OLEH :
KELOMPOK 7
1
A. TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
Patent duktus arteriosus (PDA) merupakan salah satu penyakit jantung
bawaan (PJB) yang sering dijumpai pada anak yang disebabkan oleh kegagalan
penutupan secara fisiologis dari duktus arteriosus setelah lahir (Hartaty dkk.,
2015)
2
Saat lahir, plasenta diangkat saat tali pusar dipotong. Pada saat itu paru-paru
pada bayi harus menyediakan oksigen ke tubuhnya. Saat bayi mengambil nafas
untuk pertama kali, pembuluh darah di paru-paru terbuka dan darah mulai
mengalir untuk mengambil oksigen. Pada titik ini, duktus arteriosus tidak
diperlukan untuk melewati paru-paru. Dalam keadaan normal, beberapa hari
pertama setelah kelahiran duktus arteriosus menutup dan darah tidak lagi
melewatinya. Pada beberapa bayi, bagaimanapun, duktus arteriosus tetap terbuka
(paten) dan kondisinya kini dikenal sebagai patent ductus arteriosus (PDA).
Pembukaan antara aorta dan arteri pulmonalis memungkinkan darah kaya oksigen
(merah) menyebar ke paru-paru. Patent ductus arteriosus (PDA) terjadi dua kali
lebih sering pada anak perempuan dibandingkan pada anak laki-laki (Stanford
Children’s Health, 2017).
2. Etiologi
Penyebab dari terjadinya penyakit jantung bawaan seperti PDA belum
diketahui secara pasti, namun ada beberapat faktor yang diduga mempunyai
pengaruh terhadap peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan. Faktor-
faktor tersebut, yaitu:
3
d. Lahir dengan kelainan bawaan yang lain (Buku Ajar Keperawatan
Kardiovaskuler, Pusat Kesehatan Jantung dan
Pembuluh Darah Nasional Harapan Kita, 2011).
Menurut Kim (2016) etiologi dari Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah
1. Genetika
Untuk kasus faktor keluarga yang terkena patent ductus arteriosus (PDA) telah
dicatat sebagai salah satu yang mempengaruhi, namun untuk penyebab genetik
belum ditentukan. Pada bayi yang lahir pada saat memiliki patent duktus
arteriosus (PDA) yang gigih, tingkat kekambuhan di antara saudara kandung
adalah 5%. Beberapa bukti awal menunjukkan bahwa sepertiga kasus
disebabkan oleh ciri resesif yang diberi label PDA1, terletak pada kromosom
12 yang terjadi pada beberapa populasi.
2. Kelainan kromosom
Beberapa kelainan kromosom dikaitkan dengan patensi persisten duktus
arteriosus. Teratogen yang teridentifikasi meliputi infeksi rubella kongenital
pada trimester pertama kehamilan, terutama melalui kehamilan 4 minggu
(terkait dengan patent ductus arteriosus [PDA] dan stenosis cabang arteri
pulmonalis), sindrom alkohol janin, penggunaan amfetamin ibu, dan
penggunaan fenitoin ibu.
4
3. Prematuritas
Prematuritas atau ketidakdewasaan bayi pada saat persalinan berkontribusi
terhadap terjadinya patensi pada duktus. Beberapa faktor yang terlibat,
termasuk ketidakdewasaan otot polos di dalam struktur atau ketidakmampuan
paru-paru yang belum matang untuk membersihkan prostaglandin yang beredar
dan bertahan dari masa gestasi. Selain itu kondisi yang berkontribusi pada
ketegangan oksigen rendah di dalam darah, seperti paru-paru yang belum
matang, defek jantung kongenital yang hidup berdampingan, dan ketinggian
tinggi, terkait dengan patensi duktus yang terus-menerus.
4. Penyebab Lain
Penyebab lainnya meliputi berat lahir rendah (BBLR), prostaglandin,
ketinggian tinggi dan tekanan oksigen di atmosfer rendah, dan hipoksia.
