Anda di halaman 1dari 54

TUGAS KELOMPOK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

CA MAMMAE
(Kanker Payudara)

OLEH KELOMPOK 3 :
1. I Nengah Kartika C2119102
2. Gst. Ayu Santi Lisyana Dewi C2119103
3. Kadek Sri Yuliantari Widiartha C2119104
4. Ni Putu Kompiang Arini C2119105

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA USADA BALI
2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kanker payudara menjadi salah satu penyebab kematian utama di
duniadan di Indonesia. Kanker ini dapat terjadi pada usia kapan saja dan
menyerangwanita umur 40-50 tahun, tapi saat ini sudah mulai ditemukan
pada usia 18tahun (American Cancer Society, 2011). Kanker adalah salah
satu penyebabutama kematian di seluruh dunia. Dari total 58 juta kematian
di seluruh duniapada tahun 2005, kanker menyumbang 7,6 juta (atau 13%)
dari seluruhkematian. Kanker Payudara menyebabkan 502.000 kematian
per tahun.Lebih dari 70% dari semua kematian akibat kanker pada tahun
2005 terjadi dinegara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Kematian akibat kankerterus meningkat, dengan 9 juta orang diperkirakan
meninggal karena kankerpada tahun 2015 dan 11,4 juta meninggal pada
tahun 2030 (Parkway CancerCentre, 2011).

Pada tahun 2008 di Indonesia, jumlah kasus kanker payudara


sebesar36,2% atau sebanyak 39.831 kasus, dengan jumlah kematian 18,6
per 100.000penduduk (ChartBin, 2011). Pada tahun 2010 menurut data
WHO terakhiryang dipublikasikan pada bulan April 2011, kematian akibat
kanker payudaradi Indonesia mencapai 20.052 atau sebesar 1,41%, dengan
tingkat kejadiansebesar 20,25 per 100.000 penduduk Indonesia dan
menempati urutan 45 didunia (Indonesia Health Profile, 2011).Jumlah
kasus kanker payudara pada tahun 2005 di Provinsi JawaTengah, sebanyak
3.884 atau (36,83%) dari 10.546 kasus kanker. Kasuspenyakit kanker yang
ditemukan di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2009sebesar 24.204 kasus
lebih sedikit dibandingkan dengan tahun 2008 sebanyak27.125 kasus,
terdiri dari Ca. servik 9.113 kasus (37,65%), Ca. mamae 12.281kasus
(50,74%), Ca. hepar 2.026 (8,37%), dan Ca. paru 784 kasus
(3,24%).Prevalensi kanker payudara di Provinsi Jawa Tengah pada tahun

1
2009 sebesar0,037% dan tertinggi di Kota Surakarta sebesar 0,637%
(Profil KesehatanProvinsi Jawa Tengah, 2010).

Jumlah yang diperkirakan 50% penderita kanker payudara di


Indonesiadatang memeriksakan penyakit kanker yang dideritanya sudah
pada stadiumlanjut.Deteksi dini kanker payudara merupakan langkah awal
yang baik untukmengetahui adanya penyakit kanker payudara sedini
mungkin, yaitu denganPeriksa payudara Sendiri (SADARI).
Keterlambatan deteksi dini inikemungkinan disebabkan karena kurangnya
pengetahuan wanita tentangdeteksi dini kanker payudara (Indonesian
Cancer Fondation, 2011)

Kurangnya pengetahuan dan fakta tentang kanker payudara


karenarendahnya tingkat pendidikan. Wanita tidak tahu cara mengakses
informasiyang akurat tentang kanker payudara. Mayoritas perempuan tidak
tahu rentangusia saat mamografi sebaiknya dilakukan juga tidak tahu
potensinya dalammendeteksi kanker payudara dini (Aylin dkk, 2005).

Dalam jurnal Oxford Annals of Oncology (2010), ketika


seseorangdinyatakan menderita kanker, maka akan terjadi beberapa
tahapan reaksiemosional dan salah satunya yang sering terjadi adalah
depresi. Menyediakaninformasi bagi pasien merupakan faktor penentu
penting bagi kepuasan pasiendan juga dapat mempengaruhi kualitas
kesehatan, tingkat kecemasan dantingkat depresi penderita kanker.Depresi
sering kurang terdiagnosis karenabanyak faktor, termasuk kurangnya
penyediaan pengetahuan tentang penilaianteknik dan pilihan pengobatan
(Schwartz dkk, 2009).

Menurut Miller (2008), sebanyak 16%-25% pasien menderita


kankersekaligus depresi. Setelah pasien terdiagnosa kanker payudara pada
tahunpertama, 48% wanita mengalami kecemasan dan depresi. Dampak
depresipada penderita kanker tidak hanya pada penderitanya saja, tetapi

2
juga bisaberakibat pada keluarganya, yang pada akhirnya akan
menurunkan kualitashidup penderita bila penanganannya tidak adekuat.

Konginan A (2008) menyebutkan, faktor risiko yang


mempengaruhiterjadinya depresi pada pasien kanker diantaranya stadium
lanjut,pengendalian nyeri dan keluhan yang tidak baik, riwayat depresi
sebelumnya,alkoholik, gangguan endokrin, gangguan neurologik, dan
obat-obatan salahsatunya kemoterapi. Sedangkan Miller, (2008),
mengungkapkan faktor risikoterjadinya depresi diantaranya adalah pernah
mengalami depresi ataugangguan pikiran sebelumnya, sulit dalam
menerima atau menyesuaikan diridengan diagnosa kanker, usia masih
muda, memiliki masalah dengan alcohol dan narkoba, kanker terjadi ketika
sedang mengalami kejadian lain yangmenimbulkan stres, tidak
mendapatkan dukungan keluarga atau dukungansosial, sebelumnya pernah
mengalami pengalaman buruk ketika anggotakeluarga yang lain atau
teman dekatnya mengidap kanker, tidak memilikikeyakinan terhadap
efektifitas dari perawatan, perubahan fisik atau cacat fisik,perawatan yang
bisa menimbulkan efek samping yang tidak menyenangkan

Dari uraian di atas, penulis berminat untuk mengetahui lebih lanjut


mengenai kejadian Ca Mamae atau kanker payudara darimulai pengertian
sampai asuhan keperawatan untuk pasien ca mamae.

B. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui definisica mamae,
2. Mahasiswa dapat mengetahui etiologi dan factor resiko ca mamae,
3. Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis ca mamae.
4. Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi ca mamae
5. Mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan ca mamae

3
BAB II
TINJAUNA TEORI

A. Definisi
Ca mammae (carcinoma mammae) adalah keganasan yang berasal
dari sel kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara, tidak
termasuk kulit payudara.Ca mammae adalah tumor ganas yang tumbuh di
dalam jaringan payudara. Kanker bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar
susu, saluran susu, jaringan lemak maupun jaringan ikat pada payudara.
(Medicastore, 2011)
Carsinoma mammae merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel
normal mammae dimana sel abnormal timbul dari sel sel normal,
berkembang biak dan menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah.
(Sofian,2012)
Ca mamae adalah suatu penyakit pertumbuhan sel akibat adanya
onkogen yang menyebabkan sel normal memjafi sel kanker pada jaringan
payudara (Karsono, 2006)

B. Etiologi
Menurut Moningkey dan Kodim (2004), penyebab spesifik
kankerpayudara masih belum diketahui, tetapi terdapat banyakfaktor yang
diperkirakan mempunyai pengaruh terhadapterjadinya kanker payudara
diantaranya:
1. Faktor reproduksi:
Karakteristik reproduktif yang berhubungan dengan risiko terjadinya
kanker payudara adalah nuliparitas, menarche pada umur muda,
menopause pada umur lebih tua, dan kehamilan pertama pada umur
tua. Risiko utama kanker payudara adalah bertambahnya umur.
Diperkirakan, periode antara terjadinya haid pertama dengan umur
saat kehamilan pertama merupakan window of initiation
perkembangan kanker payudara. Secara anatomi dan fungsional,

4
payudara akan mengalami atrofi dengan bertambahnya umur. Kurang
dari 25% kanker payudara terjadi pada masa sebelum menopause
sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor terjadi jauh sebelum
terjadinya perubahan klinis.
1. Penggunaan hormon
Hormon estrogen berhubungan dengan terjadinya kanker payudara.
Laporan dari Harvard School of Public Health menyatakan bahwa
terdapat peningkatan kanker payudara yang signifikan pada para
pengguna terapi estrogen replacement. Suatu meta analisis
menyatakan bahwa walaupun tidak terdapat risiko kanker payudara
pada pengguna kontrasepsi oral, wanita yang menggunakan obat ini
untuk waktu yang lama mempunyai risiko tinggi untuk mengalami
kanker payudara sebelum menopause. Sel-sel yang sensitive terhadap
rangsangan hormonal mungkin mengalami perubahan degenerasi
jinakatau menjadi ganas.
2. Penyakit fibrokistik
Pada wanita dengan adenosis, fibroadenoma, dan fibrosis, tidak ada
peningkatan risiko terjadinya kanker payudara. Pada hiperplasis dan
papiloma, risiko sedikit meningkat 1,5 sampai 2 kali. Sedangkan pada
hiperplasia atipik, risiko meningkat hingga 5 kali.
3. Obesitas
Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dan bentuk tubuh
dengan kanker payudara pada wanita pasca menopause. Variasi
terhadap kekerapan kanker ini di negara-negara Barat dan bukan Barat
serta perubahan kekerapan sesudah migrasi menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh diet terhadap terjadinyakeganasan ini.
4. Konsumsi lemak
Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor risiko terjadinya
kanker payudara. Willet dkk melakukan studi prospektif selama 8
tahun tentang konsumsi lemak dan serat dalam hubungannya dengan
risiko kanker payudara pada wanita umur 34 sampai 59 tahun.

