BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sampai saat ini, kanker ovarium dikenal sebagai “silent killer” karena biasanya tidak ditemukan
gejala apapun sampai diketahui telah menyebar ke bagian tubuh lain. Namun sebenarnya bukti
baru menunjukkan bahwa kebanyakan wanita mungkin memiliki gejala bahkan sejak tahap awal
kanker ini. Jika dideteksi sedini mungkin, kanker ini bisa diatasi. Deteksi dini penting; masih,
hanya sekitar 20 persen kanker ovarium ditemukan sebelum pertumbuhan tumor telah menyebar
di luar ovarium. Jika dideteksi sedini mungkin harapan hidup jauh lebih tinggi ketimbang ketika
kanker terlanjur menyebar ke luar ovarium.
Angka kejadian kanker ovarium ini kira-kira 20% dari semua keganaan alat reproduksi wanita.
Insiden rata-rata dari semua jenis diperkirakan 15 kasus baru per 100.000 populasi wanita
setahunnya.
Menurut data statistik American Cancer Society insiden kanker ovarium sekitar 4 % dari seluruh
keganasan pada wanita dan menempati peringkat kelima penyebab kematian akibat kanker,
diperkirakan pada tahun 2003 akan ditemukan 25.400 kasus baru dan menyebabkan kematian
sebesar 14.300, dimana angka kematian ini tidak banyak berubah sejak 50 tahun yang lalu.
Kanker epitel ovarium atau dikenal dengan kanker indung telur yang berasal dari sel epitel
merupakan 90% kasus dari seluruh kanker indung telur. Kanker indung telur merupakan
penyebab kematian ke-5 terbanyak di Amerika Serikat dan merupakan salah satu dari 7
keganasan tersering di seluruh dunia. Kanker indung telur memiliki angka kematian yang tinggi,
dari 23.100 kasus baru kanker indung telur, sekitar 14.000 atau separuh lebih wanita meninggal
karena penyakit ini.
Hampir 70 % kanker ovarium epitelial tidak terdiagnosis sampai keadaan stadium lanjut,
menyebar dalam rongga abdomen atas (stadium III) atau lebih luas (stadium IV) dengan harapan
hidup selama 5 tahun hanya sekitar 15–20%, sedangkan harapan hidup stadium I dan II
diperkirakan dapat mencapai 90% dan 70%.
Penyebab pasti karsinoma ovarium belum diketahui namun multifaktorial. Resiko
berkembangnya karsinoma ovarium berkaitan dengan lingkungan, endokrin, dan factor genetic.
Faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan kanker ovarium epithelial terus menjadi subjek
perdebatan dan penelitian. Insidens tertinggi terdapat di negeri barat. Kebiasaan makan, kopi,
dan merokok, adanya asbestos dalam lingkungan, dan penggunaan bedak talek pada daerah
vagina, semua itu dianggap mungkin menyebabkan kanker. Tidak ditemukan hubungan antara
factor-faktor itu dengan perkembangan ovarium. Factor resiko endokrin untuk kanker ovarium
adalah perempuan yang nullipara, menarke dini, menopause yang lambat, kehamilan pertama
yang lambat dan tidak pernah menyusui. Perempuan dengan kanker payudara memiliki resiko
dua kali lebih besar untuk berkembangnya kanker ovarium. Penggunaan kontrasepsi oral tidak
meningkatkanh resiko dan mungkin dapat mencegah.
Terapi penggantian estrogen(ERT) pasca menopause untuk 10 tahun atau lebih berkaitan dengan
peningkatan kematian akibat kanker ovarium (Rodriguest et al, 2001). Gen-gen supresor tumor
seperti BRCA-1 dan BRCA-2 telah memperlihatkan peranan penting pada beberapa keluarga.
