OLEH
KELOMPOK VII :
1. NENY VERONIKA LEISUBUN (R011191021)
2. NURHAYATI (R011191054)
3. MAISURY (R011191104)
4. NADIA SRI DAMAYANTI (R011191121)
Latar Belakang
Penyakit trofoblas ganas merupakan suatu tumor ganas yang berasal dari sito dan
sinsiotrofoblas yang menginvasi miometrium, merusak jaringan disekitarnya dan pembuluh
darah sehingga menyebabkan perdarahan. Penyakit trofoblas ganas merupakan sebuah
spektrum tumor-tumor tekait, termasuk mola hidatidosa, mola invasif, placental-site
trophoblastic tumor dan koriokarsinoma, yang memiliki berbagai variasi lokal invasi dan
metastasis.
Penyakit trofoblas adalah penyakit yang mengenai sel-sel trofoblas. Di dalam tubuh wanita,
sel trofoblas hanya ditemukan bila wanita itu hamil. Seringkali perkembangan kehamilan
mendapat gangguan yang dapat terjadi pada berbagai tahap, tegantung pada tahap gangguan
mana itu terjadi, maka hasil kehamilan dapar berupa keguguran, kehamilan ektopik,
prematuritas, kematian janin dalam rahim atau kelainan kongenital. Kesemuanya merupakan
kegagalan fungsi reproduksi. Demikian pula dengan penyakit trofoblas, pada hakekatnya
merupakan kegagalan reproduksi. Di sini kehamilan tidak berkembang menjadi janin yang
sempurna melainkan menjadi keadaan patologik yang terjadi pada minggu-minggu pertama
kehamilan berupa degenerasi hidropik dari jonjot jorion sehingga menyerupai gelembung
yang disebut mola hidatidosa. Pada umumnya penderita akan menjadi baik kembali, tetapi
diantaranya yang kemudian mengalami degenerasi keganasan berupa koriokarsinoma.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Penyakit Trophoblas Gestasional (PTG) merupakan suatu kondisi yang terkait
dengan adanya jaringan Tropoblastik plasenta setelah fertilisasi normal atau abnormal
yang spektrumnya dari mola hidatidosa sampai keganasan (koriokarsinoma), dan
merupakan komplikasi yang jarang pada kehamilan
C. FAKTOR RISIKO
1. Riwayat kehamilan sebelumnya, pada umumnya PTG sebagian besar didahului
oleh mola hidatidosa (MH)
2. Umur, Wanita pasca MH yang berumur lebih dari 35 tahun, terutama di atas 40
tahun, lebih cenderung untuk mengalami transformasi keganasan dari mereka
yang berumur lebih muda
D. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis PTG antara lain :
1. Pembesaran uterus/rahim setelah kehamilan
2. Pendarahan pervagina
3. Kiste tesa lutein persisten pada ovarium merupakan dugaan PTG pasca mola
(adanya gejala klinis dari metastasis atau komplikasi)
PENYIMPANGAN KDM
Kariokarsinoma(molahidat
idosa)
Pelaksanaan kemoterapi
Menyerang
endometrium
Perdarahan memanjang
Nyeri kronis
Ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer
E. METASTASIS
Metastasis PTG terjadi menyebar melalui darah ke paru (80%), vagina (30%),
otak (10%), dan hati (10%), gambaran klinis krisis tiroid ditandai oleh 4 gambaran
utama yaitu : demam, takikardi atau aritmia supraventrikel, gejala sistem saraf pusat,
dan gejala gastrointestinal.
Gejala klinis krisis tiroid sesuai dengan dekompensasi fungsi organ yang
terkena, tanda dan gejala klasiknya seperti diajukan oleh BURCH dan WARTOFSKy,
yaitu : panas tinggi, berkeringat, dekompensasi jantung, udem perifer, kongesti paru,
takiaritmia, disfungsi neurologi, disfungsi hati, ikterus, nyeri perut, mual muntah, dan
diare dapat terjadi.
Trofoblas dapat dibedakan menjadi 3 kelompok (sitotrofoblas,
sinsitiotrofoblas, dan trofoblas), Penyakit trofoblas ganas ditandai dengan proliferasi
abnormal dari epitelium trofoblastik.
F. PEMERIKSAAN DINI
Pemeriksaan β-hCG merupakan salah satu tumor marker yang cukup sensitif
untuk menegakkan diagnosis PTG secara dini.
Kewaspadaan yang tinggi terhadap keluhan pendarahan, sub involusi dari
uterus pasca mola hidatidosa, abortus atau pasca kehamilan yang lain dengan
ditunjang pemeriksaan β-hCG dapat menegakkan diagnosis dini dari PTG.