5
5. Radiasi
Eksposur dengan radiasi ionisasi selama atau sesudah pubertas
meningkatkan terjadinya risiko kanker payudara. Dari beberapa
penelitian yang dilakukan disimpulkan bahwa risiko kanker radiasi
berhubungansecara linier dengan dosis dan umur saat terjadinya
eksposur.
6. Riwayat keluarga dan faktor genetik
Riwayat keluarga merupakan komponen yang penting dalamriwayat
penderita yang akan dilaksanakan skrining untuk kanker payudara.
Terdapat peningkatan risiko keganasan pada wanita yang keluarganya
menderita kanker payudara. Pada studi genetik ditemukan bahwa
kanker payudara berhubungan dengan gen tertentu. Apabila terdapat
BRCA 1, yaitu suatu gen kerentanan terhadap kanker payudara,
probabilitas untuk terjadi kanker payudara sebesar 60% pada umur 50
tahun dan sebesar 85% pada umur 70 tahun. Faktor Usia sangat
berpengaruh -> sekitar 60% kanker payudara terjadi di usia 60 tahun.
Resiko terbesar usia 75 tahun.

C. Anatomi dan fisiologi payudara


1. Anatomi payudara

Payudra normal mengandung jaringan kelenjar, duktus,


jaringan penyokong lemak, pembuluh darah, saraf dan pembuluh
limfe. Pada bagian atas lateral kelenjar payudara, jaringan kelenjar
ini keluar dari bulatannya kea rah aksila disebut penonjolan Spence
atau ekor payudara. Setiap payudara terdiri atas atas 12-20 lobulus

6
kelenjar yang masing-masing mempunyai saluran ke papilla
mamae yang disebut duktus lactiferous. Diantara kelenjar susu dan
fasia pectolis terdapat jaringan lemak. Diantara lobules tersebut
terdapat jaringan ikat yang disebut ligamentum cooper yang
member rangka untuk payudara.
Perdarahan payudara terutama berasal dari cabang arteri
perforantes anterior dan arteri mammaria interna, arteri torakalis
lateralis yang bercabang dari arteri aksilaris dan beberapa arteri
interkostalis.
Persarafan kulit payudara diurus oleh cabang plekus servikalis dan
nervus interkostalis. Jaringan kelenjar payudara diurus araf
simpatik. Beberapa saraf penyulit dan mati rasa pasca bedah yaitu
: n. intercostalis, n. kutaneus brakius medialis yang mengurus
sensibilitas daerah aksila dan bagian medial lengan atas.
2. Fisiologi payudara
Payudara merupakan tubuloalveolar yang
bercabang-cabang terdiri atas 15-20 lobus yang dikelilingi oleh
jaringan ikat dan lemak. Tiap lobus memiliki duktus ekskretorius
masing-masing yang akan bermuara pada puting susu di sebut
duktus laktiferus, yang dilapisin epitel kuboid selapis yang rendah
lalu ke duktus alveolaris yang dilapisi epitel kuboid berlapis
kemudian bermuara ke duktus laktiferus yang berakhir pada
putting susu.
Ada 3 hal fisiologik yang mempengaruhi pahyudara yaitu :
1. Pertumbuhan dan involusi berhubungan dengan usia
2. Pertumbuhan berhubungan dengan siklus haid
3. Perubahan karena kehamilan dan laktasi

7
D. Patifisiologi Ca Mamae
Carsinoma mammae berasal dari jaringan epitel dan paling sering
terjadi pada sistem duktal, mula – mula terjadi hiperplasia sel – sel dengan
perkembangan sel – sel atipik. Sel - sel ini akan berlanjut menjadi
carsinoma insitu dan menginvasi stroma. Carsinoma membutuhkan waktu
7 tahun untuk bertumbuh dari sel tunggal sampai menjadi massa yang
cukup besar untuk dapat diraba ( kira – kira berdiameter 1 cm). Pada
ukuran itu kira – kira seperempat dari carsinoma mammae telah
bermetastasis. Carsinoma mammae bermetastasis dengan penyebaran
langsung ke jaringan sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan aliran
darah ( Price, Sylvia, Wilson Lorrairee M, 1995 )

E. Klasifikasi
Ada beberapa jenis Ca Mamae jika dilihat dari gambaran
histologisnya. Berikut ini adalah tipe-tipe kanker payudara:
1. Adenocarcinoma: kanker berbentuk oval, sering menempel pada
jaringan lain.
2. Ductal Carsinoma Insitu (DCIS): Kadang-kadang digambarkan
sebagai pre kanker, preinvasif, atau kanker intraductal. Jenis kanker
payudara ini non-invasif, yangberarti belum menyebar ke luar duktus
sel-sel payudara atau bagian lain dari payudara, seperti kelenjar
getah bening axilla, atau ke bagian lain dari tubuh. Ada tiga
tingkatan DCIS yaitu low,intermediate, dan high. Grade DCIS
mengacu pada bagaimana sel abnormal yang dilihat di bawah
mikroskop dan memberikan gagasan tentang seberapa cepat sel-sel
dapat berkembang menjadi kanker invasif. DCIS sangat dapat
disembuhkan.
Melalui pemeriksaan yang di sebut dengan mammograms, maka type
kanker payudara ini dapat dikategorikan dalam dua bagian yaitu :
1. Kanker payudara non invasive, yaitu kanker yang terjadi pada
kantung (tube) susu {penghubung antara alveolus (kelenjar yang
memproduksi susu) dan puting payudara}. Dalam bahasa kedokteran

8
disebut 'ductalcarcinoma in situ' (DCIS), yang mana kanker belum
menyebar ke bagian luar jaringan kantung susu.
2. Kanker payudara invasive, yaitu kanker yang telah menyebar keluar
bagian kantung susu dan menyerang jaringan sekitarnya bahkan
dapat menyebabkan penyebaran (metastase) kebagian tubuh lainnya
seperti kelenjar lympa dan lainnya melalui peredaran darah.
Berdasarkan ketentuan dari American Joint Committee On Cancer
(AJCC:1992), mengklasifikasikan kanker payudara dengan sistem TNM
(T=Tumor Size, N=Node, M=Metastase). Sistim TNM dinilai tiga faktor
utama yaitu Tumor size yaitu ukuran tumor, Node yaitu kelenjar getah
bening regional dan Metastase atau penyebaran jauh (Price & Lorraine,
2006).

Klasifikasi & Stadium Kanker Payudara

a. T (Tumor size) atau ukuran tumor

 T 0: tidak ditemukan tumor primer.


 T 1: ukuran tumor diameter 2 cm atau kurang.
 T 2: ukuran tumor diameter antara 2-5 cm.
 T 3: ukuran tumor diameter > 5 cm.
 T 4: ukuran tumor berapa saja, tetapi sudah ada penyebaran ke kulit
atau dinding dada atau pada keduanya, dapat berupa borok, edema

9
atau bengkak, kulit payudara kemerahan atau ada benjolan kecil di
kulit di luar tumor utama.

b. N (Node) atau kelenjar getah bening regional (KGB)

 N 0: tidak terdapat metastasis pada kgb regional di ketiak/aksilla.


 N 1: ada metastasis ke kgb aksilla yang masih dapat digerakkan.
 N 2: ada metastasis ke kgb aksilla yang sulit digerakkan.
 N 3: ada metastasis ke kgb di atas tulang selangka (supraclavicula)
atau pada kgb di mammary interna di dekat tulang sternum.

c. M (Metastase) atau penyebaran jauh

 M x : metastasis jauh belum dapat dinilai.


 M 0 : tidak terdapat metastasis jauh.
 M 1 : terdapat metastasis jauh.

Stadium Kanker Payudara


Stadum kanker payudara menurut Winkjosastro (2007) ada 4 stadium
yaitu:
1. Stadium I
Tumor yang berdiameter kurang dari 2 cm tanpa keterlibatan
limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran jauh. Tumor terbatas pada
payudara da tidak terfiksasi pada kulit dan otot pektoralis.

2. Stadium IIa

10
Tumor yang berdiameter kurang dari 2 cm dengan keterlibatan
limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran jauh atau tumor yang
berdiameter kurang dari 5 cm tanpa limfonodus (LN) dan tanpa
penyebaran jauh.

