah ditangani. Salah satu cara

yang paling sederhana dan paling murah untuk deteksi kanker payudara adalah

dengan mengenali payudara sendiri melalui Self Breast Examination atau

pemeriksaan payudara sendiri di singkat dengan SADARI (Irianto, 2015).

Faktor risiko tinggi penyebab kanker payudara meliputi jenis kelamin, usia,

riwayat keluarga, genetik, siklus mentruasi, melahirkan dan riwayat kanker

sebelumnya (Breast Care Indonesia, 2017).

Keluhan yang sering dirasakan oleh pasien kanker payudara adalah nyeri.

Nyeri dari penyakit kanker payudara dapat berupa nyeri akut maupun nyeri
kronik. Keluhan nyeri kronik merupakan keluhan yang paling menakutkan bagi

penderita kanker payudara.

Di Indonesia jenis penanganan yang dilakukan pada pasien kanker

termasuk didalamnya kanker payudara, tercatat pada tahun 2018 tertinggi

pembedahan 61,8%, kemotrapi 24,9%, radiasi atau penyinaran 17,3%

(Riskesdas, 2018). Penatalaksanaan nyeri di rumah sakit biasanya diberikan

terapi farmakologis yaitu obat analgesik jenis NSAID (Non-Steroid Anti

Inflamasi Drugs) (Astuti, 2016). Tindakan non farmakalogis nyeri dapat diatasi

dengan terapi farmakologi dan terapi non farmakologi yaitu teknik relaksasi,

massage, kompres, terapi musik, murottal, distraksi, dan guided imaginary

(Smeltzer et al., 2008). Teknik relaksasi salah satunya adalah teknik relaksasi

nafas dalam yang merupakan ipernafasan abdomen dengan frekuensi lambat

atau perlahan, berirama, dan nyaman yang dilakukan dengan memejamkan

mata (Setyoadi & Kushariyadi, 2011).

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Fatimatuzahrro (2018)

menunjukkan bahwa terjadi penurunan setelah dilakukan penerapan teknik

relaksasi nafas dalam dan dapat membantu dalam mengurangi nyeri yang

dirasakan pada pasien kanker payudara. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh

Sumiati dkk (2013) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara

sensasi nyeri yang dirasakan responden sebelum penggunaan tindakan teknik

relaksasi napas dalam dan sesudah penggunaan tindakan teknik relaksasi napas

dalam.
Pasien yang menderita kanker payudara sangat penting membutuhkan

perawatan berupa asuhan keperawatan. Perawat sebagai salah satu anggota tim

yang terlibat langsung dalam memberikan asuhan keperawatan, sehingga harus

bisa memberikan kontribusi dalam upaya pmeningkatkan kualitas hidup pasien

dengan memberikan asuhan keperawatan yang holistik dan komprehensif,

melalui proses keperawatan yang dimulai dengan pengkajian, diagnosa

keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi tindakan keperawatan,

evaluasi tindakan keperawatan dan dokumentasi keperawatan (Winarti, 2018).

Berdasarkan data Rekam Medis Rumah Sakit Aliyah 2 Kota Kendari

selama tahunn 2019 terdapat 161 penderita Ca Mammae atau kanker payudara

yang dirawat dan menjalani operasi atau kemoterapi. Sedangkan tahun 2020

terdapat 97 penderita kanker payudara yang dirawat selama 2020 dan 76 orang

yang dilakukan tindakan operasi (Rekam Medis RS Aliyah 2, 2021).

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut , maka penulis tertarik untuk

menyusun karya tulis ini yang bejudul “Asuhan Keperawatan Pada Ny. S

Dengan Ca Mammae Dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman di RS

Aliyah 2 Kota Kendari.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Carsinoma Mammae

1. Definisi

Kanker payudara adalah suatu tumor (maligna) yang berkembang dari

selsel di payudara. Biasanya kanker payudara tumbuh di lobulus yaitu

kelenjar yang memproduksi susu, atau pada duktus saluran kelenjar susu

yaitu saluran yang menghubungkan lobulus ke puting susu. Kanker

payudara tumbuh dan berkembang dengan cepat tanpa terkoordinasi di

dalam jaringan dan menyebar ke pembuluh darah (Putra, 2015). Carsinoma

mammae atau kanker payudara merupakan gangguan dalam pertumbuhan

sel normal mammae dimana sel abnormal timbul dari sel-sel normal,

berkembang biak dan menginfiltrasi jarinagan limfe dan pembuluh darah

(Nurarif, 2015).

2. Etiologi

Menurut Putra (2015) faktor risiko yang dapat menyebabkan kanker

payudra terbagi menjadi dua kelompok yaitu sebagai berikut :

a. Faktor risiko yang dapat diubah

1) Obesitas

Obesetitas adalah kegemukan yang diakibatkan oleh kelebihan

lemak dalam tubuh. Jaringan lemak dalam tubuh merupakan sumber

utama estrogen, jadi jika memiliki jaringan lemak lebih banyak berarti

memiliki estrogen lebih tinggi yang meningkatkan risiko kanker

payudara.

2) Pecandu alkohol

Alkohol bekerja dengan meningkatkan kadar darah didalam

insulin darah, seperti faktor pertumbuhan atau insulin like growth


factors (IGFs) dan estrogen. Oleh karena itu alkohol dapat

meningkatkan risiko kanker payudara.

