SEPSIS
Disusun Oleh :
A. Pengertian
Sepsis adalah infeksi akibat beredarnya kuman penyakit dalam darah .Sepsis
terjadi pada kurang dari 1% bayi baru lahir tetapi merupakan penyebab dari 30%
kematian pada bayi baru lahir. Infeksi bakteri 5 kali lebih sering terjadi pada bayi
baru lahir yang berat badannya kurang dari 2,75 kg dan 2 kali lebih sering
menyerang bayi laki-laki, lebih dari 50% kasus, sepsis mulai timbul dalam waktu 6
jam setelah bayi lahir, tetapi kebanyakan muncul dalam waktu 72 jam setelah lahir.
Sepsis yang baru timbul dalam waktu 4 hari atau lebih kemungkinan disebabkan oleh
infeksi nasokomial (infeksi yang didapat di rumah sakit). ( Saifudin, 2009 ).
Sepsis adalah SIRS ditambah tempat infeksi yang diketahui (ditentukan
dengan biakan positif terhadap organism dari tempat tersebut). SIRS (Systemic
Inflamatory Respone Syndrome) adalah pasien yang memiliki krieteria sebagai
berikut:
1. Suhu > 38 atau < 36
2. Denyut jantung > 90x/menit
3. Respiratori < 20/menit atau PaCO2 < 32 mmHg
4. Leukosit > 12.000 /mm3, atau > 10 % sel imatur
Sepsis berat adalah sepsis yang berkaitan dengan disfungsi organ, kelainan
hipoperfusi, atau hipotensi. Kelainan hipoperfusi meliputi (tetapi tidak terbatas) pada
asidosis laktat, oliguria, atau perubahan akut pada status mental. (Sudoyo Aru, 2009)
Sepsis adalah infeksi bakteri generalisata yang biasanya terjadi pada bulan
pertama kehidupan. ( Mary E. Muscari. 2005).
Sepsis neonatorum atau septicemia neonatal disefinisikan sebagai infeksi
bakteri pada aliran darah bayi selama empat minggu pertama kehidupan.
(Bobak,2005).
B. Macam-macam Sepsis
1. Sepsis dini
Terjadi 7 hari pertama kehidupan. Karakteristik : sumber organisme pada saluran
genital ibu dan atau cairan amnion, biasanya fulminan dengan angka mortalitas
tinggi.
2. Sepsis lanjutan/nosokomial
Terjadi setelah minggu pertama kehidupan dan didapat dari lingkungan pasca
lahir. Karakteristik : Didapat dari kontak langsung atau tak langsung dengan
organisme yang ditemukan dari lingkungan tempat perawatan bayi, sering
mengalami komplikasi.
( Hasan, 2007)
C. Etiologi
Menurut Guntur (2007) penyebab neonatus sepsis/sepsis neonatorum adalah
berbagai macam kuman seperti bakteri, virus, parasit, atau jamur. Sepsis pada bayi
hampir selalu disebabkan oleh bakteri. Beberapa komplikasi kehamilan yang dapat
meningkatkan risiko terjadinya sepsis pada neonatus antara lain :
1. Ketuban pecah dini (sebelum 37 minggu kehamilan)
2. Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau lebih sebelum
melahirkan)
3. Proses kelahiran yang lama dan sulit.
4. Selang infus yang jarang dibersihkan.
5. Infeksi pada umbilicus.
D. Patofisiologi
E. Manifestasi Klinik
Infeksi pada bayi neonates dapat menstimulasi berbagai penyakit umum
lainnya, dapat bersifat samar-samar atau nonspesifik dan dapat melibatkan sejumlah
system organ. Di samping itu, infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme dapat
overlapping, sehingga biasanya kita tidak dapat menegakkan diagnosis pasti agen
etiologic yang spesifik, hanya melihat gambaran klinik. Akhirnya, mayoritas infeksi
congenital tidak memperlihatkan gejala-gejala pada saat lahir.
Tanda dan Gejala sepsis yang mungkin bisa timbul pada anak adalah :
1. Demam, letargi, scleroderma.
2. Distensi abdomen anoreksia, muntah, diare, hepatomegali.
3. Apnea, dipspnea, takipnea, retraksi cuping hidung melebar, suara pernafasan
membelasut (grunting)
4. Pucat, sianosis, pembentukan bercak-bercak, dingin, kulit berkeringat dingin
5. Iritabilitas, tremor, serangan kejang, hiporefleksia, reflek moro abnormal,
pernapasan tidak teratur, fontanela kelihatan penuh.
6. Ikterus, splenomegali, pucat, petekia, purpura,perdarahan
(Arief, 2008)
F. PATHWAYS
Penyakit yang diderita oleh Ibu
Masuk ke Neonatus
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Hitung darah lengkap
2. Kultur darah
3. Pungsi lumbal dan sensitivitas cairan serebrospinal (CSS )
4. Kultur urin
5. Rontgen dada bila ada gejala respirasi
6. AGD ( hipoksemia, asidosis laktat )
7. Trombosit
8. Bilirubin
H. Komplikasi
Menurut Manuaba (2007) komplikasi dari sepsis adalah:
1. ARDS (acute respiratory distress syndrome)
2. Koagulasi intravaskuler diseminata
3. Acute Renal Failure
4. Perdarahan Usus
5. Gagal hati
6. Disfungsi system saraf pusat
7. Gagal jantung
8. kematian
I. Penatalaksanaan
Dalam melakukan evaluasi pasien sepsis, diperlukan ketelitian dan
pengalaman dalam mencari dan menentukan sumber infeksi, menduga patogen yang
menjadi penyebab (berdasarkan pengalaman klinis dan pola kuman di RS setempat),
sebagai panduan dalam memberikan terapi antimikroba empiric (Manuaba 2007)
Penatalaksanaan sepsis yang optimal mencakup eliminasi patogen penyebab
infeksi, mengontrol sumber infeksi dengan tindakan drainase atau bedah bila
diperlukan, terapi antimikroba yang sesuai, resusitasi bila terjadi kegagalan organ
atau renjatan. Vasopresor dan inotropik, terapi suportif terhadap kegagalan organ,
gangguan koagulasi dan terapi imunologi bila terjadi respons imun maladaptif host
terhadap infeksi (Manuaba 2007).
1. Resusitasi
Mencakup tindakan airway (A), breathing (B), circulation (C) dengan
oksigenasi, terapi cairan (kristaloid dan/atau koloid), vasopresor/inotropik, dan
transfusi bila diperlukan. Tujuan resusitasi pasien dengan sepsis berat atau yang
mengalami hipoperfusi dalam 6 jam pertama adalah CVP 8-12 mmHg, MAP
>65 mmHg, urine >0.5 ml/kg/jam dan saturasi oksigen >70%. Bila dalam 6 jam
resusitasi, saturasi oksigen tidak mencapai 70% dengan resusitasi cairan dengan
CVP 8-12 mmHg, maka dilakukan transfusi PRC untuk mencapai hematokrit
>30% dan/atau pemberian dobutamin (sampai maksimal 20 μg/kg/menit).
2. Eliminasi sumber infeksi
Berujuan untuk menghilangkan patogen penyebab, oleh karena antibiotik
pada umumnya tidak mencapai sumber infeksi seperti abses, viskus yang
mengalami obstruksi dan implan prostesis yang terinfeksi.1 Tindakan ini
dilakukan secepat mungkin mengikuti resusitasi yang adekuat.
3. Terapi antimikroba
Merupakan modalitas yang sangat penting dalam pengobatan sepsis.
Terapi antibiotik intravena sebaiknya dimulai dalam jam pertama sejak diketahui
sepsis berat, setelah kultur diambil. Terapi inisial berupa satu atau lebih obat
yang memiliki aktivitas melawan patogen bakteri atau jamur dan dapat penetrasi
ke tempat yang diduga sumber sepsis. Oleh karena pada sepsis umumnya
disebabkan oleh gram negatif, penggunaan antibiotik yang dapat mencegah
pelepasan endotoksin seperti karbapenem memiliki keuntungan, terutama pada
keadaan dimana terjadi proses inflamasi yang hebat akibat pelepasan endotoksin,
misalnya pada sepsis berat dan gagal multi organ.
Pemberian antimikrobial dinilai kembali setelah 48-72 jam berdasarkan
data mikrobiologi dan klinis. Sekali patogen penyebab teridentifikasi, tidak ada
bukti bahwa terapi kombinasi lebih baik daripada monoterapi.
4. Modifikasi respons inflamasi
Anti endotoksin (imunoglobulin poliklonal dan monoklonal, analog
lipopolisakarida); antimediator spesifik (anti-TNF, antikoagulan-antitrombin,
APC, TFPI; antagonis PAF; metabolit asam arakidonat (PGE1), antagonis
bradikinin, antioksidan (N-asetilsistein, selenium), inhibitor sintesis NO (L-
NMMA); imunostimulator (imunoglobulin, IFN-γ, G-CSF, imunonutrisi);
nonspesifik (kortikosteroid, pentoksifilin, dan hemofiltrasi). Endogenous
activated protein C memainkan peranan penting dalam sepsis: inflamasi,
koagulasi dan fibrinolisis. Drotrecogin alfa (activated) adalah nama generik dari
bentuk rekombinan dari human activated protein C yang diindikasikan untuk
menurunkan mortalitas pada pasien dengan sepsis berat dengan risiko kematian
yang tinggi.
Intervensi
d. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d Obstruksi jalan nafas : banyaknya
mukus
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x… jam bersihan
jalan nafas kembali efektif
Kriteria Hasil :
- Menunjukkan jalan nafas yang paten
- Suara bersih, tidak ada sianosis dan dyspnue
- Mampu bernafas dengan mudah
- Irama, frekuensi pernafasan dalam batas normal
Intervensi :
Airway Suction
- Auskultasi bunyi nafas sebelum dan sesudah suction
- Berikan O2
- Gunakan alat yang steril setiap melakukan tindakan
- Monitor status oksigen
Airway management
- Buka jalan nafas
- Posisikan untuk memaksimalkan ventilasi
- Lakukan fisioterapi dada bila perlu
- Auskultasi suara nafas
- Monitor respirasi dan status O2
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC
Guntur H. 2007. Sepsis. In : Sudoyo, Aru (et all). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid
III. Edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Ilmu Penyakit
Dalam FKUI.
Hasan, 2007. Ilmu Kesehatan Anak I. Jakarta: Penerbit Bagian Ilmu Kesehatan Anak.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Ladewing, Patricia, Dkk.2006. Buku Saku Asuhan Keperawatan Ibu, Bayi Baru Lahir
Edisi 5. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arief. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3 jilid 1 dan 2. FK UI Media
Aesculapius. Jakarta
Saifudin. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Edisi 1. YBP-SP. Jakarta
Sudoyo, Aru. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1,2,3. Edisi ke empat.
Internal Publishing. Jakarta.