Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN PDA

(PATENT DUKTUS ARTERIOUSUS)

OLEH :

KELOMPOK 7

NI NENGAH ARSITI (17C10021)

I DEWA AYU MEY RAYANTI (17C10022)

NI KETUT ITA KASTRIASIH (17C10023)

PRODI SARJANA KEPERAWATAN

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI

TAHUN AJARAN 2020

1
A. TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
Patent duktus arteriosus (PDA) merupakan salah satu penyakit jantung
bawaan (PJB) yang sering dijumpai pada anak yang disebabkan oleh kegagalan
penutupan secara fisiologis dari duktus arteriosus setelah lahir (Hartaty dkk.,
2015)

Patent duktus arteriosus (PDA) merupakan suatu keadaan adanya pembuluh


darah yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal. Duktus arteriosus ini
normal pada saat bayi dalam kandungan. Oleh karena suatu hal, maka pembuluh
darah ini tidak menutup secara sempurna setelah bayi lahir. Pada masa janin, PDA
merupakan saluran penting bagi aliran darah dari arteri pulmonal kiri ke aorta
desendens, terletak distal dari percabangan arteri subklavia kiri. PDA sering
ditemukan pada neonatus, tapi secara fungsional menutup pada 24 jam pertama
setelah kelahiran, sedangkan secara anatomik menutup dalam 4 minggu pertama.
Bayi prematur lebih banyak yang menderita PDA, 15% diantaranya baru dapat
menutup dalam 3 bulan pertama. PDA yang tidak menutup dalam tiga bulan
pertama, tipis kemungkinannya dapat menutup di kemudian hari (Muttaqin,
2011).

Menurut Stanford Children’s Health (2017) patent ductus arteriosus (PDA)


merupakan salah satu masalah jantung yang sering terjadi dalam beberapa minggu
pertama atau beberapa bulan setelah kelahiran. Hal ini ditandai dengan persistensi
hubungan janin normal antara aorta dan arteri pulmonalis yang memungkinkan
darah kaya oksigen (merah) yang harus masuk ke tubuh untuk disirkulasikan
melalui paru-paru. Pada umumnya semua bayi dilahirkan dengan hubungan antara
aorta dan arteri pulmonalis. Sementara saat bayi berkembang di rahim, darah tidak
diperlukan untuk disirkulasikan melalui paru-paru karena oksigen diberikan
melalui plasenta. Selama kehamilan, diperlukan saluran untuk memungkinkan
darah kaya oksigen (merah) mengalir ke paru-paru bayi dan masuk ke dalam
tubuh. Sambungan normal yang dimiliki semua bayi ini disebut duktus arteriosus.

2
Saat lahir, plasenta diangkat saat tali pusar dipotong. Pada saat itu paru-paru
pada bayi harus menyediakan oksigen ke tubuhnya. Saat bayi mengambil nafas
untuk pertama kali, pembuluh darah di paru-paru terbuka dan darah mulai
mengalir untuk mengambil oksigen. Pada titik ini, duktus arteriosus tidak
diperlukan untuk melewati paru-paru. Dalam keadaan normal, beberapa hari
pertama setelah kelahiran duktus arteriosus menutup dan darah tidak lagi
melewatinya. Pada beberapa bayi, bagaimanapun, duktus arteriosus tetap terbuka
(paten) dan kondisinya kini dikenal sebagai patent ductus arteriosus (PDA).
Pembukaan antara aorta dan arteri pulmonalis memungkinkan darah kaya oksigen
(merah) menyebar ke paru-paru. Patent ductus arteriosus (PDA) terjadi dua kali
lebih sering pada anak perempuan dibandingkan pada anak laki-laki (Stanford
Children’s Health, 2017).

2. Etiologi
Penyebab dari terjadinya penyakit jantung bawaan seperti PDA belum
diketahui secara pasti, namun ada beberapat faktor yang diduga mempunyai
pengaruh terhadap peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan. Faktor-
faktor tersebut, yaitu:

1. Faktor Prenatal, seperti:


a. Ibu menderita penyakit infeksi, seperti Rubella
b. Ibu dengan riwayat sering minum-minuman beralkohol
c. Umur ibu saat hamil berusia lebih dari 4 tahun
d. Ibu yang menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan
insulin
e. Ibu yang sering meminum obat-obatan penenang atau jamu.
2. Faktor Genetik, seperti:
a. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.
b. Ayah ataupun ibu menderita penyakit jantung bawaa.
c. Kelainan pada kromosom, seperti Sindrom Down.

3
d. Lahir dengan kelainan bawaan yang lain (Buku Ajar Keperawatan
Kardiovaskuler, Pusat Kesehatan Jantung dan
Pembuluh Darah Nasional Harapan Kita, 2011).

Sedangkan menurut Wahab (2013), prematuritas dianggap sebagai penyebab


terbesar timbulnya patent duktus arteriosus (PDA). Pada bayi prematur, gejala
cenderung timbul sangat awal, terutama bila disertai dengan sindrom distress
pernafasan. Paten duktus arteriosus (PDA) juga lebih sering terdapat pada anak
yang lahir di tempat yang tinggi atu di daerah peguungan. Hal ini terjadi karena
adanya hipoksia dan hipoksia ini menyebabkan duktus gagal menutup. Selain itu
penyakit rubella yang terjadi pada trimester I kehamilan juga dihubungkan dengan
terjadinya duktus arteriosus paten. Bagaimana infeksi rubella pada ibu dapat
menganggu proses penutupan duktus ini belum jelas diketahui, tetapi diduga
bahwa infeksi rubella ini mempunyai pengaruh langsung pada jaringan duktus.

Menurut Kim (2016) etiologi dari Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah

1. Genetika
Untuk kasus faktor keluarga yang terkena patent ductus arteriosus (PDA) telah
dicatat sebagai salah satu yang mempengaruhi, namun untuk penyebab genetik
belum ditentukan. Pada bayi yang lahir pada saat memiliki patent duktus
arteriosus (PDA) yang gigih, tingkat kekambuhan di antara saudara kandung
adalah 5%. Beberapa bukti awal menunjukkan bahwa sepertiga kasus
disebabkan oleh ciri resesif yang diberi label PDA1, terletak pada kromosom
12 yang terjadi pada beberapa populasi.
2. Kelainan kromosom
Beberapa kelainan kromosom dikaitkan dengan patensi persisten duktus
arteriosus. Teratogen yang teridentifikasi meliputi infeksi rubella kongenital
pada trimester pertama kehamilan, terutama melalui kehamilan 4 minggu
(terkait dengan patent ductus arteriosus [PDA] dan stenosis cabang arteri
pulmonalis), sindrom alkohol janin, penggunaan amfetamin ibu, dan
penggunaan fenitoin ibu.

4
3. Prematuritas
Prematuritas atau ketidakdewasaan bayi pada saat persalinan berkontribusi
terhadap terjadinya patensi pada duktus. Beberapa faktor yang terlibat,
termasuk ketidakdewasaan otot polos di dalam struktur atau ketidakmampuan
paru-paru yang belum matang untuk membersihkan prostaglandin yang beredar
dan bertahan dari masa gestasi. Selain itu kondisi yang berkontribusi pada
ketegangan oksigen rendah di dalam darah, seperti paru-paru yang belum
matang, defek jantung kongenital yang hidup berdampingan, dan ketinggian
tinggi, terkait dengan patensi duktus yang terus-menerus.
4. Penyebab Lain
Penyebab lainnya meliputi berat lahir rendah (BBLR), prostaglandin,
ketinggian tinggi dan tekanan oksigen di atmosfer rendah, dan hipoksia.

3. Manifestasi Klinis
Menurut Muttaqin (2010), gambaran klinis pada PDA (Patent Ductus
Arteriosus) umumnya muncul dalam tiga bentuk, sebagai berikut:

1. PDA kecil tanpa gangguan hemodinamika yang berarti biasanya tidak


memberikan gejala. Tekanan arteri pulmonal normal dan pebandingan aliran
pulmonal dengan aliran sistemis <1,5 : 1. Jantung tidak membesar. Diagnosis
sangat mudah ditegakkan karena pada auskultasi terdapat bising kontinu di
garis sternal kiri atas. Foto rontgen paru dan EKG normal. Risiko tinggi yang
mungkin terjadi ialah endokarditis, kasifikasi duktus, dan gagal jantung kiri;
2. PDA sedang gejala akan timbul biasanya pada usia 2-5 bulan, tetapi biasanya
tidak berat. Pada pasien yang mengalami kesulitan makankali mender,
seringkali menderita infeksi saluran nafas, namun biasanya berat badannya
masih tergolong dalam batas normal. PDA juga sering muncul dengan tekanan
arteri pulmonal <1/2 tekanan aorta. Perbandingan aliran pulmoner dan aliran
simpatis adalah 1,5 : 1 sampai 2 : 1. Umumnya klien asimptomatik, kecuali
pada anak kecil dapat ditemukan dispnea dan gagal jantung kiri. Bising
kontinue, bising machinery, sama seperti PDA kecil, tetapi foto Rontgen toraks

5
memperlihatkan adanya pembesaran ventrikel kiri, atrium kiri, knob aorta, dan
vaskulaisasi paru yang meningkat;
3. PDA besar penderitanya akan menunjukkan gejala yang berat minggu-minggu
pertama kehidupannya. Selain itu akan mengalami kesulitasn makan dan
minum sehingga berat badannya tidak bertambah dengan memuaskan. Pasien
akan tampak dispnea ataupun takipnea. Pada PDA besar juga muncul dengan
tekanan arteri pulmonal sama dengan tekanan aorta. Perbandingan aliran paru
dan sistematis >2 : 1. Aliran darah pintas yang besar seperti ini akan
mengakibatkan gagal jantung kiri pada minggu pertama bayi prematur atau
usia 2 atau 3 buan pada bayi lahir cukup bulan. Beberapa diantaranya dapat
hidup terus karena pengecilan spontan PDA, atau karena sindrom Eisenmenger
(Muttaqin, 2010).

Menurut Children National Health System (2017) ukuran sambungan antara


aorta dan arteri pulmonalis akan mempengaruhi jenis gejala yang dicatat, tingkat
keparahan gejala, dan juga usia di mana patent duktus arteriosus itu pertama kali
terjadi. Semakin besar lubang, maka akan semakin besar jumlah darah yang
melewati dan membebani paru-paru. Seorang anak dengan duktus arteriosus paten
kecil mungkin tidak memiliki gejala apapun. Namun untuk bayi lain dengan PDA
yang lebih besar mungkin menunjukkan gejala yang berbeda. Berikut adalah
gejala yang paling umum dari PDA. Setiap anak mungkin akan mengalami gejala
secara berbeda. Gejala yang bisa terjadi pada PDA bisa meliputi sebagai berikut:

1. Kelelahan
2. Berkeringat
3. Denyut jantung yang cepat
4. Terengah-engah
5. Kesulitan dalam bernafas
6. Ketidaksukaan dalam pemberian makan, atau tidak mau menyusui

6
4. Patofisiologi PDA
Duktus arteriosus adalah pembuluh darah yang menghubungkan aliran
darah pulmonal ke aliran darah sistemik dalam masa kehamilan (fetus). Hubungan
ini (shunt) ini diperlukan oleh karena sistem respirasi fetus yang belum bekerja di
dalam masa kehamilan tersebut. Aliran darah balik fetus akan bercampur dengan
aliran darah bersih dari ibu (melalui vena umbilikalis) kemudian masuk ke dalam
atrium kanan dan kemudian dipompa oleh ventrikel kanan kembali ke aliran
sistemik melalui duktus arteriosus. Normalnya duktus arteriosus berasal dari arteri
pulmonalis utama (atau arteri pulmonalis kiri) dan berakhir pada bagian superior
dari aorta desendens, ± 2-10 mm distal dari percabangan arteri subklavia kiri.
Dinding duktus arteriosus terutama terdiri dari lapisan otot polos (tunika media)
yang tersusun spiral. Diantara sel-sel otot polos terdapat serat-serat elastin yang
membentuk lapisan yang berfragmen, berbeda dengan aorta yang memiliki lapisan
elastin yang tebal dan tersusun rapat (unfragmented). Sel-sel otot polos pada
duktus arteriosus sensitif terhadap mediator vasodilator prostaglandin dan
vasokonstriktor (pO2). (Wahab, S. 2015 )
Setelah persalinan terjadi perubahan sirkulasi dan fisiologis yang dimulai
segera setelah eliminasi plasenta dari neonatus. Adanya perubahan tekanan,
sirkulasi dan meningkatnya pO2 akan menyebabkan penutupan spontan duktus
arteriosus dalam waktu 2 minggu. Duktus arteriosus yang persisten (PDA) akan
mengakibatkan pirai (shunt) L-R yang kemudian dapat menyebabkan hipertensi
pulmonal dan sianosis. Awalnya darah mengalir melalui aorta masuk ke arteri
pulmonalis (karena tekanan darah aorta >>) Lama-kelamaan karena darah
memenuhi pembuluh darah paru-paru, terjadilah hipertensi pulmonal àKarena
peningkatan tahanan pulmonalis terjadilah aliran balik, dari pulmonalis menuju
aorta Karena darah yang terdeoxydasi masuk ke arteri sistemik, otomatis akan
timbul sianosis (Wahab, 2015)

7
5. Pathway PDA
Menurut Ganes dkk. (2011):
Setelah Lahir

6.
Adanya cacat duktus arteriosus Tekanan jantung kiri meningkat
7. terbuka

Resirkulasi darah
Aliran darah beroksigenasi tinggi Kebocoran jantung dari
meningkat mengalir ke
8. langsung dari aorta kiri ke kanan
ke arteri pulmoner paru

Makin besar cacat

Ventrikel kiri berespon Beban jantung kiri


9. Tekanan meningkat
memenuhi kebutuhan meningkat

Dapat terjadi kebocoran


Penurunan curah (pirau) kanan ke kiri
10.
Pelebaran dan hipertensi jantung
11. pada atrium kiri

Darah berkurang
Aliran ke paru ke tubuh
meningkat

Tekanan vena Edema paru Bila tidak


ISPA
dan kapiler dapat terapi
pulmonal
Eksteremitas
meningkat
dingin, tampak Gangguan
kelelahan, pertumbuhan
tampak anak dan
Difusi oksigen Gagal jantung
tidak aktif perkembangan
Terengah- menurun dan kanan atau
engah saat hipoksia hipertensi
menyusui pulmoner

8
Pola nafas tidak Intoleransi aktivitas
Kontriks
Ketidak efektif
arteriol paru
seimbangan
nutrisi

9
6. Komplikasi

1. Tekanan darah tinggi di paru-paru (hipertensi pulmonal)


Jika terlalu banyak darah terus beredar melalui jantung arteri utama melalui PDA
dapat menyebabkan terjadinya hipertensi pulmonal. Selain itu hipertensi paru juga
dapat menyebabkan kerusakan pada paru-paru secara permanen.
2. Gagal Jantung
Lama kelamaan PDA dapat menyebabkan otot jantung menjadi melemah dan
menyebabkan gagal jantung. Gagal jantung sendiri merupakan suatu kondisi kronis
dimana jantung tidak dapat memompa jantung secara efektif.
3. Endokarditis (infeksi jantung)
Seseorang dengan masalah jantung struktural seperti PDA memiliki resiko tinggi
untuk terjadinya endokarditis dibandingkan orang yang tidak memiliki masalah PDA.
Endokarditis merupakan suatu peradangan pada lapisan dalam jantung yang
disebabkan oleh infeksi bakteri.
4. Arithmia (detak jantung tidak teratur)
Pembesaran hati karena PDA dapat meningkatkan risiko terjadinya arithmia.
Peningkatan risiko arithmia ini biasanya terjadi pada PDA yang besar.
5. Gagal ginjal
6. Obstruksi pembuluh darah pulmonal
7. Hepatomegali (pembesaran hati)
Jarang terdi pada bayi prematur.
8. Enterokolitis nekrosis
Kelainan ini terjadi pada saluran pencernaan berupa bercak pada mukosa atau
submukosa yang sering terjadi pada bayi prematur.
9. Gangguan paru yang terjadi secara bersamaan
Misalnya sindrom gawat nafas.
10. Perdarahan gastrointestinal, penurunan jumlah trombosit.
11. Hiperkalemia (penurunan pengeluaran urine)
12. CHF
Merupakan ketidakmampuan jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh
(Ebbersole, Hess 2012). CHF ini akan menjadi kronik apabila disertai dengan
penyakit-penyakit seperti hipertensi, penyakit katub jantung kardiomiopati, dan lain-
lain. CHF juga dapat menjadi kondisi akut dan berkembang secara tiba-tiba pada
infark miokard.
10
13. Kegagalan pertumbuhan ( Ganes dkk., 2011)

7. Pemeriksaan Diagnostik

a. Foto Thorax, Atrium dan ventrikel kiri membesar secara signifikan (kardiomegali),
gambaran vaskuler pada paru meningkat.
b. Ekhokardiografi, Rasio atrium kiri terhadap pangkal aorta lebih dari 1,3:1 pada bayi
cukup bulan atau lebih dari 1,0 pada bayi preterm (disebabkan oleh peningkatan
volume atrium kiri sebagai akibat dari pirau kiri ke kanan).
c. Pemeriksaan dengan Doppler berwarna, digunakan untuk mengevaluasi aliran darah
dan arahnya.
d. Elektrokardiografi(EKG), bervariasi sesuai tingkat keparahan pada PDA kecil tidak
ada abnormalitas, hipertrofi ventrikel kiri pada PDA yang lebih besar.

8. Penatalaksanaan Medis

PDA dapat mengalami endokarditis, kalsifikasi, dan gagal jantung, sehingga semua
PDA dianjurkan untuk dioperasi. Secara teknis operasi ligasi PDA adalah operasi jantung
yang paling ringan dan mortalitasnya paling rendah (sampai 0%). Saat terbaik untuk
operasi adalah pada umur 1-2 tahun, walaupun tetap dapat dilakukan pada setiap umur.
PDA besar dengan kelainan vaskuler paru obstruktif berat, mempunyai resistensi vaskular
paru 1µm² , selalu disertai kelainan vaskular paru obstruktif yang berat. Hal ini
merupakan kontraindikasi untuk operasi pada orang dewasa (Muttaqin, 2013).

Pada penderita dengan PDA kecil, penutupan ini ditujukan untuk mencegah terjadinya
endokarditis, sedangkan pada PDA sedang dan besar untuk menangani gagal jantung
kongestif dan mencegah terjadinya penyakit vaskular pulmonar. Penatalaksanaan ini
dibagi atas terapi medikamentosa dan tindakan bedah.

1. Medikamentosa
Terapi medikamentosa diberikan terutama pada duktus ukuran kecil, dengan tujuan
terjadinya kontriksi pada otot duktus sehingga duktus akan menutup.
2. Tindakan bedah
Tindakan terbaik untuk menutup duktus adalah dengan melakukan operasi. Mortalitas
tindakan operasi kurang dari 2% meskipun operasi dilakukan antara umur beberapa
bulan sampai di atas 60 tahun. Risiko kematian yang kecil ini menyebabkan banyak
dokter lebih aktif melakukan operasi pada umur muda karena menunggu penutupan
spontan mempunyai resiko lebih besar daripada operasi.
11
Pada bayi prematur tanpa sindrom distress respirasi, dicoba dahulu untuk
memperbaiki gagal jantungnya dengan digitalis. Bila berhasil, operasi dapat ditunda 3
bulan lagi atau lebih lama karena banyak kasus dapat menutup secara spontan. Indikasi
untuk melakukan tindakan beah yaitu adanya kegagalan pada terapi medikamentosa,
trombositopenia, dan insufisiensi ginjal. Ada beberapa tehnik operasi yang dipakai untuk
menutup duktus, seperti penutupan dengan menggunakan tehnik cincin dan metode ADO
(Amplatzer Duct Occlluder).

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PDA


a. Pengkajian
1. Identitas
PDA sering ditemukan pada neonatus, tapi secara fungsional menutup pada 24
jam pertama setelah kelahiran. Sedangkan secara anatomic menutup dalam 4 minggu
pertama. Insidens PDA ( Patent Ductus Arteriosus) lebih sering pada bayi
perempuan yaitu 2 x lebih banyak terjadi daripada bayi laki-laki. Sedangkan pada
bayi prematur diperkirakan insidennya sebesar 15 %. PDA juga bisa diturunkan
secara genetik dari orang tua yang menderita jantung bawaan atau juga bisa karena
kelainan kromosom.
2. Keluhan Utama
Pasien dengan PDA biasanya mengalami keluhan lelah dan sesak napas.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien pada umumnya mengeluh sesak nafas dan merasa cepat lelah.
Pada pasien PDA, biasanya akan diawali dengan tanda-tanda respiratory distress, 
dispnea (sesak), takipnea, hipertropi ventrikel kiri, retraksi dada dan hiposekmia
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji riwayat kesehatan ibu sewaktu mengandung mulai dari gaya hidup (diet,
latihan, olah raga, kebiasaan merokok, kebiasaan minum alcohol, stress,
kebiasaan mengkonsumsi obat-obatan dan jamu, serta riwayat penyakit
kardiovaskuler), perlu juga ditanyakan apakah pasien lahir prematur atau ibu
menderita infeksi dari rubella.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Identifikasi riwayat penyakit keluarga yang dapat menyebabkan PDA. Faktor
kesehatan keluarga yang dikaji mencakup penyakit jantung congenital, di dalam
keluarga apakah ada yang mempunyai riwayat penyakit genetik/penyakit yang

12
serupa terutama pada klien PDA, karena PDA juga bisa diturunkan secara genetik
dari orang tua yang menderita penyakit jantung bawaan atau juga bisa karena
kelainan kromosom.
4. Riwayat kehamilan
Kaji faktor resiko prenatal antara lain ibu pengguna obat-obatan, riwayat merokok,
dan minum-minuman alcohol, ibu terpajan oleh radiasi, penyakit virus maternal
(misalnya: influenza, gondongan atau rubella) atau usia ibu di atas 40 tahun saat
hamil.
5. Riwayat Tumbuh Kembang
Biasanya anak cendrung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena fatiq selama
makan dan peningkatan kebutuhan kalori sebagai akibat dari kondisi penyakit. Serta
keterbatasan dalam aktivitas mempengaruhi perkembanganya.
6. Riwayat Nutrisi
a. Pemberian Asi
Identifikasi kepada keluarga saat pertama kali anak diberikan asi, cara pemberian
ASI (apakah setiap kali menangis atau terjadwal), lama pemberian asi berapa
tahun, Identifikasi apakah keluarga memberikan anak susu formula.
b. Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini
Identifikasi kepada keluarga pola perubahan nutrisi yang diberikan kepada anak
dari usia 0-4 bulan, 4-12 bulan, dan nutrisi saat ini.
7. Riwayat Psikososial/perkembangan
a. Kemungkinan mengalami masalah perkembangan
b. Mekanisme koping anak/ keluarga
c. Pengalaman hospitalisasi sebelumnya
d. Tugas perasaan anak terhadap penyakitnya
e. Bagaimana perilaku anak terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya
f. Kebiasaan anak
g. Respon keluarga terhadap penyakit anak
h. Koping keluarga/anak dan penyesuaian keluarga/anak terhadap stress
8. Riwayat Aktifitas Bermain
Kaji pola aktifitas bermain dan pergerakkan pada bayi dan anak-anak , karena
pada penderita kelainan jantung kongenital akan lebih terbatas aktifitas bermainnya
dikarenakan kondisi tubuh yang tidak stabil serta mudah lelah sehingga pergerakkan
bermain anak pun akan terganggu.

9. Riwayat Spiritual
13
Identifikasi suport sistem yang ada dalam keluarga dan bagaimana cara
keluarga mengenalkan nilai dan norma agama kepada anak.
10. Reaksi Hospitalisasi
a. Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
Identifikasi orang tua mengenai alasan mereka membawa anaknya ke rumah
sakit, bagaimana perasaan orang tua mengenai kondisi anak saat ini apakah
cemas, takut, khawatir atau biasa saja. Tanyakan juga kepada orang tua apakah
orang tua apakah selalu menemani saat di rumah sakit.
b. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap
Identifikasi perasaan anak saat berada di rumah sakit apakah senang, cemas, takut
dll. Dan apakah anak selalu menangis saat di rumah sakit.
11. Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran : Compos mentis
b. Keadaan Umum Klien
Pada anak dengan PDA biasanya lemah dan tidak bergairah.
c. Tanda-tanda Vital
1. Suhu : Tidak normal (normal 36oC- 37o C)
2. Nadi : Takikardi, batas normal (pada bayi : 120-130x/menit), (pada
anak-anak : 80-90x/menit)
3. Respirasi : Dispnea, batas normal (bayi : 30-40x/menit), (anak: 20-
30x/menit)
4. TD : Terjadi peningkatan tekanan darah sistolik, batas normal (bayi : 70-
90/50 mmHg); (anak : 80-100/ 60 mmHg)
d. Antropometri
Identifikasi tinggi badan, berat badan, lingkar kepala, lingkar lengan atas, lingkar
kepala, lingkar dada, lingkar perut dan skin fold pada anak.

e. Sistem Kardiovaskuler
a. Pemeriksaan toraks dan hasil auskultasi
1) Lingkar dada.

2) Adanya deformitas dada

3) Bunyi jantung (murmur)

4) Titik impuls maksimum

b. Tampilan umum
14
1) Tingkat aktivitas
2) Perilaku (atau ketakutan)
3) Jari tubuh (clubbing) pada tangan dan/atau kaki
c. Kulit
1) Pucat
2) Sianosis, khususnya membran mukosa, bibir dan lidah, konjungtiva, area
vaskularisasi tinggi.
3) Diaforesis.
d. Edema
Periorbital dan ekstremitas
f. Sistem Respirasi
a. Bernapas
1) Frekuensi pernapasan, kedalaman, dan kesimetrisan.
2) Pola napas (dispnea atau takipnea), khususnya setelah kerja fisik seperti
makan, menangis, mengejan.
3) Retraksi (suprasternal, interkostal, subkostal, dan supraklavikular).
4) Pernapasan cuping hidung.
5) Posisi yang nyaman.
b. Hasil auskultasi toraks

1) Bunyi napas merata


2) Bunyi napas abnormal (bising, ronki, mengi)
3) Fase inspirasi dan ekspirasi memanjang.
4) Serak, batuk, dan stridor
c. Hasil pemeriksaan toraks
Lingkar dada dan bentuk dada
d. Tampilan umum
1) Warna (merah muda, pucat, sianosis, akrosianosis)
2) Tingkat aktivitas
3) Perilaku (apatis, tidak aktif, gelisah, dan/atau ketakutan)
g. Status Hidrasi
Biasanya anak dengan kelainan jantung mudah berkeringat dan banyak keringat.

12. Pemeriksaan fisik (ROS : Review of System)


15
a. Pernafasan  B1 (Breath)
Nafas cepat, sesak nafas ,bunyi tambahan (marchinery murmur), adanya otot bantu
nafas saat inspirasi, retraksi.
b. Kardiovaskuler B2 ( Blood)
Jantung membesar, hipertropi ventrikel kiri, peningkatan tekanan darah sistolik,
edema tungkai, clubbing finger, sianosis.
c. Persyarafan B3 ( Brain)
Otot muka tegang, gelisah, menangis, penurunan kesadaran.
d. Perkemihan B4 (Bladder)
Produksi urin menurun (oliguria).
e. Pencernaan B5 (Bowel)
Nafsu makan menurun (anoreksia), porsi makan tidak habis.
f. Muskuloskeletal/integument B6 (Bone)
Kemampuan pergerakan sendi terbatas, kelelahan.
b. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan malformasi jantung. 
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan adanya kelebihan cairan dalam paru.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kelelahan pada saat makan dan meningkatnya kebutuhan kalori.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara pemakaian
oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel. 
5. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan tidak
adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan.

16
c. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
.
1. Penurunan Curah Kriteria Hasil: Perawatan Jantung
Jantung Setelah dilakukan Definisi: Keterbatasan
Definisi: tindakan dan komplikasi sebagai
Ketidakadekuatan darah keperawatan 3 kali hasil dari
yang di pompa oleh 24 jam penurunan ketidakseimbangan
jantung untuk memenuhi curah jantung pada antara suplai oksigen
kebutuhan metabolik klien dapat teratasi. pada otot jantung dan
tubuh. Kefektifan Pompa kebutuhan seorang
Jantung pasien yang memiliki
Definisi: gejala gangguan fungsi
Kecukupan volume jantung.
darah yang 1. Secara rutin
dipompakan dari mengecek pasien
ventrikel k baik secara fisik dan
mendukung psikologis sesuai
tekanan perfusi dengan kebijakan
sistemik. tiap agen/penyedia
1. Demyut layanan.
jantung apikal 2. Pastikan tingkat
dari skala 1 aktivitas pasien yang
(Deviasi berat tidak membahayakan
dari kisaran curah jantung atau
normal) memprovokasi
ditingkatkan serangan jantung.
menjadi 3 3. Lakukan penilaian
(Deviasi sedang komprehensif pada
kisaran normal) sirkulasi pitmia
2. Indeks jantung, termasuk
Jantung dari gangguan ritme
skala 1 (Deviasi perifer (misalnya cek
berat dari kisaran nadi perifer, edema,
normal) pengisian ulang
17
ditingkatkan kapiler, warna dan
menjadi 3 suhu ekstremitas)
(Deviasi sedang secara rutin sesuai
kisaran normal) kebijakan agen.
3. Suara 4. Monitor tanda-tanda
jantung vital secara rutin.
abnormal dari 5. Monitor disritmeia
skala 1 (Deviasi jantung, termasuk
berat dari kisaran gangguan ritme dan
normal) konduksi jantung.
ditingkatkan 6. Catat tanda dan
menjadi 3 gejala penurunan
(Deviasi sedang curh jantung.
kisaran normal) 7. Monitor status
4. Denyut nadi pernafasan terkait
perifer dari skala denga adanya gejala
1 (Deviasi berat gagal jantung
dari kisaran
normal)
ditingkatkan
menjadi 3
(Deviasi sedang
kisaran normal)
5. Suara
Jantung
abnormal dari
skala 1 (berat)
ditingkatkan
menjadi 4
(ringan).
6. Intoleransi
aktivitas dari
skala 1 (berat)
ditingkatkan
menjadi 3
(sedang).
18
2. Ketidakefektifan Pola Kriteria Hasil: Manajemen Jalan
Nafas Setelah dilakukan Nafas
Definisi: Inspirasi dan / tindakan Definisi: Kepatenan
atau ekspirasi yang tidak keperawatan 3 kali jalan nafas
memberi ventilasi 24 jam Aktivitas-aktivitas:
adekuat. ketidakefektifan 1. Posisikan pasien
pola nafas pada ada untuk
klien dapat teratasi. memaksimalkan
Status Pernafasan ventilasi
Definisi: Proses 2. Identifikasi
keluar masuknya kebutuhan
udara ke paru-paru aktual/potensial
serta pertukaran pasien untuk
karbondioksida. memasukkan alat
1. Frekuensi membuka jalan
pernafasan dari nafas
skala 1 (deviasi 3. Gunakan tehnik
berat dari kisaran yang menyenangkan
normal) untuk memotivasi
ditingkatkan bernafas dalam
menjadi skala 4 kepada anak-anak
(deviasi ringan (misalnya meniup
dari kisaran gelembung, meniup
normal). kincir, peluit,
2. Kepatenan jalan harmonika, balon,
nafas dari skala 1 meniup bulu, dan
(deviasi berat dari sebagainya)
kisaran normal) 4. Kelola udara atau
ditingkatkan oksigen yang di
menjadi skala 4 lembabkan
(deviasi ringan sebagaimana
dari kisaran mestinya
normal). 5. Posisikan untuk
19
3. Saturasi oksigen meringankan sesak
dari skala 1 nafas.
(deviasi berat dari 6. Monitor status
kisaran normal) pernafasan dan
ditingkatkan oksigenasi
menjadi skala 4 sebagaimana
(deviasi ringan mestinya.
dari kisaran
normal).
4. Tes faal paru
dari skala 1
(deviasi berat dari
kisaran normal)
ditingkatkan
menjadi skala 4
(deviasi ringan
dari kisaran
normal).
3 Ketidakseimbangn Kriteria Hasil: Manajemen Nutrisi
Nutrisi: Kurang dari Setelah dilakukan Definisi: Menyediakan
Kebutuhan Tubuh tindakan dan menigkatkan intake
Definisi: Asupan nutrisi keperawatan 2 kali nutrisi yang seimbang.
tidak cukup untuk 24 jam Aktivitas-aktivitas:
memenuhi kebutuhan ketidakseimbangan 1.Tentukan apa yang
metabolik. nutrisi:kurang dari menjadi preferensi
kebutuhan tubuh makanan pada
pada pasien dapat pasien)
teratasi. 2.Tentukan jumlah
Status Nutrisi kalori dan jenis
Definisi: Sejauh nutrisi yang
mana nutrisi dibutuhkan untuk
dicerna dan diserap memenuhi
untuk memenuhi persyaratan gizi.
kebutuhan 3.Monitor kalori dan
metabolik. asupan makana.
1. Asupan gizi, 4.Bantu pasien untuk
20
makanan dan mengakses program-
cairan dari skala program gizi
1 ( sangat komunitas, misalnya
menyimpang perempuan, bayi, dan
dari rentang anak, dan lain-lain)
normal) menjadi
skala 5 (tidak Monitor Nutrisi
menyimpang Definisi: Pengumpulan
dari rentang dan analisa data pasien
normal) yang berkaita dengan
2. Energi dari skala asupan nutrisi.
1 ( sangat 1. Monitor
menyimpang pertumbuhan dan
dari rentang perkembangan.
normal) menjadi 2. Monitor turgor
skala 4 (sedikit kulit dan mobilitas.
menyimpang 3. Lakukan
dari rentang pemeriksaan
normal) laboratorium ,
monitor hasilny
1020 Status Nutrisi: (misalnya serum
Bayi albumin, Hb, Ht,
Definisi: Jumlah imunitas, dan lain-
nutrisi dicerna dan lain)
diserap untuk 4. Tentukan
memenuhi rekomendasi energi
kebutuhan berdasarkan faktor
metabolisme serta pasien (misalnya
meningkatkan umur, berat badan,
petumbuhan bayi. tinggi badan, gender,
1. Intake nutrisi dan tingkat aktivitas
dari skla 1 (tidak fisik).
adekuat) 5. Tinjau ulang
ditingkatkan sumber lain terkait
menjadi skala 3 data status nutrisi
(cukup adekuat). 6. Mulai tindakan
21
2. Hidrasi dari skla atau rujukan sesuai
1 (tidak adekuat) kebutuhan
ditingkatkan
menjadi skala 3
(cukup adekuat).
3. Intake albumin,
kalori, protein,
lemak,
karbohidrat,
vitamin, mineral,
zat besi, kalsium,
sodium ari skla 1
(tidak adekuat)
ditingkatkan
menjadi skala 3
(cukup adekuat).

4. Intoleran Aktivitas Kriteria Hasil: Manajemen Energi:


Definisi: Setelah dilakukan Pengaturan energi yang
Ketidakcukupan energi tindakan digunakan untuk
psikologis atau fisiologis keperawatan 2 kali menangani atau
untuk mempertahankan 24 jam Intoleran mencegah kelelahan
atau menyelesaikan pada pasien dapat dan mengoptimalkan
aktivitas kehidupan teratasi. fungsi.
sehari-hari yang harus Toleransi 1. Kaji status
atau ingin dilakukan. Aktivitas fisiologis pasien yang
1. Saturasi menyebabkan
oksigen ketika kelelahan sesuai
beraktivitas dari dengan konteks usia
skala 1 (sangat dan perkembangan.
terganggu) 2. Monitor sistem
ditingkatkan kardiorespirasi pasien
menjadi skala 4 selama pasien selama
22
(Sedikit selama kegiatan
terganggu). (misalnya takikardia
2. Frekuensi disritmia, dyspea,
nadi ketika diaphoresis, pucat,
beraktivitas dari tekanan
skala 1 (sangat hemodinamik,
terganggu) frekuensi
ditingkatkan pernafasan).
menjadi skala 4 3. Berikan
(Sedikit kegiatan pengalihn
terganggu). yang menenangkan
3. Frekuensi untuk meninkatkan
pernafasan relaksasi.
ketika 4. Monitor respon
beraktivitas dari oksigen pasien
skala 1 (sangat (misalnya tekanan
terganggu) nadi, tekanan darah,
ditingkatkan respirasi) saat
menjadi skala 4 perawatan.
(Sedikit Perawatan Jantung:
terganggu). Rehabilitatif
4. Kemudahan Definisi: Peningkatan
bernafas saat tingkat fungsi aktivitas
beraktivitas dari paling maksimum pada
skala 1 (sangat pasien yang telah
terganggu) mengalami episode
ditingkatkan ganggun fungsi jantung
menjadi skala 3 yang terjadi karena
(cukup ketidakseimbangan
terganggu). suplai oksigen ke otot
5. Kekuatan jantung dan
tubuh bagian atas kebutuhannya
dan bawah dari 1. Monitor
skala 1 (sangat toleransi pasien
terganggu) terhadap aktivitas.
ditingkatkan 2. Pertahankan
23
menjadi skala 4 jadwal amulasi,
(Sedikit sesuai toleransi
terganggu). pasien.
3. Beri dukungan
dan harapan yang
realistis pada pasien
dan keluarga.
5. Keterlambatan Kriteria Hasil: Terapi Nutrisi
Pertumbuhan dan Setelah dilakukan Definisi: Pemberian
Perkembangan tindakan makanan dan cairan
Definisi: Penyimpangan/ keperawatan 2 kali untuk membantu proses
kelainan dari aturan 24 jam metabolik pada pasien
kelompok usia. keterlambatan malutrisi atau pasien
pertumbuhan dan yang beresiko tinggi
perkembangan pada mengalami malnutrisi.
pasien dapat Aktivitas-aktivitas:
teratasi. 1. Lengkapi pengkajian
Berat Badan: nutrisi sesuai
Massa Tubuh kebutuhan
Definisi: Tingkatan 2. Pilih supl emen
dimana berat nutrisi sesuai
badan, otot, dan kebutuhan
lemak kongruen 3. Kaji kebutuhan
dengan tinggi, nutrisi parenteral
tulang, jenis 4. Berikan nutrisi
kelamin dan usia. enteral sesuai
Berat badan dari kebutuhan
skala 1 (deviasi 5. Ciptakan lingkungan
berat dari kisaran yang membawa
normal) suasana yang
ditingkatkan menyanagkan dan
menjadi skala 4 menenagkan
(deviasi ringan dari 6. Berikan perawatan
kisaran normal). mulut sebelum
Persentil lingkar makan sesuai
kepala (anak) dari kebutuhan
24
skala 1 (deviasi 7. Rujuk untuk
berat dari kisaran mendapatkan
normal) pendidikan
ditingkatkan kesehatan terkait diet
menjadi skala 4 dan perencanaan diet
(deviasi ringan dari sesuai kebutuhan
kisaran normal). 8. Berikan pasien dan
Persentil tinggi dari keluarga contoh
skala 1 (deviasi tertulis mengenai
berat dari kisaran diet yang dianjurkan
normal)
ditingkatkan
menjadi skala 4
(deviasi ringan dari
kisaran normal).
Persentil berat
badan dari skala 1
(deviasi berat dari
kisaran normal)
ditingkatkan
menjadi skala 4
(deviasi ringan dari
kisaran normal).

25
d. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan
yang telah disusun pada tahap perencanaan dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan klien secara optimal. Pada tahap ini perawat menerapkan pengetahuan
intelektual, kemampuan hubungan antar manusia (komunikasi) dan kemampuan
teknis keperawatan, penemuan perubahan pada pertahanan daya tahan tubuh,
pencegahan komplikasi, penemuan perubahan sistem tubuh, pemantapan hubungan
klien dengan lingkungan, implementasi pesan tim medis serta mengupayakan rasa
aman, nyaman dan keselamatan pasien.

e. Evaluasi
Evaluasi merupakan perbandingan yang sistemik dan terencana mengenai
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dan dilakukan secara
berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.
Penilaian dalam keperawatan bertujuan untuk mengatasi pemenuhan kebutuhan
klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.

26
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G., H. Butcher. J. Dotcterman. dan C. Wagner. 2013. Nursing


Intervention Classification (NIC). 6th Edition. Singapore: Elsevier.
Terjemahan oleh I. Nurjannah. dan R.D. Tumanggor. 2016. Nursing
Intervention Classification (NIC). Edisi Indonesia. Yogyakarta: CV.
Mocomedia.

Ganes, S.M , M.Z. Wasilah, N. Juwita, R. Ekawati, I. Islamia, Y. L. Rahmy, I.


Zulfizarrahman, E. Rahayu, F. Shella, R. Nugra H., & I. Melati. 2011.
Asuhan Keperawatan Patent Ductus Arteriosus. Bandung: Fakultas
Keperawatan Universitas Padjajaran

Hartaty, D., Noormanto, & E. L. Haksari. 2015. Pertambahan Berat Badan Pasca
Penutupan Patent Duktus Arteriosus secara
Transkateter. Sari Pediatri. 17(3).

Morhead, S., M. Johnson. M.L. Maas. dan E. Swanson. 2013. Nursing Outcome
Classification (NOC). 5th Edition. Singapore: Elsevier. Terjemahan oleh I.
Nurjannah. dan R.D. Tumanggor. 2016. Nursing Outcome Classification
(NOC). Edisi Indonesia. Yogyakarta: CV. Mocomedia.

Sari, O., R. Nova, H. Bermawi, & E. Bahar. 2015. Perbandingan Efektifitas dan
Keamanan Parasetamol Intravena dan Ibuprofen Oral pada Penutupan Duktus
Arteriosus Persisten pada Bayi Kurang Bulan. Sari Pediatri.

27

Anda mungkin juga menyukai