3) Perokok berat

Rokok merupakan salah satu faktor risiko kanker payudara pada

perempuan, rokok mengandung zat-zat kimia yang dapat

mempengaruhi organ – organ tubuh.

4) Stres

Stres dapat menjadi faktor risiko kanker payudara karena stres

pisikologi yang berat dan terus menerus dapat melemahkan daya tahan

tubuh dan penyakit fisik dapat mudah menyerang

5) Terpapar zat karsinogen

Zat karsinogen di antaranya yaitu zat kimia, radiasi, dan

pembakaran asap tembakau. Zat karsinogen dapat memicu tumbuhnya

sel kanker payudara

b. Faktor risiko yang tidak dapat diubah

1) Faktor genetik atau keturunan

Kanker payudara sering dikatakan penyakit turun temurun, ada

dua gen yang dapat mewarisi kanker payudara maupun ovarium yaitu

gen BRCA1 (Brest Care Susceptibility Gene 1) dan BRCA2 (Brest

Care Susceptibility Gene 2) yang terlibat dari perbaikan DNA

(Deoxyribo Nucleic Acid). Kedua gen ini hanya mencapai 5% dari

kanker payudara, jika pasien memiliki riwayat kelurga kanker

payudara uji gen BRCA dapat dilakukan. Jika memiliki salah satu atau

kedua gen BRCA1 dan BRCA2 risiko terkena kanker payudara akan

meningkat, BRCA1 berisiko lebih tinggi kemungkinan 60%-85%

berisko kanker payudara sedangkan BRCA2 berisiko 40% - 60%

berisiko kanker payudara.

2) Faktor seks atau jenis kelamin


Perempuan memiliki risiko lebih besar mengalami kanker

payudara, tetapi laki-laki juga dapat terserang kanker payudara. Hal

ini disebabkan laki-laki memiliki lebih sedikit hormon estrogen dan

progesteron yang dapat memicu pertumbuhan sel kanker, selain itu

payudara laki-laki sebagian besar adalah lemak, bukan kelenjar seperti

perempuan

3) Faktor usia

Faktor risiko usia dapat menentukan seberapa besar risko kanker

payudara. presentase risiko kanker payudara menurut usia yaitu, dari

usia 30-39 tahun berisiko 1 dari 233 perempuan atau 0,43%, usia 40-

49

tahun berisiko 1 dari 69 perempuan atau 1,4%, usia 50-59 tahun

berisiko 1 dari 38 perempuan atau 2,6%, usia 60-69 tahun berisiko 1

dari 27 perempuan atau 3,7%. Jadi, Semakin tua usia seseorang

kemungkinan terjadinya kanker payudara semakin tinggi karena

kerusakan genetik (mutasi) semakin meningkat dan kemampuan untuk

beregenerasi sel menurun

4) Riwayat kehamilan.

Perempuan yang belum pernah hamil (nullipara) memiliki risiko

kanker payudara lebih tinggi. Pertumbuhan sel payudara pada usia

remaja bersifat imatur (belum matang) dan sangat aktif. Sel payudara

yang imatur lebih rentan mengalami mutasi sel yang abnormal, ketika

seseorang hamil akan mengalami kematuran sel pada payudaranya dan

menurunkan risiko kanker payudara

5) Riwayat menstruasi

Perempuan yang mendapatkan menstruasi pertama kali sebelum

umur 12 tahun (menarche dini) berisiko 2-4 kali lebih tinggi terkena

kanker payudara. Risiko yang sama juga dimiliki perempuan yang


menopause pada usia di atas 55 tahun. Setelah wanita menstruasi akan

mengalami perubahan bentuk tubuh tidak terkecualai payudara,

payudara akan mulai tumbuh dan terdapat hormon yang dapat memicu

pertumbuhan sel abnormal

6) Riwayat menyusui

Perempuan yang menyusui anaknya, terutama selama lebih dari

satu tahun, berisiko lebih kecil menderita kanker payudara. Selama

menyusui, sel payudara menjadi lebih matang (matur). Dengan

menyusui mentruasi akan mengalami penundaan. Hal ini akan

mengurangi paparan hormon estrogen terhadap tubuh sehingga

menurunkan risiko kanker payudara

3. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala kanker payudara pada stadium awal biasanya massa

tunggal, massa teraba keras dan padat, dapat digerakan atau terfiksasi pada

kulit atau jaringan yang berada dibawahnya, tidak memiliki batasan yang

jelas atau tidak teratur. Tanda lanjutan lainnya berupa adanya rabas pada

puting atau terjadi retraksi pada puting, edema atau cekungan pada kulit,

payudara tidak simetris, dan pembesaran nodus limfe aksila. Pasien yang

menderita Carsinoma mamme biasanya ada yang merasakan nyeri dan ada

yang tidak merasakan nyeri, dan berat badan menurun menunjukan adanya

metastase (Nurarif, 2015).