3. Stadium IIb
Tumor yang berdiameter kurang dari 5 cm denga keterlibatan
limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran jauh atau tumor yang
berdiameter lebih cdari 5 cm tanpa keterlibatan limfonodus (LN)
dan tanpa penyebaran jauh.

4. Stadium IIIa

11
Tumor yang berdiameter lebih dari 5 cm dengan keterlibtan
limfonodus (LN) tanpa penyebaran jauh.

5. Stadium IIIB
Tomor yang berdiameter lebih dari 5cm dengan keterlibatan
limfonodus (LN) dan terdapat penyebaran jauh bberupa metastasis
ke supraklavikula atau memginfiltrasi ke kulit atau dindning torak
atau tumor dengan edema pada tangan. Tumor telah meneyebar ke
dinding dada atau menyebabkan pembengkakan bisa juga luka
bernanah di payudara. Diagnosis sebagai Inflamatory Breast
Cancer. Bisa sudah atau juga belum menyebar ke pembuluh darah
getah bening diketiak dan lenganm atas, tapi tidak menyebar ke
bagian lain dari organ tubuh.

6. Stadium IIIc

12
Ukuran tumor bisa berapa saja dan terdapat metastasis kelenjar
limfe infraklavikula lateral atau bukti klinis menunjukan terdapat
metastasis kelenjar limfe aksilar atau metastasis kelenjar limfe
supraklavikular lateral.

7. Stadium IV
Tumor yang mengalami metastasi jauh yaitu : tulang, paru-paru,
liver atau otak.

Tanda carsinoma Kanker payudara kini mempunyai ciri fisik yang


khas, mirip pada tumor jinak, massa lunak, batas tegas, mobile, bentuk
bulat dan elips, Gejala carsinoma Kadang tak nyeri, kadang nyeri, adanya
keluaran dari puting susu, puting eritema, mengeras, asimetik, inversi,
gejala lain nyeri tulang, berat badan turun dapat sebagai petunjuk adanya
metastase. (Price dan Sylvia, 2006)

F. Gejala klinis
Adapun gejala klinis dari Ca mammae yaitu:

13
1. Terdapat benjolan di payudara yang nyeri maupun tidak nyeri, dari
mulai ukuran kecilkemudian menjadi besar dan teraba seperti
melekat pada kulit, biasanya memiliki pinggiran yang tidak teratur
2. Keluar cairan abnormal dari puting susu, berupa nanah, darah, cairan
encer padahalibu tidak sedang hamil
3. Ada perlengketan dan lekukan pada kulit
4. Perubahan warna atau tekstur kulit pada payudara
5. Payudara tampak kemerahan dan kulit disekitar puting susu bersisik
6. Terjadinya luka yang tidak sembuh dalam waktu yang lama
7. Retraksi puting
8. Pembengkakan local
9. Konsistensi payudara yang keras dan padat
10. Benjolan tersebut berbatas tegas dengan ukuran kurang dari 5 cm,
biasanya dalam stadium ini belum ada penyebaran sel-sel kanker
diluar payudara
11. Perubahan bentuk dan besar payudara, adanya lekukan ke dalam,
tarikan dan refraksi pada areola mammae
12. Edema dengan peant d’orange (keriput seperti kulit jeruk)
13. Pengelupasan papilla mammae
14. Ditemukan lessi pada pemeriksaan mammografi
15. Pada stadium lanjut, bisa timbul nyeri tulang, penurunan berat
badan, pembengkakan lengan atau ulserasi kulit.

G. Pathway
Terlampir

H. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan pda pasien ca mammae yaitu:
1. Inspeksi

14
Adanya asimetris, jaringan parut dan perubahan lokal, adanya
massa, pembesaran kelenjar limfe yang nyata, perubahan pada
kulit, adanya cekungan.
2. Palpasi
Pada payudara pada bagian ketiak dan puting teraba lebih padat
dari jaringan sekitarnya.Puting susu bila dipijat keluar nanah /
darah

I. Pemeriksaan diagnostik/penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium :
a. Morfologi sel darah
b. Laju endap darah
c. Tes faal hati
d. Tes tumor marker (carsino Embrionyk Antigen/CEA) dalam
serum atau plasma
e. Pemeriksaan sitologik
Pemeriksaan ini memegang peranan penting pada penilaian
cairan yang keluar spontan dari puting payudara, cairan kista
atau cairan yang keluar dari ekskoriasi
2. Radiologi
a. Mammografi
Pengujian mammae dengan menggunakan sinar untuk
mendeteksi secara dini. Memperlihatkan struktur internal
mammae untuk mendeteksi kanker yang tidak teraba atau tumor
yang terjadi pada tahap awal. Mammografi pada masa
menopause kurang bermanfaat karena gambaran kanker diantara
jaringan kelenjar kurang tampak.

b. Ultrasonografi
Biasanya digunakan untuk mndeteksi luka-luka pada daerah
padat pada mammae ultrasonography berguna untuk

15
membedakan tumor sulit dengan kista. kadang-kadang tampak
kista sebesar sampai 2 cm.
c. Thermography
Mengukur dan mencatat emisi panas yang berasal; dari mammae
atau mengidentifikasi pertumbuhan cepat tumor sebagai titik
panas karena peningkatan suplay darah dan penyesuaian suhu
kulit yang lebih tinggi.
d. Xerodiography
Memberikan dan memasukkan kontras yang lebih tajam antara
pembuluh-pembuluh darah dan jaringan yang padat.
Menyatakan peningkatan sirkulasi sekitar sisi tumor.
e. Biopsi
Untuk menentukan secara menyakinkan apakah tumor jinak atau
ganas, dengan cara pengambilan massa. Memberikan diagnosa
definitif terhadap massa dan berguna klasifikasi histogi,
pentahapan dan seleksi terapi.
f. CT. Scan
Dipergunakan untuk diagnosis metastasis carsinoma payudara
pada organ lain
g. Pemeriksaan hematologi
Yaitu dengan cara isolasi dan menentukan sel-sel tumor pada
peredaran darah dengan sendimental dan sentrifugis darah.

J. Diagnostik/kreteria diagnostik
Penyakit kanker payudara dapat diketahui dengan pasti dengan
cara pengambilan sample jaringan sel payudara yang mengalami
pembenjolan (tindakan biopsi). Dengan cara ini akan diketahui jenis

16
pertumbuhan sel yang dialami, apakah bersifat tumor jinak atau tumor
ganas (kanker).

K. Therapy/tindakan penanganan
Penatalaksanaan kanker payudara dilakukan dengan serangkaian
pengobatan meliputi pembedahan,kemoterapi, terapi hormon, terapi radiasi
dan yang terbaru adalah terapi imunologi (antibodi). Pengobatan ini
ditujukan untuk memusnahkan kanker atau membatasi perkembangan
penyakit serta menghilangkan gejala-gejalanya. Keberagaman jenis terapi
ini mengharuskan terapi dilakukan secara individual(Komite
Penanggulangan Kanker Payudara, 2013).

I. Pembedahan
Pembedahan merupakan terapi yang paling awal dikenal untuk
pengobatan kanker payudara. Jenis pembedahan pada kanker
payudara:
1. Mastektomi
Mastektomi Radikal Modifikasi (MRM)
MRM adalah tindakan pengangkatan tumor payudara dan
seluruh payudara termasuk kompleks puting-areola, disertai
diseksi kelenjar getah bening aksilaris level I sampai II secara
en bloc. Indikasi: Kanker payudara stadium I, II, IIIA dan
IIIB. Bila diperlukan pada stadium IIIb, dapat dilakukan
setelah terapi neoajuvan untuk pengecilan tumor.
2. Mastektomi Radikal Klasik (Classic RadicalMastectomy)
Mastektomi radikal adalah tindakan pengangkatan payudara,
kompleks puting-areola, otot pektoralis mayor dan minor,
serta kelenjar getah bening aksilaris level I, II, III secara en
bloc. Jenis tindakan ini merupakan tindakan operasi yang
pertama kali dikenal oleh Halsted untuk kanker payudara,
namun dengan makin meningkatnya pengetahuan biologis dan

17
makin kecilnya tumor yang ditemukan maka makin
berkembang operasi operasi yang lebih minimal
Indikasi:Kanker payudara stadium IIIb yang masih operable,
Tumor dengan infiltrasi ke muskulus pectoralis major
3. Mastektomi dengan teknik onkoplasti
Rekonstruksi bedah dapat dipertimbangkan pada institusi yang
mampu ataupun ahli bedah yang kompeten dalam hal
rekonstruksi payudara tanpa meninggalkan prinsip bedah
onkologi. Rekonstruksi dapat dilakukan dengan menggunakan
jaringan
4. Mastektomi simple
5. Mastektomi subkutan (nipple-skin-sparing mastectomy)
6. Breast Conserving Therapy
7. Salfingo ovariektomi bilateral
8. metastasektomi