Kanker ovarium herediter yang dominan autosomal dengan variasi penetrasi telah ditunjukkan
dengan keluarga yang terdapat kanker ovarium. Bila terdapat dua atau lebih hubungan tingkat
pertama yang menderita kanker ovarium, seorang perempuan memiliki 50% kesempatan untuk
menderita kanker ovarium. Beberapa dokter menyarankan untuk melakukan ooforektomi
profilaksis pada perempuan usia 35 tahun dalam kelompok resiko tinggi ini.(Price, 2005)
Karena angka kejadian kanker ovarium cukup tinggi di Indonesia, maka diperlukan asuhan
keperawatan yang intensif. Oleh karena itu , penulis tertarik untuk mengangkat Asuhan
keperawatan Klien dengan Karsinoma Ovarium sebagai judul dalam penulisan makalah.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut;
a. Apa pengertian dari karsinoma ovarium?
b. Apa saja etiologi dari karsinoma ovarium?
c. Apa saja klasifikasi dari karsinoma ovarium?
d. Bagaimana manifestasi klinis dari karsinoma ovarium?
e. Apa saja komplikasi dari karsinoma ovarium?
f. Bagaimana penatalaksanaan dari karsinoma ovarium?
g. Bagaimana patofisiologi dan WOC dari karsinoma ovarium?
h. Bagaimana pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan laboratorium
i. Bagaimana Asuhan keperawatan teoritis dari karsinoma ovarium? .
1.3. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami tentang “Asuhan Keperawatan Klien dengan Karsinoma
Ovarium”.
b. Tujuan Khusus
i. Perawat mampu melaksanakan pengkajian terhadap pasien dengan penyakit Karsinoma
Ovarium.
ii. Perawat mampu menyusun diagnosa keperawatan sesuai dengan hasil pengkajian
iii. Perawat mampu menyusun perencanaan keperawatan terhadap pasien dengan penyakit
Karsinoma Ovarium dengan kebutuhan pasien.
iv. Perawat mampu melakukan intervensi tindakan yang nyata sesuai dengan perencanaan
tindakan keperawatan dan prioritas masalah.
1.4. Manfaat
a. Bagi Penulis
Memberikan pengetahuan dan keterampilan dalam proses pembuatan asuhan keperawatan
khususnya pada pokok pembahasan Asuhan Keperawatan Klien dengan Karsinoma Ovarium.
b. Bagi Pembaca
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang Asuhan Keperawatan Klien dengan Karsinoma
Ovarium.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1. Anatomi dan Fisiologi Ovarium
Ovarium adalah salah satu organ sistem reproduksi wanita, sistem reproduksi terdiri dari
ovarium, tuba fallopi, uterus dan vagina. Kedua ovarium terletak dikedua sisi uterus dalam
rongga pelvis dengan panjang sekitar 1,5 – 2 inchi dan lebar < 1 inchi, ovarium akan mengecil
setelah menopause. Ovarium memiliki dua fungsi yaitu: 1. Menyimpan ovum (telur) yang
dilepaskan satu setiap bulan, ovum akan melalui tuba fallopi tempat fertilisasi dengan adanya
sperma kemudian memasuki uterus, jika terjadi proses pembuatan (fertilisasi) ovum akan
melekat (implantasi) dalam uterus dan berkembang menjadi janin (fetus), ovum yang tidak
mengalami proses fertilisasi akan dikeluarkan dan terjadinya menstruasi dalam waktu 14 hari
setelah ovulasi. 2. Memproduksi hormon estrogen dan progesteron, kedua hormon ini berperan
terhadap pertumbuhan jaringan payudara, gambaran spesifik wanita dan mengatur siklus
menstruasi.
II.2. Konsep Dasar Teoritis Karsinoma ovarium
A. Pengertian
Kanker Indung telur atau Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur) yang
paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 – 70 tahun. Kanker ovarium bisa menyebar ke
bagian lain, panggul, dan perut melalui sistem getah bening dan melalui sistem pembuluh darah
menyebar ke hati dan paru-paru. Kanker ovarium sangat sulit didiagnosa dan kemungkinan
kanker ovarium ini merupakan awal dari banyak kanker primer. (Wingo, 1995). Karsinoma
ovarium epithelial adalah salah satu kanker ginekologi yang paling sering dan penyebab
kematian kelima akibat kanker pada perempuan(CancerNet, 2001). Kanker ovarium berasal dari
sel – sel yang menyusun ovarium yaitu sel epitelial, sel germinal dan sel stromal. Sel kanker
dalam ovarium juga dapat berasal dari metastasis organ lainnya terutama sel kanker payudara
dan kanker kolon tapi tidak dapat dikatakan sebagai kanker ovarium.
