PENDAHULUAN
terjadi melalui luka pada puting susu, tetapi mungkin juga melalui peredaran
biaya yang sangat besar untuk pengobatannya. Penelitian terbaru juga ada
melalui menyusui.
saat ini masih banyak petugas kesehatan yang menganggap bahwa mastitis
1
Makalah ini disusun untuk menyajikan informasi tentang konsep
1.3 Tujuan
2
1.4 Manfaat
lebih mudah.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
aureus. Bakteri biasanya masuk melalui puting susu yang pecah-pecah atau
terluka. Pada infeksi yang berat atau tidak diobati, dapat terbentuk abses
Mastitis paling sering terjadi pada minggu kedua dan ketiga pasca
4
Mastitis diklasifikasikan menjadi4 jenis, yaitu: mastitis puerparalis
pertama kali bayi dan ibunya terpajan pada organisme yang tidak
dikenal atau verulen. Masalah ini paling sering terjadi di rumah sakit,
b. Mastitis Noninfesiosa
c. Mastitis Subklinis
d. Mastitis Infeksiosa
5
inflamasi. Secara normal, ASI segar bukan merupakan media yang
2.2 Epidemiologi
didahului dengan mastitis yang nyata. Mastitis paling sering terjadi pada
minggu kedua dan ketiga pasca kelahiran, dengan sebagian besar laporan
termasuk pada tahun kedua. Abses payudara juga paling sering terjadi pada
2009).
6
2.3 Faktor Resiko
hal ini merupakan akibat teknik menyusui yang buruk yang tidak
diperbaiki.
7
g. Trauma, Trauma pada payudara yang disebabkan oleh apapun dapat
menyebabkan mastitis.
2.4 Etiologi
ditemukan pada kulit yang normal yaitu Staphylococcus aureus. Bakteri ini
seringkali berasal dari mulut bayi yang masuk ke dalam saluran air susu
melalui sobekan atau retakan di kulit pada puting susu. Mastitis biasanya
terjadi pada wanita yang menyusui dan paling sering terjadi dalam waktu 1-
mastitis.
bengkak.
mastitis.
8
Menurut Prasetyo (2010) menghasilkan bukti tambahan tentang
pentingnya stasis ASI. Mereka menghitung leukosit dan bakteri dalam ASI
berikut, yaitu:
a. Stasis ASI
Statis ASI terjadi jika ASI tidak dikeluarkan dengan efisien dari
melahirkan, atau setiap saat jika bayi tidak mengisap ASI, kenyutan
yang nyeri tekan, dan tidak terjadi demam dan ibu masih merasa baik-
c. Mastitis infeksiosa
berikut: lemah, nyeri kepala seperti gejala flu, demam suhu > 38,5
derajat celcius, ada luka pada puting payudara, kulit payudara tampak
9
menjadi kemerahan atau mengkilat, terasa keras dan tegang, payudara
kadar natrium sehingga bayi tidak mau menyusu karena ASI yang
Menurut Prasetyo (2010) Tanda dan Gejala dari mastitis ini biasanya
berupa:
gejala demam, rasa dingin dan tubuh terasa pegal dan sakit.
10
2.6 Patofisiologi
Menurut Fitri (2009) secara garis besar, mastitis atau peradangan pada
atau yang biasa disebut sebagai stasis ASI.Hal ini membuat ASI
natrium) dari plasma masuk ke dalam ASI dan jaringan sekitar sel memicu
terjadi akibat proses infeksi terjadi secara langsung, yaitu saat timbul
11
2.7 Komplikasi dan Prognosis
sebagai berikut :
a. Komplikasi
1. Abses payudara
2. Mastitis berulang/kronis
3. Infeksi jamur
b. Prognosis
segera. Dan keadaan akan menjadi fatal bila tidak segera diberikana
2.8 Pengobatan
adalah:
koloni bakteri dan biakan yang ada serta menunjukkan infeksi, gejala
12
berat sejak awal, terlihat puting pecah-pecah, gejala tidak membaik
mungkin paling tepat. Jika mungkin, ASI dari payudara yang sakit
Antibiotik Dosis
Eritromisin 250-500 mg setiap 6 jam
Flukloksasilin 250 mg setiap 6 jam
Dikloksasilin 125-250 mg setiap 6 jam per oral
Amoksasilin (sic) 250-500 mg setiap 8 jam
Sefaleksin 250-500 setiap 6 jam
2. Bebat/sangga payudara
13
2.9 Pencegahan
tangan secara menyeluruh dan sering sebelum dan setelah kontak dengan
bayi. Kontak kulit dini, diikuti dengan rawat gabung bayi dengan ibu
(Wiknjosastro, 2005).