3. Manifestasi Klinis
Menurut Muttaqin (2010), gambaran klinis pada PDA (Patent Ductus
Arteriosus) umumnya muncul dalam tiga bentuk, sebagai berikut:
5
memperlihatkan adanya pembesaran ventrikel kiri, atrium kiri, knob aorta, dan
vaskulaisasi paru yang meningkat;
3. PDA besar penderitanya akan menunjukkan gejala yang berat minggu-minggu
pertama kehidupannya. Selain itu akan mengalami kesulitasn makan dan
minum sehingga berat badannya tidak bertambah dengan memuaskan. Pasien
akan tampak dispnea ataupun takipnea. Pada PDA besar juga muncul dengan
tekanan arteri pulmonal sama dengan tekanan aorta. Perbandingan aliran paru
dan sistematis >2 : 1. Aliran darah pintas yang besar seperti ini akan
mengakibatkan gagal jantung kiri pada minggu pertama bayi prematur atau
usia 2 atau 3 buan pada bayi lahir cukup bulan. Beberapa diantaranya dapat
hidup terus karena pengecilan spontan PDA, atau karena sindrom Eisenmenger
(Muttaqin, 2010).
1. Kelelahan
2. Berkeringat
3. Denyut jantung yang cepat
4. Terengah-engah
5. Kesulitan dalam bernafas
6. Ketidaksukaan dalam pemberian makan, atau tidak mau menyusui
6
4. Patofisiologi PDA
Duktus arteriosus adalah pembuluh darah yang menghubungkan aliran
darah pulmonal ke aliran darah sistemik dalam masa kehamilan (fetus). Hubungan
ini (shunt) ini diperlukan oleh karena sistem respirasi fetus yang belum bekerja di
dalam masa kehamilan tersebut. Aliran darah balik fetus akan bercampur dengan
aliran darah bersih dari ibu (melalui vena umbilikalis) kemudian masuk ke dalam
atrium kanan dan kemudian dipompa oleh ventrikel kanan kembali ke aliran
sistemik melalui duktus arteriosus. Normalnya duktus arteriosus berasal dari arteri
pulmonalis utama (atau arteri pulmonalis kiri) dan berakhir pada bagian superior
dari aorta desendens, ± 2-10 mm distal dari percabangan arteri subklavia kiri.
Dinding duktus arteriosus terutama terdiri dari lapisan otot polos (tunika media)
yang tersusun spiral. Diantara sel-sel otot polos terdapat serat-serat elastin yang
membentuk lapisan yang berfragmen, berbeda dengan aorta yang memiliki lapisan
elastin yang tebal dan tersusun rapat (unfragmented). Sel-sel otot polos pada
duktus arteriosus sensitif terhadap mediator vasodilator prostaglandin dan
vasokonstriktor (pO2). (Wahab, S. 2015 )
Setelah persalinan terjadi perubahan sirkulasi dan fisiologis yang dimulai
segera setelah eliminasi plasenta dari neonatus. Adanya perubahan tekanan,
sirkulasi dan meningkatnya pO2 akan menyebabkan penutupan spontan duktus
arteriosus dalam waktu 2 minggu. Duktus arteriosus yang persisten (PDA) akan
mengakibatkan pirai (shunt) L-R yang kemudian dapat menyebabkan hipertensi
pulmonal dan sianosis. Awalnya darah mengalir melalui aorta masuk ke arteri
pulmonalis (karena tekanan darah aorta >>) Lama-kelamaan karena darah
memenuhi pembuluh darah paru-paru, terjadilah hipertensi pulmonal àKarena
peningkatan tahanan pulmonalis terjadilah aliran balik, dari pulmonalis menuju
aorta Karena darah yang terdeoxydasi masuk ke arteri sistemik, otomatis akan
timbul sianosis (Wahab, 2015)
7
5. Pathway PDA
Menurut Ganes dkk. (2011):
Setelah Lahir
6.
Adanya cacat duktus arteriosus Tekanan jantung kiri meningkat
7. terbuka
Resirkulasi darah
Aliran darah beroksigenasi tinggi Kebocoran jantung dari
meningkat mengalir ke
8. langsung dari aorta kiri ke kanan
ke arteri pulmoner paru
Darah berkurang
Aliran ke paru ke tubuh
meningkat
8
Pola nafas tidak Intoleransi aktivitas
Kontriks
Ketidak efektif
arteriol paru
seimbangan
nutrisi
9
6. Komplikasi
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Foto Thorax, Atrium dan ventrikel kiri membesar secara signifikan (kardiomegali),
gambaran vaskuler pada paru meningkat.