II. Non pembedahan


1. Terapi Radiasi
Terapi radiasi dilakukan dengan sinar-X dengan intensitas
tinggi untuk membunuh sel kanker yang tidak terangkat saat
pembedahan.
2. Terapi Hormon
Terapi hormonal dapat menghambat pertumbuhan tumor yang
peka hormon dan dapat dipakai sebagai terapi pendamping
setelah pembedahan atau pada stadium akhir.
3. Kemoterapi
Obat kemoterapi digunakan baik pada tahap awa lataupun
tahap lanjut penyakit (tidak dapat lagi dilakukan
pembedahan). Obat kemoterapi bisa digunakan secara tunggal
atau dikombinasikan. Salah satu diantaranya adalah
Capecitabine dari Roche, obat anti kanker oral yang diaktivasi

18
oleh enzim yang adapada sel kanker, sehingga hanya
menyerang sel kanker saja.
4. Terapi Imunologik
Sekitar 15-25% tumor payudara menunjukkan adanya protein
pemicu pertumbuhan atau HER2 secara berlebihan dan untuk
pasien seperti ini, trastuzumab, antibodi yang secara khusus
dirancang untuk menyerang HER2 dan menghambat
pertumbuhan tumor, bisa menjadi pilihan terapi. Pasien
sebaiknya juga menjalani tes HER2 untuk menentukan
kelayakan terapi dengan trastuzumab.

L. Komplikasi
Komplikasi utama dari cancer payudara adalah metastase jaringan
sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan pembuluh darah ke organ-
organ lain. Tempat yang sering untuk metastase jauh adalah paru-paru,
pleura, tulang dan hati. Metastase ke tulang kemungkinan mengakibatkan
fraktur patologis, nyeri kronik dan hipercalsemia. Metastase ke paru-paru
akan mengalami gangguan ventilasi pada paru-paru dan metastase ke otak
mengalami gangguan persepsi sensori.

M. Pencegahan

Perlu untuk diketahui, bahwa 9 di antara 10 wanita menemukan adanya


benjolan di payudaranya.Untuk pencegahan awal, dapat dilakukan
sendiri.Sebaiknya pemeriksaan dilakukan sehabis selesai masa
menstruasi.Sebelum menstruasi, payudara agak membengkak sehingga
menyulitkan pemeriksaan. Cara pemeriksaan adalah sebagai berikut :

1. Berdirilah di depan cermin dan perhatikan apakah ada kelainan pada


payudara. Biasanya kedua payudara tidak sama, putingnya juga tidak
terletak pada ketinggian yang sama. Perhatikan apakah terdapat
keriput, lekukan, atau puting susu tertarik ke dalam. Bila terdapat

19
kelainan itu atau keluar cairan atau darah dari puting susu, segeralah
pergi ke dokter.

2. Letakkan kedua lengan di atas kepala dan perhatikan kembali kedua


payudara.

3. Bungkukkan badan hingga payudara tergantung ke bawah, dan periksa


lagi.

4. Berbaringlah di tempat tidur dan letakkan tangan kiri di belakang


kepala, dan sebuah bantal di bawah bahu kiri. Rabalah payudara kiri
dengan telapak jari-jari kanan. Periksalah apakah ada benjolan pada
payudara. Kemudian periksa juga apakah ada benjolan atau
pembengkakan pada ketiak kiri.

5. Periksa dan rabalah puting susu dan sekitarnya. Pada umumnya


kelenjar susu bila diraba dengan telapak jari-jari tangan akan terasa
kenyal dan mudah digerakkan. Bila ada tumor, maka akan terasa keras
dan tidak dapat digerakkan (tidak dapat dipindahkan dari tempatnya).
Bila terasa ada sebuah benjolan sebesar 1 cm atau lebih, segeralah
pergi ke dokter. Makin dini penanganan, semakin besar kemungkinan
untuk sembuh secara sempurna. Lakukan hal yang sama untuk
payudara dan ketiak kanan

N. Asuhan Keperawatan Ca Mammae

I. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan Sekarang

20
2. Biasanya klien masuk ke rumah sakit karena merasakan adanya
benjolan yang menekan payudara, adanya ulkus, kulit berwarna
merah dan mengeras, bengkak dan nyeri.

3. Riwayat Kesehatan Dahulu

4. Adanya riwayat ca mammae sebelumnya atau ada kelainan pada


mammae, kebiasaan makan tinggi lemak, pernah mengalami
sakit pada bagian dada sehingga pernah mendapatkan
penyinaran pada bagian dada, ataupun mengidap penyakit
kanker lainnya, seperti kanker ovarium atau kanker serviks.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga

6. Adanya keluarga yang mengalami ca mammae berpengaruh


pada kemungkinan klien mengalami ca mammae atau pun
keluarga klien pernah mengidap penyakit kanker lainnya, seperti
kanker ovarium atau kanker serviks.

7. Pemeriksaan Fisik

a. Kepala : normal, kepala tegak lurus, tulang kepala


umumnya bulat dengan tonjolan frontal di bagian anterior
dan oksipital dibagian posterior.

b. Rambut : biasanya tersebar merata, tidak terlalu kering,


tidak terlalu berminyak.

c. Mata : biasanya tidak ada gangguan bentuk dan


fungsi mata. Mata anemis, tidak ikterik, tidak ada nyeri
tekan.

d. Telinga : normalnya bentuk dan posisi simetris. Tidak


ada tanda-tanda infeksi dan tidak ada gangguan fungsi
pendengaran.

e. Hidung : bentuk dan fungsi normal, tidak ada infeksi


dan nyeri tekan.

21
f. Mulut : mukosa bibir kering, tidak ada gangguan
perasa.

g. Leher : biasanya terjadi pembesaran KGB.

h. Dada : adanya kelainan kulit berupa peau d’orange,


dumpling, ulserasi atau tanda-tanda radang.

i. Hepar : biasanya tidak ada pembesaran hepar.

j. Ekstremitas: biasanya tidak ada gangguan pada ektremitas.

8. Pengkajian 11 Pola Fungsional Gordon

a. Persepsi dan Manajemen

Biasanya klien tidak langsung memeriksakan benjolan yang


terasa pada payudaranya kerumah sakit karena menganggap
itu hanya benjolan biasa.

b. Nutrisi – Metabolik

Kebiasaan diet buruk, biasanya klien akan mengalami


anoreksia, muntah dan terjadi penurunan berat badan, klien
juga ada riwayat mengkonsumsi makanan mengandung
MSG.

c. Eliminasi

Biasanya terjadi perubahan pola eliminasi, klien akan


mengalami melena, nyeri saat defekasi, distensi abdomen dan
konstipasi.

d. Aktivitas dan Latihan

Anoreksia dan muntah dapat membuat pola aktivitas dan


lathan klien terganggu karena terjadi kelemahan dan nyeri.

22
e. Kognitif dan Persepsi

Biasanya klien akan mengalami pusing pasca bedah sehingga


kemungkinan ada komplikasi pada kognitif, sensorik maupun
motorik.

b. Istirahat dan Tidur

Biasanya klien mengalami gangguan pola tidur karena nyeri.

c. Persepsi dan Konsep Diri

Payudara merupakan alat vital bagi wanita. Kelainan atau


kehilangan akibat operasi akan membuat klien tidak percaya
diri, malu, dan kehilangan haknya sebagai wanita normal.

d. Peran dan Hubungan

Biasanya pada sebagian besar klien akan mengalami


gangguan dalam melakukan perannya dalam berinteraksi
social.

e. Reproduksi dan Seksual

Biasanya aka nada gangguan seksualitas klien dan perubahan


pada tingkat kepuasan.

f. Koping dan Toleransi Stress

Biasanya klien akan mengalami stress yang berlebihan,


denial dan keputus asaan.

g. Nilai dan Keyakinan

Diperlukan pendekatan agama supaya klien menerima


kondisinya dengan lapang dada.