4. Patofisiologi

Faktor predisposisi dan


resiko tinggi hiperplasi Mendesak sel
syaraf pada sel maame Interupsi sel syaraf
Gangguan pola tidur (D.0055) Nyeri (D.0077)

Mendesak jaringan sekitar Mensuplai nutrisi ke Mendesak pembuluh darah


jaringan Ca
Aliran darah terhambat
Menekan jaringan pada
maame Hipermetabolisme ke Hipoksia
jaringan
Peningkatan konsistensi Penurunan Nekrosis jaringan
maame
hipermetabolisme jaringan
Bakteri patogen
Penurunan berat badan
Resiko infeksi
Defisit nutrisi (D.0019) (D.0142)

Peningkatan konsistensi Ukuran maame abnormal Kesulitan dalam bergerak


maame
Mamae ansimetris
Massa tumor
mendesak kejaringan
Gangguan citra Defisit pengetahuan
(D.0111)
tubuh (D.0083) Ansietas (D.0080)

Perfusi jaringan terganggu Infiltrasi pleura peritalr


ulkus
Ekspansi paru menurun
Kerusakan integritas Gangguan mobilitas fisik
kulit /jaringan Pola nafas tidak efektif (D.0054)
(D.0129) (D.0005)

Sumber : Nurarif (2015)

Gambar 2.3 Pathway Ca Mamae


5. Klasifikasi

Secara umum jenis kanker payudara dapat dibagi menjadi tiga yaitu

sebagai berikut (Putra, 2015).

a. Kanker payudara non-invasive

Kanker terjadi pada kantong (tube) susu (penghubung antara alveolus,

kelenjar yang memproduksi susu, dan puting payudara). Jenis kanker ini

biasanya disebut dengan kanker carsinoma insitu, dimana kanker

payudara belum menyebar ke bagian luar jaringan kantong susu.

b. Kanker payudara invasive

Sel kanker merusak seluruh kelenjar susu serta menyerang lemak dan

jaringan di sekitarnya. Pada tahap ini kanker telah menyebar keluar dari

kantong susu dan menyerang jaringan disekitarnya, bahkan menyebabkan

metastase seperti ke jaringan kelenjar limfe.

c. Paget’s Disease

Kanker bermula tumbuh di saluran susu, kemudian menyebar ke kulit

areola dan puting. Tandanya terlihat kulit pecah-pecah, memerah, dan

mengeluarkan cairan. Penyembuhan pada jenis kanker ini lebih baik jika

tidak disertai dengan massa.

Klasifikasi kanker payudara menurut stadium dan harapan hidup:

(National Cancer Institute-surveilance, Epidemiology and Result (SEER),

2001 dalam NANDA, 2015).

a. Stadium 0

Tidak terbukti adanya tumor primer, tidak ada tumor dalam kelenjar

getah bening region, tidak ada metastase ke bagian lain, dan memeiliki

harapan hidup 99% selama 5 tahun kedepan.

b. Stadium I

Tumor berukuran kurang atau sama dengan 2 cm, tidak ada tumor dalam

kelenjar getah bening region, tidak ada metastase jauh dan memiliki
harapan hidup 92% selama 5 tahun kedepan.

c. Stadium IIA

Tumor tidak ditemukan pada payudara, tetapi sel-sel kanker ditemukan di

kelenjar getah bening di ketiak yang terletak di bawah lengan dapat

berpindah-pindah, tidak mengalami metastase jauh dan memiliki harapan

hidup 82% selama 5 tahun kedepan.

d. Stadium IIB

Tumor berukuran lebih besar dari 2 cm tidak lebih dari 5 cm, sel-sel

kanker ditemukan di kelenjar getah bening di ketiak yang terletak di

bawah lengan dapat berpindah-pindah dan tidak mengalami metastase

jauh.

e. Stadium IIIA

Tumor tidak ditemukan di payudara, tetapi ditemukan di kelenjar getah

bening melekat bersama atau pada struktur yang lain, tidak ada metastase

jauh dan memiliki harapan hidup 47% selama 5 tahun kedepan.

f. Stadium IIIB

Tumor telah menyebar ke dinding dada atau menyebabkan

pembengkakan, juga terdapat luka bernanah di payudara atau didiagnosis

sebagai inflammatory breast cancer, menyebar ke kelenjar getah bening

dan memiliki harapan hidup 44% selama 5 tahun kedepan.

g. Stadium IV

Ukuran tumor sudah tidak dapat ditentukan dan telah menyebar atau

bermetastasis ke lokasi yang jauh, seperti tulang, paru-paru, liver, tulang

rusuk, atau organ-organ tubuh lainnya dan memiliki harapan hidup 15%

selama 5 tahun kedepan.

6. Pemeriksaan Penunjang

Adapun pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan : (Nurarif, 2015)

a. Scan (misalnya, MRI, CT). Dilakukan untuk diagnostik, identifikasi


metastatik dan evaluasi.

b. Termografi yaitu suatu cara yang menggunakan sinar infra red.

c. Mamografi untuk mendeteksi massa maligna kecil dalam 2 tahun

sebelum kanker dapat dipalpasi.

d. Biopsi untuk mendiagnosis adanya BRCA1 dan BRCA2 (Breast Cancer

Susceptibility Gene).

e. (ultrasonografi) untuk membedakan lesi solid dan kistik.

f. Pemeriksaan laboratorium berupa darah lengkap dan kimia darah.

7. Penatalaksanaan

Penanganan pada pasien kanker payudara meliputi :

a. Mastektomi

Mastektomi adalah pembedahan yang dilakukan untuk mengangkat

payudara. Tipe-tipe mastektomi menurut Martin dan Griffin (2014)

terbagi menjadi 7 yaitu :

1) Mastektomi radikal luas

Terdiri prosedur di atas di tambah eksisi kelenjar limfe mammae

internal. Beberapa bagian rusuk harus diangkat untuk mencapai

kelenjar mammae internal. Operasi ini jarang dilakukan

2) Mastektommi radikal (haisted klasik)

Melalui insisi vertikal, seluruh payudara diangkat dengan batas kulit

yang bermakna disekitar puting, areola, dan tumor. Otot pektoralis

mayor dan minor diangkat, vena aksila dipotong. Dalam pembedahan

kulit yang tipis ditinggalkan.