b. Ekhokardiografi, Rasio atrium kiri terhadap pangkal aorta lebih dari 1,3:1 pada bayi
cukup bulan atau lebih dari 1,0 pada bayi preterm (disebabkan oleh peningkatan
volume atrium kiri sebagai akibat dari pirau kiri ke kanan).
c. Pemeriksaan dengan Doppler berwarna, digunakan untuk mengevaluasi aliran darah
dan arahnya.
d. Elektrokardiografi(EKG), bervariasi sesuai tingkat keparahan pada PDA kecil tidak
ada abnormalitas, hipertrofi ventrikel kiri pada PDA yang lebih besar.
8. Penatalaksanaan Medis
PDA dapat mengalami endokarditis, kalsifikasi, dan gagal jantung, sehingga semua
PDA dianjurkan untuk dioperasi. Secara teknis operasi ligasi PDA adalah operasi jantung
yang paling ringan dan mortalitasnya paling rendah (sampai 0%). Saat terbaik untuk
operasi adalah pada umur 1-2 tahun, walaupun tetap dapat dilakukan pada setiap umur.
PDA besar dengan kelainan vaskuler paru obstruktif berat, mempunyai resistensi vaskular
paru 1µm² , selalu disertai kelainan vaskular paru obstruktif yang berat. Hal ini
merupakan kontraindikasi untuk operasi pada orang dewasa (Muttaqin, 2013).
Pada penderita dengan PDA kecil, penutupan ini ditujukan untuk mencegah terjadinya
endokarditis, sedangkan pada PDA sedang dan besar untuk menangani gagal jantung
kongestif dan mencegah terjadinya penyakit vaskular pulmonar. Penatalaksanaan ini
dibagi atas terapi medikamentosa dan tindakan bedah.
1. Medikamentosa
Terapi medikamentosa diberikan terutama pada duktus ukuran kecil, dengan tujuan
terjadinya kontriksi pada otot duktus sehingga duktus akan menutup.
2. Tindakan bedah
Tindakan terbaik untuk menutup duktus adalah dengan melakukan operasi. Mortalitas
tindakan operasi kurang dari 2% meskipun operasi dilakukan antara umur beberapa
bulan sampai di atas 60 tahun. Risiko kematian yang kecil ini menyebabkan banyak
dokter lebih aktif melakukan operasi pada umur muda karena menunggu penutupan
spontan mempunyai resiko lebih besar daripada operasi.
11
Pada bayi prematur tanpa sindrom distress respirasi, dicoba dahulu untuk
memperbaiki gagal jantungnya dengan digitalis. Bila berhasil, operasi dapat ditunda 3
bulan lagi atau lebih lama karena banyak kasus dapat menutup secara spontan. Indikasi
untuk melakukan tindakan beah yaitu adanya kegagalan pada terapi medikamentosa,
trombositopenia, dan insufisiensi ginjal. Ada beberapa tehnik operasi yang dipakai untuk
menutup duktus, seperti penutupan dengan menggunakan tehnik cincin dan metode ADO
(Amplatzer Duct Occlluder).
12
serupa terutama pada klien PDA, karena PDA juga bisa diturunkan secara genetik
dari orang tua yang menderita penyakit jantung bawaan atau juga bisa karena
kelainan kromosom.
4. Riwayat kehamilan
Kaji faktor resiko prenatal antara lain ibu pengguna obat-obatan, riwayat merokok,
dan minum-minuman alcohol, ibu terpajan oleh radiasi, penyakit virus maternal
(misalnya: influenza, gondongan atau rubella) atau usia ibu di atas 40 tahun saat
hamil.
5. Riwayat Tumbuh Kembang
Biasanya anak cendrung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena fatiq selama
makan dan peningkatan kebutuhan kalori sebagai akibat dari kondisi penyakit. Serta
keterbatasan dalam aktivitas mempengaruhi perkembanganya.
6. Riwayat Nutrisi
a. Pemberian Asi
Identifikasi kepada keluarga saat pertama kali anak diberikan asi, cara pemberian
ASI (apakah setiap kali menangis atau terjadwal), lama pemberian asi berapa
tahun, Identifikasi apakah keluarga memberikan anak susu formula.
b. Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini
Identifikasi kepada keluarga pola perubahan nutrisi yang diberikan kepada anak
dari usia 0-4 bulan, 4-12 bulan, dan nutrisi saat ini.