G. KRITERIA DIAGNOSIS
Diagonosis PTG berdasarkan data klinis dengan atau tanpa histologi, adapun
beberapa kriteria diagnosis :
1. Setidaknya terdapat peningkatan kadar hCG secara berurutan pada hari ke 1, 7,
14, 21
2. Peningkatan kadar hCG tanpa berurutan dengan interval pemeriksaan 2 minggu
pada hari 1, 7, dan 14
3. Kadar hCG di atas nilai normal sampai 14 minggu setelah evaluasi
4. Uterus lebih besar dari normal dengan kadar hCG > normal
5. Dijumpai lesi metastasis dengan kadar hCG > normal
Metastasis paru didiagnosis dengan foto rontgen toraks
Stadium PTG (figo 2000) :
1. Stadium I : Tumor terbatas pada uterus
2. Stadium II : Tumor meluas ke organ genitalia lainnya
3. Stadium III : Tumor Metastasis ke paru
4. Stadium IV : metastasis jauh dengan atau tanpa metastasis paru
WHO Scoring system
WHO menetapkan sistem skoring dengan beberapa parameter antara lain parameter
umur, kehamilan sebelumnya, interval kadar hCG sebelum terapi, ukuran tumor
terbesar, tempat metastasis, jumlah metastasis dan kegagalan kemoterapi sebelumnya,
skor diberikan antara 0-4, risiko rendah bila skor 6 atau kurang dan risiko tinggi bila
skor 7 atau lebih.
Spleen Gastrointes
Site of metastases including uterus - Brain liver
kydney tinal tract
Two or
Previous failed chemotherapy - - Single drug more
drugs
H. DIAGNOSIS BANDING
1. Kanker endometrium
2. Hiperplasia endometrium
3. Abortus
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan hCG serum secara serial
2. Pemeriksaan darah lengkap termasuk hitung darah tepi, platelets, PT, PTT,
fibrinogen, BUN, kreatinin, dan tes fungsi hati
3. Foto rontgen toraks
4. MRI atau CT scan otak apabila ada kecurigaan metastasis di otak
5. CT scan hepar jika ada indikasi, Whole body CT scan pada pasien yang
ditemukan adanya metastasis di paru
6. Kuretase harus dilakukan jika ada perdarahan yang berasal dariuterus, Biopsi pada
tempat metastasis sangat berbahaya karena timbulnya perdarahan banyak pada
tempat biopsi.
7. MRI dilakukan atas indikasi
8. T4 dan test fungsi tiroid lainnya atas indikasi
J. TERAPI
1. PTG risiko rendah, skor WHO kurang dari 6, FIGO stadium I, II, dan III :
a. Metotreksat 0,4 mg/KgBB IM tiap hari selama 5 hari, diulang tiap 2 minggu
b. Metotreksat 1,0 mg/KgBB selang satu hari sampai 4 dosis dengan
ditambahkan Leukovorin 0,1 mg/KgBB 24 jam setelah MTX, diulang tiap 2
minggu.
c. Metotreksat 50 mg/m2 diberikan secara mingguan
d. Actinomycin – D 12 ug/KgBB IV tiap hari selama 5 hari diulang tiap 2
minggu, protokol ini digunakan pada pasien dengan gangguan fungsi hati
e. Metotreksat 250 mg infus selama 12 jam, diulang tiap 2 minggu
f. Kemoterapi dilanjutkan 1 atau 2 kali setelah kadar hCG normal.
2. PTG risiko tinggi, FIGO stadium I, II, III dengan skor WHO lebih atau sama
dengan 7 atau stadium IV.
a. Terapi primer adalah EMA-CO (Etoposide, MTX, Actinomycin,
Cyclophosphamid dan oncovin (vincristine).
3. Plasental site trophoblastic tumor (PSTT)
Pengelolaannya terpisah dari PTG yang lain, terapi dilakukan secara kombinasi
baik dengan operasi maupun kemoterapi.
4. Penanganan lanjutan untuk penderita PTG dilakukan dengan pemeriksaan klinis
dan pemeriksaan hCG tiap minggu hingga kadarnya mencapai normal, setelah itu
dilakukan setiap bulan selama 6 bulan selanjutnya tiap 2 bulan sampai 6 bulan
berikutnya untuk meyakinkan hCG benar-benar normal.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Penyakit Trophoblas Gestasional (PTG) merupakan suatu kondisi yang terkait dengan
adanya jaringan Tropoblastik plasenta setelah fertilisasi normal atau abnormal yang
spektrumnya dari mola hidatidosa sampai keganasan (koriokarsinoma), dan merupakan
komplikasi yang jarang pada kehamilan.
Saran
1. Dengan pempelajari materi ini mahasiswa keperawatan yang nantinya menjadi seorang
perawat propesional agar dapat lebih mengetahui tentang Pentakit Trofoblas Ganas (PTG)
DAFTAR PUSTAKA
Nanda Internasional. (2018). Nanda I Diagnosis Keperawatan Definis dan Klasifikasi 2018-
2020. Jakarta: EGC.
Prof. Dr. Ida Bagus Gde Manuaba, S. (2004). Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri dan
Ginekologi Edisi 2. Jakarta: EGC.