3) Mastektomi radikal modifikasi

Seluruh payudara dan sebagian besar kelenjar limfe pada aksila

diangkat,vena aksila dipotong, otot pektoralis dipertahankan.

4) Mastektomi sederhana (total)

Seluruh payudara diangkat, tetapi kelenjar aksila dan otot pektoralis


tidak. Apabila kanker telah menyebar, aksila diradiasi atau dilakukan

mastektomi radikal.

5) Mastektomi sebagian (reseksi segmen, reseksi potongan)

Tumor dan besar segmen di sekitar jaringan payudara, dibawah fasia,

dan kulit di atasnya diangkat biasanya sekitar sepertiga payudara.

6) Lumpektomi, tilektomi atau eksisi local

Tumor berukuran 3 cm sampai 5 cm jaringan pada kedua sisi

diangkat, memepertahankan jaringan dan kulit payudara lainnya.

7) Mastektomi subkutan

Jaringan payudara, termasuk kedua aksila, diangkat melalui insisi di

bawah payudara. Semua kulit payudara, termasuk puting dan areola

serta tonjolan jaringankecil di bawah puting, dibiarkan ditempatnya.

Implan silikon disisipkan, baik pada saat pembedahan awal atau

beberapa bulan sesudahnya.

b. Radioterapi

Radioterapi yaitu proses penyinaran pada daerah yang terkena

kanker dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan

membunuh sel kanker yang masih tersisa di payudara setelah operasi.

Tindakan ini mempunyai efek kurang baik seperti tubuh menjadi lemah,

nafsu makan berkurang, warna kulit di sekitar payudaar menghitam, serta

Hb dan leukosit cenderung menurun sebagai akibat dari radiasi (Putra,

2015).

c. Kemoterapi

Kemoterapi merupakan proses pemberian obat-obatan anti kanker

dalam bentuk pil, kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh

sel

kanker. Sistem ini diharapkan mencapai target pada pengobatan kanker

yang kemungkinan telah menyebar ke bagian tubuh lainnya. Dampak


dari kemoterapi adalah pasien mengalami mual dan muntah serta rambut

rontok karena pengaruh obat-obatan yang diberikan pada saat kemoterapi

(Putra, 2015).

d. Terapi Hormonal

Terapi ini biasa disebut terapi anti-estrogen yang sistem kerjannya

memblok kemampuan estrogen dalam menstimulus perkembangan

kanker payudara (Putra, 2015).

e. Lintas metabolism

Asam bifosfonat merupakan senyawa penghambat aktivitas

osteoklas dan resorbsi tulang yang sering digunakan untuk melawan

osteoporosis yang diinduksi oleh ovarian suppression, hiperkalsemia dan

kelainan metabolism tulang, menunjukan evektivitas untuk menurunkan

metastasis sel kanker payudara menuju tulang. Penggunaan asam

bifosfonat dalam jangka panjang dapat menimbulkan efek samping

seperti osteonekrosis dan turunnya fungsi ginjal (Nurarif, 2015).

8. Skrining

Tindakan untuk skrining antara lain sebagai berikut:

a. Pemeriksa payudara sendiri (SADARI)

SADARI adalah pengembangan kepedulian seorang perempuan

terhadap kondisi payudaranya sendiri. Tindakan ini dilengkapi dengan

langkah-langkah khusus untuk mendeteksi secara awal penyakit kanker

payudara untuk mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi pada

payudara. SADARI dilakukan setiap bulan sekitar 7-10 hari setelah

mentruasi (Putra, 2015).

b. Pemeriksaan payudara klinis (SADANIS)

Pemeriksaan SADANIS sangat penting untuk umur 40 tahun lebih

saat risiko kanker payudara mulai meningkat, untuk perempuan usia 20-

30an tahun di anjurkan pula untuk melakukan pemeriksaan ini disamping


tenaga kesehatan menguatkan SADARI (Martin dan Griffin, 2014).

c. Termografi (clinical infrared imaging)

Termografi adalah tes yang digunakan untuk mendeteksi dan

mencatat perubahan suhu pada permukaan kulit. Pencitraan termal

inframerah digital digunakan dalam skrining kanker payudara,

menggunakan kamera termal inframerah untuk memotret area suhu yang

berbeda di sekitar payudara. Area payudara yang terkena kanker biasanya

memiliki suhu lebih tinggi yang akan terdeteksi melalui prosedur

termografi (Kemenkes RI, 2014)

d. Mammografi

Mammografi adalah prosedur skrining dan diagnostik yang

menggunakan sinar X untuk mengetahi kondisi payudara. Lebih dari

90% kanker payudara dapat terdeteksi dengan mammografi tetapi hanya

20% sampai 50% lesi pada payudara hanya dapat terdeteksi oleh

mammografi. Mammografi lebih dini menemukan kanker yang lebih

kecil dalam 2 tahun

sebelum kanker dapat dipalpasi, dengan lebih sedikit metastase ke nodus

limfe (Martin dan Griffin, 2014).