7. Riwayat Psikososial/perkembangan
a. Kemungkinan mengalami masalah perkembangan
b. Mekanisme koping anak/ keluarga
c. Pengalaman hospitalisasi sebelumnya
d. Tugas perasaan anak terhadap penyakitnya
e. Bagaimana perilaku anak terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya
f. Kebiasaan anak
g. Respon keluarga terhadap penyakit anak
h. Koping keluarga/anak dan penyesuaian keluarga/anak terhadap stress
8. Riwayat Aktifitas Bermain
Kaji pola aktifitas bermain dan pergerakkan pada bayi dan anak-anak , karena
pada penderita kelainan jantung kongenital akan lebih terbatas aktifitas bermainnya
dikarenakan kondisi tubuh yang tidak stabil serta mudah lelah sehingga pergerakkan
bermain anak pun akan terganggu.
9. Riwayat Spiritual
13
Identifikasi suport sistem yang ada dalam keluarga dan bagaimana cara
keluarga mengenalkan nilai dan norma agama kepada anak.
10. Reaksi Hospitalisasi
a. Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
Identifikasi orang tua mengenai alasan mereka membawa anaknya ke rumah
sakit, bagaimana perasaan orang tua mengenai kondisi anak saat ini apakah
cemas, takut, khawatir atau biasa saja. Tanyakan juga kepada orang tua apakah
orang tua apakah selalu menemani saat di rumah sakit.
b. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap
Identifikasi perasaan anak saat berada di rumah sakit apakah senang, cemas, takut
dll. Dan apakah anak selalu menangis saat di rumah sakit.
11. Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran : Compos mentis
b. Keadaan Umum Klien
Pada anak dengan PDA biasanya lemah dan tidak bergairah.
c. Tanda-tanda Vital
1. Suhu : Tidak normal (normal 36oC- 37o C)
2. Nadi : Takikardi, batas normal (pada bayi : 120-130x/menit), (pada
anak-anak : 80-90x/menit)
3. Respirasi : Dispnea, batas normal (bayi : 30-40x/menit), (anak: 20-
30x/menit)
4. TD : Terjadi peningkatan tekanan darah sistolik, batas normal (bayi : 70-
90/50 mmHg); (anak : 80-100/ 60 mmHg)
d. Antropometri
Identifikasi tinggi badan, berat badan, lingkar kepala, lingkar lengan atas, lingkar
kepala, lingkar dada, lingkar perut dan skin fold pada anak.
e. Sistem Kardiovaskuler
a. Pemeriksaan toraks dan hasil auskultasi
1) Lingkar dada.
b. Tampilan umum
14
1) Tingkat aktivitas
2) Perilaku (atau ketakutan)
3) Jari tubuh (clubbing) pada tangan dan/atau kaki
c. Kulit
1) Pucat
2) Sianosis, khususnya membran mukosa, bibir dan lidah, konjungtiva, area
vaskularisasi tinggi.
3) Diaforesis.
d. Edema
Periorbital dan ekstremitas
f. Sistem Respirasi
a. Bernapas
1) Frekuensi pernapasan, kedalaman, dan kesimetrisan.
2) Pola napas (dispnea atau takipnea), khususnya setelah kerja fisik seperti
makan, menangis, mengejan.
3) Retraksi (suprasternal, interkostal, subkostal, dan supraklavikular).
4) Pernapasan cuping hidung.
5) Posisi yang nyaman.
b. Hasil auskultasi toraks
16
c. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
.
1. Penurunan Curah Kriteria Hasil: Perawatan Jantung
Jantung Setelah dilakukan Definisi: Keterbatasan
Definisi: tindakan dan komplikasi sebagai
Ketidakadekuatan darah keperawatan 3 kali hasil dari
yang di pompa oleh 24 jam penurunan ketidakseimbangan
jantung untuk memenuhi curah jantung pada antara suplai oksigen
kebutuhan metabolik klien dapat teratasi. pada otot jantung dan
tubuh. Kefektifan Pompa kebutuhan seorang
Jantung pasien yang memiliki
Definisi: gejala gangguan fungsi
Kecukupan volume jantung.