23
II. Diagnosa
1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
pembedahan, mis; anoreksia
2. Nyeri akut berhubungan dengan proses pembedahan
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pengangkatan
bedah jaringan
4. Ansietas berhubungan dengan diagnosa, pengobatan, dan
prognosanya .
5. Kurang pengetahuan tentang Kanker mammae berhubungan
dengan kurang pemajanan informasi
6. Gangguan body image berhubungan dengan kehilangan
bagian dan fungsi tubuh
7. Potensial disfungsi seksual berhubungan dengan kehilangan
bagian tubuh, perubahan dalam citra diri

24
III. Intervensi

DIAGNOSA KEP. NOC NIC

Nutrisi kurang dari NOC : NIC :


kebutuhan tubuh  Nutritional Status : Nutrition Management
berhubungan dengan food and Fluid  Kaji adanya alergi
pembedahan, mis; Intake makanan
anoreksia Kriteria Hasil :  Kolaborasi dengan
 Adanya peningkatan ahli gizi untuk
berat badan sesuai menentukan jumlah
dengan tujuan kalori dan nutrisi
 Berat badan ideal yang dibutuhkan
sesuai dengan tinggi pasien.
badan  Anjurkan pasien
 Mampu untuk
mengidentifikasi meningkatkan
kebutuhan nutrisi intake Fe
 Tidak ada tanda  Anjurkan pasien
tanda malnutrisi untuk
 Tidak terjadi meningkatkan
penurunan berat protein dan vitamin
badan yang berarti C
 Berikan substansi
gula
 Yakinkan diet yang
dimakan
mengandung tinggi
serat untuk
mencegah
konstipasi
 Berikan makanan

25
yang terpilih (
sudah
dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
 Ajarkan pasien
bagaimana
membuat catatan
makanan harian.
 Monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan kalori
 Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
 Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan
nutrisi yang
dibutuhkan

Nutrition Monitoring
 BB pasien dalam
batas normal
 Monitor adanya
penurunan berat
badan
 Monitor tipe dan
jumlah aktivitas
yang biasa
dilakukan
 Monitor interaksi
anak atau

26
orangtua selama
makan
 Monitor
lingkungan
selama makan
 Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak
selama jam
makan
 Monitor kulit
kering dan
perubahan
pigmentasi
 Monitor turgor
kulit
 Monitor
kekeringan,
rambut kusam,
dan mudah patah
 Monitor mual
dan muntah
 Monitor kadar
albumin, total
protein, Hb, dan
kadar Ht
 Monitor makanan
kesukaan
 Monitor
pertumbuhan dan
perkembangan

27
 Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan
jaringan
konjungtiva
 Monitor kalori
dan intake
nuntrisi
 Catat adanya
edema,
hiperemik,
hipertonik papila
lidah dan cavitas
oral.
 Catat jika lidah
berwarna
magenta, scarlet
Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :
dengan proses  Pain Level, Pain Management
pembedahan  Pain control,  Lakukan pengkajian
 Comfort level nyeri secara
Kriteria Hasil : komprehensif
 Mampu mengontrol termasuk lokasi,
nyeri (tahu penyebab karakteristik, durasi,
nyeri, mampu frekuensi, kualitas
menggunakan tehnik dan faktor
nonfarmakologi presipitasi
untuk mengurangi  Observasi reaksi
nyeri, mencari nonverbal dari
bantuan) ketidaknyamanan
 Melaporkan bahwa  Gunakan teknik
komunikasi

28
nyeri berkurang terapeutik untuk
dengan mengetahui
menggunakan pengalaman nyeri
manajemen nyeri pasien
 Mampu mengenali  Kaji kultur yang
nyeri (skala, mempengaruhi
intensitas, frekuensi respon nyeri
dan tanda nyeri)  Evaluasi
 Menyatakan rasa pengalaman nyeri
nyaman setelah nyeri masa lampau
berkurang  Evaluasi bersama
 Tanda vital dalam pasien dan tim
rentang normal kesehatan lain
tentang
ketidakefektifan
kontrol nyeri masa
lampau
 Bantu pasien dan
keluarga untuk
mencari dan
menemukan
dukungan
 Kontrol lingkungan
yang dapat
mempengaruhi nyeri
seperti suhu
ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
 Kurangi faktor
presipitasi nyeri
 Pilih dan lakukan

29
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan
inter personal)
 Kaji tipe dan
sumber nyeri untuk
menentukan
intervensi
 Ajarkan tentang
teknik non
farmakologi
 Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
 Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
 Tingkatkan istirahat
 Kolaborasikan
dengan dokter jika
ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak
berhasil
 Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri

Analgesic Administration
 Tentukan lokasi,
karakteristik,
kualitas, dan derajat
nyeri sebelum
pemberian obat

30
 Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
 Cek riwayat alergi
 Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu
 Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya
nyeri
 Tentukan analgesik
pilihan, rute
pemberian, dan
dosis optimal
 Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
 Monitor vital sign
sebelum dan
sesudah pemberian
analgesik pertama
kali
 Berikan analgesik
tepat waktu
terutama saat nyeri
hebat
 Evaluasi efektivitas

31
analgesik, tanda dan
gejala (efek
samping)
Kerusakan integritas NOC : Tissue Integrity : NIC : Pressure
kulit berhubungan Skin and Mucous Management
dengan pengangkatan Membranes  Anjurkan pasien untuk
bedah jaringan Kriteria Hasil : menggunakan pakaian
 Integritas kulit yang yang longgar
baik bisa  Hindari kerutan padaa
dipertahankan tempat tidur
(sensasi, elastisitas,  Jaga kebersihan kulit
temperatur, hidrasi, agar tetap bersih dan
pigmentasi) kering
 Tidak ada luka/lesi  Mobilisasi pasien
pada kulit (ubah posisi pasien)
 Perfusi jaringan baik setiap dua jam sekali
 Menunjukkan  Monitor kulit akan
pemahaman dalam adanya kemerahan
proses perbaikan  Oleskan lotion atau
kulit dan mencegah minyak/baby oil pada
terjadinya sedera derah yang tertekan
berulang  Monitor aktivitas dan
 Mampu melindungi mobilisasi pasien
kulit dan  Monitor status nutrisi
mempertahankan pasien
kelembaban kulit
dan perawatan alami
Ansietas berhubungan NOC : NIC :Anxiety Reduction
dengan diagnosa,  Anxiety control (penurunan kecemasan)
pengobatan, dan  Coping  Gunakan
prognosanya . Kriteria Hasil : pendekatan yang
menenangkan

32
 Klien mampu  Nyatakan dengan
mengidentifikasi dan jelas harapan
mengungkapkan terhadap pelaku
gejala cemas pasien
 Mengidentifikasi,  Jelaskan semua
mengungkapkan dan prosedur dan apa
menunjukkan tehnik yang dirasakan
untuk mengontol selama prosedur
cemas  Temani pasien
 Vital sign dalam untuk memberikan
batas normal keamanan dan
 Postur tubuh, mengurangi takut
ekspresi wajah,  Berikan informasi
bahasa tubuh dan faktual mengenai
tingkat aktivitas diagnosis, tindakan
menunjukkan prognosis
berkurangnya  Dorong keluarga
kecemasan untuk menemani
anak
 Lakukan back / neck
rub
 Dengarkan dengan
penuh perhatian
 Identifikasi tingkat
kecemasan
 Bantu pasien
mengenal situasi
yang menimbulkan
kecemasan
 Dorong pasien
untuk

33
mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
 Instruksikan pasien
menggunakan
teknik relaksasi
 Barikan obat untuk
mengurangi
kecemasan
Kurang pengetahuan NOC : Teaching : Dissease
tentang penyakit,  Kowlwdge : disease Process
perawatan,pengobatan process  Kaji tingkat
kurang paparan terhadap  Kowledge : health pengetahuan klien
informasi Behavior dan keluarga
Kriteria Hasil : tentang proses
 Pasien dan keluarga penyakit
menyatakan  Jelaskan tentang
pemahaman tentang patofisiologi
penyakit, kondisi, penyakit, tanda dan
prognosis dan gejala serta
program pengobatan penyebabnya
 Pasien dan keluarga  Sediakan informasi
mampu tentang kondisi
melaksanakan klien
prosedur yang  Berikan informasi
dijelaskan secara tentang
benar perkembangan klien
 Pasien dan keluarga  Diskusikan
mampu menjelaskan perubahan gaya
kembali apa yang hidup yang
dijelaskan mungkin diperlukan
perawat/tim untuk mencegah

34
kesehatan lainnya komplikasi di masa
yang akan datang
dan atau kontrol
proses penyakit
 Jelaskan alasan
dilaksanakannya
tindakan atau terapi
 Gambarkan
komplikasi yang
mungkin terjadi
 Anjurkan klien
untuk mencegah
efek samping dari
penyakit
 Gali sumber-
sumber atau
dukungan yang ada
 Anjurkan klien
untuk melaporkan
tanda dan gejala
yang muncul pada
petugas kesehatan
Gangguan body image 1) Klien tidak malu Diskusikan dengan
berhubungan dengan dengan keadaan dirinya. klien atau orang terdekat
kehilangan bagian dan 2) Klien dapat menerima respon klien terhadap
fungsi tubuh efek pembedahan. penyakitnya.
Rasional : membantu dalam
memastikan masalah untuk
memulai proses pemecahan
masalah
Tinjau ulang efek
pembedahan

35
Rasional : bimbingan
antisipasi dapat membantu
pasien memulai proses
adaptasi.
Berikan dukungan
emosi klien.
Rasional : klien bisa
menerima keadaan dirinya.
Anjurkan keluarga klien
untuk selalu mendampingi
klien.
Rasional : klien dapat
merasa masih ada orang
yang memperhatikannya.