Asuhan Keperawatan Ca Mammae

1. Pengkajian

Pengkajian kanker payudara berfokus pada hal-hal berikut: berapa

lama muncul massa, penebalan massa atau gejala kanker lain dan apakah

telah mengalami perubahan payudara, karakteristik nyeri payudara, rabas

dari puting, adanya ruam, atau eksem pada puting, riwayat trauma pada

payudara, dan riwayat keluarga memiliki penyakit kanker (Martin dan

Griffin, 2014).

a. Anamnesis

Data yang mencakup wawancara meliputi :

1) Identitas pasien

Identitas pasien mencakup nama pasien, tanggal lahir/usia,

suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk

rumah sakit, jam masuk rumah sakit, nomor rekam medik dan

diagnosa medis.

2) Keluhan utama

Keluhan utama terbagi menjadi dua yaitu keluhan utama saat masuk

rumah sakit dan keluhan saat pengkajian. Keluhan utama pada pasien

dengan kanker payudara dapat nerupa adanya massa tumor di

payudara,

rasa sakit di payudara, keluar cairan pada puting, kemerahan pada

payudara, payudara terasa restraksi.

3) Riwayat penyakit

a. Riwayat penyakit sekarang

Riwayat penyakit yang dialami pasien dari penjelasan sebelum


terjadinya keluhan utaman sampai terjadi keluhan utama dan

hingga pada saat pengkajian. Riwayat kanker payudara dari tanda

gejala munjul, penetapan biopsi, keluhan yang paling dirasakan

hingga penanganan yang sudah diberikan untuk menangani keluhan

tersebut.

b. Riwayat penyakit terdahulu

Riwayat penyakit dahulu adalah riwayat penyakit yang pernah di

derita oleh pasien dan berhubungan dengan penyakit yang sekarang

ini.

c. Riwayat penyakit keluarga

Riwayat penyakit kelurga adalah berisi tentang semua anggota

kelurga pasien yang memiliki penyakit kronis, menular, menurun

dan menahun seperti penyakit jantung, hipertensi, diabetes melitus,

TBC, HIV, hepatits B, penyakit kelamin, dan apakah kelurga ada

yang memiliki riwayat kanker payudara.

d. Perilaku yang mempengaruhi kesehatan

Perilaku yang mempengaruhi kesehatan berisi tentang aktivitas

atau prilaku sebelum pasien sakit yang dapat mempengaruhi

kesehatan

pasien, seperti peminum alkohol atau tidak, merokok atau tidak,

ketergantungan obat obatan atau tidak, dan bagaimana dengan

aktivitas berolahraga.

1. Data pisikososial

Data pisikososial diperlukan untuk mengetahui koping yang dimiliki

pasien, persepsi pasien tentang penyakitnya dan untuk mengetahaui

apakah terjadi gangguan konsep diri pada pasien.

2. Personal hygine

Data personal hygine diperlukan untuk mengetahui frekuensi mandi,


kramas, menyikat gigi, memotong kuku dan ganti pakaian dalam

sehari.

3. Pengkajian spiritual

Pengkajian spiritual dapat ditanyakan bagaimana kebiasaan beribadah

selama sebelum sakit dan sesudah sakit ini. Biasanya pada pasien yang

mengalami penyakit kronis akan lebih mendekatkan diri kepada tuhan

guna untuk mencari ketenangan hidupnya.

ii. Observasi

Observasi merupakan metode pengumpulan data dengan cara

melihat kondisi pasien maupun lingkungan sekitar pasien atau respon

pasien dengan penyakit kanker, biasanya terdapat nyeri sehingga respon

pasien terlihat meringis menahan nyeri.

iii. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik merupakan proses pemeriksaan fisik dengan

menggunakan metode head to toe yaitu dari ujung rambut hingga ujung

kaki untuk menemukan tanda tanda klinis atau kelainan pada suatu

sistem. Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan teknik inspeksi,

palpasi, auskutasi dan perkusi.

Pemeriksaan fisik meliputi : Keadaan umum berupa keadaan

kesadaran pasien, apakah pasien dalam keadaan sadar, apatis, somnolen,

sopor atau koma. Pemeriksaan tanda-tanda vital untuk mendapatkan data

objektif dari keadaan pasien, pemeriksaan ini meliputi tekanan darah,

suhu, respirasi, dan jumlah denyut nadi. Pada pemeriksaan pertama di

mulai dari kepala sampai leher meliputi pemeriksaan bentuk kepala,

penyebaran rambut, warn arambut, struktur wajah, warna kulit,

kelengkapan dan kesimetrisan mata, kelopak mata, kornea mata,

konungtiva dan sklera, pupil dan iris, ketajaman penglihatan, lapang

pandang penglihatan, keadaan lubang hidung, kesimetrisan septum nasal,


ukuran telinga kanan dan kiri, ketajaman pendengaran, keadaan bibir,

keadaan gusi dan gigi, keadaan lidah, keadaan platum dan orofaring,

posisi trakea, apakah ada tiroid, kelenjar limfe, apakah ada penonjolan

vena jugularis, dan cek denyut nadi karotis.

Pada payudara meliputi inspeksi (biasanya terjadi perubahan

pigmentasi kulit seperti kemerahan,papila mamae tertarik kedalam,

hiperpigmentasi aerola maame, ada atau tidak pengeluaran cairan pada

puting susu, ada atau tidak oedem, dan ansimetris payudara serta apakah

terlihat adanya ulkus pada bagian payudara). Jika terdapat ulkus pada

payudara lakukan pengkajian luka meliputi jenis luka, panjang luka, lebar

luka, kedalaman luka, warna luka. Palpasi hasil (biasanya teraba ada

massa pada payudara, ada atau tidak pembesaran kelenjar getah bening,

kemudian disertai dengan pengkajian nyeri tekan).