darah yang 1. Secara rutin
dipompakan dari mengecek pasien
ventrikel k baik secara fisik dan
mendukung psikologis sesuai
tekanan perfusi dengan kebijakan
sistemik. tiap agen/penyedia
1. Demyut layanan.
jantung apikal 2. Pastikan tingkat
dari skala 1 aktivitas pasien yang
(Deviasi berat tidak membahayakan
dari kisaran curah jantung atau
normal) memprovokasi
ditingkatkan serangan jantung.
menjadi 3 3. Lakukan penilaian
(Deviasi sedang komprehensif pada
kisaran normal) sirkulasi pitmia
2. Indeks jantung, termasuk
Jantung dari gangguan ritme
skala 1 (Deviasi perifer (misalnya cek
berat dari kisaran nadi perifer, edema,
normal) pengisian ulang
17
ditingkatkan kapiler, warna dan
menjadi 3 suhu ekstremitas)
(Deviasi sedang secara rutin sesuai
kisaran normal) kebijakan agen.
3. Suara 4. Monitor tanda-tanda
jantung vital secara rutin.
abnormal dari 5. Monitor disritmeia
skala 1 (Deviasi jantung, termasuk
berat dari kisaran gangguan ritme dan
normal) konduksi jantung.
ditingkatkan 6. Catat tanda dan
menjadi 3 gejala penurunan
(Deviasi sedang curh jantung.
kisaran normal) 7. Monitor status
4. Denyut nadi pernafasan terkait
perifer dari skala denga adanya gejala
1 (Deviasi berat gagal jantung
dari kisaran
normal)
ditingkatkan
menjadi 3
(Deviasi sedang
kisaran normal)
5. Suara
Jantung
abnormal dari
skala 1 (berat)
ditingkatkan
menjadi 4
(ringan).
6. Intoleransi
aktivitas dari
skala 1 (berat)
ditingkatkan
menjadi 3
(sedang).
18
2. Ketidakefektifan Pola Kriteria Hasil: Manajemen Jalan
Nafas Setelah dilakukan Nafas
Definisi: Inspirasi dan / tindakan Definisi: Kepatenan
atau ekspirasi yang tidak keperawatan 3 kali jalan nafas
memberi ventilasi 24 jam Aktivitas-aktivitas:
adekuat. ketidakefektifan 1. Posisikan pasien
pola nafas pada ada untuk
klien dapat teratasi. memaksimalkan
Status Pernafasan ventilasi
Definisi: Proses 2. Identifikasi
keluar masuknya kebutuhan
udara ke paru-paru aktual/potensial
serta pertukaran pasien untuk
karbondioksida. memasukkan alat
1. Frekuensi membuka jalan
pernafasan dari nafas
skala 1 (deviasi 3. Gunakan tehnik
berat dari kisaran yang menyenangkan
normal) untuk memotivasi
ditingkatkan bernafas dalam
menjadi skala 4 kepada anak-anak
(deviasi ringan (misalnya meniup
dari kisaran gelembung, meniup
normal). kincir, peluit,
2. Kepatenan jalan harmonika, balon,
nafas dari skala 1 meniup bulu, dan
(deviasi berat dari sebagainya)
kisaran normal) 4. Kelola udara atau
ditingkatkan oksigen yang di
menjadi skala 4 lembabkan
(deviasi ringan sebagaimana
dari kisaran mestinya
normal). 5. Posisikan untuk
19
3. Saturasi oksigen meringankan sesak
dari skala 1 nafas.
(deviasi berat dari 6. Monitor status
kisaran normal) pernafasan dan
ditingkatkan oksigenasi
menjadi skala 4 sebagaimana
(deviasi ringan mestinya.
dari kisaran
normal).
4. Tes faal paru
dari skala 1
(deviasi berat dari
kisaran normal)
ditingkatkan
menjadi skala 4
(deviasi ringan
dari kisaran
normal).
