Disusun Oleh:
Ricky Julianur
P2002052
A. Definisi
PCI adalah suatu tindakan untuk mengalirkan kembali arteri koroner yang
tersumbat trombus, yang menyebabkan infark miokard dg ST-elevasi (STEMI),
dengan menggunakan balon kateter koroner, baik diikuti dengan pemasangan
stent maupun tidak.
Pasien yang sedang mengalami serangan jantung tipe STEMI segera
dilakukan angiografi koroner, lalu setelah diidentifikasi arteri koroner yang
tersumbat, dilanjutkan dengan upaya membuka sumbatan tersebut dengan cara
dimasukkan kawat penuntun dari metal dengan ujung yang floppy untuk
menembus sumbatan trombus tersebut lalu dilebarkan dengan balon dan kalau
perlu dipasang stent; bila gumpalan yang menumbat terlalu banyak dapat
diaspirasi dulu dengan kateter aspirasi sebelum dibalon atau dipasang stent
(Rifqi, 2012).
(PCI) terdiri dari tiga kata yakni Percutaneous yang artinya melalui kulit,
Coronary adalah pada arteri koroner, dan Intervention adalah tindakan yang
dilakukan dalam rangka pengobatan pada kelainan/penyakit jantung koroner.
Percutaneous coronary intervention(PCI) adalah intervensi atau tindakan non
bedah untuk membuka/dilatasi/melebarkan arteri koroner yang mengalami
penyempitan agar aliran darah dapat kembali menuju ke otot jantung (Davis,
2011).
Percutaneous Coronary Intervention merupakan suatu tindakan
angioplasty (dengan atau tanpa stent) dalam 12 jam pada lesi culprit setelah
simtom, tanpa didahului oleh pemberian fibrinolitik atau obat lain yang dapat
melarutkan bekuan darah.Prosedur ini bertujuan untuk membuka infark related
artery saat terjadinya infark miokard akut dengan elevasi segment ST (Keeley
EC, Hillis LD, 2007)
B. Etiologi
Mekanisme yang mempengaruhi terjadinya ISR ada tiga, yaitu:
elastic recoil, negative arterial remodeling dan neointimal hyperplasia (NIH).
Elastic recoil adalah mekanisme penyempitan segera pembuluh darah setelah
pelaksanaan PCI akibat sifat elastisitas dinding pembuluh darah terhadap
regangan. Mekanisme ini timbul dalam waktu 24 jam setelah PCI. Negative
remodeling merupakan proses kontraksi dinding arteri dan penyempitan lumen
di segmen yang rusak. Proses ini ada hubungannya dengan proses
penyembuhan dan interaksi dengan aliran darah nonlaminar.
Mekanisme yang utama dari ISR adalah terbentuknya neointimal
hyperplasia (NIH) yang dipicu oleh proses inflamasi. 1 NIH terbentuk dari
migrasi sel otot polos dari tunika media menembus tunika intima dan
selanjutnya menumpuk di lumen diikuti juga matriks ekstra seluler (kolagen
dan elastin).
Stent memiliki scaffolding (kisi-kisi) yang kaku dan didesain
sedemikian rupa untuk mencegah elastic recoil dan negative remodeling.
Desain seperti ini menyebabkan kedua mekanisme itu telah jarang dijumpai
setelah tatalaksana PJK beralih dari angioplasti biasa ke pemasangan stent.
Desain ini meskipun mencegah kedua mekanisme lainnya justru mendukung
mekanisme pembentukan NIH sehingga mekanisme pembentukan ISR masih
sulit dicegah.
3. Unstable angina
Adalah sindrom Koroner akut dengan deviasi ST segmen depresi > 0,5mm,
dapat disertai dengan gelombang T inverse dan Enzim jantung (Bio-marker)
normal
F. Komplikasi
1. Stent thrombosis:
a. Ini adalah risiko sampai stent menjadi tertutup oleh endotelium.
b. Biasanya muncul sebagai MI akut, dengan angka kematian yang tinggi.
c. Hal ini paling sering terjadi selama bulan pertama, namun dapat terjadi
beberapa bulan atau tahun setelah PCI.
d. Hal ini terjadi pada 1-2% pasien.
2. Restenosis stent:
a. Hal ini disebabkan berlebihan 'penyembuhan' dari dinding pembuluh
darah, yang encroaches pada lumen stent.
b. Biasanya, hal itu berkembang dalam waktu 3-6 bulan.
c. Hal ini menyajikan sebagai kembalinya angina; jarang menyebabkan MI.
d. Hal ini terjadi di 4-20% dari stent.
3. Komplikasi utama lainnya jarang terjadi, tetapi meliputi kematian (0,2%
tetapi lebih tinggi pada kasus berisiko tinggi), MI akut (1%) yang mungkin
memerlukan CABG darurat, stroke (0,5%), tamponade jantung (0,5%),
perdarahan sistemik (0,5 %), diseksi arteri koroner, vasospasme arteri
koroner, akut disritmia, cardiac arest, dan hipotensi.
4. Komplikasi kecil yang alergi terhadap kontras media, contrast induce
nefropathi (CIN) dan komplikasi di lokasi akses, seperti perdarahan,
hematoma, pseudoaneurisma, fistula arteriovenosus, thrombosis dan
embolisasi distal
G. Patofisiologi
Mekanisme pelebaran lumen pasca prosedur PCI akan melalui proses
pecahnya plak, pergeseran lapisan intima, dan diseksi tunika media yang
terlokalisir. Diseksi ini bisa termasuk dalam kategori ringan yang tidak terdeteksi
dengan hasil angiografi maupun secara minor bisa didapatkan gambaran
radiolusens intralumen. Sebaliknya, diseksi yang kompleks ditandai adanya
robekan secara dalam pada lapisan tunika media yang dapat menyebabkan suatu
diseksi panjang serta diseksi spiral.
Diseksi kompleks ini akan memberikan gambaran angiografi berupa
‘cap’ ekstraluminal, kontras yang tertinggal maupun residual stenosis >50%.
Diseksi kompleks ini juga akan meningkatkan risiko trombosis, oklusi akut, dan
komplikasi iskemia yang diakibatkan oleh terbukanya kolagen dan faktor
jaringan terhadap trombosit maupun elemen koagulan lain.
H. WOC
I. Penatalaksanaan Medik
1. Terapi obat anti platelet
a. Semua pasien harus minum aspirin tanpa batas waktu sebagai
pencegahan sekunder penyakit kardiovaskular
b. Double anti platelet diperlukan untuk pasien mengurangi resiko
thrombosis stent, biasanya terdiri dari aspirin dan clopidogrel, untuk
lamanya pengobatan clopidogrel tergantung pada stent yang digunakan,
untuk BMSs clopidogrel diminum setidaknya satu bulan, untuk DESS
clopidogrel diminum setidaknya 12 bulan, beberapa ahli jantung merasa
bahwa clopidogrel harus dilanjutkan tanpa batas waktu.
J. Pemeriksaan Diagnostik
a. Laboratorium : darah rutin, elektrolit, GDS, ureum, creatinin, HBsAG
b. EKG 12 leads
c. ECHO
d. Thorax foto dan MSCT Cardio
e. Hasil catheter (diagnostic Coronary Arthery)
K. Pengkajian
1. Keluhan utama
a. Ada/tidaknya keluhan nyeri dada (PQRST)
1) Provocation : Tanyakan apa yang memperberat nyeri, apakah
posisi, apakah ketika menarik napas dalam atau berdebar
membuatnya lebih buruk
2) Quality : Tanyakan jenis nyeri, biarkan pasien menjelaskan
keluhannya dengan kata-kata sendiri, hindari pertanyaan
tertutup, jangan tanyakan apakah nyeri seperti tertindih,
sebaiknya tanyakan seperti apa nyerinya yang dirasakan
3) Radiation : Tanyakan dimana nyeri dada dan adakah penjalaran
kebagian tubuh lainnya
4) Severity : Tanyakan pasien tentang skala nyeri dari 0 sampai 10
dan evaluasi nyeri setelah dilakukan tatalaksana nyeri
5) Timing : Tanyakan nyeri yang paling lama yang sudah
dirasakan pertama kali timbul atau terus menerus.
2. Pemeriksaan fisik
a. Sistem kardiovaskular : bunyi jantung, irama
jantung, tanda- tanda vital, pengisian kapiler
b. Sistem respirasi : frekuensi, ada/tidaknya ronkhi,
tanda-tanda edema paru
c. Sistem gastrointestinal : kaji ada/tidaknya keluhan
mual, muntah, pola Buang Air Besar (BAB).
d. Sistem perkemihan : kaji pola berkemih yang
meliputi: frekuensi Buang Air Kecil (BAK), warna,
jumlah.
e. Sistem neurologis : tingkat kesadaran, orientasi
terhadap waktu dan tempat, ukuran pupil, reflek
cahaya.
f. Sistem integumen : kelembaban kulit, turgor kulit,
capillary refill.
g. Sistem musculoskeletal : keluhan dalam melakukan pergerakan,
kesemutan, pada daerah ekstremitas atas atau bawah.
h. Sistem pengindraan : sklera ikterik/tidak, konjungtiva, anemis/tidak,
memakai alat bantu penglihatan/tidak
3. Edukasi
3.1 Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri anjurkan
beraktivitas fisik secara
bertahan
4. Kolaborasi
4.1 Kolaborasi pemberian
analgesic, jikaperlu
DAFTAR PUSTAKA
Amsterdam EA, Wenger NK, Brindis RG, Casey DE, Jr., Ganiats TG, et al. 2014
AHA/ACC Guideline for the Management of Patients With Non-ST-Elevation
Acute Coronary Syndromes: A Report of the American College of
Cardiology/American Heart Association Task Force on Practice Guidelines. J
Am Coll Cardiol. 2014.
Hamm, C.W., Bassand, J.-P., Agewall, S., Bax, J., Boersma, E., Bueno, H., dkk.,
2011. ESC Guidelines for the management of acute coronary syndromes in
patients presenting without persistent ST-segment elevation: The Task Force
for the management of acute coronary syndromes (ACS) in patients presenting
without persistent ST-segment elevation of the European Society of Cardiology
(ESC). European Heart Journal, 32: 2999–3054.
Keeley EC, Hillis LD. Primary PCI for Myocardial Infarction with ST-Segment
Elevation. N Engl J Med. 2007; 356:47-54.
May MRL, So DY, Dionne R, Glover CA, Michael P.V. Froeschl, Wells GA, et al. A
Citywide Protocol for Primary PCI in ST-Segment Elevation Myocardial
Infarction. N Engl J Med. 2008;358:231-40.
4. Diagnosa Medik pada saat MRS, Pemeriksaan Penunjang dan tindakan yang
sudah dilakukan:
Klien mengatakan selesai dilakukan PCI (Percutanous Coronary
Intervention)
III. Pengkajian saat ini (mulai hari pertama saudara merawat klien)
1. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan Pengetahuan tentang
Penyakit/Perawatan:
Tn. A tidak mengetahui apa penyebab dari penyakit yang di alami sekarang,
Tn. A mengatakan bahwa Tn.A menerima keadaan sekarang dan percaya
semuanya seijin Tuhan.
2. Pola Nutrisi/metabolic:
Saat dirumah sakit klien mengurangi makanan yang tinggi garam dan
makanan tinggi natrium. Dan sebelum dilakukan Tindakan PCI klien
dianjurkan puasa selama 4 jam.
a. Intake Makanan
Sebelum masuk RS : klien mengatakan makan 3x sehari dengan porsi
banyak
Sesudah masuk RS : klien mengatakan makannya 3x sehari namun dengan
porsi yang sedikit
b. Intake Cairan
Sebelum masuk RS : Pasien mengatakan sebelum masuk Rs minum 8
gelas sehari
Sesudah masuk RS : Pasien mengatakan sesudah masuk Rs menghabiskan
sekitar 4 gelas kecil perhari
3. Pola Eliminasi
a. Buang air besar
Sebelum masuk RS : Pasien mengatakan sebelum masuk Rs BAB 2x
sehari
Sesudah masuk RS : Pasien mengatakan sudah sekali BAB
b. Buang air kecil
Sebelum masuk RS : Pasien mengatakan sebelum masuk Rs BAK 6-8x
sehari
Sesudah masuk RS : Pasien mengatakan BAK 8x sehari
Makan/minum
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas di tempat tidur √
Berpindah √
Ambulasi/ROM √
0: mandiri, 1: alat Bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat,
4: tergantung total
Oksigen :
Klien mengatakan sering mengeluh sesak napas sejak sebulan terakhir. RR :
24 x/menit.
Oksigen diberikan melalui kanul nasal, yaitu pemberian oksigen 1-6
liter/menit serta konsentrasi 20-40%.
11. Sistem nilai dan keyakinan (Pandangan klien tentang agama, kegiatan
keagamaan, dll) :
Pasien mengatakan melaksanakan shalat 5 waktu dan sering mengikuti acara
keagamaan di dekat rumah. selama sakit pasien tidak dapat melaksanakan
kewajibannya shalat 5 waktu sebagai seorang muslim
Kardiovaskular
a. Riwayat hipertensi : tidak ada
b. Demam rematik : tidak ada
c. Masalah jantung : Klien memiliki riwayat penyakit jantung
sejak 1 tahun yang lalu.
d. Bunyi jantung : S3 atau S4
e. Frekuensi : sedang
f. Irama : tidak teratur
g. Kualitas :
h. Murmur : tidak ada
Nyeri dada, Intensitas : Palpitasi
Pusing : Ya
Cianosis (-)
▪ Capillary refill : >2 detik
Riwayat Keluhan lainnya : Tidak ada
▪ Edema, lokasi : Tidak ada
▪ grade : Tidak ada
▪ Hematoma, lokasi : Tidak ada
Neurologis
a. Rasa ingin pingsan/pusing : tidak ada
b. Sakit kepala lokasi nyeri : frekuensi:
c. GCS : Eye: 4 verbal: 5 motoric: 6
d. Pupil : isokor/unsiokor
e. Reflek cahaya : baik
f. Sinistra : +/- cepat/lambat
g. Dextra : +/- cepat/lambat
h. Bicara : baik
√ Komunikatif Aphasia Pelo
i. Keluhan lain:
Kesemutan Bingung Tremor √GelisahKejang
Klien mengatakan gelisah
j. Koordinasi ekstremitas
√Normal Paralisis, Lokasi : Plegia, Lokasi :
Keluhan lain : Tidak ada
Integumen
▪ Warna kulit
Kemerahan √Pucat Sianosis Jaundice √Normal
▪ Kelembaban :
Lembab √ Kering
▪ Turgor : elastis
√ > 2 detik < 2 detik
Keluhan lain: Tidak ada
Abdomen
a. Nyeri tekan : Tidak ada nyeri tekan
b. Lunak/keras : lunak
c. Massa : tidak ada massa ukuran/lingkar perut : 80 cm
d. Bissing usus : 10x/menit
e. Asites : tidak ada penumpukan cairan
f. Keluhan lain : tidak ada
Muskuloskeletal
Nyeri otot/tulang, lokasi : Tidak ada Intensitas : Tidak
ada
Kaku sendi, lokasi : Tidak ada
Bengkak sendi, lokasi : Tidak ada
Fraktur (terbuka/tertutup), lokasi : Tidak ada
Alat bantu, jelaskan : Tidak ada
Pergerakan terbatas, jelaskan : Karena klien merasa lemas
Keluhan lain, jelaskan : Tidak ada
Seksualitas
a. Aktif melakukan hubungan seksual : Tidak
b. Penggunaan alat kontrasepsi : Tidak ada
c. Masalah/kesulitan seksual : Tidak ada
d. Perubahan terakhir dalam frekuensi : Tidak ada
e. Wanita:
Usia menarche :
lamanya siklus :
durasi :
Periode menstruasi terakhir :
menopause :
Melakukan pemeriksaan payudara sendiri :
PAP smear terakhir:
f. Pria :
Rabas penis : gangguan prostat : Tidak ada
Sirkumsisi : vasektomi : Tidak ada
Impoten : ejakulasi dini : Tidak ada
V. Program terapi
1. ISDN 3 X 5 MG PO
2. ATORVASTATIN 0 – 0 – 20 MG PO
3. Candesartan 0 – 0 – 8 MG PO
4. Brilinta 2 x 90 MG PO
5. Bisoprolol 1 x 2,5 MG PO
A. Analisa Data
No Data Penunjang Kemungkinan Penyebab Masalah
1. Data Subjektif : Nyeri Akut
Prosedur pembedahan
Klien mengatakan nyeri
didaerah puncture
brachialis kanan Luka puncture
Data Objektif :
a. N : 86 x/menit
b. RR : 24 x/menit
c. Tampak meringis
d. Gelisah
B. Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut b/d agen pencedera fisik
2. Kesiapan peningkatan keseimbangan cairan b/d gagal jantung
3. Hipovolemia b/d hipoalbuminemia
INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Diagnosa Tujuan Intervensi
1. Nyeri Akut. Tingkat Nyeri Manajemen nyeri
Ditandai dengan :
Setelah dilakukan Mengidentifikasi dan
Gejala dan tanda tindakan keperawatan mengelola pengalaman
mayor diharapkan 3×24 jam sensorik atau emosional yang
Subjektif : ekspektasi curah jantung berkaitan dengan kerusakan
d. Mengeluh nyeri menurun . jaringan fungsional dengan
onset mendadak atau lambat
Objektif : Kriteria Hasil : dan berintensitas ringan
e. Tampak meringis e. Keluhan nyeri (cukup hingga berat dan konstan
f. Frekuensi nadi menurun) Intervensi
meningkat f. Meringis menurun 5. Observasi
(cukup menuun) 5.1 Identifikasi lokasi,
Gejala dan tanda minor g. Frekuensi nadi karakteristik, frekuensi,
Subjektif : (cukup membaik) kualitas, intensitas nyeri.
- h. Tekanan darah 5.2 Identifikasi skala nyeri
Objektif : (cukup membaik) 5.3 Identifikasi respons nyeri
c. Tekanan darah verbal
meningkat 5.4 Identifikasi factor yang
Pola napas berubah memperberat dan
memperingan nyeri
5.5 Monitor efek samping
penggunaan analgesic
6. Terapeutik
6.1 Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis,
akupresure, terapi music,
biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain).
2.2 Pertimbangkan jenis dan
sumberr nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri.
7. Edukasi
7.1 Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
anjurkan beraktivitas fisik
secara bertahan
8. Kolaborasi
8.1 Kolaborasi pemberian
analgesic, jikaperlu
Ditandai dengan :
Setelah dilakukan Mengidentifikasi dan
- terjadinya komplikasi
8. Kolaborasi
4.4 kolaborasi pemberian
diuretik