Pada pemeriksaan dada atau torak meliputi ispeksi (bentuk

payudara simetris atau tidak, apakah terlihat mempergunakan otot bantu

pernafasan dan lihat bagaimana pola nafas), plapasi (penilaian vokal

premitus), perkusi (melakukan perkusi di semua lapang paru), auskultasi

(penilaian suara nafas, suara uacapan suara).

Pada pemeriksaan kardiovaskuler meliputi inspeksi dan palpasi

melihat bagaimana bentuk dada, mengamati pulsasi dan ictus cordis, dan

palpasi menentukan batas-batas jantung untuk mengetahui ukuran

jangtung, auskultasi mendengarkan bunyi jantung, bunyi jantung

tambahan ada atau tidak. Cantumkan juga apakah pasien menggunakan

alat bantu pernapasan

Pemeriksaan abdomen meliputi inspeksi (melihat bentuk abdomen,

ada atau tidak benjolan, ada atau tidak bayangan pembuluh darah),

auskultasi (bising usus dengan hasil yang normal 5-35x/menit), palpasi

(teraba ada atau tidak massa, ada atau tidak pembesaran limfe dan line
serta ada atau tidak nyeri tekan) dan perkusi (penilaian suara abdomen

suara normalnya berupa timpani dan jika abdomen terlihat membesar

lakukan pemeriksaan shifting dullnes).

Pemeriksaan genetalia dan perkemihan meliputi pemeriksaan

bagian-bagian genetalia apakah ada kelainan atau tidak, kebersihan

genetalia, kemempuan berkemih, intake dan output cairan serta

menghitung belance cairan.

Pemeriksaan muskuloskeletal meliputi pemeriksaan kekuatan otot,

kelainan pada tulang belakang, dan kelainan pada ekstremitas.

Pemeriksaan integumen meliputi kebersihan kulit, warna kulit,

kelembaban, turgor kulit, apakah ada lesi dan apakah ada penyekit kulit

serta berapa hasil penilaian resiko dekubitus.

Sistem persyafan meliputi pemeriksaan glasgow coma scale and

score (GCS) cantum kan hasil pemeriksaan hasil eye, verbal, dan best

motor, pemeriksaan ingatan memory, cara berkomunikasi, kognitif,

orientasi (tempt,waktu,orang), saraf sensori (nyeri tusuk, suhu, san

senetuhan), pemeriksaan syaraf otak (NI-NXII), fungsi motorik dan

sensorik, serta pemeriksaan ferleks fisiologis.

b. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah sebuah gambarkan respon manusia

mengenai keadaan kesehatan pada individu atau kelompok (Martin dan

Griffin, 2014). Menurut Nurarif (2015), diagnosa keperawatan yang muncul

pada pasien kanker payudara yaitu :

i. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan

deformitas dinding dada, hambatan upaya nafas

(misalny nyeri saat bernafas). Kategori: fisiologi,

subkategori : respirasi, kode: D.0005.

ii. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera


fisiologi. kategori: pisikologi, subkategori: nyeri

dan kenyamanan, kode: D.0077.

iii. Defisit nutrisi berhubungan dengan

ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien ke jaringan.

Kategori: fisiologi, subkategori: Nutrisi dan cairan

Kode: D.0019.

iv. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan

dengan faktor mekanik (penekanan massa kanker).

Kategori: lingkungan, subkategori: keamanan dan

proteksi, kode: D.0139.

v. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan

nyeri. Kategori: fisiologi, subkategori: aktivitas dan

istirahat, kode: D.0054.

vi. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan

perubahan struktur/bentuk tubuh. Kategori:

psikologi, subkategori: integritas ego, kode:

D.0083.

vii. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap

kematian. Kategori: psikologi, subkategori:

integritas ego, kode: D.0080.

viii. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang


kontrol tidur.

Kategori: fisiologi, subkategori: aktivitas dan istirahat, kode: D.0055.

ix. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar


informasi.

Kategori: perilaku, subkategori: penyuluhan dan pembelajaran, kode:

D.0111.

x. Resiko infeksi berhubugan dengan faktor resiko


tindakan invasif.

Kategori: lingkungan, subkategori: keamanan dan proteksi, kode: D.0142.


c. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah berbagai perawatan yang berdasarkan

penilaian klinis dan pengetahuan yang dilakukan oleh perawat untuk

meningkatkan hasil klien/pasien (SDKI, 2018).