3 Ketidakseimbangn Kriteria Hasil: Manajemen Nutrisi
Nutrisi: Kurang dari Setelah dilakukan Definisi: Menyediakan
Kebutuhan Tubuh tindakan dan menigkatkan intake
Definisi: Asupan nutrisi keperawatan 2 kali nutrisi yang seimbang.
tidak cukup untuk 24 jam Aktivitas-aktivitas:
memenuhi kebutuhan ketidakseimbangan 1.Tentukan apa yang
metabolik. nutrisi:kurang dari menjadi preferensi
kebutuhan tubuh makanan pada
pada pasien dapat pasien)
teratasi. 2.Tentukan jumlah
Status Nutrisi kalori dan jenis
Definisi: Sejauh nutrisi yang
mana nutrisi dibutuhkan untuk
dicerna dan diserap memenuhi
untuk memenuhi persyaratan gizi.
kebutuhan 3.Monitor kalori dan
metabolik. asupan makana.
1. Asupan gizi, 4.Bantu pasien untuk
20
makanan dan mengakses program-
cairan dari skala program gizi
1 ( sangat komunitas, misalnya
menyimpang perempuan, bayi, dan
dari rentang anak, dan lain-lain)
normal) menjadi
skala 5 (tidak Monitor Nutrisi
menyimpang Definisi: Pengumpulan
dari rentang dan analisa data pasien
normal) yang berkaita dengan
2. Energi dari skala asupan nutrisi.
1 ( sangat 1. Monitor
menyimpang pertumbuhan dan
dari rentang perkembangan.
normal) menjadi 2. Monitor turgor
skala 4 (sedikit kulit dan mobilitas.
menyimpang 3. Lakukan
dari rentang pemeriksaan
normal) laboratorium ,
monitor hasilny
1020 Status Nutrisi: (misalnya serum
Bayi albumin, Hb, Ht,
Definisi: Jumlah imunitas, dan lain-
nutrisi dicerna dan lain)
diserap untuk 4. Tentukan
memenuhi rekomendasi energi
kebutuhan berdasarkan faktor
metabolisme serta pasien (misalnya
meningkatkan umur, berat badan,
petumbuhan bayi. tinggi badan, gender,
1. Intake nutrisi dan tingkat aktivitas
dari skla 1 (tidak fisik).
adekuat) 5. Tinjau ulang
ditingkatkan sumber lain terkait
menjadi skala 3 data status nutrisi
(cukup adekuat). 6. Mulai tindakan
21
2. Hidrasi dari skla atau rujukan sesuai
1 (tidak adekuat) kebutuhan
ditingkatkan
menjadi skala 3
(cukup adekuat).
3. Intake albumin,
kalori, protein,
lemak,
karbohidrat,
vitamin, mineral,
zat besi, kalsium,
sodium ari skla 1
(tidak adekuat)
ditingkatkan
menjadi skala 3
(cukup adekuat).
25
d. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan
yang telah disusun pada tahap perencanaan dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan klien secara optimal. Pada tahap ini perawat menerapkan pengetahuan
intelektual, kemampuan hubungan antar manusia (komunikasi) dan kemampuan
teknis keperawatan, penemuan perubahan pada pertahanan daya tahan tubuh,
pencegahan komplikasi, penemuan perubahan sistem tubuh, pemantapan hubungan
klien dengan lingkungan, implementasi pesan tim medis serta mengupayakan rasa
aman, nyaman dan keselamatan pasien.
e. Evaluasi
Evaluasi merupakan perbandingan yang sistemik dan terencana mengenai
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dan dilakukan secara
berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.
Penilaian dalam keperawatan bertujuan untuk mengatasi pemenuhan kebutuhan
klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.
26
DAFTAR PUSTAKA
Hartaty, D., Noormanto, & E. L. Haksari. 2015. Pertambahan Berat Badan Pasca
Penutupan Patent Duktus Arteriosus secara
Transkateter. Sari Pediatri. 17(3).
Morhead, S., M. Johnson. M.L. Maas. dan E. Swanson. 2013. Nursing Outcome
Classification (NOC). 5th Edition. Singapore: Elsevier. Terjemahan oleh I.
Nurjannah. dan R.D. Tumanggor. 2016. Nursing Outcome Classification
(NOC). Edisi Indonesia. Yogyakarta: CV. Mocomedia.
Sari, O., R. Nova, H. Bermawi, & E. Bahar. 2015. Perbandingan Efektifitas dan
Keamanan Parasetamol Intravena dan Ibuprofen Oral pada Penutupan Duktus
Arteriosus Persisten pada Bayi Kurang Bulan. Sari Pediatri.
27