Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIK AKROMEGALI

Oleh:

SITI KURNIA WATI


NIM : P2002058

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS WIYATA HUSADA
SAMARINDA 2021
A. DEFINISI
Akromegali merupakan penyakit kronis yang ditandai oleh pertumbuhan tulang
ekstremitas, muka, rahang, dan jaringan lunak secara berlebihan sesudah terjadi
penutupan lempeng epifisis sehingga tampak terjadinya pertumbuhan jaringan lunak
dan struktur tulang yang berlebihan.
Gejala klinis yang dijumpai pada pasien akromegali disebabkan oleh massa tumor dan
hipersekresi hormon pertumbuhan (growth hormone) yang terjadi setelah lempeng
pertumbuhan tulang menutup.

B. ETIOLOGI
Pelepasan hormon pertumbuhan berlebihan hampir selalu disebabkan oleh
tumor hipofise jinak (adenoma). Dapat juga terjadi kelainan hipotalamus yang
mengarah pada pelepasan hormon berlebihan, penyebab lainya adalah:
1. Adenoma hormon yang mensekresikan prolaktin
2. Tumor yang mensekresikan growth hormone (GH)
3. Sindrom Cushing yang disebabkan oleh disfungsi hipofise
4. Adenoma yang menskresikan LH,FSH atau TSH
Penyebab yang sering ditemukan antara lain :
1. Adenoma hormon yang mensekresikan prolaktin
2. Tumor yang mensekresikan growth hormone (GH)

C. MANIFESTASI
Adapun tanda dan gejalanya antara lain:
1. Gambaran wajah yang kasar
2. Lidah yang membesar
3. Rahang yang menonjol
4. Kelainan skeletal
Tanda dan gejala yang lain pada penderita Akromegali adalah proliferasi jaringan
lunak, disertai pembesaran tangan dan kaki serta peningkatan berketingat, intoleransi
panas, kulit berminyak, cepat lelah, dan kenaikan berat badan.
Ditemukan manifestasi klasik berupa perubahan akral dan jaringan lunak. Perubahan
tulang dan kartilago mempengaruhi muka dan tengkorak paling berat. Perubahan
berupa penebalan calvarium, pertambahan ukuran sinus frontal, pembesaran hidung,
dan pembesaran mandibula ke bawah dan ke depan yang menimbulkan prognatisme
dan gigi yang terpisah jauh. Tangan dan kaki terpengaruh oleh pertumbuhan jaringan
lunak, sehingga mereka menjadi besar, tebal. Jabat tangan yang terasa berkeringat dan
tebal memberikan gambaran diagnosis, dan terjadi pertambahan ukuran cincin, sarung
tangan, dan sepatu.

D. KOMPLIKASI
1. Hipertropi jantung
2. Hipertensi
3. Diabetes melitus
4. Gondok
5. Kehilangan penglihatan
6. Polip
7. Fibroid uterus, tumor jinak di uterus
8. Sleep upnea, suatu kondisi dimana pernafasan beruang kali berhenti dan mulai saat
tidur
9. Osteoatritis

E. PATOFISIOLOGI
1. Menurut Guyton
Bila tumor sel hormon pertumbuhan terjadi setelah pubertas yaitu setelah epifisis
tulang panjang bersatu dengan batang tulang, orang tidak dapat tumbuh lebih
tinggi lagi, tetapi jaringan lunak dapat terus tumbuh, dan tulang dapat tumbuh
menebal. Keadaan ini di kenal dengan akromegali. Pembesaran khususnya nyata
pada tulang tulang kecil tangan dan kaki serta pada tulang tulang memnbranosa,
rahang bawah dan bagian bagian vertebra, karena pertumbuhannya tidak berhenti
pada pubertas. Akibatnya rahang menonjol ke depan, kadang kadang sebesar 0,5
inci, dahi miring ke depan karena pertumbuhan samping supraorbital yang
berlebihan, hidung bertambah besar sampai mencapai 2 kali ukuran normal, kaki
memerlukan sepatu ukuran lebih besar dari pada keadaan normal. Dan jari jari
menjadi sangat tebal sehingga ukuran tangan  hampir 2 kali normal. Selain efek
efek ini perubahan pada vertebra, biasanya menyebabkan punggung bungkuk.
Akhirnya, banyak organ jaringan lunak seperti lidah, hati, dan khususnya ginjal
menjadi sangat besar
2. Menurut Sylvia
Pada beberapa pasien dapat timbul akromegali sebagai respon terhadap neoplasia
yang menyekresi GHRA ektopik. Pada pasien ini terdapat hiperplasia hipofisis
somatotrop dan hipersekresi GH.
Apabila tumor timbul sesudah dewasa, yakni setelah epifisis tulang panjang
bersatu dengan batang tulang, maka orang tersebut tidak dapat tumbuh lebih tinggi
lagi, namun jaringan ikat longgarnya masih terus tumbuh, dan tebal tulangnya
masih terus tumbuh. Pembesaran ini terutama terlihat pada tulang-tulang kecil
tangan ,kaki, dan pada tulang membranosa. Termasuk tulang tengkorak, hidung,
penonjolan tulang dahi, bagian bawah tulang rahang, karena pada masa dewasa
muda pertumbuhan tulang-tulang ini tak berhenti

F. PENATALAKSANAAN MEDIK
1. Menormalkan tubuh kembali kadar GH atau IGF1/SM-C
2. Memperkecil tumor atau menstabilkan besarnya tumor
3. Menormalkan fungsi hipofisis
4. Mencegah komplikasi akibat kelebihan kadar GH/IFG1 atau SM-C akibat
pembesaran tumor

Dalam hal ini dikenal 3 macam terapi, yaitu:

1. Terapi pembedahan
2. Terapi radiasi
3. Terapi medikamentosa
1. Terapi pembedahan adalah cara pengobatan utama.
Dikenal 2 macam pembedahan tergantung dari besarnya tumor yaitu
a. Bedah makro dengan melakukan pembedahan pada batok kepala (TC atau
Trans Cranial) dan bedah mikro (TESH/ Tans Ethmoid Sphenoid
Hypophysectomy).
b. Cara terakhir TESH ini dilakukan dengan cara pembedahan melalui sudut
antara celah intra orbita dan jembatan hidung antara kedua mata untuk
mencapai tumor hipofisis.
2. Indikasi radiasi adalah sebagai terapi pilihan secara tunggal, kalau tindakan
operasi tidak memungkinkan dan menyertai tindakan pembedahan atau masih
terdapat gejala aktif setelah terapi pembedahan dilakukan.
Tindakan radiasi dapat dilaksanakan dalam 2 cara, yaitu:
a. Radiasi secara konversional (Conventinal High Voltage Radiation, 45 69
4500 RAD)
b. Radiasi dengan energy tinggi partikel berat (High Energy Particles Radiation,
150 69 15000 RAD)
3. Terapi medikamentosa
Agosis dopamine Pada orang normal dopamine atau agosis dopamine dapat
meningkatkan kadar HP tetapi tidak demikian halnya pada pasien akromegali.
Pada akromegali dopamine ataupun agosis dopamine menurunkan kadar HP
dalam darah.
Contoh agosis dopamine:
a. Brokriptin
Dianjurkan memberikan dosis 2,5 mg sesudah makan malam, dan dinaikkan
secara berkala 2,5 mg setiap 2-4 hari. Perbaikan klinis yang dicapai antara
lain adalah:
- Ukuran tangan dan jari mengecil, dan Terjadi perbaikan gangguan toleransi
glukosa Efek samping yang terjadi adalah vaso spasme digital, hipotensi
ortostatik, sesak nafas ringan, nausea, konstipasi, dll.
b. Ocreotide (long acting somatostatin analogue)
Cara pemberian melalui subkutan. Dosis: dosis rata-rata adalah 100-200
mikrogram diberikan setiap 8 jam. Perbaikan klinis yang dicapai.
- Menurunkan kadar HP menjadi dibawah 5 mikrogram/ 1 pada 50 kasus
- Menormalkan kadar IGF1/ SM-C pada 50% kasus

Penyusunan tumor Efek samping: ringan dan mempunyai sifat sementara


yaitu nyeri local/ di daerah suntikan dan kram perut
G. PEGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian
a. Data demografi
Meliputi nama, usia, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan,
dan alamat
b. Keluhan utama
Pasien yang mengalami akromegali pada umumnya akan mengeluh dan
memperlihatkan pembesaran tangan dan kaki.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pasien pernah menderita tumor hipofise jinak atau adanya disfungsi
hypothalamus.
d. Riwayat penyakit sekarang
Tulang mengalami kelainan bentuk bukan memanjang, gambaran tulang wajah
kasar, tangan dan kaki membengkak.
e. Riwayat penyakit keluarga
Akromegali tidak diturunkan dari riwayat keluarga yang memiliki penyakit
akromegali.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan fisik persistem sepert
berikut.
a. B1 pernafasan (Breath)
Apabila tumornya kecil biasanya tidak terjadi perubahan pola napas. Namun
apabila tumor hipofisis membesar akan terjadi gangguan pola napas.
b. B2 darah (Blood)
Jantung membesar dan biasanya fungsi jantung terganggu sehingga akan timbul
gagal jantung
c. B3 otak (Brain)
Pada tumor hipofisis yang mengakibatkan akromegali biasanya terjadi nyeri
kepala bitemporal, gangguan penglihatan disertai hemianopsia bitemporal akibat
penyebaran supraselar tumor dan penekanan kiasma optikum
d. B4 kandung kemih (Bladder)
Penurunan libido, impotensi, oligomenorea, infertilitas, nyeri senggama pada
wanita, batu ginjal.
e. B5 usus (Bowel)
tidak ditemukan masalah keperawatan
f. B6 tulang (Bone)
Pembesaran pada kaki dan tangan perubahan bentuk raut wajah, sinus frontalis
dan sinus paranasalis membesar.
3. Laboratorium

a. Pemeriksaan Dara

Tes darah dilakukan untuk mengukur kadar hormon pertumbuhan yang


terdapat di dalam tubuh. Agar tes darah memberikan hasil yang akurat, kamu
diminta untuk minum larutan gula sebelum pemeriksaan dilakukan. Jika kamu
tidak mengidap akromegali, larutan gula bisa menghentikan produksi hormon
pertumbuhan. Sementara pada pengidap akromegali, kadar hormon
pertumbuhan akan semakin tinggi. Tes ini disebut pemeriksaan intoleransi
glukosa Dokter akan mengukur kadar hormon dalam tubuh lainnya yang
disebut dengan insulin-like growth factor 1 (IGF-1). Level IGF-1 yang tinggi
menjadi indikasi yang paling akurat bahwa kamu memiliki akromegali

b. Pengambilan Gambar

Setelah diagnosis akromegali dengan pemeriksaan darah dan pengukuran level


hormon IGF-1, pemeriksaan selanjutnya dengan pemindaian menggunakan
MRI untuk menemukan dan mendeteksi ukuran tumor pada kelenjar hipofisis
yang menyebabkan berlebihnya produksi hormon pertumbuhan ini. Selain
MRI, alat pindai yang digunakan adalah CT-scan jika pasien tidak dianjurkan
menjalani tes MRi karena suatu hal.

Apabila pemindaian pada kepala tidak berhasil mendeteksi adanya tumor, akan
dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk menemukan tumor “ektopik” non-
hipofisis pada bagian dada, perut, atau panggul sebagai bagian yang berdampak
terhadap kelebihan hormon pertumbuhan.
4. Pemeriksaan diagnostik
Untuk memulai proses diagnostik, dokter akan mengambil riwayat medis dan
melakukan pemeriksaan fisik. Maka dia dapat merekomendasikan langkah-langkah
berikut:
a. Pengukuran GH dan IGF-I.
Setelah berpuasa dalam semalam, dokter akan mengambil sampel darah untuk
mengukur kadar GH dan IGF-I. Peningkatan kadar hormon-hormon ini
menunjukkan akromegali.
b. Growth hormone suppression test.
Ini adalah metode definitif untuk memverifikasi akromegali. Dalam tes ini,
kadar GH dalam darah diukur sebelum dan sesudah minum gula (glukosa).
Biasanya, konsumsi glukosa menurunkan tingkat GH. Jika memiliki
acromegaly, level GH akan cenderung tetap tinggi.
c. Imaging.
Dokter mungkin menyarankan agar menjalani prosedur pencitraan, seperti
magnetic resonance imaging (MRI), untuk membantu menentukan lokasi dan
ukuran tumor kelenjar pituitari. Jika ahli radiologi, yang biasanya melakukan
prosedur, tidak melihat tumor kelenjar pituitari, mereka mungkin mencari
tumor non-hipotermia yang mungkin bertanggung jawab untuk tingkat GH
yang tinggi
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERFENSI


1 Gangguan Rasa Nyaman Status Kenyamanan Perawatan Kenyamanan
Definisi: perasaan kurang Definisi : keseluruhan rasa Definisi : mengidentifikasi
aman dan nyaman secara fisik, dan merawat pasien untuk
senang, lega dan sempurna psikologis dan spiritual, social meningkatkan rasa nyaman
dalam dimensi fisik, budaya dan lingkungan
Tindakan :
psikospiritual, lingkungan Kriteria hasil : - Identivikasi pemahaman
dan social - kesejahteraan fisik (3) tentang kondisi , situasi
- kesejahteraan psikologis dan perasaanya
(3) - Identifikasi masalah
Gejala dan tanda mayor: - perawatan sesuai emosional dan piritual
Subjektif : kebutuhan (3) - Berikan posisi yang
- Lelah (3) nyaman
- tidak mampu rileks, - Ciptakan lingkungan yang
- Keluhan tidak nyaman (3)
- mengeluh Lelah nyaman
- Diskusikan mengenai
- mengeluh tidak Keterangan : situasi dan pilihan
nyaman pengoobatan yang akan di
1. Menurun lakukan
objektif: 2. Cukup menurun
- gelisah 3. Sedang
4. Cukup meningkat
- postur tubuh berubah 5. Meningkat
menunjukan gejala
distress
2 Isolasi Sosial Keterlibatan Social Promosi Dukungan Social
Definisi : ketidak mampuan Definisi : kemampuan untuk Definisi : meningkatkan
membina hubungan yang erat kemampuan untuk
untuk membangun hangat terbuka dan berinteraksi dengan orang
hubungan yang erat, independent terhadap orang lain
lain Tindakan:
hangat, terbuka, dan - identifikasi kekuatan dan
interdependen, dengan Kriteria hasi; : kelemahan dalam menjalin
orang lain - minat interaksi (3) hubungan
- perilau menarik diri (3) - berikan umpan balik yang
- verbalisasi perasaan positive terhadap aktivitas
Gejala dan tanda mayor : berbeda dengan orang lain yang di lakukan
(3) - motivasi untuk
Subjektif:
- avek murung / sedih (3) mempertahankan
- merasa ingin sendirian - prilaku sesuai dengan komunikasi verbal
harapan orang lain (3) - anjurkan berbagi masalah
- merasa tidak aman di dengan orang lain
- verbalisasi isolasi (3)
tempat umum keterangan : - anjurkan mengekspresikan
1. menurun kemarahan secara tepat
- merasa berbeda dengan
orang lain 2. cukup menurun - latih meningkatkan
objektif : 3. sedang kemampuan yang di miliki
4. menigkat
- menarik diri 5. cukup meningkat
- tidak mampu
memenuhi harapan
orang lain
- tindakan tidak berarti
- tidak bergairah/ lesu
- afek datar
3 Gangguan Citra Tubuh Citra Tubuh Promosi Citra Tubuh
Definisi : prubahan Definisi : presepsi tentang Definisi :
penampilan, struktur dan Meningkatkan perbaikan
presepsi tentang fungsi fisik indifisu perubahan presepsi
penampilan, struktur dan terhadap fisik pasien
Kriteria hasil :
fungsi fisik individu
- respon nonverbal pada Tindakan
perubahan tubuh (3) - identifikasi harapan citra
Gejala dan tanda mayor - hubungan social (3) tubuh terhadap
- verbalisasi perubahan gaya perkembangan
Subjektif: hidup (3) - monitor frekuensi
- mengungkapkan - verbalisasi perasaan pernyataan kritik terhadap
negative pada perubahan diri sendiri
perasaan negative - diskusikan perubahan
tubuh (3)
tentang perubahan tubuh - verbalisasi kekawatiran tubuh dan fungsinya
pada penolakan/ reaksi - diskusikan perbedaan
- mengungkapkan penampilan fisik terhadap
orang lain (3)
perubahan gaya hidup keterangan harga diri
f. meningkat - latih fungsi tubuh yang di
- mengungkapkan
g. cukup meningkat miliki
kekawatiran pada h. sedang - latih mengungkapkan
penolakan/reaksi orang i. cukup menurun kemampuan diri kepada
j. menurun orang lain maupun
lain kelompok
obyektif :
- fungsi struktur tubuh
berubah
- focus berlebih pada
perubahan tubuh
- hubungan social
berubah
- menghindari
melihat/menyentuh
bagian tubuh
4 Gangguan Komunikasi Komunikasi Verbal Promosi Komunikasi :
Verbal Definisi : kemampuan Defisit Bicara
menerima, memproses, Definisi : menggunakan
Definisi : penurunan, mengirim atau menggunakan Teknik komunikasi tambahan
perlambatan atau ketiadaan system symbol pada indifidu dengan
gangguan bicara
kemampuan untuk Kriteria hasil :
menerima, memproses, - kemempuan berbicara (3) Tindakan:
- monitor frustasi marah
mengirim, atau - kesesuaian ekspresi wajah
atau tubuh (3) depresi atau hal lain yang
menggunakan system - kontak mata (3) menganggu bicara
symbol - respon prilakku (3) - identifikasi prilaku
emosional dan fisik sebagai
keterangan bentuk komunikasi
Gejala dan tanda mayor 1. menurun - gunakan metode
2. cukup menurun komunikasi alternative
Objektif:
3. sedang - sesuaikan gaya komunikasi
- tidak mampu berbicara 4. cukup meningkat dengan kebutuhan
atau mendengar 5. meningkat modifikasii lingkungan
untuk meminimalkan
- menunjukan respon tidak bantuan
sesuai - berikan dukungan
psikologis
- tidak ada kontak mata - gunakan juru bicara jika
- sulit menggunakan perlu
rujuk ke ahli patologi bicara
ekspresi wajah atau atau terapis
tubuh
- sulit mempertahankan
komunikasi
- sulit menyusun kalimat
- sulit mengungkapkan
kata-kata
- deficit penglihatan
5 Harga DiriRendah Harga Diri Promosi Harga Diri
Kronis Definisi : perasaan positif Definisi :meningkatkan
terhadap diri sendiri atau penilaian perasaan terhadap
Definisi :efaluasi atau kemampuan sebagai respon diri sendiri atau kemampuan
perasaan negative terhadap terhadap situasi saat ini diri
diri sendiri atau Kriteria hasil : Tindakan :
kemampuan klien seperti - perasaan malu (3) - monitor verbalisasi yang
tidak berarti, tidak - perasaan tidak mampu merendahkan diri sendiri
melakukan apapun (3) - monitor tingkat harga diri
berharga, tidak berdaya - meremehkan kemampuan setiap waktu, sesuai
yang berlangsung dalam mengatasi masalah (3) kebutuhan
waktu lama dan terus - menilai diri positif (3) - motivasi terlibat dalam
- merasa memiliki kelebihan verbalisasi positive untuk
menerus atau kemampuan positif diri sendiri
(3) - diskusikan kepercayaan
keterangan : terhadap penilaian diri
Gejala dan tanda mayor: - diskusikan presepsi
1. menurun
Subjektif 2. cukup menurun negative diri
3. sedang - jelaskan pada keluarga
- menilai diri negative
4. cukup meningkat pentingnya dukungan
- merasa malu 5. meningkat dalam perkembangan
kkonsep positif diri pasien
- merasa tidak mampu - anjurkan mengidentifikasi
melakukan apapun kekuatan yang dimiliki
- latih menigkatkan
- merasa tidak memiliki
kepercayaan pada
kelebihan atau kemampuan dalam
kemampuan positif emnangani situasi

- mengungkapkan
keputusasaan
onjektif :
- kontak mata kurang
- lesu dan tidak
bergairah
MANAJEMEN
ASUHAN KEPRAWATAN
PADA PASIEN AKROMEGALI
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
PSIK STIKES WIYATA HUSADA SAMARINDA

Nama : Siti Kurnia wati

Stase : KMB

Tanggal : 21 Januari 2020

I. Identitas diri klien

Nama : Ny.D Suku : Jawa

Umur : 36 tahun Pendidikan : D3

Jemis kelamin : perempuan Pekerjaan : guru honorer


Alamat : bonto ramba Lama bekerja : 10 tahun
Tanggal MRS : 18 Januari 2020

Status perkawinan : Menikah Tanggal Pengkajian : 21 Januari 2020


Agama : Islam Sumber Informasi : Suami dan anak
klien

II. Riwayat penyakit

1. Keluhan utama saat masuk RS:


keluhan benjolan di leher dan sulit menelan
2. Riwayat penyakit sekarang:
Pasien pertama, Ny. DS umur 36 tahun dengan keluhan utama benjolan di leher dan sulit menelan
dan sakit kepala datang ke poliklinik penyakit dalam RS Kariadi. Klien mengatakan tidak nyaman
dengan keadaanya sekarang, Keluhan dirasakan sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit, 5 bulan
sebelum ke rumah sakit pasien merasa ada benjolan di leher kanan, tak terasa sakit awalnya
3. Riwayat Penyakit Dahulu

Gastritis akut
Genogram

3
4

Keterangan :

= Laki-laki

= Perempuan

= Pasien

   X= Meninggal

---------= Tinggal serumah

G1: Klien mengatakan bahwa kedua orang tuanya masih hidup.

GII: Klien mengatakan anak pertama dari 4 bersaudara, dan sekarang menderita akromegali

GIII: Klien memiliki 1 orang anak dan sekarang dalam keadaan sehat.

4. Diagnosa medik pada saat MRS, pemeriksaan penunjang dan tindakan yang telah dilakukan:
DX medis : Akromegali
Pemeriksaan penunjang : pemeriksaan USG colli , pemeriksaan X Ray
Cranium,pemeriksaan MRI

1. Tindakan yang dilakukan :

-Brokriptin
-Ocreotide (long acting somatostatin analogue)
III. Pengkajian saat ini (mulai hari pertama saudara merawat klien)

1. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan Pengetahuan tentang penyakit/perawatan


Klien mengatakan jika ada masalah klien selalu menceritakan kepada keluarga terutama
masalah kesehatan
2. Pola nutrisi/metabolic Program diit RS:

Program diet RS: nasi, lauk dan sayur

Intake makanan:

Sebelum sakit

Klien Makan biasa 2 x/hari dengan nasi, lauk dan sayur dan jarang sarapan
Saat sakit
Klien Makan 3 x/hari dengan nasi, lauk dan sayur

Intake cairan:

Minum air putih ± 6-7 gelas/hari

3. Pola eliminasi

a. Buang air besar


BAB : 1-2x/hari konsistensi kadang keras kadang lembek
b. Buang air kecil
BAK : 4-5 x/hari (tergantung)

4. Pola aktifitas dan latihan:

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4

Makan/minum √

Mandi √
Toileting √
Berpakaian √

Mobilitas di tempat tidur √

Berpindah √
Ambulasi/ROM √
0: mandiri, 1: alat Bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4: tergantung
total

Oksigenasi:
pasien tidak menggunakan bantuan oksigen

5. Pola tidur dan istirahat (lama tidur, gangguan tidur, perawasan saat bangun tidur)
Klien mangatakan kadang tidur siang, dan pada malam hari jam tidurnya teratur (22.00)
6. Pola persepsual

a. Penglihatan : Pengelihatan Jelas

b. Pendengaran : Bentuk normal, pendengaran normal, tidak ada secret,


tidak ada perdarahan
c. Pengecap dan penciuman pasien berfungsi dengan baik. Sensori pasien masih mampu
membedakan sensori tajam dan tumpul.

7. Pola persepsi diri


Klien mengatakan kurang menerima atas kondisinya
8. Pola seksualitas dan reproduksi
Pasien tidak mengalami gangguan pada seksualitas, pasien tidak melakukan hubungan intim

selama sakit.
9. Pola peran hubungan

a. Persepsi pasien tentang perannya: Pasien saat dirumah masih mampu menjalankan

perannya sebagai guru dengan baik.

b. Komunikasi : Klien mengatakan hubungan dengan masyarakat disekitar tempat


tinggalnya baik
c. Hubungan dengan orang lain : Klien kooperatif bila diajak berkomunikasi dan dapat
mempertahankan kontak mata, terfokus pada isi pembicaraan .
10. Pola managemen koping-stess
Klien mengatakan khawatir kalau kondisi yang dialami sekarang berlangsung cukup lama
11. Sistem nilai dan keyakinan
Pasien beragama islam, dan selama sakit pasien tetap rutin melaksanakan solat dan berdoa.

IV. Pemeriksaan fisik

TD: 110/70 mm/H P: 20 x/m N: 80 x/m S: 36,2 o


C

BB/TB: 54 kg / 160 cm

Kepala: Bentuk Ovall, tidak ada lesi, tidak ada hematoma, tidak ada nyeri tekan

Mata dan Telinga (Penglihatan dan pendengaran)


a. Penglihatan

 Berkurang  Ganda  Kabur  Buta/ gelap


Penglihatan pasien mengalami gangguan.

 Visus : Dioptri
 Sklera ikterik : tidak ada )

 Konjungtiva : (tdk anemis)


 Nyeri : tidak
 Kornea : jernih
 Alat bantu : tidak ada

b. Pendengaran

 Normal  Berdengung  Berkurang  Alat bantu  Tuli

Pasien mengatakan masih dapat mendengarkan dengan jelas dan saat diberikan respon
dengan bisikan klien mampu mendengarkan dengan baik dan jelas.

Hidung:

Inspeksi: Simetris, tidak ada massa, lobang hidung 2, tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak
ada secret ataupun benda asing.

Palpasi: Tidak ada benjolan, tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan.
Mulut/Gigi/Lidah:

Inspeksi
Mulut : Tidak ada lesi, besih, mukosa bibir kering

Gigi : Gigi bersih, tidak ada karier gigi, tidak ada perdarahan
Lidah : Berwarna pink, tidak kotor

Palpasi : Terdapat palatum berwarna pink, Refelks muntah baik,

Leher: didapatkan pembesaran kelenjar tiroid kanan kiri dan penebalan isthmus disertai multiple

nodul solid dengan jaringan nekrotik didalamnya

Kepala : ditemukan massa solid dengan intratumoral hemorrhage pada fossa pituitari

meluas ke suprasella dan parasella kanan. Ukuran ± AP 1,97 x CC 3,43 x LL 2,95 cm,
Repiratori

a. Dada :
Inspeksi : Gerakan dada asimetri, kedua dada mengembang sama besar, bentuk dada

simetris, tidak ada kelainan bentuk.


Palpasi : Tidak ada kelainan bentuk, tidak ada lesi, tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan.

Perkusi : Suara perkusi sonor (tidak ada kelaian paru)


Auskultasi : Suara napas vesikuler (tidak ada suara napas tambahan)

b. Batuk : tidak
c. Napas bunyi : vesikuler

1. Sesak napas saat :


 Ekspirassi  Berdengung Berkurang Alat bantu
2. Tipe pernapasan

 Perut  Dada  Biot


 Kussmaul  Cynestokes  Lainnya

Frekuensi nafas : 24 x/mnt

Penggunaan otot-otot asesori : (tidak), Napas Cuping Hidung : (-)


Fremitus : Tidak ada

Sianosis : (tidak)
Keluhan lain : Tidak ada

Kardiovaskular
Riwayat hipertensi : disangkal oleh pasien
Masalah jantung : disangkal oleh pasien

Demam Rematik : Tidak ada


Bunyi jantung : S1 atau S2

Frekuensi : Cepat
Irama : Teratur

Kualitas Murmur Tidak ada

 Nyeri dada, Intensitas :


Palpitasi

 Pusing (+)  Cianosis (-)


 Capillary refill : < 2 detik
Riwayat keluhan lainnya

 Edema, lokasi : (-) grade :


 Hematoma, lokasi

Neurologis

Rasa ingin pingsan/pusing : Pusing saat berpindah posisi


 GCS : Eye = 4 Verbal = 5 Motorik = 6

 Pupil : unisokor
 Reflek cahaya : baik

 Sinistra : +/- cepat


 Dextra : + / - cepat

 Bicara : Artikulasi bicara pasien jelas


 Komunikatif  Aphasia  Pelo

 Keluhan lain
 Kesemutan  Bingung  Tremor  Gelisah  Kejang
 Koordinasi ekstremitas
 Normal  Paralisis, Lokai :  Plegia, Lokasi :
 Keluhan lain (-)

Integumen

 Warna kulit
 Kemerahan  Pucat  Sianosis  Jaundice  Normal
 Kelembaban :
 Lembab  Kering
 Turgor : elastis / tidak elastic
 > 2 detik  < 2 detik :

Abdomen
 Nyeri tekan : Tidak ada nyeri tekan

 Lunak/keras : Lunak
 Massa : Tidak ada massa

 Ukuran/Lingkar Perut : 80 cm
 Bising usus : 6 x/menit

 Asites : Tidak

Muskuloskeletal
 Nyeri otot/tulang, lokasi : Tidak ada

 intensitas : Tidak ada


 Kaku sendi, lokasi : Tidak ada

 Bengkak sendi, lokasi : Tidak ada


 Fraktur (terbuka/tertutup), lokasi : Tidak ada

 Alat bantu, jelaskan : Tidak ada


 Pergerakan terbatas, jelaskan : tidak ada

 Keluhan lain, jelaskan : tidak ada

Seksualitas
Aktif melakukan hubungan seksual : pasien jarang melakukan hubungan seksual

Penggunaan alat kontrasepsi : Tidak ada


Masalah/kesulitan seksual : tidak ada

Perubahan terakhir dalam frekuensi : Tidak ada


V. Program terapi:

Terapi medikamentosa
1. Brokriptin
2. Ocreotide (long acting somatostatin analogue)
Hasil Pemeriksaan Penunjang laboratotium

Hormona Prabedah Normal Value Pascabeda


h (5
minggu)
GH 65 ng/mL <1 2,6 ng/ml
Prolactin (EIA) 444 ng/ml 2,5 -17 ng/ml 16.0 ng/ml
TSH ( EIA) 1.02μIU/ml 0,4 – 4 μIU/ml 0,32μIU/ml
T3 (MEIA) 1.31 ng/ml 0,79 – 1,49 ng/mL 1,12 ng/ml
T4 ( EIA) 1.11 μg/dl 4,5 – 12,5 μg/dl 13,50 μg/dL
LH (EIA) 1.3 mIU/ml 0,8 – 7,6 mIU/ml 5 mIU/ml
Cortisol (EIA) 107 ng/ml 50 -250 ng/mL 59 ng/mL
Testoteron (EIA) 71.2 ng/dL 181-758 ng/dL 300 ng/dL
FSH (EIA) 8.5 mlU/ml 0.7 – 11.1 mlU/ml 10,3 mlU/ml

Fotografi pasien tampak pembesaran leher kanan


USG tiroid, tampak Pembesaran glandula tiroid kanan kiri dengan multiple nodul solid didalamnya
(ukuran terbesar ± 3,64 x 2,16 cm, pada lobus tiroid kanan) disertai penebalan isthmus. Limfadenopati
intraglandular submandibular kanan (ukuran ± 0,73 x 2,1 cm)

MRI kepala Ny. D 36 tahun. A. T1WI Axial, B. T2WI Axial. C. T1WI+C Axial. D. GRE Axial. E.
T1WI+C Coronal. F. T2WI Coronal. G. T1WI Sagital. Tampak massa solid dengan intratumoral
hemorrhage pada fossa pituitari meluas ke suprasella dan parasella kanan. Ukuran ± AP 1,97 x
CC 3,43 x LL 2,95 cm, sesuai gambaran Macroadenoma (Knosp Grade 4), massa tumor juga
tampak menyebabkan encasement arteri carotis interna kanan segment cavernous dan
menekan ringan nervus cranialis regio parasella kanan.
Analisa Data
No Data Etiologi Problem
1 Data Subjektif: Gangguan menelan
a. Klien mengatakan sulit Benjolan pada leher
menelan
b. Menolak makan
Kelemahan otot
Data Objektif:
a. Benjolan pada leher
b. Nafsu makan menurun Gangguan menelan
c. Porsi makan tidak habis

2 Data subjektif:
a. Klien mengatakan pusing.
Nyeri pada kepala
Gangguan rasa
b. Mengeluh tidak nyaman
nyaman
Data objektif:
Tidak mampu relaks
a. Konsentrasi terganggu
b. Gelisah
c. Menunjukan gejala distres Nyeri di presepsikan

3 Data subjektif: Benjolan pada leher Ansietas


a. Klien mengatakan kawatir
pada kondisinya saat ini
Perubahan status kesehatan
b. Merasa tidakk berdaya
Data objektif:
gelisah
a. Klien tampak gelisah
b. Tampakk tegang
c. Sulit tidur
Rasa takut
4 Data subjektif:
Adanya benjolan di
a. pasien mengatakan Gangguan citra tubuh
leher
kurang menerima
terkait keadaanya saat
ini Perubahan pada bentuk
Data objektif: tubuh
a. perubahan pada
struktur tubuh
Gangguan psikososial

Nursing Care Plant


N SDKI SLKI SIKI
o
1 Gangguan menelan Status nutrisi Dukungan perawatan diri
Definisi : fungsi menelan Definisi: keadekuatan makan dan minum
upnormal akibat deficit asupan nutrisi untuk
struktur atau fungsi oral faring memenuhi kebutuhan Definisi: menfasilitasi
atau esofagus metabolisme pemenuhan kebutuhan makan
dan minum
Kriteria hasil:
Gejala dan tanda mayor : a. Porsi makan yang di Aktivitas-aktivitas :
Subjektif habiskan (3) a. Identifikasi diet yang di
a. Mengeluh sulit anjurkan
menelan b. Kekuatan otot menelan
b. Menolak makan (3) b. Identifikasi kemampuan
c. Frekuensi mmakan (3) menelan
Obyektif :
c. Monitor kasus hidrasi
a. Porsi makan tidak d. Nafsu makan (3)
habis pasien, jika perlu
b. Gelisah d. Ciptakan lingkungan yang
c. Waktu makan lama menyenangkan selama
d. Menelan berulang-
makan
ulang
e. Atur posisi yang nyaman
saat makan
f. Siapkan makanan dengan
suhu yang meningkatkan
nafsu makan
g. Sediakan makanan dan
minuman yang di sukai
h. Berikan bantuan saat
makan dan minum sesuai
tingkat kemandirian
i. Kolaboorasi pemberian
obat sesuai indikasi
2 Gangguan rasa nyaman Status kenyamanan Perawatan kenyamanan
Definisi : perasaan kurang Definisi : keseluruhan rasa Definisi : mengidentifikasi dan
senang lega dan sempurna aman dan nyaman secara merawat pasien untuk
dalam dimensi fisik , fisik, psikologis, spiritual, meningkatkan rasa nyaman
psikospiritual,lingkungan dan social , kebudayaan dan
social lingkungan Aktivitas-aktifitas:
a. Identifikasi gejala yang
Gejala dan tanda mayor: tidak menyenangkan
Subyektif : Kriteria hasil : b. Identifikasi
a. Mengeluh tidak a. Kesejahteraan fisik (3) pemahaman tentang
nyaman b. Kesejahteraan kondisi , situasi dan
b. Mengeluh pusing psikologis (3) perasaanya
Obyektif : c. Keluhan tidak nyaman c. Identifikasi masalah
a. Gelisah (3) emosional dan spiritual
b. Postur tubuh berubah d. Gelisah (3) d. Ciptakan lingkungan
c. Menunjukan gejala e. Perawatan sesuai yang nyaman
distress kebutuhan (3) e. Anjurkan terapi
relaksasi
f. Dukung keluarga dan
pengasuh terlibat dalam
terapi
g. Jelaskan mengenai
kondisi dan pilihan
terapi
h. Kolaborasi pemberian
analgesic jika perlu

3 Ansietas Tingkat ansietas Terapi relakssi


Definisi: kondisi emosi dan Definisi: kondisi emosi Definisi: menggunakan Teknik
pengalaman subjektif individu dan pengalaman subjektif perenggangan untuk
terhadap objek yang tidak terhadap obyek yang tidak mengurangi tanda dan gejala
jelas dan spesifik akibat jelas dan spesifik akibat ketidaknyamanan seperti nyeri,
antisipasi bahaya yang antiipasi bahaya yang ketegangan otot, atau
memungkinkan individu memungkinkan indifidu kecemasan
melakukan tindakan untuk melaakukan tindakan
menghadapi ancaman untuk menghadapi
Aktivitas-aktivitas :
ancaman a. Identifikasi penurunan
Gejala dan tanda mayor tingkat energi,
subjektif Kriteria hasil: ketidakmampuan
1. Merasa kawatir akibat a. Verbalisasi akibat berkonsentrasi atau gejala
kondisi yang di hadapi kondisi yang di hadapi lain yang menganggu
(3) kemampuan kognitif
2. Sulit berkonsentrasi
b. Perilaku gelisah (3) b. Periksa ketegangan otot
3. Merasa tidak berdaya
frekuensi nadi tekanan
c. Perasaan keberdayaan
Objektif darah dan suhu sebelum
(3)
1. Tampak gelisah dan sesudah latihan
d. Konsentrasi (3)
2. Sulit tidur c. Ciptakan lingkungan
e. Pola tidur (3) tenang dan tanpa
3. Tampak tegang
gangguan dengan
pencahayaan dan suhu
ruang nyaman jika
memungkinkan
d. Gunakan suara lembut
dan irama lambat dan
berirama
e. Jelaskan tujuan, manfaat ,
Batasan dan jenis relaksasi
yang tersedia
f. Jelaskan secara rinci
intervensi relaksasi yang di
pilih
g. Anjurkan sering
mengulangi atau melatih
Teknik yang di piih
h. Demostrasikan dan latih
Teknik relaksasi
4 Gangguan citra tubuh Citra tubuh Promosi citra tubuh
Definisi : perubahan presepsi Definisi : presepsi Definisi : meningkatkan
tentang penampilan struktur penampilan struktur dan perbaikan perubahan presepsi
dan fungsi fisik individu fungsi indifidu terhadap fisik pasien

Gejala dan tanda mayor Kriteria hasil : Aktivitas- aktifitas


Subjektif a. Verbalisasi a. Identifikasi harapan
a. Mengungkapkan perasaan negative citra tubub bedasarkan
perasaan negative tentang perubahan tahap perkembangan
tentang perubahan tubuh (3) b. Identifikasi perubahan
tubuh b. Focus pada bagian citra tubuh yang
b. Mengungkapkan tubuh (3) menyebabkan isolasi
perubahan gaya hidup c. Focus pada social
Objektif penampilan masa c. Monitor frekuensi
a. Focus berlebihan pada lalu (3) pernyataan kritik
perubahan tubuh d. Respon non verbal terhadap diri sendiri
b. Hubungan social pada perubahan d. Diskusi penampilan
berubah tubuh (3) fisik terhadap harga
c. Respon non verbal e. Hubungan social diri
pada perubahan dan (3) e. Diskusi cara
presepsi tubuh mengembangkan citra
tubuh secara realistis
f. Jelaskan kepada
keluarga tentang
perawatan perubahan
citra tubuh anjurkan
mengikuti kelompok
pendukung
g. Latih fungsi tubuh
yang dimiliki
Analisa Ketrampilan
N ITEM REVIEW
O
A. IDENTITAS PASIEN :
1. Initial pasien :Ny.D
2. Usia : 36 thn
3. Diagnosa medis : akromegali
4. Pemenuhan kebutuhan : (kebutuhan dasar manusia)
5. Diagnosa keperawatan : Ansietas
6. Tindakan yang : Tindakan mandiri
7. dilakukan : 20 Januari 2020
8. Tanggal tindakan : 20 Januari 2020
Waktu
9. Kerja 1. Mendekatkan alat
R : memudahkan dalam melakukan tindakan
2. Melakukan pengkajian sekala, lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi dan kualitas nyeri
R : untuk mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan oleh
pasien, agar mengetahui lokasi terjadinya nyeri, rasa nyeri
yang dirasakan, berapa lama nyeri yang dirasakan, waktu jika
nyeri terjadi
3. Mengobservasi reaksi nonverbal
R : mengamati reaksi wajah pasien ketika mengalami
kecemasan
4. Mengatur posisi pasien
R : mengatur kenyamanan posisi pasien
5. Meminta pasien untuk memejamkan mata
R : agar pasien rileks
6. Mengintruksikan pasien untuk menarik nafas dalam melalui
hidung dan mengeluarkan secara perlahan-lahan melalui
mulut
R : agar pernapasan pasien teratur
7. Mengintruksikan pasien untuk mengulangi prosedur di atas
minimal sebanyak 3 kali
R : agar pasien bisa mengatasi nyeri/cemas secara mandiri
8. Meminta pasien untuk membayangkan berada di tempat yang
disukai
R : mengatasi nyeri yang dirasakan pasien
9. Membawa pasien berada pada suasana/ tempat yang disukai
R : agar mengurangi rasa rasa cemas yang pasien rasakan
10. Meminta pasien untuk merasakan nyamannya berada yang
disukai dan hal itu membuat seluruh tubuhnya merasa
nyaman dan segar, seluruh ototnya terasa rileks dan nyaman
R : mengurangi rasa cemas pada pasien yang dirasakan
11. Memberikan anlgetik untuk mengurangi nyeri
R : memberikan obat anti nyeri
12. Mengevaluasi keefektifan kontrol nyeri
R : melihat reaksi wajah pasien setalah di berikan tindakan,
apakah pasien merasakan nyeri/ cemas yang berkurang atau
merasakan nyeri yang meningkat

10. Terminasi
1. Mencatat identitas pasien dan tindakan yang dilakukan
2. Mencatat respon pasien
3. Berpamitan dengan pasien
4. Membersihkan alat-alat

11. Referensi Andarmoyo, S. (2013).Konsep & Proses Keperawatan


Nyeri.Yogyakarta : Arruzz Media.
C ANALISA
KETERAMPILAN
1. Bahaya yang mungkin Tidak ada yang bahaya dalam melakukan imajinasi terbimbing
terjadi dan cara
pencegahan
2 Identikasi tindakan Tidak ada masalah dalam imajinasi terbimbing
keperawatan lainnya
untuk mengatasi
masalah tersebut
3 Identifikasi masalah Tidak ada masalah yang muncul pada pelaksanaan imajinasi
keperawatan lain yang terbimbing
mungkin muncul R : karna tindakan ini hanya mengalihkan pikiran pasien agar tidak
(rasional) terasa nyeri/Cemas

4 Tindakan yang 1. Mendekatkan alat


dilakukan Pelaksanaan : baki alat diletakkan diranjang pasien karena tidak
tersedianya meja tindakan
2. Melakukan pengkajian sekala, lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi dan kualitas nyeri
Pelaksanaan : sekala nyeri di berikan kepasien dan dijelaskan dari
sekala tingkat nyeri 0-10 dan minta pasien menunjukan
rasa nyeri yang dirasakan untuk mengetahui tingkat
nyeri dan minta pasien untuk memunujkan bagian mana
yang terasa nyeri, menanyakan rasa nyeri yang
dirasakan,menanyakan berapa lama nyeri yang dirasakan
dan berapa durasi waktu jika nyeri terjadi
3. Mengobservasi reaksi nonverbal
Pelaksanaan : mengamati reaksi wajah pasien ketika mengalami nyeri
4. Mengatur posisi pasien
Pelaksanaan : meminta pasien untuk mengatur kenyamanan posisi
pasien
5. Meminta pasien untuk memejamkan mata
Pelaksanaan : meminta pasien untuk memejam kan mata agar pasien
rileks
6. Mengintruksikan pasien untuk menarik nafas dalam
melalui hidung dan mengeluarkan secara perlahan-lahan
melalui mulut
Pelaksanaan : agar pernapasan pasien teratur
7. Mengintruksikan pasien untuk mengulangi prosedur di
atas minimal sebanyak 3 kali
Pelaksanaan : meminta pasien untuk mengulangi prosedur yang
diberikan tadi agar pasien bisa mengatasi nyeri secara
mandiri
8. Meminta pasien untuk membayangkan berada di tempat
yang disukai
Pelaksanaan : meminta pasien membayangkan tampat yang pasien
sukai untuk mengatasi nyeri yang dirasakan pasien
9. Membawa pasien berada pada suasana/ tempat yang
disukai
Pelaksanaan : memberikan crita dan pasien dimintauntuk pejam dan
membayangkan tampat yang disukai agar mengurangi
rasa rasa nyeri yang pasien rasakan
10. Meminta pasien untuk merasakan nyamannya berada
yang disukai dan hal itu membuat seluruh tubuhnya
merasa nyaman dan segar, seluruh ototnya terasa rileks
dan nyaman
R : mengurangi rasa nyeri pada pasien yang dirasakan
11. Memberikan anlgetik untuk mengurangi nyeri
Pelaksanaa : memberikan obat anti nyeri
12. Mengevaluasi keefektifan kontrol nyeri
Pelaksanaan melihat reaksi wajah pasien setalah di berikan tindakan,
apakah pasien merasakan nyeri yang berkurang atau
merasakan nyeri yang meningkat

5 Evaluasi diri Praktek berjalan dengan lancar, tindakan dilakukan dengan keyakinan
dan waktu lebih efisien

6 Rencana tindak lanjut (hal yang akan dilakukan setelah mempelajari kesalahan sebelumnya)
Dalam tindakan selanjutnya, saya akan :

1. Lakukan perawatan manejemen nyeri/cemas


2. Menanyakan nyeri atau rasa cemas yang sering terjadi

7 Referensi Andarmoyo, S. (2013).Konsep & Proses Keperawatan


Nyeri.Yogyakarta : Arruzz Media.

Anda mungkin juga menyukai