36
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kanker payudara merupakan salah satu penyakit degenerative yang endemic pada
wanita hampir diseluruh dunia yang disebabkan oleh berbagai macam
factor,diantaranya faktor lifestyle dan gizi. Setiap orang di dunia ini memiliki
resiko untuk terkena kanker payudara, walaupun wanita lebih berresiko daripada
laki-laki. Oleh karena itu, sangat diperlukan pencegahan dini dimulai dari diri
sendiri dengan SADARI, memperbaiki pola makan/gizi dan gaya hidup/lifestyle.
Karena menurut penelitian World Cancer Research Fund (WCRF), memperbaiki
gizi dan lifestyledapat mencegah kanker payudara hingga 42%.

B. Saran

Berdasarkan pembahasan dalam makalah ini, maka kami sarankan bahwa


sebaiknya para wanita Indonesia melakukan pencegahan dengan cara
pendeteksian dini agar mengurangi risiko terkena kanker payudara. Lalu bidan
juga bisa memberi asuhan seperti:

1. Bidan diharapkan mampu memberikan asuhan yang baik pada remaja putri
yang mengalami kangker payudara sehingga dapat menentukan diagnosa
yang tepat pada remaja putri.
2. Setiap bidan diharapkan mampu melakukan pendokumentasian hasil
asuhan secara sistematis.

37
DAFTAR PUSTAKA

LAPORAN PENDAULUAN PADA PASIEN DENGAN CA MAMAE


DEXTRA T4BN1MO DENGAN TINDAKAN OPERATIF MODIFIED
RADICAL MASTECTOMI
DI RUANG OK IBS RSUP SANGLAH

Oleh:
Ni Putu Lilik Cahyani
1302106052
PSIK 2013

38
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2017

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi/pengertian
Kanker payudara (KPD) merupakan keganasan pada jaringan payudara
yang dapat berasal dari epitel duktus maupun lobulusnya (Komite
Penanggulangan Kanker Payudara, 2013)
Kanker payudara atau Carsinoma Mammae adalah pertumbuhan sel yang
tidak terkendali pada kelenjar penghasil susu (lobular), saluran kelenjar
dari lobular ke puting payudara (duktus), dan jaringan penunjang payudara
yang mengelilingi lobular, duktus, pembuluh darah dan pembuluh limfe,
tetapi tidak termasuk kulit payudara (American Cancer Society, 2014).
Kanker Payudara adalah tumor ganas yang menyerang jaringan payudara
yang berasal dari kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang
payudara. Kanker payudara terjadi karena adanya kerusakan gen yang
mengatur pertumbuhan dan diferensiasi sehingga sel ini tumbuh dan
berkembang biak tanpa dapat dikendalikan (Mardiana, 2004).
Ca mammae adalah pertumbuhan sel-sel payudara yang berlebihan atau
tidak terkontrol yang akan membentuk suatu benjolan atau tumor yang
bersifat jinak maupun ganas dan merupakan 27% dari kanker pada wanita
dan menyebabkan 20% kematian akibat kanker (Price, 1995).
Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang
terus tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk
benjolan di payudara. Jika benjolan kanker itu tidak dibuang atau
terkontrol, sel-sel kanker bisa menyebar (metastase) pada bagian-bagian
tubuh lain. Metastase bisa terjadi pada kelenjar getah bening (limfe) ketiak
ataupun di atas tulang belikat. Selain itu sel-sel kanker bisa bersarang di
tulang, paru-paru, hati, kulit, dan bawah kulit. (Erik T, 2005)

39
2. Epidemiologi/insiden kasus
Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang mempunyai
prevalensi cukup tinggi. Kanker payudara dapat terjadi pada pria maupun
wanita, hanya saja prevalensi pada wanita jauh lebih tinggi. Diperkirakan
pada tahun 2006 di Amerika, terdapat 212.920 kasus baru kanker payudara
pada wanita dan 1.720 kasus baru pada pria, dengan 40.970 kasus
kematian pada wanita dan 460 kasus kematian pada pria (Anonim, 2006).
Di Indonesia, kanker payudara menempati urutan ke dua setelah kanker
leher rahim (Tjindarbumi, 1995). Kejadian kanker payudara di Indonesia
sebesar 11% dari seluruh kejadian kanker (Siswono, 2003). Setiap tahun
lebih dari 580.000 kasus baru ditemukan diberbagai negara berkembang
dan kurang lebih 372.000 pasien meninggal karena penyakit ini. Demikian
pula di Bali, jumlah kasusnya meningkat dan menempati urutan kedua
terbanyak setelah kanker serviks dan cenderung bergeser ke arah yang
lebih muda.

Berdasarkan Pathological Based Registration di Indonesia, KPD


menempati urutan pertama dengan frekuensi relatif sebesar 18,6%. Data
Kanker di Indonesia Tahun 2010, menurut data Histopatologik ; Badan
Registrasi Kanker Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia
(IAPI) dan Yayasan Kanker Indonesia (YKI)). Diper kirakan angka
kejadiannya di Indonesia adalah 12/100.000 wanita, sedangkan di Amerika
adalah sekitar 92/100.000 wanita dengan mortalitas yang cukup tinggi
yaitu 27/100.000 atau 18 % dari kematian yang dijumpai pada wanita.
Penyakit ini juga dapat diderita pada laki -laki dengan frekuensi sekitar 1
%.Di Indonesia, lebih dari 80% kasus ditemukan berada pada stadium
yang lanjut, dimana upaya pengobatan sulit dilakukan. Oleh karena itu
perlu pemahaman tentang upaya pencegahan, diagnosis dini, pengobatan
kuratif maupun paliatif serta upaya rehabilitasi yang baik, agar pelayanan
pada penderita dapat dilakukan secara optimal (Komite Penanggulangan
Kanker Payudara, 2013).

3. Penyebab/faktor predisposisi

40
Menurut Moningkey dan Kodim (2004), penyebab spesifik
kankerpayudara masih belum diketahui, tetapi terdapat banyakfaktor yang
diperkirakan mempunyai pengaruh terhadapterjadinya kanker payudara
diantaranya:
2. Faktor reproduksi:
Karakteristik reproduktif yang berhubungan dengan risiko terjadinya
kanker payudara adalah nuliparitas, menarche pada umur muda,
menopause pada umur lebih tua, dan kehamilan pertama pada umur
tua. Risiko utama kanker payudara adalah bertambahnya umur.
Diperkirakan, periode antara terjadinya haid pertama dengan umur
saat kehamilan pertama merupakan window of initiation
perkembangan kanker payudara. Secara anatomi dan fungsional,
payudara akan mengalami atrofi dengan bertambahnya umur. Kurang
dari 25% kanker payudara terjadi pada masa sebelum menopause
sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor terjadi jauh sebelum
terjadinya perubahan klinis.
7. Penggunaan hormon:
Hormon estrogen berhubungan dengan terjadinya kanker payudara.
Laporan dari Harvard School of Public Health menyatakan bahwa
terdapat peningkatan kanker payudara yang signifikan pada para
pengguna terapi estrogen replacement. Suatu meta analisis
menyatakan bahwa walaupun tidak terdapat risiko kanker payudara
pada pengguna kontrasepsi oral, wanita yang menggunakan obat ini
untuk waktu yang lama mempunyai risiko tinggi untuk mengalami
kanker payudara sebelum menopause. Sel-sel yang sensitive terhadap
rangsangan hormonal mungkin mengalami perubahan degenerasi
jinakatau menjadi ganas.
8. Penyakit fibrokistik:
Pada wanita dengan adenosis, fibroadenoma, dan fibrosis, tidak ada
peningkatan risiko terjadinya kanker payudara. Pada hiperplasis dan
papiloma, risiko sedikit meningkat 1,5 sampai 2 kali. Sedangkan pada
hiperplasia atipik, risiko meningkat hingga 5 kali.

41
9. Obesitas:
Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dan bentuk tubuh
dengan kanker payudara pada wanita pasca menopause. Variasi
terhadap kekerapan kanker ini di negara-negara Barat dan bukan Barat
serta perubahan kekerapan sesudah migrasi menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh diet terhadap terjadinyakeganasan ini.
10. Konsumsi lemak :
Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor risiko terjadinya
kanker payudara. Willet dkk melakukan studi prospektif selama 8
tahun tentang konsumsi lemak dan serat dalam hubungannya dengan
risiko kanker payudara pada wanita umur 34 sampai 59 tahun.
11. Radiasi :
Eksposur dengan radiasi ionisasi selama atau sesudah pubertas
meningkatkan terjadinya risiko kanker payudara. Dari beberapa
penelitian yang dilakukan disimpulkan bahwa risiko kanker radiasi
berhubungansecara linier dengan dosis dan umur saat terjadinya
eksposur.
12. Riwayat keluarga dan faktor genetik:
Riwayat keluarga merupakan komponen yang penting dalamriwayat
penderita yang akan dilaksanakan skrining untuk kanker payudara.
Terdapat peningkatan risiko keganasan pada wanita yang keluarganya
menderita kanker payudara. Pada studi genetik ditemukan bahwa
kanker payudara berhubungan dengan gen tertentu. Apabila terdapat
BRCA 1, yaitu suatu gen kerentanan terhadap kanker payudara,
probabilitas untuk terjadi kanker payudara sebesar 60% pada umur 50
tahun dan sebesar 85% pada umur 70 tahun. Faktor Usia sangat
berpengaruh -> sekitar 60% kanker payudara terjadi di usia 60 tahun.
Resiko terbesar usia 75 tahun.
4. Patofisiologi
Carsinoma mammae berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi
pada sistem duktal, mula – mula terjadi hiperplasia sel – sel dengan
perkembangan sel – sel atipik. Sel - sel ini akan berlanjut menjadi