B. Etiologi
Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori yang
menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya: 1. Hipotesis incessant ovulation Teori
menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium untuk penyembuhan luka pada
saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan sel-sel epitel yang terganggu dapat menimbulkan
proses transformasi menjadi sel-sel tumor. 2. Hipotesis androgen Androgen mempunyai peran
penting dalam terbentuknya kanker ovarium. Hal ini didasarkan pada hasil percobaan bahwa
epitel ovarium mengandung reseptor androgen. Dalam percobaan in-vitro, androgen dapat
menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium normal dan sel-sel kanker ovarium. Penyebab dari
kanker ovarium adalah multifaktor. Teori pertama menerangkan mengenai trauma minor yang
berlangsung terus menerus selama siklus ovulasi (siklus pengeluaran telur setiap bulannya), teori
kedua menerangkan mengenai pajanan indung telur terhadap hormon gonadotropin dapat
meningkatkan risiko keganasan. Teori ketiga menerangkan mengenai karsinogen (zat yang dapat
merangsang terjadinya keganasan) dapat berkontak dengan indung telur melalui saluran
reproduksi. Ca mamae diduga memeliki hubungan terhadap kejadian kanker ovarium pada
wanita.. sebaliknya pada wanita yang mengidap Ca ovarium juga mempunyai faktor resiko
mengidap Ca mamae 3-4 kali lipat.
C. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi yang dapat menyebabkan Ca ovarium adalah : a) Diit tinggi lemak b)
Merokok dan alcohol c) Infertilitas d) Riwayat Ca mamae, kolon, dan endometrium e) Nullipara
D. Faktor Resiko
Penyebab pasti kanker ovarium masih dipertanyakan, beberapa hal yang diperkirakan sebagai
faktor resiko kanker ovarium adalah sebagai berikut: • Riwayat keluarga kanker ovarium dan
kanker payudara • Riwayat keluarga kanker kolon dan kanker endometrial • Wanita diatas usia
50 – 75 tahun • Wanita yang tidak memiliki anak(nullipara) • Wanita yang memiliki anak > 35
tahun
• Membawa mutasi gen BRCA1 atau BRCA2
• Sindroma herediter kanker kolorektal nonpolipoid
• Ras kaucasia > Afrika-Amerika
• Dll
F. Patofisiologi
Tidak ada penyebab definitif dan Ca. Ovarium yang ada berupa faktor-faktor resiko seperti :
– Genetik berperan dalam menimbulkan penyakit ini, dan banyak dokter menyarankan
pemeriksaan bimanual bagi wanita yang mempunyai ibu saudara perempuan dengan Ca.ovarium,
karena adanya gen BRCAI dan BRCA2 yang bersifat autosom
– Pada nulipara yang berusia > 45 tahun atau pada wanita dengan kehamilan 1 berusia > 30
tahun biasanya mengalami penurunan atau perubahan fungsi sel ovarium yang menyebab
gangguan proliferasi
– Riwayat tumor jinak beresiko menimbulkan kegagalan differensial sel (anaplasia) yang
menyebabkan pelumorfis (dari bentuk dan ukurannya)
– Pada wanita yang terpapar terus menerus oleh talk akan terjadi penumpukan talk di organ
genitalia, lalu tubuh menganggap ini sebagai benda asing dan terjadilah reaksi antibodi sehingga
terjadi gangguan proliferasi
– Merokok merupakan salah satu zat kasinogenk yang bisa menimbulkan Ca.ovarium, sedangkan
riwayat peminum alkohol akan meningkatkan radikal bebas sehingga mengakibatkan jejas
jaringan terutama pada sel ovarium
Gangguan proliferasi menyebabkan timbulnya sel-sel kanker pada sel epitel ovarium. Sel-sel
tumor akan mendesak jaringan disekitarnya seperti ; menekan kolon yang menyebabkan
gangguan defekasi dan juga bisa terjadi hiperfleks muskulus detrusor yang menyebabkan sering
berkemih sehingga genitalia menjadi lembab dan lama kelamaan mudah timbul lesi.