Tabel 2.4 Intervensi Keperawatan Pada Pasien Kanker Payudara


Tujuan &
Diagnosa Keperawatan Intervensi
No. Kriteria
(SDKI) (SIKI)
Hasil
(SLKI)
1. Kategori : fisiologi Luaran : Pola napas  Manajemen jalan napas
Subkategori : respirasi Kode : L.01004 (1.01011)
Kode : D.0005 Ekspektasi : Membaik - Monitor pola nafas
Pola nafas tidak efektif Kriteria Hasil : (frekuensi, kedalaman,
berhubungan dengan - Dispnea usaha nafas)
deformitas dinding dada, - Penggunaan otot - Monitor bunyi napas
hambatan upaya nafas bantu napas tambahan
(misalnya nyeri saat - Pemanjangan fase - Posisikan semi
bernafas) ekspirasi fowler atau fowler
- Pernapasan pursed-lip - Ajarkan teknik
- Pernapasan cuping batuk efektif
hidung - Berikan minum hangat
- Frekuensi napas - Berikan oksigen
- Kedalaman napas - Kolaborasi dalam
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukoltik,
jika perlu
 Pemantauan respirasi
(1.01014)
- Monitor frekuensi,
kedalaman dan upaya
napas
- Monitor adanya
produksi sputum
- Monitor kemampuan
batuk efektif
- Monitor saturasi
oksigen
2 Kategori : Psikologi Luaran : Tingkat nyeri  Manajemen nyeri
Subkategori : Nyeri dan Kode : L.08066 (1.08238)
kenyamanan Ekspektasi : Menurun - Identifikasi lokasi,
Kode : D.0077 Kriteria Hasil : karakteristik, durasi,
Nyeri akut berhubungan - Keluhan nyeri frekuensi, kualitas,
dengan agen cedera - Meringis intensitas nyeri
fisiologi - Sikap protektif - Identifikasi skala nyeri
- Gelisah - Identifikasi respon
- Kesulitan tidur nyeri non verbal
- Frekuensi nadi - Identifikasi faktor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
- Berikan analgesik
sesuai terapi
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
nyeri
- Kolaborasi dalam
pemberian analgetik
jika perlu
3 Kategori : fisiologi Luaran : Status nutrisi  Manajemen Nutrisi
Subkategori : Nutrisi dan Kode : L.03030 (1.03119)
cairan Ekspektasi : Membaik - Identifikasi status
Kode : D.0019 Kriteria Hasil : nutrisi
Defisit nutrisi - Porsi makanan yang - Monitor asupan
berhubungan dihabiskan makanan
dengan - Verbalisasi - Identifikasi
ketidakmampuan keinginan makanan yang
mengabsorbsi meningkatkan nutrisi disukai
nutrien ke jaringan - Berat badan - Monitor berat badan
- Indek massa tubuh - Sajikan makanan yang
(IMT) menarik dan suhu yang
sesuai
- Berikan makanan tinggi
serat, tinggi kalori dan
tinggi protein
- Anjurkan makan posisi
duduk, jika mampu
- Kolaborasi dengan ahli
gizi dalam menentukan
jumlah nutrisi yang
dibutuhkan klien
4 Kategori : lingkungan Luaran : Integritas kulit  Perawatan integritas
Subkategori : keamanan dan jaringan kulit (1.11353)
dan Kode : L.14125 - Identifikasi penyebab
proteksi Ekspektasi : Meningkat gangguan kulit
Kode : D.0139 Kriteria Hasil : - Gunakan produk
Gangguan integritas - Kerusakan jaringan berbahan petroleum
kulit/jaringan - Kerusakan lapisan atau minyak pada kulit
berhubungan dengan kulit kering
faktor - Nekrosis - Hindari produk
mekanik (penekanan berbahan alcohol pada
massa kanker kulit kering
 Perawatan luka
(1.14564)
- Monitor
karakteristik luka
(mis. drainase,
warna, ukuran, bau)
- Monitor tanda-tanda
infeksi
- Pertahankan teknik
steril saat melakukan
perawatan luka
- Ajarkan prosedur
perawatan luka
secara mandiri
5 Kategori : fisiologi Luaran : Citra tubuh  Dukungan mobilisasi
Subkategori : aktivitas Kode : L.05042 (1.05173)
dan istirahat Ekspektasi : Meningkat - Identifikasi adanya
Kode : D.0054 Kriteria Hasil : nyeri atau keluhan fisik
Gangguan mobilitas fisik - Pergerakan lainnya
berhubungan dengan ekstremitas - Identifikasi
nyeri - Kekuatan otot toleransi fisik
- Rengtang melakukan
gerak (ROM) pergerakan
- Monitor kondisi umum
selama melakukan
mobilsasi
- Fasilitasi melakukan
mobilisasi fisik
- Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
pergerakan
- Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
6 Kategori : psikologi Luaran : Citra tubuh  Promosi citra tubuh
Subkategori : integritas Kode : L.09067 (1.09305)
ego Ekspektasi : Meningkat Monitor frekuensi
Kode : D.0083 Kriteria Hasil : pernyataan kritik
Gangguan cinta tubuh - Pergerakan terhadap diri sendiri
berhubungan ekstremitas - Diskusikan
dengan perubahan - Kekuatan otot perubahan tubuh dan
struktur/bentuk - Rengtang fungsinya
tubuh gerak (ROM) - Diskusikan perbedaan
penampilan fisik
terhadap harga diri
- Anjurkan
mengungkapkan
gambaran diri
terhadap citra tubuh
 Promosi koping
(1.09312)
- Identifikasi
kemampuan yang
dimiliki
- Identifikasi
pemahaman proes
penyakit
- Anjurkan keluarga
terlibat untuk
memotivasi pasien
- Anjurkan penggunaan
sumber spiritual, jika
perlu
7 Kategori : psikologi Luaran : Tingkat  Reduksi ansietas
Subkategori : integritas Ansietas (1.09314)
ego Kode : L.09093 - Monitor tanda-tanda
Kode : D.0080 Ekspektasi : Menurun ansietas
Ansietas berhubungan Kriteria Hasil : - Ciptakan suasana
dengan - Verbalisasi terapeutik untuk
ancaman terhadap kebingungan menumbuhkan
kematian - Verbalisasi khawatir kepercayaan
akibat kondisi yang - Berikan
dihadapi terapi
- Perilaku gelisah relaksasi
- Perilaku tegang - Anjurkan keluarga
untuk tatap bersama
pasien
- Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi
yang akan dialami
8 Kategori : fisiologi Luaran : Pola Tidur  Dukungan tidur
Subkategori : aktivitas Kode : L.05045 lingkungan (1.05174)
dan istirahat Ekspektasi : Membaik - Identifikasi
Kode : D.0055 Kriteria Hasil : faktor
Gangguan pola tidur - Keluhan sulit tidur pengganggu tidur
berhubungan - Keluhan sering - Identifikasi pola
dengan kurang kontrol terjaga aktifitas dan tidur
tidur - Keluhan tidak puas - Tetapkan jadwal tidur
tidur rutin
- Keluihan pola tidur - Anjurkan menepati
berubah kebiasaan waktu tidur
- Keluhan istirahat
tidak cukup
9 Kategori : perilaku Luaran : Tingkat  Edukasi kesehatan
Subkategori : penyuluhan Pengetahuan (1.12383)
dan Kode : L.12111 - Identifikasi
pembelajaran Ekspektasi : Meningkat kesiapan dan
Kode : D.0111 Kriteria Hasil : kemampuan
Defisit pengetahuan - Perilaku sesuai menerima informasi
berhubungan anjuran - Sediakan materi
dengan kurang terpapar - Verbalisasi minat dan media
informasi dalam belajar pendidikan
- Kemampuan kesehatan
menjelaskan - Jadwalkan pendidikan
pengetahuan tentang kesehatan sesuai
suatu topik kesepakatan
- Kemampuan - Berikan kesempatan
menggambarkan bertanya
pengalaman - Jelaskan faktor risiko
sebelumnya yang yang dapat
sesuai dengan topik mempengaruhi
- Perilaku sesuai kesehatan
dengan pengetahuan