42
carsinoma insitu dan menginvasi stroma. Carsinoma membutuhkan waktu
7 tahun untuk bertumbuh dari sel tunggal sampai menjadi massa yang
cukup besar untuk dapat diraba ( kira – kira berdiameter 1 cm). Pada
ukuran itu kira – kira seperempat dari carsinoma mammae telah
bermetastasis. Carsinoma mammae bermetastasis dengan penyebaran
langsung ke jaringan sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan aliran
darah ( Price, Sylvia, Wilson Lorrairee M, 1995 )

5. Klasifikasi
Ada beberapa jenis Ca Mammae jika dilihat dari gambaran histologisnya.
Berikut ini adalah tipe-tipe kanker payudara:
3. Adenocarcinoma: kanker berbentuk oval, sering menempel pada
jaringan lain.
4. Ductal Carsinoma Insitu (DCIS): Kadang-kadang digambarkan
sebagai pre kanker, preinvasif, atau kanker intraductal. Jenis kanker
payudara ini non-invasif, yangberarti belum menyebar ke luar duktus
sel-sel payudara atau bagian lain dari payudara, seperti kelenjar
getah bening axilla, atau ke bagian lain dari tubuh. Ada tiga
tingkatan DCIS yaitu low,intermediate, dan high. Grade DCIS
mengacu pada bagaimana sel abnormal yang dilihat di bawah
mikroskop dan memberikan gagasan tentang seberapa cepat sel-sel
dapat berkembang menjadi kanker invasif. DCIS sangat dapat
disembuhkan.
Melalui pemeriksaan yang di sebut dengan mammograms, maka type
kanker payudara ini dapat dikategorikan dalam dua bagian yaitu :
3. Kanker payudara non invasive, yaitu kanker yang terjadi pada
kantung (tube) susu {penghubung antara alveolus (kelenjar yang
memproduksi susu) dan puting payudara}. Dalam bahasa kedokteran
disebut 'ductalcarcinoma in situ' (DCIS), yang mana kanker belum
menyebar ke bagian luar jaringan kantung susu.
4. Kanker payudara invasive, yaitu kanker yang telah menyebar keluar
bagian kantung susu dan menyerang jaringan sekitarnya bahkan

43
dapat menyebabkan penyebaran (metastase) kebagian tubuh lainnya
seperti kelenjar lympa dan lainnya melalui peredaran darah.
Berdasarkan ketentuan dari American Joint Committee On Cancer
(AJCC:1992), mengklasifikasikan kanker payudara dengan sistem TNM
(T=Tumor Size, N=Node, M=Metastase). Sistim TNM dinilai tiga faktor
utama yaitu Tumor size yaitu ukuran tumor, Node yaitu kelenjar getah
bening regional dan Metastase atau penyebaran jauh (Price & Lorraine,
2006).

Klasifikasi & Stadium Kanker Payudara

a. T (Tumor size) atau ukuran tumor

 T 0: tidak ditemukan tumor primer.


 T 1: ukuran tumor diameter 2 cm atau kurang.
 T 2: ukuran tumor diameter antara 2-5 cm.
 T 3: ukuran tumor diameter > 5 cm.
 T 4: ukuran tumor berapa saja, tetapi sudah ada penyebaran ke kulit
atau dinding dada atau pada keduanya, dapat berupa borok, edema
atau bengkak, kulit payudara kemerahan atau ada benjolan kecil di
kulit di luar tumor utama.

44
b. N (Node) atau kelenjar getah bening regional (KGB)

 N 0: tidak terdapat metastasis pada kgb regional di ketiak/aksilla.


 N 1: ada metastasis ke kgb aksilla yang masih dapat digerakkan.
 N 2: ada metastasis ke kgb aksilla yang sulit digerakkan.
 N 3: ada metastasis ke kgb di atas tulang selangka (supraclavicula)
atau pada kgb di mammary interna di dekat tulang sternum.

c. M (Metastase) atau penyebaran jauh

 M x : metastasis jauh belum dapat dinilai.


 M 0 : tidak terdapat metastasis jauh.
 M 1 : terdapat metastasis jauh.

Stadium Kanker Payudara


Stadum kanker payudara menurut Winkjosastro (2007), adalah sebagai
berikut:

a. Stadium 0
Stadium 0 adalah istilah yang biasanya digunakan untuk menjelaskan
adanya sel yang abnormal, dimana sel tersebut bukanlah kanker invasif.
Pada stadium ini terapi yang dapat dipilih antara lain lumpectomy dengan
radiasi atau mastektomi sederhana. Pada stadium 0, ukuran TNM adalah
T0 N0 M0.

b. Stadium 1
Stadium 1 merupakan stadium awal pada kanker payudara infasif dimana
sel kanker telah menyerang jaringan payudara di sekitar tempat kanker
tersebut berawal tetapi belum menyebar ke organ lain atau kelenjar getah
bening. Ukuran tumor tidak lebih dari 2 cm. Pada stadium ini, mastektomi
parsial disertai radiasi dapat dilakukan untuk penatalaksanaan lanjutan.
Pada stadium 1, ukuran TNM adalah T1 N0 M0.

45
c. Stadium 2
Ukuran tumor pada stadium 2 antara 2-5 cm dan tidak terdapat penyebaran
di organ lain maupun kelenjar getah bening. Pada stadium ini terapi radiasi
disarankan sebelum dan sesudah pembedahan, selain itu terapi dengan
menggunakan hormon dan kemoterapi (terapi adjuvan sistemik) juga dapat
dilakukan. Pada stadium 2 A, ukuran TNM adalah T0 N1 M0 / T1 N1 M0
/ T2 N0 M0 sedangkan stadium 2 B adalah T2 N1 M0 / T3 N0 M0.

d. Stadium 3
Ukuran tumor pada stadium ini 2 cm atau lebih dengan anak sebar di
kelenjar ketiak, intra dan supraklavikular, infiltrasi ke fasia pectoralis.
Pada stadium ini akan dilakukan kemoterapi atau radiasi untuk
memperkecil ukuran tumor, setelah itu baru dilakukan mastektomi. Pada
stadium 3 A, ukuran TNM adalah T0 N2 M0 / T1 N2 M0 / T2 N2 M0 / T3
N1 M0 / T2 N2 M0. Sedangkan Stadium 3 B, ukuranya adalah T4 N0 M0 /
T4 N1 M0 / T4 N2 M0.

e. Stadium 4
Kanker payudara pada stadium ini sudah metastase ke bagian yang jauh,
contohnya ke tengkorak, tulang punggung, paru-paru dan hati. Pada
stadium ini, terapi sistemik merupakan terapi yang utama. Kemoterapi dan
terapi hormon dapat memperkecil tumor, memperbaiki gejala dan
membantu pasien hidup lebih lama. Pada stadium 4, ukuran TNM adalah
Tx Nx M1.

6. Gejala Klinis
Adapun gejala klinis dari Ca mammae yaitu:
16. Terdapat benjolan di payudara yang nyeri maupun tidak nyeri, dari
mulai ukuran kecil kemudian menjadi besar dan teraba seperti
melekat pada kulit, biasanya memiliki pinggiran yang tidak teratur
17. Keluar cairan abnormal dari puting susu, berupa nanah, darah, cairan
encer padahal ibu tidak sedang hamil
18. Ada perlengketan dan lekukan pada kulit

46
19. Perubahan warna atau tekstur kulit pada payudara
20. Payudara tampak kemerahan dan kulit disekitar puting susu bersisik
21. Terjadinya luka yang tidak sembuh dalam waktu yang lama
22. Retraksi puting
23. Pembengkakan local
24. Konsistensi payudara yang keras dan padat
25. Benjolan tersebut berbatas tegas dengan ukuran kurang dari 5 cm,
biasanya dalam stadium ini belum ada penyebaran sel-sel kanker
diluar payudara
26. Perubahan bentuk dan besar payudara, adanya lekukan ke dalam,
tarikan dan refraksi pada areola mammae
27. Edema dengan peant d’orange (keriput seperti kulit jeruk)
28. Pengelupasan papilla mammae
29. Ditemukan lessi pada pemeriksaan mammografi
30. Pada stadium lanjut, bisa timbul nyeri tulang, penurunan berat
badan, pembengkakan lengan atau ulserasi kulit.

7. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan pda pasien ca mammae yaitu:
3. Inspeksi
Adanya asimetris, jaringan parut dan perubahan lokal, adanya
massa, pembesaran kelenjar limfe yang nyata, perubahan pada
kulit, adanya cekungan.
4. Palpasi
Pada payudara pada bagian ketiak dan puting teraba lebih padat
dari jaringan sekitarnya. Puting susu bila dipijat keluar nanah /
darah.

8. Pemeriksaan diagnostik/penunjang
3. Pemeriksaan Laboratorium
f. Morfologi sel darah
g. Laju endap darah

47
h. Tes faal hati
i. Tes tumor marker (carsino Embrionyk Antigen/CEA) dalam
serum atau plasma
j. Pemeriksaan sitologik
Pemeriksaan ini memegang peranan penting pada penilaian
cairan yang keluar spontan dari puting payudara, cairan kista
atau cairan yang keluar dari ekskoriasi
4. Radiologi
h. Mammografi
Pengujian mammae dengan menggunakan sinar untuk
mendeteksi secara dini. Memperlihatkan struktur internal
mammae untuk mendeteksi kanker yang tidak teraba atau tumor
yang terjadi pada tahap awal. Mammografi pada masa
menopause kurang bermanfaat karena gambaran kanker diantara
jaringan kelenjar kurang tampak.
i. Ultrasonografi
Biasanya digunakan untuk mndeteksi luka-luka pada daerah
padat pada mammae ultrasonography berguna untuk
membedakan tumor sulit dengan kista. kadang-kadang tampak
kista sebesar sampai 2 cm.
j. Thermography
Mengukur dan mencatat emisi panas yang berasal; dari mammae
atau mengidentifikasi pertumbuhan cepat tumor sebagai titik
panas karena peningkatan suplay darah dan penyesuaian suhu
kulit yang lebih tinggi.
k. Xerodiography
Memberikan dan memasukkan kontras yang lebih tajam antara
pembuluh-pembuluh darah dan jaringan yang padat.
Menyatakan peningkatan sirkulasi sekitar sisi tumor.
l. Biopsi
Untuk menentukan secara menyakinkan apakah tumor jinak atau
ganas, dengan cara pengambilan massa. Memberikan diagnosa

48
definitif terhadap massa dan berguna klasifikasi histogi,
pentahapan dan seleksi terapi.
m. CT. Scan
Dipergunakan untuk diagnosis metastasis carsinoma payudara
pada organ lain
n. Pemeriksaan hematologi
Yaitu dengan cara isolasi dan menentukan sel-sel tumor pada
peredaran darah dengan sendimental dan sentrifugis darah.

9. Diagnosis/kriteria diagnosis
Penyakit kanker payudara dapat diketahui dengan pasti dengan cara
pengambilan sample jaringan sel payudara yang mengalami pembenjolan
(tindakan biopsi). Dengan cara ini akan diketahui jenis pertumbuhan sel
yang dialami, apakah bersifat tumor jinak atau tumor ganas (kanker).

10. Therapy/tindakan penanganan


Penatalaksanaan kanker payudara dilakukan dengan serangkaian
pengobatan meliputi pembedahan, kemoterapi, terapi hormon, terapi
radiasi dan yang terbaru adalah terapi imunologi (antibodi). Pengobatan ini
ditujukan untuk memusnahkan kanker atau membatasi perkembangan
penyakit serta menghilangkan gejala-gejalanya. Keberagaman jenis terapi
ini mengharuskan terapi dilakukan secara individual (Komite
Penanggulangan Kanker Payudara, 2013).
IV. Pembedahan
Pembedahan merupakan terapi yang paling awal dikenal untuk pengobatan
kanker payudara. Jenis pembedahan pada kanker payudara :
1. Mastektomi
Mastektomi Radikal Modifikasi (MRM)
MRM adalah tindakan pengangkatan tumor payudara dan seluruh
payudara termasuk kompleks puting-areola, disertai diseksi

49
kelenjar getah bening aksilaris level I sampai II secara en bloc.
Indikasi: Kanker payudara stadium I, II, IIIA dan IIIB. Bila
diperlukan pada stadium IIIb, dapat dilakukan setelah terapi
neoajuvan untuk pengecilan tumor.
2. Mastektomi Radikal Klasik (Classic RadicalMastectomy)
Mastektomi radikal adalah tindakan pengangkatan payudara,
kompleks puting-areola, otot pektoralis mayor dan minor, serta
kelenjar getah bening aksilaris level I, II, III secara en bloc. Jenis
tindakan ini merupakan tindakan operasi yang pertama kali dikenal
oleh Halsted untuk kanker payudara, namun dengan makin
meningkatnya pengetahuan biologis dan makin kecilnya tumor
yang ditemukan maka makin berkembang operasi operasi yang
lebih minimal
Indikasi:Kanker payudara stadium IIIb yang masih operable,
Tumor dengan infiltrasi ke muskulus pectoralis major
3. Mastektomi dengan teknik onkoplasti
Rekonstruksi bedah dapat dipertimbangkan pada institusi yang
mampu ataupun ahli bedah yang kompeten dalam hal rekonstruksi
payudara tanpa meninggalkan prinsip bedah onkologi.
Rekonstruksi dapat dilakukan dengan menggunakan jaringan
4. Mastektomi simple
5. Mastektomi subkutan (nipple-skin-sparing mastectomy)
6. Breast Conserving Therapy
7. Salfingo ovariektomi bilateral
8. metastasektomi

V. Non pembedahan
5. Terapi Radiasi
Terapi radiasi dilakukan dengan sinar-X dengan intensitas tinggi
untuk membunuh sel kanker yang tidak terangkat saat
pembedahan.
6. Terapi Hormon

50
Terapi hormonal dapat menghambat pertumbuhan tumor yang
peka hormon dan dapat dipakai sebagai terapi pendamping
setelah pembedahan atau pada stadium akhir.
7. Kemoterapi
Obat kemoterapi digunakan baik pada tahap awa lataupun tahap
lanjut penyakit (tidak dapat lagi dilakukan pembedahan). Obat
kemoterapi bisa digunakan secara tunggal atau dikombinasikan.
Salah satu diantaranya adalah Capecitabine dari Roche, obat anti
kanker oral yang diaktivasi oleh enzim yang adapada sel kanker,
sehingga hanya menyerang sel kanker saja.
8. Terapi Imunologik
Sekitar 15-25% tumor payudara menunjukkan adanya protein
pemicu pertumbuhan atau HER2 secara berlebihan dan untuk
pasien seperti ini, trastuzumab, antibodi yang secara khusus
dirancang untuk menyerang HER2 dan menghambat
pertumbuhan tumor, bisa menjadi pilihan terapi. Pasien
sebaiknya juga menjalani tes HER2 untuk menentukan
kelayakan terapi dengan trastuzumab.

11. Komplikasi
Komplikasi utama dari cancer payudara adalah metastase jaringan
sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan pembuluh darah ke organ-
organ lain. Tempat yang sering untuk metastase jauh adalah paru-paru,
pleura, tulang dan hati. Metastase ke tulang kemungkinan mengakibatkan
fraktur patologis, nyeri kronik dan hipercalsemia. Metastase ke paru-paru
akan mengalami gangguan ventilasi pada paru-paru dan metastase ke otak
mengalami gangguan persepsi sensori.

51
DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society. 2014. Cancer Facts and Figures 2014. Atlanta:
American Cancer Society.
Anonim .2010. Epidemiologi Carcinoma Mammae.
http://id.scribd.com/doc/31091797/Kanker-Mammae-Dalam-Finising.
akses 27 oktober 2012
Joanne&Gloria. 2004. Nursing Intervension Classification Fourth Edition, USA
: Mosby Elsevier
Keitel dan Kopala. 2000. Counseling Women with Breast Cancer. Thousannaks:
Sage Publications, Inc.
Kodim, Nasrin & Moningkey, Shirley Ivonne. 2004. Epidemiologi Kanker
Payudara. Dalam Nasrin kodim (editor). Himpunan Badan Kuliah
Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. FKM UI.
Komite Penanggulangan Kanker Payudara. 2013. Panduan Penatalaksanaan
Kanker Payudara. Kemenkes RI.
Mardiana L. 2004. Kanker Pada Wanita Pencegahan dan Pengobatan dengan
Tanaman Obat. Penebar Swadaya. Jakarta.
Nasrul Effendi. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. Jakarta. EGC.
Ningsi, Elvira .2012. LAPORAN PENDAHULUAN CAMAMMAE.
http://vhychocolatenurse.blogspot.com/2012/05/laporan-
pendahuluan-ca-mammae.html. akses 27 oktober 2012.
Price S & Lorraine M. 2006. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.
Volume 1. Edisi 6. Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Sue, Marion, Meridean, Elizabeth. 2008. Nursing Outcomes Classification
Fourth Edition, USA : Mosby Elsevier
T. Heather Herdman. 2011. NANDA Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 2009-2011, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Wiknjosastro H. 2007. Kanker Payudara. Dalam : Ilmu Kandungan. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

52
53

Anda mungkin juga menyukai