Kanker ovarium bermetatasis dengan invasi langsung struktur yang berdekatan dengan abdomen
dan pelvis dan sel-sel yang menempatkan diri pada rongga abdomen dan pelvis melalui
penyebaran benih tumor melalui cairan peritoneal ke rongga abdomen (mengakibatkan
peritonitis) dan rongga panggul. Jika metastasis melalui sistem bisa bermetastasis ke mammae
(Ca.mammae), colon (gangguan BAB) dan pleura (efusi pleura). Sel-sel ini mengikuti sirkulasi
alami cairan peritoneal sehingga inplantasi dan pertumbuhan keganasan selanjutnya dapat timbul
pada semua permukaan interperitoneal. Limfatik yang disalurkan ke ovarium juga merupakan
jalur untuk penyebaran sel-sel ganas. Semua kelenjar pada pelvis dan kavum abdominal pada
akhirnya akan terkena. Penyebaran awal kanker ovarium dengan jalur interperitoneal dan
limfatik muncul seiring dengan waktu adalah perasaan berat pada pelvis, sering berkemih dan
disuria, dan perubahan fungsi gastrointestinal, seperti rasa penuh, mual dan rasa tidak enak
diperut, cepat kenyang, dan konstipasi. Pada beberapa perempuan dapat terjadi perdarahan
abnormal vagina sekunder akibat hyperplasia endometrium bila tumor menghasilkan estrogen;
beberapa tumor menghasilkan testosterone dan menyebabkan virilisasi. Gejala-gejala keadaan
akut pada abdomen dapat timbul mendadak bila terdapat perdarahan dalam tumor, rupture, atau
torsi ovarium. Namun, tumor ovarium paling sering terdeteksi selama pemeriksaan pelvis rutin.
Jika ukuran Ca ovarium besar maka bisa terjadi obstruksi jalan lahir yang meyebabkan ruptur
uteri. Beberapa tumor dapat memproduksi testosteron yang menyebabkan gangguan hormonal
sehingga menimbulkan gangguan haid berupa perdarahan abnormal yang jika terjadi terus
menerus bisa berakibat anemia (Sylvia. A. Price, 1995).
G. WOC
H. Klasifikasi Kanker Ovarium
Adapun klasifikasi kanker ovarium adalah sebagai berikut;
1. Tumor epitelial
Tumor epitelial ovarium berkembang dari permukaan luar ovarium, pada umumnya jenis tumor
yang berasal dari epitelial adalah jinak, karsinoma adalah tumor ganas dari epitelial ovarium
(EOC’s : Epitelial ovarium carcinomas) merupakan jenis tumor yang paling sering ( 85 – 90% )
dan penyebab kematian terbesar dari jenis kanker ovarium. Gambaran tumor epitelial yang
secara mikroskopis tidak jelas teridentifikasi sebagai kanker dinamakan sebagai tumor bordeline
atau tumor yang berpotensi ganas (LMP tumor : Low Malignat Potential).
Beberapa gambaran EOC dari pemeriksaan mikroskopis berupa serous, mucous, endometrioid
dan sel jernih.
2. Tumor germinal
Tumor sel germinal berasal dari sel yang menghasilkan ovum atau telur, umumnya tumor
germinal adalah jinak meskipun beberapa menjadi ganas, bentuk keganasan sel germinal
terutama adalah teratoma, dysgerminoma dan tumor sinus endodermal. Insiden keganasan tumor
germinal terjadi pada usia muda kadang dibawah usia 20 tahun, sebelum era kombinasi
kemoterapi harapan hidup satu tahun kanker ovarium germinal stadium dini hanya mencapai 10
– 19% sekarang ini 90 % pasien kanker ovarium germinal dapat disembuhkan dengan fertilitas
dapat dipertahankan.
3. Tumor stromal
Tumor ovarium stromal berasal dari jaringan penyokong ovarium yang memproduksi hormon
estrogen dan progesteron, jenis tumor ini jarang ditemukan, bentuk yang didapat berupa tumor
theca dan tumor sel sartoli-leydig termasuk kanker dengan derajat keganasan yang rendah.
I. Manifestasi Klinis
Gejala umum bervariasi dan tidak spesifik. Pada stadium awal berupa :
1. Haid tidak teratur
2. Ketegangan menstrual yang terus meningkat
3. Menoragia
4. Nyeri tekan pada payudara
5. Menopause dini
6. Rasa tidak nyaman pada abdomen
7. Dispepsia
8. Tekanan pada pelvis
9. Sering berkemih
10. Flatulenes
11. Rasa begah setelah makan makanan kecil
12. Lingkar abdomen yang terus meningkat.
Kanker ovarium sulit terdeteksi, hanya sekitar 10 % dari kanker ovarium yang terdeteksi pada
stadium awal, keluhan biasanya nyeri daerah abdomen disertai keluhan–keluhan:
• Pembesaran abdomen akibat penumpukan cairan dalam rongga abdomen (ascites)
• Gangguan sistem gastrointestinal; konstipasi, mual, rasa penuh, hilangnya nafsu makan dll
• Gangguan sistem urinaria; inkontinensia uri
• Perasaan tidak nyaman pada rongga abdomen dan pelvis
• Menstruasi tidak teratur
• Lelah
• Keluarnya cairan abnormal pervaginam (vaginal discharge)
• Nyeri saat berhubungan seksual
• Penurunan berat badan
• Dll.
Sebanyak 60% wanita yang didiagnosis menderita kanker ovarium sudah memasuki tahap lanjut
dari penyakit ini. Pada umumnya tidak didapatkan gejala dini pada kanker ini, seandainya ada
biasanya samar-samar. Gejala tersebut termasuk diantaranya nyeri pada panggul, kembung,
mudah lelah, penurunan berat badan, konstipasi (sembelit), perdarahan menstruasi yang tidak
teratur. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya suatu massa atau benjolan pada panggul
merupakan tanda yang perlu dicurigai.
J. Stadium
Stadium kanker biasanya ditentukan sebelum tindakan bedah. Akan tetapi tumor pada ovarium,
stadium ditentukan berdasarkan pemeriksaan sesudah laparatomi. Penentuan stadium dengan
laparatomi akan lebih akurat, karena perluasan tumor dapat dilihat dan ditentukan berdasarkan
pemeriksaan patologi, sehingga terapi dan prognosis dapat ditentukan lebih akurat.
Stadium kanker ovarium primer menurut FIGO (Federation InternationalofGinecologies and
Obstetricians ) 1987, adalah :
Stadium I
–> pertumbuhan terbatas pada ovarium
1. Stadium 1a : pertumbuhan terbatas pada suatu ovarium, tidak ada asietas yang berisi sel ganas,
tidak ada pertumbuhan di permukaan luar, kapsul utuh.
2. Stadium 1b : pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium, tidak asietas, berisi sel ganas, tidak
ada tumor di permukaan luar, kapsul intake.
3. Stadium 1c : tumor dengan stadium 1a dan 1b tetapi ada tumor dipermukaan luar atau kedua
ovarium atau kapsul pecah atau dengan asietas berisi sel ganas atau dengan bilasan peritoneum
positif.
Stadium II
–> Pertumbuhan pada satu atau dua ovarium dengan perluasan ke panggul
1. Stadium 2a : perluasan atau metastasis ke uterus dan atau tuba
2. Stadium 2b : perluasan jaringan pelvis lainnya
3. Stadium 2c : tumor stadium 2a dan 2b tetapi pada tumor dengan permukaan satu atau kedua
ovarium, kapsul pecah atau dengan asitas yang mengandung sel ganas dengan bilasan
peritoneum positif.
Stadium III
–> tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant di peritoneum di luar pelvis dan
atau retroperitoneal positif. Tumor terbatas dalam pelvis kecil tetapi sel histologi terbukti meluas
ke usus besar atau omentum.
1. Stadium 3a : tumor terbatas di pelvis kecil dengan kelenjar getah bening negatif tetapi secara
histologi dan dikonfirmasi secara mikroskopis terdapat adanya pertumbuhan (seeding)
dipermukaan peritoneum abdominal.
2. Stadium 3b : tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant dipermukaan
peritoneum dan terbukti secara mikroskopis, diameter melebihi 2 cm, dan kelenjar getah bening
negativ.
3. Stadium 3c : implant di abdoment dengan diameter > 2 cm dan atau kelenjar getah bening
retroperitoneal atau inguinal positif.
Stadium IV
–> pertumbuhan mengenai satu atau kedua ovarium dengan metastasis jauh. Bila efusi pleura dan
hasil sitologinya positif dalam stadium 4, begitu juga metastasis ke permukaan liver.
Derajat keganasan kanker ovarium
1. Derajat 1 : differensiasi baik
2. Derajat 2 : differensiasi sedang
3. Derajat 3 : differensiasi buruk
Dengan derajat differensiasi semakin rendah pertumbuhan dan prognosis akan lebih baik.
Table stadium klinis karsinoma ovarium: