Oleh:
B. ETIOLOGI
Pelepasan hormon pertumbuhan berlebihan hampir selalu disebabkan oleh
tumor hipofise jinak (adenoma). Dapat juga terjadi kelainan hipotalamus yang
mengarah pada pelepasan hormon berlebihan, penyebab lainya adalah:
1. Adenoma hormon yang mensekresikan prolaktin
2. Tumor yang mensekresikan growth hormone (GH)
3. Sindrom Cushing yang disebabkan oleh disfungsi hipofise
4. Adenoma yang menskresikan LH,FSH atau TSH
Penyebab yang sering ditemukan antara lain :
1. Adenoma hormon yang mensekresikan prolaktin
2. Tumor yang mensekresikan growth hormone (GH)
C. MANIFESTASI
Adapun tanda dan gejalanya antara lain:
1. Gambaran wajah yang kasar
2. Lidah yang membesar
3. Rahang yang menonjol
4. Kelainan skeletal
Tanda dan gejala yang lain pada penderita Akromegali adalah proliferasi jaringan
lunak, disertai pembesaran tangan dan kaki serta peningkatan berketingat, intoleransi
panas, kulit berminyak, cepat lelah, dan kenaikan berat badan.
Ditemukan manifestasi klasik berupa perubahan akral dan jaringan lunak. Perubahan
tulang dan kartilago mempengaruhi muka dan tengkorak paling berat. Perubahan
berupa penebalan calvarium, pertambahan ukuran sinus frontal, pembesaran hidung,
dan pembesaran mandibula ke bawah dan ke depan yang menimbulkan prognatisme
dan gigi yang terpisah jauh. Tangan dan kaki terpengaruh oleh pertumbuhan jaringan
lunak, sehingga mereka menjadi besar, tebal. Jabat tangan yang terasa berkeringat dan
tebal memberikan gambaran diagnosis, dan terjadi pertambahan ukuran cincin, sarung
tangan, dan sepatu.
D. KOMPLIKASI
1. Hipertropi jantung
2. Hipertensi
3. Diabetes melitus
4. Gondok
5. Kehilangan penglihatan
6. Polip
7. Fibroid uterus, tumor jinak di uterus
8. Sleep upnea, suatu kondisi dimana pernafasan beruang kali berhenti dan mulai saat
tidur
9. Osteoatritis
E. PATOFISIOLOGI
1. Menurut Guyton
Bila tumor sel hormon pertumbuhan terjadi setelah pubertas yaitu setelah epifisis
tulang panjang bersatu dengan batang tulang, orang tidak dapat tumbuh lebih
tinggi lagi, tetapi jaringan lunak dapat terus tumbuh, dan tulang dapat tumbuh
menebal. Keadaan ini di kenal dengan akromegali. Pembesaran khususnya nyata
pada tulang tulang kecil tangan dan kaki serta pada tulang tulang memnbranosa,
rahang bawah dan bagian bagian vertebra, karena pertumbuhannya tidak berhenti
pada pubertas. Akibatnya rahang menonjol ke depan, kadang kadang sebesar 0,5
inci, dahi miring ke depan karena pertumbuhan samping supraorbital yang
berlebihan, hidung bertambah besar sampai mencapai 2 kali ukuran normal, kaki
memerlukan sepatu ukuran lebih besar dari pada keadaan normal. Dan jari jari
menjadi sangat tebal sehingga ukuran tangan hampir 2 kali normal. Selain efek
efek ini perubahan pada vertebra, biasanya menyebabkan punggung bungkuk.
Akhirnya, banyak organ jaringan lunak seperti lidah, hati, dan khususnya ginjal
menjadi sangat besar
2. Menurut Sylvia
Pada beberapa pasien dapat timbul akromegali sebagai respon terhadap neoplasia
yang menyekresi GHRA ektopik. Pada pasien ini terdapat hiperplasia hipofisis
somatotrop dan hipersekresi GH.
Apabila tumor timbul sesudah dewasa, yakni setelah epifisis tulang panjang
bersatu dengan batang tulang, maka orang tersebut tidak dapat tumbuh lebih tinggi
lagi, namun jaringan ikat longgarnya masih terus tumbuh, dan tebal tulangnya
masih terus tumbuh. Pembesaran ini terutama terlihat pada tulang-tulang kecil
tangan ,kaki, dan pada tulang membranosa. Termasuk tulang tengkorak, hidung,
penonjolan tulang dahi, bagian bawah tulang rahang, karena pada masa dewasa
muda pertumbuhan tulang-tulang ini tak berhenti
F. PENATALAKSANAAN MEDIK
1. Menormalkan tubuh kembali kadar GH atau IGF1/SM-C
2. Memperkecil tumor atau menstabilkan besarnya tumor
3. Menormalkan fungsi hipofisis
4. Mencegah komplikasi akibat kelebihan kadar GH/IFG1 atau SM-C akibat
pembesaran tumor
1. Terapi pembedahan
2. Terapi radiasi
3. Terapi medikamentosa
1. Terapi pembedahan adalah cara pengobatan utama.
Dikenal 2 macam pembedahan tergantung dari besarnya tumor yaitu
a. Bedah makro dengan melakukan pembedahan pada batok kepala (TC atau
Trans Cranial) dan bedah mikro (TESH/ Tans Ethmoid Sphenoid
Hypophysectomy).
b. Cara terakhir TESH ini dilakukan dengan cara pembedahan melalui sudut
antara celah intra orbita dan jembatan hidung antara kedua mata untuk
mencapai tumor hipofisis.
2. Indikasi radiasi adalah sebagai terapi pilihan secara tunggal, kalau tindakan
operasi tidak memungkinkan dan menyertai tindakan pembedahan atau masih
terdapat gejala aktif setelah terapi pembedahan dilakukan.
Tindakan radiasi dapat dilaksanakan dalam 2 cara, yaitu:
a. Radiasi secara konversional (Conventinal High Voltage Radiation, 45 69
4500 RAD)
b. Radiasi dengan energy tinggi partikel berat (High Energy Particles Radiation,
150 69 15000 RAD)
3. Terapi medikamentosa
Agosis dopamine Pada orang normal dopamine atau agosis dopamine dapat
meningkatkan kadar HP tetapi tidak demikian halnya pada pasien akromegali.
Pada akromegali dopamine ataupun agosis dopamine menurunkan kadar HP
dalam darah.
Contoh agosis dopamine:
a. Brokriptin
Dianjurkan memberikan dosis 2,5 mg sesudah makan malam, dan dinaikkan
secara berkala 2,5 mg setiap 2-4 hari. Perbaikan klinis yang dicapai antara
lain adalah:
- Ukuran tangan dan jari mengecil, dan Terjadi perbaikan gangguan toleransi
glukosa Efek samping yang terjadi adalah vaso spasme digital, hipotensi
ortostatik, sesak nafas ringan, nausea, konstipasi, dll.
b. Ocreotide (long acting somatostatin analogue)
Cara pemberian melalui subkutan. Dosis: dosis rata-rata adalah 100-200
mikrogram diberikan setiap 8 jam. Perbaikan klinis yang dicapai.
- Menurunkan kadar HP menjadi dibawah 5 mikrogram/ 1 pada 50 kasus
- Menormalkan kadar IGF1/ SM-C pada 50% kasus
a. Pemeriksaan Dara
b. Pengambilan Gambar
Apabila pemindaian pada kepala tidak berhasil mendeteksi adanya tumor, akan
dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk menemukan tumor “ektopik” non-
hipofisis pada bagian dada, perut, atau panggul sebagai bagian yang berdampak
terhadap kelebihan hormon pertumbuhan.
4. Pemeriksaan diagnostik
Untuk memulai proses diagnostik, dokter akan mengambil riwayat medis dan
melakukan pemeriksaan fisik. Maka dia dapat merekomendasikan langkah-langkah
berikut:
a. Pengukuran GH dan IGF-I.
Setelah berpuasa dalam semalam, dokter akan mengambil sampel darah untuk
mengukur kadar GH dan IGF-I. Peningkatan kadar hormon-hormon ini
menunjukkan akromegali.
b. Growth hormone suppression test.
Ini adalah metode definitif untuk memverifikasi akromegali. Dalam tes ini,
kadar GH dalam darah diukur sebelum dan sesudah minum gula (glukosa).
Biasanya, konsumsi glukosa menurunkan tingkat GH. Jika memiliki
acromegaly, level GH akan cenderung tetap tinggi.
c. Imaging.
Dokter mungkin menyarankan agar menjalani prosedur pencitraan, seperti
magnetic resonance imaging (MRI), untuk membantu menentukan lokasi dan
ukuran tumor kelenjar pituitari. Jika ahli radiologi, yang biasanya melakukan
prosedur, tidak melihat tumor kelenjar pituitari, mereka mungkin mencari
tumor non-hipotermia yang mungkin bertanggung jawab untuk tingkat GH
yang tinggi
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
- mengungkapkan
keputusasaan
onjektif :
- kontak mata kurang
- lesu dan tidak
bergairah
MANAJEMEN
ASUHAN KEPRAWATAN
PADA PASIEN AKROMEGALI
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
PSIK STIKES WIYATA HUSADA SAMARINDA
Stase : KMB
Gastritis akut
Genogram
3
4
Keterangan :
= Laki-laki
= Perempuan
= Pasien
X= Meninggal
GII: Klien mengatakan anak pertama dari 4 bersaudara, dan sekarang menderita akromegali
GIII: Klien memiliki 1 orang anak dan sekarang dalam keadaan sehat.
4. Diagnosa medik pada saat MRS, pemeriksaan penunjang dan tindakan yang telah dilakukan:
DX medis : Akromegali
Pemeriksaan penunjang : pemeriksaan USG colli , pemeriksaan X Ray
Cranium,pemeriksaan MRI
-Brokriptin
-Ocreotide (long acting somatostatin analogue)
III. Pengkajian saat ini (mulai hari pertama saudara merawat klien)
Intake makanan:
Sebelum sakit
Klien Makan biasa 2 x/hari dengan nasi, lauk dan sayur dan jarang sarapan
Saat sakit
Klien Makan 3 x/hari dengan nasi, lauk dan sayur
Intake cairan:
3. Pola eliminasi
Makan/minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Berpindah √
Ambulasi/ROM √
0: mandiri, 1: alat Bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4: tergantung
total
Oksigenasi:
pasien tidak menggunakan bantuan oksigen
5. Pola tidur dan istirahat (lama tidur, gangguan tidur, perawasan saat bangun tidur)
Klien mangatakan kadang tidur siang, dan pada malam hari jam tidurnya teratur (22.00)
6. Pola persepsual
selama sakit.
9. Pola peran hubungan
a. Persepsi pasien tentang perannya: Pasien saat dirumah masih mampu menjalankan
BB/TB: 54 kg / 160 cm
Kepala: Bentuk Ovall, tidak ada lesi, tidak ada hematoma, tidak ada nyeri tekan
Visus : Dioptri
Sklera ikterik : tidak ada )
b. Pendengaran
Pasien mengatakan masih dapat mendengarkan dengan jelas dan saat diberikan respon
dengan bisikan klien mampu mendengarkan dengan baik dan jelas.
Hidung:
Inspeksi: Simetris, tidak ada massa, lobang hidung 2, tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak
ada secret ataupun benda asing.
Palpasi: Tidak ada benjolan, tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan.
Mulut/Gigi/Lidah:
Inspeksi
Mulut : Tidak ada lesi, besih, mukosa bibir kering
Gigi : Gigi bersih, tidak ada karier gigi, tidak ada perdarahan
Lidah : Berwarna pink, tidak kotor
Leher: didapatkan pembesaran kelenjar tiroid kanan kiri dan penebalan isthmus disertai multiple
Kepala : ditemukan massa solid dengan intratumoral hemorrhage pada fossa pituitari
meluas ke suprasella dan parasella kanan. Ukuran ± AP 1,97 x CC 3,43 x LL 2,95 cm,
Repiratori
a. Dada :
Inspeksi : Gerakan dada asimetri, kedua dada mengembang sama besar, bentuk dada
b. Batuk : tidak
c. Napas bunyi : vesikuler
Sianosis : (tidak)
Keluhan lain : Tidak ada
Kardiovaskular
Riwayat hipertensi : disangkal oleh pasien
Masalah jantung : disangkal oleh pasien
Frekuensi : Cepat
Irama : Teratur
Neurologis
Pupil : unisokor
Reflek cahaya : baik
Keluhan lain
Kesemutan Bingung Tremor Gelisah Kejang
Koordinasi ekstremitas
Normal Paralisis, Lokai : Plegia, Lokasi :
Keluhan lain (-)
Integumen
Warna kulit
Kemerahan Pucat Sianosis Jaundice Normal
Kelembaban :
Lembab Kering
Turgor : elastis / tidak elastic
> 2 detik < 2 detik :
Abdomen
Nyeri tekan : Tidak ada nyeri tekan
Lunak/keras : Lunak
Massa : Tidak ada massa
Ukuran/Lingkar Perut : 80 cm
Bising usus : 6 x/menit
Asites : Tidak
Muskuloskeletal
Nyeri otot/tulang, lokasi : Tidak ada
Seksualitas
Aktif melakukan hubungan seksual : pasien jarang melakukan hubungan seksual
Terapi medikamentosa
1. Brokriptin
2. Ocreotide (long acting somatostatin analogue)
Hasil Pemeriksaan Penunjang laboratotium
MRI kepala Ny. D 36 tahun. A. T1WI Axial, B. T2WI Axial. C. T1WI+C Axial. D. GRE Axial. E.
T1WI+C Coronal. F. T2WI Coronal. G. T1WI Sagital. Tampak massa solid dengan intratumoral
hemorrhage pada fossa pituitari meluas ke suprasella dan parasella kanan. Ukuran ± AP 1,97 x
CC 3,43 x LL 2,95 cm, sesuai gambaran Macroadenoma (Knosp Grade 4), massa tumor juga
tampak menyebabkan encasement arteri carotis interna kanan segment cavernous dan
menekan ringan nervus cranialis regio parasella kanan.
Analisa Data
No Data Etiologi Problem
1 Data Subjektif: Gangguan menelan
a. Klien mengatakan sulit Benjolan pada leher
menelan
b. Menolak makan
Kelemahan otot
Data Objektif:
a. Benjolan pada leher
b. Nafsu makan menurun Gangguan menelan
c. Porsi makan tidak habis
2 Data subjektif:
a. Klien mengatakan pusing.
Nyeri pada kepala
Gangguan rasa
b. Mengeluh tidak nyaman
nyaman
Data objektif:
Tidak mampu relaks
a. Konsentrasi terganggu
b. Gelisah
c. Menunjukan gejala distres Nyeri di presepsikan
10. Terminasi
1. Mencatat identitas pasien dan tindakan yang dilakukan
2. Mencatat respon pasien
3. Berpamitan dengan pasien
4. Membersihkan alat-alat
5 Evaluasi diri Praktek berjalan dengan lancar, tindakan dilakukan dengan keyakinan
dan waktu lebih efisien
6 Rencana tindak lanjut (hal yang akan dilakukan setelah mempelajari kesalahan sebelumnya)
Dalam tindakan selanjutnya, saya akan :