Bahan kultur diambil dari ASI pancar tengah hasil dari perahan tangan
14
harus dibersihkan terlebih dulu dan bibir penampung diusahakan tidak
di kulit yang dapat memberikan hasil positif palsu dari kultur. Beberapa
15
2.11 PATHWAYS
Fisura pada
Stasis puting
ASI
Jaringan mammae
menjadi tegang
Lubang duktus
laktiferus lebih
Terbukanya
terbuka
port de entry
Bakteri masuk
MASTITIS
Menyusui
Reaksi imun
Ukuran mammae membesar tidak efektif
dan Penekanan reseptor
nyeri Muncul pus
Kurang
pengetahuan
16
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
a. Identitas klien :
1. Nama
3. Suku.
4. Pendidikan
5. Pekerjaan
b. Riwayat kesehatan
17
itu juga dengan adanya faktor penyebab yang pasti seperti stasis
ASI karena bayi yang susah menyusu, adanya luka lecet di area
(>38 derajat celcius), tidak ada nafsu makan, nyeri pada daerah
c. Pengkajian Keperawatan
18
Persepsi: masih banyak masyarakat yang menganggap
bahwa nyeri yang sering muncul saat masa menyusui adalah hal
ibunya karena ASI yang terasa asin. Hal ini akan mengakibatkan
3. Pola Eliminasi
19
Pola aktivitas terganggu akibat peningkatan suhu tubuh
muncul pula.
ada hanya nyeri biasa.Pasien merasa biasa dan jika ada orang
libido dan pasien pasti akan lebih fokus pada gejala yang
20
Biasanya akan mengalami gangguan, namun hal itu juga
Tuhan.namun di lain sisi juga ada individu yang karena sakit itu,
d. Pengkajian Fisik
1. Keadaan Umum
umumnya baik.
cukup.
a) Tanda-tanda Vital
80/menit.
21
4) Suhu: suhu tubuh waniti setelah partus dapat terjadi
b) Kulit
panyudara.
c) Kepala
e) Mata
f) Hidung
22
g) Mulut
h) Telinga
i) Tenggorokan
j) Leher
mastitis.
l) Panyudara
23
teraba hangat, terlihat bengkak, dan saat di lakukan palpasi
terdapat pus.
m) Toraks
n) Cordis:
1) Inspeksi: iktus kordis tidak tampak
2) Palpasi : iktus kordis tidak kuat angkat
3) Perkusi : batas jantung kesan tidak melebar
4) Auskultasi : BJ I-II intensitas normal, reguler, bising
(-)
o) Pulmo:
1) Inspeksi : Pengembangan dada kanan = kiri
2) Palpasi : Fremitus raba dada kanan = kiri
3) Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru
4) Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+)
p) Abdomen
2) Auskultasi: bising usus (+) normal
3) Perkusi: tympani
24
4) Palpasi: supel, hepar dan lien tidak teraba
e. Pemeriksaan penunjang
menyusui sekunder akibat ibu yang sakit, bayi tidak mau menyusu
25
3.3 Intervensi keperawatan
berhubungan Setelah dilakukan tindakan lokasi, lamanya dan intensitas nyeri). identifikasiderajat, ketidaknyamanan
dengan proses keperawatan selama 1x24 jam dan dapat diberi tetapi yang tepat.
inflamasi nyeri dapat teratasi. 2. Berikan kompres hangat. 2. Kompres hangat dapat menyebabkan
bayinya dengan nyaman melakukan perawatan payudara. 3. Dengan perawatan yang benar dan
3. Suhu tubuh menurun 4. Anjurkan klien untuk tidak 4. Penyangga yang ketat dapat
4. Payudara tidak bengkak menggunakan penyangga yang terlalu menimbulkan rasa nyeri.
26
5. Nyeri mulai 5. Kolaborasi dalam pemberian analgetik infeksi secara berlebih dan analgetik
an pemberian Setelah dilakukan tindakan baby oil pada puting sebelum dan putting.
berhubungan jam pemberian ASI pada bayi 2. Ajarkan cara menyusui yang tepat 2. meminimalkan luka pada putting susu
nya menyusui Kriteria Hasil: 3. Lakukan perawatan payudara dan 3. Dengan perawatan yang tepat, dapat
sekunder 1. Ibu dapat menyusui anjurkan ibu untuk melakukan mengatasi masalah menyusui.
yang sakit, 2. Bayi mau menyusu lagi 4. Anjurkan ibu menyusui dengan 4. Untuk mencegah terjadinya iritasi
27
bayi tidak mau 3. Tidak ada lagi puting susu menggunakan puting susu secara lanjut pada putting
berhubungan keperawatan selama 1x24 jam 2. Lakukan perawatan luka/ abses dengan 2. Perawatan luka yang steril dapat
dengankerusak tidak terdapat tanda dan set yang steril. mengurangi terjadi pus atau resiko
Kriteria Hasil : 4. Kolaborasi dalam melakukan insisi/ 4. Untuk mengurangi abses dan
1. TTV dalam batas normal biopsy dan pemberian antibiotik. penyebaran infeksi.
regang lagi 5. Berikan informasi pentingnya menjaga 5. Menjaga personal hygiene dapat
3. Tidak ada tanda infeksi personal hygiene. mencegah penyebaran infeksi atau
28
bakteri.
inflamasi 3. Telah diajarkan dan telah menganjurkan klien untuk a. Klien tidak tampak meringis lagi.
melakukan perawatan payudara. b. Skala nyeri berkurang menjadi 2 dari skala nyeri
penyangga yang terlalu ketat. c. TTV :130/80, Nadi 75x/ menit,RR: 24x/ menit,
29
b. Ketidakefektifan 1. Telah mengannjurkan ibu untuk mengoleskan baby oil S: Ibu mengatakan sudah bisa memberikan ASI pada
pemberian ASI pada putting susu sebelum dan sesudah menyusui. bayinya secara rutin dan bayinya juga sudah mau
a menyusui 3. Telah melakukan perawatan payudara dan a. Ibu terlihat menyusui bayinya dengan rileks.
sekunder akibat menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan b. Ibu dapat menyusui bayinya dengan posisi yang
bayi tidak mau 4. Telah mengajurkan ibu untuk menyusui dengan c. Lecet pada puting susu ibu berkurang atau tidak
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi
a. Resiko tinggi 1. Telah mengkaji TTV dan tanda-tanda adanya infeksi. S: Ibu mengatakan panyudaraNya sudah tidak sakit dan
30
dengan kerusakan 3. Telah berkolaborasi untuk melakukan pemeriksaan a. Tidak ada lecet pada puting susu
jaringan darah lengkap. b. TTV :120/80, Nadi 75x/ menit,RR: 22x/ menit,
5. Telah memberikan informasi tentang pentingnya pengeluaran push, dll pada payudara)
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi
31
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
disertai infeksi atau tanpa infeksi. Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6
Berbagai macam faktor seperti kelelahan, stres, dan pakaian ketat dapat
32
5.2 Saran
mengurangi risiko mastitis yaitu dengan cara tidak mengenakan bra atau
pada waktu menyusui terlalu lama, saluran susu dapat tersumbat saat
33
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta: EGC.
Aesculapius.
NANDA. 2010.
YBP
Sarwono Prawirohardjo
Djamudin, syahrul. 2009. Askep Nifas Pada Ibu Dengan Infeksi Payudara.
Fitri. 2009. Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum tentang Mastitis di Klinik
http://karyatulisilmiah/20009/03/07/Gambaran-pengetahuan-ibu-
postpartum-tentang-mastitis-diklinik-bidan-elfrida-tahun-2009.pdf 22
oktober 2019).
34