10 Kategori : lingkungan Luaran : Tingkat  Pencegahan infeksi


Subkategori : keamanan Infeksi (1.14539)
dan Kode : L.14137 - Monitor tanda dan
proteksi Ekspektasi : Menurun gejala infeksi lokal
Kode : D.0142 Kriteria Hasil : dan sistemik
Resiko infeksi - Demam - Berikan perawatan
berhubugan dengan - Kemerahan luka
faktor resiko tindakan - Nyeri - Berikan antibiotik
invasif - Bengkak sesuai terapi
- Kadar sel darah putih - Cuci tang an sesudah
(membaik) dan sebelum kontak
- Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
DAFTAR PUSTAKA

Abbasi, S. H. et al. (2018) ‘Ethnic Differences in the Risk Factors and Severity of
Coronary Artery Disease: a Patient-Based Study in Iran’, Journal of
Racial and Ethnic Health Disparities. Journal of Racial and Ethnic Health
Disparities, 5(3), pp. 623–631. doi: 10.1007/s40615-017-0408-3.

Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Mediaction.

Kosier. 2011. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 7, Volume 2. Jakarta : Buku


Kedokteran EGC.

Kushariyadi, Setyoadi. 2011. Terapi Modalitas Keperawatan Pada Klien


Psikogeriatrik. Penerbit: Salemba Medika. Jakarta

LeMone, P, & Burke. 2008. Medical surgical nursing : Critical thinking in client
care.( 4th ed). Pearson Prentice Hall : New Jersey

Muttaqin, A. 2008, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan


Sistem Pernapasan, Jakarta : Salemba Medika

Muttaqin A. dan Kumala S. (2009). Asuhan keperawatan perioperatif: konsep,


proses, dan aplikasi. Salemba Medika.

NANDA. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi.


10 editor T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. EGC.

Nurarif, H. K. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis dan Nanda NIc-NOC. (3, Ed.). Jogjakarta: Mediaction publishing.

Potter, P.A & Perry A.G. 2012. Fundamental of Nursing. Jakarta : EGC

Riskesdas. 2018. Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia. Jakarta : Badan


Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI

Sari, A,& Subandi. (2015). Pelatihan teknik relaksasi untuk menurunkan


kecemasan pada primary caregiver penderita kanker payudara Program
Magister Profesi Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.
Volume 1, no. 3, Desember 2015: 173 – 192 ISSN: 2407-7801

Smeltzer et al, 2008. Buku Ajar Keperwata Medikal Bedah. Jakarta : Buku.
Kedokteran EGC.
Wahyudi, Andri Setiya dan Abd. Wahid. (2016). Buku Ajar Ilmu Keperawatan.
Dasar. Jakarta: Mitra Wacana Media World Health Organization. (2013). A
global Ca Mammae - World Health Day 2013. World Health Organization, 1–
40. https://doi.org/10.1136/bmj.1.4815.882-a

Wijaya, Putri. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 1. Keperawatan Dewasa


Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika

Winarti, R. Putri, O., Windyastuti, W. 2018. Hubungan Kualitas Pelayanan


Kesehatan Dengan Tingkat Kepuasan Pasien BPJS.Jurnal Ners Widya
Husada, 2018

Yunus, F. 2014. The Asthma Control Test, A new tool to improve the quality of
asthma management. Surakarta: Indah Comp; 361

Zakiyah, Ana. 2015. Nyeri: Konsep dan Penatalaksanaan dalam Praktik.


Keperawatan Berbasis Bukti. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai